Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Angelia Rachma Dewi
Abstrak :
Latar Belakang: Anak jalanan yang jumlahnya terus meningkat, merupakan kelompok berisiko tinggi terhadap berbagai masalah sosial dan kesehatan, namun belum ada informasi tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku mereka yang berisiko penularan HIV/AIDS. Tujuan: Mengetahui tingkat pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS, serta perilaku berisiko tinggi penularan HIV/AIDS dan faktor yang memengaruhinya pada anak jalanan usia remaja di Jakarta. Metode: Studi kuantitatif (kuesioner yang divalidasi) dan kualitatif (wawancara, focus group discussion, dan observasi) terhadap 100 subjek usia 10-18 tahun yang dipilih secara konsekutif. Analisis statistik menggunakan analisis bivariat (uji kai kuadrat atau uji Fischer) dan multivariat (uji regresi logistik). Hasil: Sebagian besar (85%) subjek memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang masih kurang terhadap HIV/AIDS, 35% subjek belum pernah mendengar istilah HIV/AIDS. Tingkat pendidikan dan status ekonomi keluarga merupakan faktor yang memengaruhi pengetahuan dan sikap terhadap HIV/AIDS. Perilaku risiko tinggi penularan HIV/AIDS melibatkan 27% subjek, risiko sedang 18% subjek, risiko rendah 55% subjek. Sebanyak 17% subjek pernah berhubungan seksual (82,4% tidak pernah menggunakan kondom), 58% perokok; 45% peminum alkohol, 26% pengguna obat-obatan terlarang. Prostitusi dan homoseksualitas juga didapatkan pada anak jalanan. Usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, lama bekerja, jumlah jam kerja, tempat tinggal, frekuensi bertemu orangtua kandung, dan sumber informasi utama merupakan faktor yang memengaruhi tingkat perilaku risiko tinggi. Simpulan: Anak jalanan memiliki tingkat pengetahuan dan sikap yang kurang terhadap HIV/AIDS serta banyak terlibat perilaku berisiko tinggi, sehingga membutuhkan penanganan yang komprehensif dan multidisiplin. ......Background: Street children are increasing and highly vulnerable to many social and health problems, but very little is known about their knowledge, attitudes, and behavior related to HIV/AIDS transmission. Objectives: To identify level of knowledge, attitudes, and high-risk behavior related to HIV/AIDS transmission among adolescent street children in Jakarta and its related factors. Methods: Quantitative (validated questionnaire) and qualitative (in-depth interview, focus group discussion, and observation) study were conducted among 100 participants aged 10-18 years old which were recruited consecutively. Statistical analysis was done using bivariate (Chi-square or Fischer tests) and multivariate (logistic regression) analysis. Results: Most participants (85%) had low knowledge about HIV/AIDS and 35% subjects never heard about HIV/AIDS. Low education level and low socio-economic status increased likelihood of having low knowledge about HIV/AIDS. High-risk behaviors were engaged by 27% participants, moderate risk 18%, low risk 55% participants. Seventeen percent subjects were sexually experienced (82,4% never use condom), 58% smokers, 45% alcohol drinkers, and 26% drug abusers. Prostitution and homosexuality were also prevalent among street children. Factors that increased the likelihood of displaying risky behavior were being male, older age, low education level, being street children more than 5 years, working on the street more than 35 hours a week, living on the street, less contact with parents, and having friend as major source of information. Conclusions: Street children had low knowledge and attitude toward HIV/AIDS and high engagement on high-risk behavior, thus require comprehensive and multidisciplinary approaches.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ratih Priyantiningsih
Abstrak :
Sepsis merupakan kondisi yang sulit untuk didiagnosis. Definisi sepsis berdasarkan International Consensus Conference on Pediatric Sepsis 2005 terlalu sensitif dan tidak spesifik. Akibatnya sering terjadi underdiagnosed/overdiagnosis terhadap sepsis. Sampai saat ini tidak ada data tentang karakteristik pasien sepsis, kepatuhan diagnosis berdasarkan konsensus yang disepakati, dan luaran sepsis pasien di PICU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik sepsis di PICU RS dr. Cipto Mangunkusumo. Metode penelitian ini adalah deskriptif retrospektif dari data rekam medis pasien sepsis di PICU periode Januari 2012 sampai April 2016. Didapatkan 85 pasien yang didiagnosis dokter dengan sepsis, 7 pasien diantaranya tidak memenuhi kriteria konsensus. Hanya 1 pasien yang didiagnosis sepsis berat oleh dokter, sedangkan berdasarkan konsensus didapatkan 66 pasien sepsis berat. Infeksi respiratorik adalah penyakit primer penyebab sepsis di PICU (51,3%). Angka kejadian sepsis berat di PICU sebesar 85% dan syok septik 70%. Klebsiella pneumonia kuman gram negatif terbanyak penyebab sepsis (22%). Angka kematian sepsis sebesar 29%, pada sepsis berat 32% dan meningkat pada syok septik 37%. Penelitian ini menunjukkan kepatuhan diagnosis sepsis oleh dokter berdasarkan konsensus masih kurang. Diagnosis sepsis pasien di PICU berdasarkan kadar prokalsitonin yang meningkat. ...... Sepsis is a condition that is difficult to diagnose. Definition of sepsis based on the International Consensus Conference on Pediatric Sepsis 2005 is too sensitive and not specific. As a result underdiagnosed/overdiagnosis often occurs in sepsis. Until now there are no data on the characteristics of sepsis patients, compliance to diagnosis based on consensus, and the outcome of sepsis patients in PICU. The aim of this study is to determine the characteristic features of sepsis in PICU of dr. Cipto Mangunkusumo hospital. The methods is descriptive retrospective study from medical records of sepsis patients in PICU from January 2012 until April 2016. There were 85 patients diagnosed with sepsis by physicians, 7 of them did not meet the criteria of consensus. Only one severe sepsis patients diagnosed by a doctor, but based on the consensus, there are 66 patients with severe sepsis. Respiratory infections are the primary cause of sepsis (51.3%). The incidence of severe sepsis in PICU is 85% and of septic shock is 70%. Klebsiella pneumonia, Gram negative bacteria, is the most common cause of sepsis (22%). Sepsis mortality rate is 29%, severe sepsis is 32% and increased in septic shock by 37%. This study describes compliance of diagnosis of sepsis by doctor based on consensus is still lacking. The diagnosis of sepsis patients in PICU based on increased levels of procalcitonin.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Dasraf
Abstrak :
Latar Belakang: Duktus arteriosus persisten (patent ductus arteiosus, PDA) merupakan penyakit jantung bawaan yang sering ditemukan pada bayi, terutama bayi prematur. Ekokardiografi menjadi baku emas untuk mendiagnosis PDA dengan gangguan hemodinamik signifikan (hs-PDA) pada bayi prematur. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa, pemeriksaan biomarker darah Amino-Terminal pro-Brain Natriuretic Peptide (NT-proBNP) bermanfaat untuk diagnosis dan penatalaksanaan hs-PDA. Namun, di Indonesia penelitian seperti ini belum pernah dilakukan; padahal akurasi diagnostik NT-proBNP untuk hs-PDA sangat dipengaruhi oleh karakteristik assay (assay kit dan nilai ambangnya), serta karakteristik pasien (gestational dan usia kronologis). Tujuan: Untuk mengetahui hubungan antara nilai NT-proBNP dan hs-PDA Metode: Penelitian potong lintang dilakukan di RSCM dari bulan Desember 2015? Febuari 2016 terhadap 49 neonatus prematur dengan usia gestasi <37 minggu dan berat lahir di bawah 2000 gram. Diagnosis PDA dipastikan dengan menggunakan ekokardiografi. Pasien dikelompokkan menjadi kelompok tanpa PDA, non hs-PDA dan hs-PDA. Pemeriksaan NT-proBNP dikerjakan pada neonatus dengan PDA, kemudian dibandingkan nilai NT-proBNP pada kelompok non hs-PDA dan hs-PDA. Hasil: Pada 49 subyek yang diteliti, terdapat 33 neonatus dengan PDA, 16 diantaranya dengan hs-PDA. Terdapat korelasi bermakna antara nilai NT-proBNP dengan hs-PDA (p<0,0001). Kesimpulan: Peningkatan NT-proBNP berkorelasi dengan PDA hemodinamik signifikan.
Background: Persistent ductus arteriosus is one of the most frequently congenital heart disease found in infant mainly in preterm infant. Echocardiography is the gold standard for the diagnosis of hemodinamically significant patent ductus arteriosus (hs-PDA) in preterm neonates. There are few studies demonstrate that the examination of simple blood assay such as N Terminal-proBrain Natriuretic Peptide (NT- proBNP) may be useful in determining the diagnosis and management of hs-PDA. However in Indonesia there are no studies have been done before even though the level of NT-proBNP accuracy in determining hs-PDA is influenced by the assay kit, and the characteristic of the patient (gestational age and chronological age). Objective: To determine the association between NT-proBNP level and the prevalence of hs-PDA. Methods: Across sectional study was conducted at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from Desember 2015 to February 2016. Forty-nine preterm neonates with gestational age less than 37 weeks and birthweight of less than 2000 gram were performed echocardiography to determine PDA, subsequently these patients were divided into three groups: non PDA, non hs-PDA, and hs-PDA. Further, in the non hs-PDA and hs-PDA groups, blood NT pro-BNP was examined. We then compared the level of NT pro-BNP between these groups. Results: Among 49 neonates, there were 33 patients with PDA, of those 16 patients were hs-PDA. There was an association between the level of NT pro-BNP and hs-PDA (p<0,0001). Conclusion: This study found a significant association between the NT-proBNP level and hs-PDA
Depok: Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardita Puspitadewi
Abstrak :
Latar Belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan global. Prevalens obesitas berbeda di setiap negara dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pola hidup dan aktivitas fisik. Resistensi insulin (RI) sebagai dasar utama kelainan metabolik pada obesitas merupakan dasar terjadinya sindrom metabolik (SM) serta komplikasi jangka panjang seperti diabetes melitus (DM) tipe 2 dan penyakit kardiovaskular (PKV). Berbagai faktor mempengaruhi terjadinya RI seperti jenis kelamin dan riwayat penyakit dalam keluarga, serta petanda akantosis nigrikan (AN) yang merupakan faktor prediktor RI. Tujuan. Mengetahui prevalens RI pada remaja obes serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti jenis kelamin, AN, dan riwayat penyakit dalam keluarga. Selain itu juga, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalens dan karakteristik remaja dengan SM. Metode. Penelitian potong lintang dilakukan pada remaja obes berusia 12-15 tahun di SMP di Jakarta Pusat selama periode Mei-Juni 2012. Dilakukan pemeriksaan darah berupa glukosa puasa, insulin puasa, serta profil lipid. Kriteria obesitas menggunakan IMT ≥P95 berdasarkan usia dan jenis kelamin, definisi RI berdasarkan indeks HOMA-IR ≥3,8 dan diagnosis SM berdasarkan kriteria IDF 2007. Hasil. Sebanyak 92 remaja obes diikutsertakan dalam penelitian. Resistensi insulin terjadi pada 38% subyek, dengan mayoritas perempuan (57,2%), mempunyai AN (71,4%), dan riwayat keluarga (82,8%), seperti obesitas, DM tipe 2, dan hipertensi. Sebanyak 8,6% remaja mengalami prediabetes, namun tidak ditemukan DM tipe 2. Tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistik antara jenis kelamin, riwayat keluarga, dan AN dengan RI (p>0,05). Angka kejadian SM ditemukan sebesar 19,6% dengan mayoritas perempuan (61,1%), serta adanya riwayat obesitas dalam keluarga. Prevalens komponen SM yaitu hipertensi 34,8%, obesitas sentral 78,3%, glukosa puasa terganggu 8,7%, rendahnya kadar HDL 22,8%, dan tingginya kadar trigliserida 21,7%. Ditemukan adanya korelasi positif antara RI dan glukosa puasa terganggu (p=0,04). Simpulan. Resistensi insulin pada remaja obes ditemukan sebesar 38%, dan tidak ditemukan adanya hubungan antara jenis kelamin, AN, dan riwayat keluarga dengan RI. Sindrom metabolik terdapat pada 19,6% remaja dengan mayoritas perempuan, menderita hipertensi, serta adanya riwayat obesitas dalam keluarga.
Background. Childhood obesity is a global health problem. The prevalence of childhood obesity is differed in each country and this is affected by many factors, such as lifestyle and physical activity. Insulin resistance (IR) as a basic mechanism of several metabolic diseases in obesity, is also a basic of metabolic syndrome with its long term complications, such as type 2 diabetes mellitus (T2DM) and coronary heart disease (CHD). Several factors are known to be associated with IR, such as gender and family history of metabolic diseases, and the presence of acanthosis nigricans (AN)is known as a predicting factor of IR. Objectives. To know the prevalence of IR in obese adolescents and the affecting factors, such as gender, signs of AN, and family history of metabolic diseases. Moreover, to know the prevalence and characteristics of obese adolescents with metabolic syndrome (MetS). Methods. This was a cross-sectional study performed in obese adolescents, aged 12-15 years old, in several junior high schools in Central Jakarta, from May to June 2012. Blood examination was performed, including blood fasting glucose, blood fasting insulin, and lipid profile. Body mass index with the percentile ≥95 according to age and gender was used for obesity criteria; HOMA-IR ≥3.8 was used to define IR; and IDF criteria 2007 for MetS diagnosis. Results. Of 92 obese adolescents in this study, IR was found in 38% subjects, with female predominant (57.2%), had signs of AN (71.4%), and a positive family history of metabolic diseases (82.8%), such as obesity, T2DM, and hypertension. Less than 10% adolescents suffered from prediabetes state as measured with impaired fasting glucose (IFG), but none type 2 DM. There was no statistical significant found between gender, family history, sign of AN and IR (p>0.05). The incidence of MetS was 19.6% with female predominant (61.1%), and had a family history of obesity. The prevalence of each components of MetS was 34.8% for hypertension, 78.3% for central obesity, 8.7% for IFG, 22.8% for low levels of HDL, and 21.7% for high triglyceride level. There was a strong correlation found between IR and IFG (p=0.04). Conclusion. Insulin resistance has a prevalence of 38% in obese adolescent in this study, with no association found between gender, AN, family history and IR. Metabolic syndrome is found in 19.6% with the majority are females, suffered from hypertension, and having obesity in family history.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teti Sri Gunarti
Abstrak :
Latar Belakang: Diabetes melitus (DM) Tipe 1 merupakan penyakit kronis yang berlangsung seumur hidup dan membutuhkan pendekatan multidisiplin dari profesional kesehatan yang terkait di bidangnya. Edukator diabetes merupakan tenaga kesehatan yang bertugas membantu penderita diabetes mengubah perilaku hidup penderita untuk mencapai status kesehatan yang optimal dengan memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga. Saat ini edukator DM tipe 1 pada anak di Indonesia belum terbentuk. Diperlukan model pelatihan yang efektif untuk membentuk edukator DM tipe 1. Tujuan: Untuk membuat model pelatihan edukator DM Tipe 1 dan mengetahui efektifitas model pelatihan dalam membentuk kompetensi edukator DM tipe 1 pada anak. Metode: Penelitian ini menggunakan metode mixed methods yang menggabungkan data kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu perencanaan dengan melakukan focus group discussion (FGD) atau diskusi kelompok terfokus, pelaksanaan pelatihan, dan evaluasi pelatihan dengan pendekatan Kirkpatrics. Hasil: Pelatihan diikuti oleh 31 peserta dari 13 propinsi di Indonesia. Sebagian besar peserta (94,6%) puas dengan pelaksanaan pelatihan, terdapat peningkatan pengetahuan peserta dari nilai rata-rata pretest sebesar 71,6% menjadi 77,8% dan bermakna secara statistik dengan nilai p 0,00. Sebanyak 77,4% peserta lulus dalam ujian OSCE dengan tingkat kelulusan lebih dari 5 stasion. Umumnya peserta dapat menerapkan hasil pelatihan (92,8%) dan memberikan kontribusi nyata dan perbaikan terhadap organisasi (66,7%). Kesimpulan: Telah terbentuk model pelatihan edukator DM tipe 1. Model pelatihan ini dapat membentuk kompetensi edukator diabetes berdasarkan reaksi peserta pelatihan, peningkatan pengetahuan dan keterampilan edukator diabetes, penerapan hasil pelatihan, dan kontribusi terhadap organisasi. ...... Background: Type 1 diabetes mellitus (DM) is a lifelong chronic illness which need professional multidiciplinnary approaches. Educators for diabetic patients are medical personnels who help these patients modify their life styles in order to achieve the optimum health status, by giving proper education to patients and their family. Currently, educators for type 1 DM in Indonesia are not available. An effective training model would be needed to create a good educator. Objective: This study aimed to created a training model for type 1 DM educators and further to evaluate its effectiveness in building a competent type 1 DM educators for children. Method: This is a mixed methods study which combined both qualitative and quantitative data. This study was done in three steps: (i) planning by doing a focus group discussion, (ii) training, and (iii) training evaluation with Kirkpatrics approach. Result: Thirty one candidates from 13 province participated in this study. Most candidates (94,6%) were satisfied with the training program. The mean pre-post score were increased from 71,6% to 77,8%, statistically significant (p=0.00). About 77,4% candidates passed the OSCE examinations. Most candidates (92,8%) were able to implement the training program and gave real contribution for the organization progress (66,7%). Conclusion: A new training model for type 1 DM educators has been established. This model is able to build a competent educators for DM. Evaluation was done based on the participan’s response during training, increase of knowledge and skill, and their implementation, and also their contribution for organization.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nilam
Abstrak :
ABSTRACT
Latarbelakang. Terapi yang adekuat pada penderita HAK diharapkan dapat mengoptimalkan perkembangan pubertas dan pertumbuhan linear penderita HAK. Saat ini belum ada data mengenai profil pubertas dan pertumbuhan linear penderita HAK di Indonesia yang menjalani terapi.

Tujuan. Mengetahui profil pubertas dan pertumbuhan linear penderita HAK di Indonesia yang menjalani terapi.

Metode.Studideskriptifserial kasusterhadap14 kasus HAK yang memasukimasapubertas di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo selama bulan November 2012 hingga April 2013. Pada subjek dilakukan pencatatan data, berupa anamnesis, pemeriksaan fisis, dan pemeriksaan laboratorium dan radiologibone age.

Hasil penelitian. Hasil penelitian ini merupakanriset pendahuluan (preliminary research) terhadap 14 kasus HAK. Mayoritas penderita HAK di Jakarta yang menjalani terapi adalah perempuan, berusia di atas 8 tahun, HAK tipeSalt-Wasting (SW) dan terdiagnosis< 1 tahun. Tujuh dari 14 subjek mengalami obesitas. Penderita HAK yang menjalani terapi mengalami under treatment ditunjukkan dengan 11/14 subjek memiliki bone age accelerated dengan perhitungan tinggi badan dewasa yang pendek. Tiga belas subjek sudah pubertas dan 10/14 subjek mengalami pubertas prekoks. Dosis glukokortikoid yang diberikan pada subjek HAK masih dalam rentang dosis yang direkomendasikan (median 18,12 mg/m2/hari) dengan median durasiterapi 8,1 tahun. Kontrol metabolik penderita HAK dengan menggunakan parameter 17-OHP bervariasi dengan rentang 0,2-876 nmol/L (rerata 166,9 nmol/L).

Simpulan. Under treatment menyebabkan gangguan tumbuhkembang penderita HAK pada penelitian ini. Under treatment disebabkan karena ketidakteraturan terapi dan pemantauan terapi yang buruk. Edukasi berkala pada pasien HAK diperlukan untuk meningkatkan keteraturan terapi.
ABSTRACT
Background. Adequacy treatment can optimalize the puberty and linear growth in patient with congenital adrenal hyperplasia (CAH). Puberty and linear growth profile of CAH children in Indonesia is unknown.

Objective.To study the profile of puberty and linear growth in Indonesian children with CAH on therapy.

Methods. Descriptive study of 14 cases of CAH at Department of Child Health CiptoMangunkusumo Hospital during November 2012 to April 2013. Study included anamnesis, physical, laboratory, and bone age examination.

Results. This is preliminary research of 14 cases of CAH. Most of CAH subjects were girls, age more than 8 years old, salt wasting type, and diagnosed less than 1 years of age. Seven subjects were obesity. The CAH patients were undertreatment which 11/14 subjects have bone age accelerated and 10/14 subjects were precocious puberty. Dose of glucocorticoid based on recommendation (median dose of glucocorticoid was 18,12 mg/m2/day,duration of therapy was 8,1 years). Metabolic control of 17-OHP parameter showed variable level with range 0,2-876 nmol/L(mean 166,9 nmol/L).

Conclusions. Undertreatment can interfere linear growth and development (precocious puberty and short stature) of CAH patients in this study. Worst compliance and monitoring therapy will lead to undertreatment so that frequent education to CAH patients is needed for longterm treatment.
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Susantri
Abstrak :
Latar Belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan global. Small dense low density lipoprotein (sdLDL) merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Peningkatan sdLDL sebagai manifestasi dislipidemi pada remaja dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Penyebab timbulnya sdLDL pada remaja multifaktor. Tujuan. Mengetahui prevalens sdLDL dan faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya sdLDL pada remaja siswa sekolah menengah pertama di Jakarta. Metode. Studi potong lintang pada 97 anak usia 12-15 tahun siswa SMP di Jakarta Pusat pada periode Juni-Juli 2012 dan April-Mei 2014 di Jakarta Timur. Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), massa lemak tubuh (MLT), tekanan darah dan pemeriksaan darah sdLDL. Kriteria obesitas menggunakan IMT ≥P95 berdasarkan usia dan jenis kelamin. Massa lemak tubuh diukur menggunakan Tanita Inner Scan Body Composition Monitor tipe BC-545. Hasil dan pembahasan. Sebanyak 97 remaja obes diikutsertakan dalam penelitian. Prevalens sdLDL terjadi sebanyak 17,2 %. Terdapat hipertensi sebanyak 26,8 %, IMT pada nilai 30-39,9 sebanyak 51,5 % , MLT pada > P98 67 % dan lingkar pinggang > P90 52,5 %. Pada analisis bivariat dengan uji Mann-Whitney dan Kai-kuadrat tidak didapatkan hubungan antara sdLDL dengan faktor-faktor di atas. Simpulan. Prevalens sdLDL pada remaja obes ditemukan sebesar 17,2 %. Tidak ditemukan hubungan antara sdLDL dengan IMT, tekanan darah, MLT dan lingkar pinggang. ...... Background. Childhood obesity is a global health problem. Plasma concentrations of small dense sdLDL are associated with the prevalence of atherosclerosis events. Atherosclerosis has already started to develop in childhood and adolescent obese. Increased sdLDL in adolescent to adult can cause higher morbidity and mortality. Contributing factors of sdLDL in adolescent are multifactorial. Objectives. To know the prevalence of sdLDL in obese adolescents and the affecting factors, such as body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference. Methods. This was a cross-sectional study performed in obese adolescents, aged 12-15 years old, in several junior high schools in Central and East Jakarta, from May to June 2012 and April to Mei 2014. Physic examination was perfomed, including body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference. and sd LDL as a blood examination.. Body mass index with the percentile ≥95 according to age and gender was used for obesity criteria, body fat mass was calculated using Tanita Inner Scan Body Composition Monitor Type BC-545. Results. Of 97 obese adolescents in this study, sdLDL was found in 17,2 % subjects. The prevalence of each factors was 26,8 % hypertension, 51,5 % for body mass index at 30-39,9, 67 % for body fat mass >P98 and 52,5 % for central obesity P>P99. Based on bivariate analyse, such as Mann-Whitney and Kai-Kuadrat, there were no correlation between sdLDL and it?s factors. Conclusion. sdLDL has a prevalence of 17,2 % in obese adolescent in this study, with no association found between body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Susantri
Abstrak :
Latar Belakang. Obesitas pada anak merupakan masalah kesehatan global. Small dense low density lipoprotein (sdLDL) merupakan salah satu faktor risiko kejadian penyakit kardiovaskular. Peningkatan sdLDL sebagai manifestasi dislipidemi pada remaja dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Belum jelas faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya sdLDL pada remaja obes. Tujuan. Mengetahui prevalens sdLDL dan faktor-faktor yang memengaruhi timbulnya sdLDL pada remaja siswa sekolah menengah pertama di Jakarta. Metode. Studi potong lintang pada 97 anak usia 12-15 tahun siswa SMP di Jakarta Pusat pada periode Juni-Juli 2012 dan April-Mei 2014 di Jakarta Timur. Pada subjek penelitian dilakukan pemeriksaan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh (IMT), massa lemak tubuh (MLT), tekanan darah dan pemeriksaan darah sdLDL. Kriteria obesitas menggunakan IMT ≥P95 berdasarkan usia dan jenis kelamin. Massa lemak tubuh diukur menggunakan Tanita Inner Scan Body Composition Monitor tipe BC-545. Hasil dan pembahasan. Sebanyak 97 remaja obes diikutsertakan dalam penelitian. Prevalens sdLDL terjadi sebanyak 17,2 %. Terdapat hipertensi sebanyak 26,8 %, IMT pada nilai 30-39,9 sebanyak 51,5 % , MLT > P98 67 % dan lingkar pinggang> P90 52,5 %. Pada analisis bivariat dengan uji Mann-Whitney dan Kai-kuadrat tidak didapatkan hubungan antara sdLDL dengan faktor-faktor di atas Kesimpulan : Prevalens sdLDL pada remaja obes ditemukan sebesar 17,2 %. Tidak ditemukan hubungan antara sdLDL dengan IMT, tekanan darah, MLT dan lingkar pinggang. ......Background : Childhood obesity is a global health problem. Plasma concentrations of small dense (sd)-LDL are associated with the prevalence of atherosclerosis events. Atherosclerosis already start to develop in childhood and adolescent obese. Increase of sdLDL in adolescent develop to adult and caused high morbidity and mortality. There are still not clear what factors influenced sdLDL. Objectives. To know the prevalence of sdLDL in obese adolescents and the affecting factors, such as body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference. Methods. This was a cross-sectional study performed in obese adolescents, aged 12-15 years old, in several junior high schools in Central and East Jakarta, from May to June 2012 and April to Mei 2014. Physic examination was perfomed, including body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference. and sd LDL as a blood examination.. Body mass index with the percentile ≥95 according to age and gender was used for obesity criteria, body fat mass was calculated using Tanita Inner Scan Body Composition Monitor Type BC-545. Results. Of 97 obese adolescents in this study, sdLDL was found in 17,2 % subjects. The prevalence of each factors was 26,8 % hypertension, 51,5 % for body mass index at 30-39,9, 67 % for body fat mass >P98 and 52,5 % for central obesity P>P99. Based on bivariate analyse, such as Mann-Whitney and Kai-Kuadrat, there were no correlation between sdLDL and it’s factors. Conclusion. sdLDL has a prevalence of 17,2 % in obese adolescent in this study, with no association found between body mass index, body fat mass, blood pressure and waist circumference.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ganda Ilmana
Abstrak :
Kualitas hidup merupakan aspek penting dalam tata laksana pasien anak dengan penyakit kronis, misalnya penyakit reumatik. Kualitas hidup pasien anak dengan penyakit reumatik dapat dinilai dengan kuesioner Pediatric Quality Of Life Inventory Rheumatology Module (PedsQL-RM) yang telah terbukti sahih dan andal. Akan tetapi, hingga saat ini belum terdapat kuesioner PedsQL-RM dalam bahasa Indonesia yang tervalidasi. Pada penelitian ini kuesioner asli diterjemahkan dan dilakukan adaptasi transkultural untuk menghasilkan kuesioner bahasa Indonesia. Kuesioner diujikan kepada 53 subyek berusia 2-18 tahun dengan diagnosis lupus eritematosus sistemik (LES) atau artritis reumatoid juvenil (AIJ) beserta orangtua. Berkaitan dengan jumlah subyek yang tidak terpenuhi, analisis data hanya dilakukan pada kelompok usia 8-18 tahun. Kesahihan kuesioner domain anak bervariasi dengan rentang korelasi cukup kuat hingga kuat (r 0,437-0,910), sedangkan domain orangtua bervariasi dengan rentang lemah hingga kuat (r 0,153-0,808). Kuesioner ini memiliki keandalan alpha cronbach 0,755-0,785. Kuesioner PedsQL-RM bahasa Indonesia terbukti sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien anak dengan penyakit reumatik usia 8-18 tahun. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menilai kesahihan dan keandalan pada usia 2-7 tahun. ......Quality of life is one important aspect in management of children with chronic condition, for example rheumatology disease. Quality of life of these children can be measured by Pediatric Quality Of Life Inventory Rheumatology Module (PedsQL-RM)questionnaire which was proven valid and reliable. A valid version of the questionnaire in Bahasa Indonesia has not yet available. We perform translation and transcultural adaptation to produce the Indonesian version. The questionnaire was answered by 53 children aged 2-18 years old with systemic lupus erythematosus (SLE) or juvenile idiopatic arthritis (JIA) and their respective parents. Due to lack of subject, analysis was only performed in age 8-18 years old group. The validity in children domain varied within range of good to strong (0,437-0,910), while the parents domain varied within range of weak to strong (0,153-0,808). The questionnaire is reliable with cronbach alpha of 0,755-0,785. In conclusion, the PedsQL-RM in Bahasa Indonesia is valid and reliable to assess the quality of life in children with rheumatology disease aged 8-18 years old. Further study needed to assess the validity and reliability for children aged 2-7 years old.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Liku Satriani
Abstrak :
Latar Belakang. Terapi baku emas dalam penutupan defek septum ventrikel (DSV) adalah pembedahan. Prosedur pembedahan mempunyai morbiditas yang terkait dengan torakotomi, pintasan jantung paru, komplikasi prosedur, jaringan parut bekas operasi, dan trauma psikologis. Oleh karena itu, timbul usaha pendekatan transkateter untuk menutup DSV yang bersifat relatif kurang invasif. Tujuan. Mengetahui perbandingan hasil penutupan DSV perimembran, komplikasi prosedur, lama rawat di rumah sakit, dan total biaya prosedur antara prosedur transkateter dengan prosedur pembedahan. Metode. Penelitian retrospektif analitik dengan data berupa rekam medis pasien anak dengan DSV perimembran yang datang ke Pelayanan Jantung Terpadu Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo dan dilakukan penutupan defek dengan salah satu prosedur dalam periode Januari 2010-Desember 2013. Hasil. Sebanyak 69 kasus anak dengan DSV perimembran masuk dalam penelitian, terdiri dari 39 kasus dengan prosedur pembedahan dan 30 kasus dengan prosedur transkateter. Prosedur pembedahan dan prosedur transkateter mempunyai tingkat keberhasilan yang serupa (89,7% vs 96,7%, p=0,271). Prosedur pembedahan mempunyai komplikasi yang lebih banyak dibandingkan prosedur transkateter (46,7% vs 7,7%, p < 0,001). Prosedur pembedahan juga mempunyai lama rawat di rumah sakit yang lebih panjang dibandingkan prosedur transkateter (8 hari vs 3 hari, p<0,0001), dan semua prosedur pembedahan membutuhkan perawatan di ruang rawat intensif. Tidak ada perbedaan total biaya antara prosedur transkateter dengan prosedur pembedahan (Rp. 55.032.636 vs Rp. 58.593.320 p = 0,923). Simpulan. Prosedur penutupan DSV perimembran secara transkateter mempunyai efektivitas dan biaya yang sama dengan prosedur pembedahan dan mempunyai komplikasi yang lebih sedikit serta lama rawat di rumah sakit yang lebih pendek. ...... Background. Surgery has become standard therapy for ventricular septal defect (VSD) closure, but it has significant morbidity related to sternotomy, cardiopulmonary bypass, complication, residual scar, and trauma. Non-surgical and less invasive approaches with transcatheter device were developed to occlude VSD. Objectives. To compare efficacy, complication, length of hospital stay, and total cost of perimembran VSD closure procedure between transcatheter closure and surgery. Methods. A retrospective analysis was performed on children with perimembran VSD admitted to Cardiology Center of Cipto Mangunkusumo Hospital from January 2010-December 2031. The patients received transcatheter closure or surgical closure. Data were obtained from medical record. Results. A total of 69 perimembran VSD cases were included in study, consisted of 39 cases underwent transcatheter closure and 30 cases underwent surgical closure. The efficacy of both procedur were not statistically different (89.7% vs 96.7%, p=0.271). However, surgery procedure had more complication than transcatheter closure (46.7% vs 7.7%, p < 0.001). Hospital stay were also significantly longer for surgery procedure than transcatheter closure (8 days vs 3 days, p<0.0001), and all surgical subjects requiring intensive care. Transcatheter closure had median total cost Rp. 55.032.636 as compared with Rp. 58.593.320 for surgery procedure (p =0.923). Conclusion. Perimembran VSD transcatheter closure had similar efficacy and costs with surgical closure. Complication rate was lower, and the length of hospital stay was shorter.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>