Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nofec Budiarto
Abstrak :
EZDA 3 merupakan paduan seng alumunium (Zn-4%Al) yang memiliki kombinasi yang baik dengan sifat mekanis, castability, dan stabilitas dimensi. oleh karena itu, paduan ini banyak dipakai pada pengecoran die casting. Pada industri peleburan seng pemanfaatan scrap masih kurang banyak dilakukan. Hal ini disebabkan karena adanya unsur pengotor yang dapat mengurangi castability. Untuk mendapatkan seng yang bebas dari pengotor relatif mahal karena diperlukan proses pemumian terlebih dahulu. Salah satu elemen pengotor yang terkandung dalam seng adalah unsur Fe. Adanya unsur Fe di dalam seng merugikan sifat mekanis(keuletannya turun) dan fluiditas Akibat permasalahan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan menambahkan unsur besi ke dalam paduan EZDA 3 (Zn-4%Al) yang bertujuan mendapatkan nilai fluiditas, kekerasan dan kekuatan tarik. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi penambahan besi (0%, 0,1% dan 0,2%) terhadap morfologi struktur paduan ini pada temperatur tuang 420°C dengan menggunakan metode pengujian fluiditas vacuum section test. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Mikrostruktur seng alumunium (Zn4%Fe) berwama putih merupakan fasa 11 dengan bulatan hitam didalamnya merupakan fasa a. Peningkatan komposisi Fe 0,04% dan 0,19%, membentuk fasa intermetalik dengan senyawa yang terbentuk FeAh. Penambahan Unsur Fe meningkatkan jumlah dan ukuran fasa intermetalik yang terbentuk, menurunkan nilai fluditas dari 27,2 hingga 21 em, dan meningkatkan kekerasan dari 38,4 hingga 45 HRB dan meningkatkan nilai kekuatan tarik pada angka 232 Mpa di komposisi 0,04% Fe dan menurun pada angka 77 Mpa di komposisi 0,19% Fe.
EZDA 3 is an aluminum zinc alloy (Zn-4% AI) which has a good combination of mechanical properties, castability, and dimensional stability. therefore, this alloy is widely used in die casting foundry. On the utilization of scrap zinc smelting industry is still lacking a lot done. This is because the impurity element which can reduce castability. To get free from the impurities of zinc is relatively expensive because of the purification process is required in advance. One of the impurity element contained in the zinc is the element Fe. The appearance of Fe element in the reduce zinc alloy ductility and fluidity. The research done by adding iron to the alloy elements EZDA 3 (Zn-4% AI) which aims to get the fluidity, hardness and tensile strength. This study specifically aims to study the effect of variations in the addition of iron (0%, 0.1% and 0.2%) of the morphological structure of these alloys at temperatures of 420°C castings testing using vacuum fluidity test section. These results showed that the microstructure of aluminum zinc (Zn-4% Fe) in white color is the phase 11 with black dots inside is a phase. Increased in the composition of Fe 0.04% and 0.19%, formed intermetallic phases with a compound formed FeAh. The addition of Fe element increases the number and size of the intermetallic phases, the lower the value of fluidity from 27.2 to 21 em, and increased the hardness of 38 to 45 HRB and increased the value of tensile strength of 232 MPa at number the composition of 0.04% Fe and decreased in number 77 MPa at 0.19% Fe composition.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S65236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Diora Fitri
Abstrak :
Sejak adanya laporan penelitian Heinrich tahun 1951 yang memperlihatkan bahwa perlaku tidak aman bertanggung jawab atas lebih dari 90% kecelakaan kerja dan telah banyak perusahaan dan industri yang menggunakan pendekatan behavioral based safety (BBS) dalam program kesehatan dan keselamatan kerjanya. Sebagai sebuah industri kimia, PT Pupuk Sriwijaya (PT Pusri) juga memiliki banyak resiko kecelakaan kerja bagi karyawannya dan sejak tahun 2012 PT Pusri telah melaksanakan program K3. Pada tahun 2012 PT Pusri berada pada level 3 dari maksimum level 5 berdasarkan hasil survai Safety Culture Maturity Level (SCML). Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan tinjauan terhadap pelaksanaan BBS dalam program K3 di PT Pusri Palembang. Penilitian ini adalah sebuah penelitian potong lintang yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dengan fokus utama pada implementasi 9 kriteria BBS yaitu ownership, ketetapan baku definisi safe/unsafe behavior, pelatihan, observasi, pengukuran performa program, umpan balik, reinforcement, goal-setting dan review di PT Pusri Palembang. Sampel penelitian adalah karyawan dan manejer yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun yang setuju menjadi partisipan dalam penelitian ini, dengan 44 orang dari unit produksi dipakai sebagai informan kunci. Data dikumpulkan dengan memakai kuesioner yang dirancang khusus, daftar tilik, observasi dan wawancara mendalam. Semua data kemudian dianalisis secara deskriptif dan analisis konten serta analisis triangulasi. Ditemukan bahwa pelaksanaan program K3 di PT Pusri masih belum sejalan dengan kriteria pencapaian BBS. Walaupun demikian ditemukan juga adanya kesadaran akan kelemahan tersebut dan adanya sikap positif dikalangan pimpinan dan staf untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Berdasarkan temuan ini peneliti ingin memberikan rekomendasi kepada PT Pusri untuk merancang ulang program K3 yang disesuaikan dengan pendekatan BBS sebagaimana telah dilaksanakan oleh perusahaan dan industri besar diseluruh dunia. ......Since Heinrich reproted in 1951 that unsafe behaviors were responsible for up to 90% of harms and injuries among workers, Behavioral Based Safety approach has been implemented by many industries and corporates around the world. As a chemical industry, PT Pupuk Sriwijaya brings occupational risks to the workers and since 2012 Occupational Health and Safety (K3) programs has been implemented. In 2012 PT Pusri was in level 3 from maximum level of 5, according to Safety Culture Maturity Level (SCML) score. The main objective of this study is to review the implementation of Behavioral Based Safety (BBS) approach integrated in the Occupational Health and Safety Prorams at PT Pusri Palembang. This is a crosssectional study with quantitative and qualitative approach, carried out in May 2013 focusing at the implementation of the 9 BBS criteria i.e., ownership, predetermined definitions of the safe/unsafe behaviors, trainings, observations, program performance assessment, feedbacks, reinforcements, goal-setting and reviews as practiced so far at PT Pusri Palembang. The study participants are managements and labors of PT Pusri who have been working at least for one year and agree to take part in the study, of which 44 of the participants from the production unit were treated as key source-persons. Data and information were collected by means of a specially devised questionnaire, check-lists, observations and in-depth interviews. All data were analyzed using descriptive analysis, content-analysis and triangulation analysis. It was found out that the K3 programs performed at PT Pusri has not been in line with the BBS implementation criteria yet. However it is fortunate to find out that the awareness of the flaws and the need of improvement are profound among the PT Pusri management. Based on these findings, I would like to recommend PT Pusri to redesign its K3 programs according to the BBS criteria as already practised by others big corporates around the world.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Sarbiah
Abstrak :
Postur janggal saat bekerja dapat menimbulkan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs). Pada wawancara awal di departemen produksi didapatkan hampir semua pekerja mengeluh pegal dan nyeri pada anggota tubuhnya. Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan postur kerja dan keluhan MSDs pada pekerja konveksi di departemen produksi PT. Z Batam. Penelitian ini mengunakan desain cross sectional dan metode penilaian untuk postur tubuh pekerja dengan REBA (rapid entire body assessment). Hasil penelitian menunjukkan tingkat risiko MSDs pada tingkat menengah yang artinya perlu investigasi lebih lanjut dan perubahan. Dan 84 persen pekerja mengeluh mengalami keluhan MSDs yang dinilai dengan nordic body map. Penulis menyarankan agar desain kerja lebih diperhatikan dan disesuaikan dengan pekerja, memberikan pemahaman melalui pelatihan kerja tentang risiko ergonomi dan tata-tata cara bekerja yang sesuai dengan prinsip ergonomi, Pekerja sebaiknya melakukan peregangan otot agar otot bisa berelaksasi. ......Awkward postures while working can cause complaints of Musculoskeletal Disorders (MSDs). Almost all of the workers interviewed, at the production department convection complained of stiffness and pain in the limbs. The purpose of this study is to explain the working postures and MSDs, affecting workers at the production section of PT Z Batam. This study uses crosssectional design and posture assessment for workers, using the Rapid Entire Body Assessment (REBA) method. The finding showed that the risk of MSDs occurred at the secondary level, which means the need for further investigation and changes to be made. And 84 percent of the workers who complained of pains related to MSDs were assessed with nordic body map. The author suggested that more attention and design work are tailored to the workers, through job training an understanding of risk governance ergonomics and work procedures in accordance with the principles of ergonomics.Workers should also perform muscle stretching in order to recharge.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T38258
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agita Diora Fitri
Abstrak :
Sejak adanya laporan penelitian Heinrich tahun 1951 yang memperlihatkan bahwa pelaku tidak aman bertanggung jawa atas lebih dari 90% kecelakaan kerja dan telah banyak perusahaan dan industri yang menggunakan pendekatan behavioral based safety (BBS) dalam program kesehatan dan keselamtan kerjanya. Sebagai sebuah industri kimia, PT Pupuk Sriwijaya (PT Pusri) juga memiliki banyak resiko kecelakaan kerja bagi karyawannya dan sejak tahun 2012 PT Pusri telah melaksanakan program K3. Pada tahun 2012 PT Pusri berada pada level 3 dari maksimum level 5 berdasarkan hasil survai Safety culture Maturity Level (SCML). Tujuan utama dari penelitian ini adalah melakukan tinjauan terhadap pelaksanaan BBS dalam program K3 di PT Pusri Palembang. Penelitian ini adalah sebuah penelitian potong lintang yang menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan pada bulan Mei 2013 dengan fokus utama pada implementasi 9 kriteria BBS yaitu ownership, ketetapan baku definisi safe/unsafe, behavior, pelatihan, observasi, pengukuran performa program, umpan balik, reinforcement, goal-setting dan review di PT Pusri Palembang. Sampel penelitian adalah karyawan dan manajer yang telah bekerja sekurang-kurangnya satu tahun yang setuju menjadi partisipan dalam penelitian ini, dengan 44 orang dari unit produksi dipakai sebagai informan kunci. Data dikumpulkan dengan memakai kuesioner yang dirancang khusus, daftar tilik, observasi dan wawancara mendalam. Semua data kemudian dianalisis secara deskriptif dan analisis konten serta analisis triangulasi. Ditemukan bahwa pelaksanaan program K3 di PT Pusri masih belum sejalan dengan kriteria pencapaian BBS. Walaupun demikian ditemukan juga adanya kesadaran akan kelemahan tersebut dan adanya sikap positif dikalangan pimpinan dan staf untuk memperbaiki kekurangan yang ada. Berdasarkan temuan ini peneliti ingin memberikan rekomendasi kepada PT Pusri untuk merancang ulang program K3 yang sesuai dengan pendekatan BBS sebagaimana telah dilaksanakan oleh perusahaan dan industri besar diselutuh dunia.
Since Heinrich reproted in 1951 that unsafe behaviors were responsible for up to 90% of harms and injuries among workers, Behavioral Based Safety approach has been implemented by many industries and corporates around the world. As a chemical industry, PT Pupuk Sriwijaya brings occupational risks to the workers and since 2012 Occupational Health and Safety (K3) programs has been implemented. In 2012 PT Pusri was in level 3 from maximum level of 5, according to Safety Culture Maturity Level (SCML) score. The main objective of this study is to review the implementation of Behavioral Based Safety (BBS) approach integrated in the Occupational Health and Safety Programs at PT Pusri Palembang. This is a cross-sectional study with quantitative and qualitative approach, carried out in May 2013 focusing at the implementation of the 9 BBS criteria i.e., ownership, predetermined definitions of the safe/unsafe behaviors, trainings, observations, program performance assessment, feedbacks, reinforcements, goal-setting and reviews as practiced so far at PT Pusri Palembang. The study participants form the production unit were treated as key source-persons. data and information were collected by means of a specially devised questionnaire, check-list, observations and in-depth interviews. All data were analyzed using descriptive analysis, content-analysis and triangulation analysis. It was found out that the K3 programs performed at PT Pusri has not been in line with the BBS implementation criteria yet. However it is fortunate to find out that the awareness of the flaws and the need of improvement are profound among the PT Pusri management. Based on these findings, I would like to recommend PT Pusri Palembang to redesign its K3 programs according to the BBS criteria as already practised by others big corporates around the world.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T41436
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Purnama
Abstrak :
Stress kerja kerap menjangkiti banyak pihak di tempat kerja. Dari sejumlah penjelasan para ahli, stress kerja ini bisa menimbulkan dampak baik (eustress), tetapi sekaligus buruk (distress) bagi yang bersangkutan dan bagi organisasi atau perusahaan. Orang yang terkena stres kerja cenderung jadi tidak produktif, tidak tertantang untuk menunjukan kehebatannya, secara tidak sadar malah menujukan kebodohannya, bermalas malasan, tidak efektif dan tidak efisien, Secara kalkulasi manajemen tentunya ini merugikan organisasi atau perusahaan, apalagi jika pekerja yang terkena stress kerja ini jumlahnya banyak. PT.TI adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang industry Farmasi, dengan Kantor pusat terletak di Jakarta Pusat, Produk yang dihasilkan oleh PT.TI di pasarkan oleh para medical representative yang merupakan ujung tombak perusahaan. Sebagai ujung tombak perusahaan para medical representative PT. TI di wilayah Jakarta Barat kerap mengalami stressor yang tinggi sehingga timbul stress kerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengekplorasi secara mendalam tentang faktor risiko stress kerja pada medical Representative PT. TI di Jakarta Barat tahun 2013, dengan menggunakan metode kualitatif. Dari hasil penelitian didapatkan karakteristik faktor individu, faktor organisasi dan faktor ekstraorganisasi sebagai stressor stress kerja pada medical representative PT.TI di Jakarta Barat.
Job stress is often affects to many people in the workplace. Explanations from the experts, job stress can lead to better effect (eustress), but also bad (distress) for the concerned and for the organization or company. People affected by job stress tend to be non-productive, does not challenged to show his prowess, even unconsciously attribute stupidity, laze lazy, ineffective and inefficient, in calculation of course management is detrimental to the organization or company, especially if workers are exposed to stress this job. PT.TI is a company engaged in the Pharmaceutical industry, with the headquarters located in Central Jakarta, products produced by PT.TI marketed by the medical representative who is spearheading the company. As the spearhead of the medical representative company PT. TI in West Jakarta often experience a high stressor causing job stress. This study aims to explore in depth about the risk factors of work stress on Medical Representative PT. TI in West Jakarta in 2013, using qualitative methods. From the results, the characteristics of the individual factors, organizational factors and factors ekstraorganisasi as stressors on job stress PT.TI on medical representative in West Jakarta.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35111
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ferry Irawan Pare
Abstrak :
Membangun SMK3 bagi setiap perusahaan untuk menjamin dan memastikan keselamatan dan kesehatan pekerjanya yang dibutuhkan peran pengawas dengan menunjukkan kinerja terbaik. Terwujudnya kinerja yang optimal dari pengawas membutuhkan beberapa faktor, diantaranya adalah motivasi kerja, komitmen organisasional dan efikasi diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja, komitmen organisasional dan efikasi diri terhadap kinerja pengawasan pada SMK3 dengan mengambil objek pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap ?PQR?. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross-sectional survey. Sampel yang digunakan sebanyak 26 pengawas dengan teknik sensus. Pengumpulan data dengan kuesioner yang dianalisis dengan statistik deskriptif dan statistik parametrik yang meliputi korelasi, koefisien determinasi, uji t, uji F dan regresi menggunakan SPSS versi 18. Hasil penelitian menunjukkan motivasi kerja, komitmen organisasional dan efikasi diri secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja pengawasan pada SMK3 pada PLTU "PQR". Berdasarkan hasil penelitian ini, maka motivasi kerja, komitmen organisasional dan efikasi diri perlu ditingkatkan. Dalam meningkatkan motivasi kerja pimpinan perlu memberikan penghargaan dan umpan balik terhadap pengawas yang berprestasi, memfasilitasi agar memperoleh pelatihan, dan memberi kesempatan untuk memperoleh promosi sebagai sarana mengembangkan diri dan meningkatkan karir. Peningkatan komitmen organisasional pengawas dapat dilakukan dengan membangun hubungan yang harmonis antara pengawas dengan stakeholder perusahaan dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi serta berusaha memenuhi kebutuhan pengawas secara maksimal. Sementara peningkatan efikasi diri dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman terhadap pegawai tentang efikasi diri dengan mengundang ahli dan mengikutsertakan pada pelatihan dan seminar.
Building the OHS management system to ensure and assure the safety dan healthy of its workers. which takes the role of the supervisor with the best performance. The realization of the optimal performance of supervisors requires the support of many factors, among them the work motivation, organizational commitment and self-efficacy. This study aimed to determine the effect of work motivation, organizational commitment and self-efficacy toward supervisory performance on the OHS management system by taking objects in "PQR" Steam Power Plant. This study uses a quantitative approach with a cross-sectional survey method. The samples are taken with the 26 supervisors through census techniques. Collecting data using questionnaire. Data were analyzed with descriptive statistics and parametric statistics include correlation, coefficient of determination, t test, F test and regression by using SPSS program ver.18. The results showed that work motivation, organizational commitment and self efficacy individually and simultaneously have a significant influence toward the supervision performance on the OHS management system in "PQR" Steam Power Plant. Based this study, the work motivation, organizational commitment and selfefficacy needs to be improved. In increasing work motivation and reward leaders need feedback to performing supervisors, in order to facilitate obtaining the training, and provide an opportunity to gain self-promotion as a means of developing and improving career. Increased supervisor organizational commitment can be made by build a harmonious relationship between the supervisor with the company's stakeholders and foster a sense of belonging to organizations and trying to meet the regulatory requirements to the fullest. While the increase in self-efficacy can be done by providing an understanding of the employees about self-efficacy with invite the experts and engage in training and seminars.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35452
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosaline Darwis
Abstrak :
ABSTRAK
Awak kapal feri mempunyai karakteristik kerja yang unik, jadwal kerja 24 jam terus menerus di kapal dengan libur hanya 3 hari sebulan, terpajan risiko kondisi lingkungan kerja yang dapat menjadi penyebab timbulnya stres kerja. Stres kerja awak kapal jika tidak ditanggulangi akan berpengaruh terhadap kesehatannya serta keselamatan kapal dan penumpang. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran faktor pekerjaan (job content-job context), yang berhubungan dengan stres kerja pada awak kapal feri non perwira di pelabuhan Telaga Punggur. Metode yang digunakan adalah Cross Sectional Descriptive Research, pengukuran data menggunakan kuesioner, analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat. Dari hasil penelitian didapatkan 35 % responden mengalami stres kerja dan 65 % tidak mengalami stres kerja. Hasil uji statistik menunjukkan faktor yang mempunyai hubungan bermakna dengan stres kerja adalah kondisi lingkungan kerja, dimana awak kapal yang mempunyai persepsi bahwa kondisi lingkungan kerja di kapal berbahaya mempunyai peluang lebih besar mengalami stres kerja dibanding awak kapal yang menganggap lingkungan kerja di kapal tidak berbahaya.
ABSTRACT
The ferry's crew has a unique job characteristics, 24 hours work schedule continuously on the ship with only three days off a month, being exposed to the risk of working environment conditions that can cause an incidence of work stress. Work stress of the crew will have an effect on their health and also to the safety of the ship and its passengers. The purpose of the research was to gain an overview of work factors (job content-job context) related to work stress on the ferry crew in The Telaga Punggur Port 2013. The method used is Cross Sectional Descriptive Research, measurement data using questionnaires, analysis of the data done by univariate and bivariat. Research results obtained 35% of ferry crew experienced a stressful job and 65% are not subjected to the stress of work. Results of statistical tests indicate factor that have a meaningful relationship with work stress is a condition of the work environment, where the crew had the perception that the environmental conditions of work on board is harmfull has a chance of greater stress than crew who consider the work environment on board is not harmfull.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library