Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 36 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irma Kartika
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S48217
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Mayasari
Abstrak :
Dalam merancang, berbagai unsur dan prinsip-prinsip digunakan dalam mendesain bentuk massa dan tampak bangunan. Salah satu prinsip tersebut adalah asimetri. Asimetri merupakan salah satu unsur yang sudah banyak diterapkan dalam perancangan sebuah bangunan. Apakah arti dan asimetri ini? Apakah asimetri dapat menciptakan sesuatu yang serasi, selaras, dinamis dan seimbang ? Pengolahan secara asimetri, tidak hanya muncul dari sebuah fungsi yang mendasari perancangan bangunan tersebut, namun juga prinsip-prinsip yang dapat menciptakan keindahan. Ketidaksamaan antara kanan dan kiri, ketidakteraturan dalam bentuk dan penyusunan, bukan berarti kekacauan dan keburukan dalam sebuah desain. Kecenderungan manusia untuk mencapai keharrnonisan dan keseimbangan tidak hanya diwujudkan dari keteraturan, melainkan variasi dari berbagai bentuk. Vanasi ini dapat dicapai dengan penyusunan yang asimetris.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S48265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arny Prihartanti
Abstrak :
Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan untuk berkomunikasi dan bersosialisasi dengan sesamanya, oleh karena itu dibutuhkan wadah yang dapat menampung manusia utuk melakukan aktivitas tersebut. Wadah tersebut dapat berupa ruang terbuka yang memungkinkan manusia untuk masuk dan terlibat di dalamnya. Agar manusia mau masuk dan terlibat di dalam ruang tersebut, maka dalam penciptaan ruang diperlukan hal-hal yang dapat memberikan kenyamanan. Plaza sebagai salah satu ruang terbuka merupakan wadah yang dapat menampung aktivitas manusia. Agar tujuan ini tercapai, maka faktor kenyamanan harus diperhatikan sehingga plaza mempunyai arti dan makna bagi penggunanya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deny Anggraeni
Abstrak :
Museum sebagai suatu obyek arsitektur tidak hanya berfungsi sebagai wadah bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Lebih dari itu, museum juga mempunyai tujuan sosial yang menyangkut kepentingan masyarakat. Hal ini terjadi karena museum tersebut tidak berdiri sendiri, tapi merupakan bagian dari lingkungan dimana ia berada. Museum juga harus dapat menempatkan diri dalam lingkungan budaya manusianya. Ini berarti bahwa sesungguhnya museum sebagai suatu obyek arsitektur tidak dapat dinilai sebagai suatu seni bangunan saja, tapi harus selalu dalam konteks manusia dan lingkungannya, baik itu lingkungan sosial maupun budaya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S48320
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggraini
Abstrak :
Arsitektur muncul dari kebutuhan akan ruang dan kenyamanan visual penggunanya. Kenyamanan visual mencakup visual dalam ruang dan juga eksterior pada rancangan sebuah bangunan. Keindahan menciptakan kenyamanan, dan kenyamanan yang tercipta dari keindahan berkaitan dengan penerapan bentuk yang diciptakan. Geometri sebagai salah satu bentuk yang sering diterapkan dalam arsitektur, seharusnya mempunyai kelebihan dibandingkan bentuk lain di luar geometri. Sejauh ini, seringkali publik menilai sebuah disain bangunan dari bentuk luarnya saja. Geometri dalam arsitektur, apakah hanya sebatas itu saja? Arsitektur berbicara tentang ruang, dan bentuk bangunan mempengaruhi keadaan ruang di dalamnya, baik dari sisi fungsional maupun segi keindahan. Bagaimana bentuk geometri yang diciptakan memenuhi kedua sisi kebutuhan dalam arsitektur dapat diketahui apabila sebuah rancangan arsitektur digali lebih dalam karena di dalam arsitektur perwujudan bentuk geometri sering dipakai dalam pengolahan ruang-ruang dan bentuk yang ditampilkan. Geometri akan selalu ada dalam arsitektur dari berbagai macam sudut pandang bangunan. Baik dari penerapan denah, permainan fasad bangunan, secara dua dimensional maupun tiga dimensional tidak lepas dari bentuk geometri, Dilihat dari unsur unsur keseluruhan. Bentuk bentuk ini mungkin akan mempengaruhi perancangan di dalam konsep arsitektur. Sisi lain dari geometri adalah keteraturan yang diciptakannya. Manusia cenderung ingin menghasilkan suatu keteraturan dalam kehidupannya. Arsitektur yang merupakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan hidup juga dituntut menerapkan keteraturan. Sehingga bentuk-bentuk yang diciptakan tidak lepas dari bentuk-bentuk teratur. Bentuk geometri muncul untuk memperkuat kesan ruang dan menciptakan suatu keteraturan di dalamnya.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48465
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrza Yuliansyah
Abstrak :
Seperti sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya, sistem pendidikan arsitektur pun telah mengaiami perubahan dan penyesuaian berulang-uiang, tentunya untuk memperoleh yang terbaik_ Di Universitas Indonesia, perubahan ini pun teiah diaiami nam un sudahkah sistem tersebut memberikan yang terbaik bagi para peserta didik institusi, profesi arsitek, dan masyarakat secara keseluruhan. Sebuah sistem pendidikan dituntut untuk dapat mempersiapkan para Iulusannya untuk dapat menghadapi tantangan yang akan mereka temui setelah mereka Iulus. Giobalisasi dan laju teknoiogi yang semai
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S48470
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipta Kurniawati
Abstrak :
Manusia dan lingkungan merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, keduanya saling berinteraksi. Untuk berlindung dari keganasan alam manusia membuat rumah dan sebagai makhluk sosial maka manusia berinteraksi dan tinggal bersama-sama orang lain. Maka muncullah suatu kelompok rumah yang kemudian disebut pemukiman. Pada daerah perkotaan dimana penducluknya banyak sering terj adi persaingan mendapatkan Iahan karena lahan yang tersedia semakin terbatas, Persaingan juga dipicu faktor kedekatan dengan pusat kegiatan, semakin dekat semakin mahal, Ketidak beruntungan pekerja pada sektor formal, membuat mereka beralih ke sektor informal dengan penghasilan pas-pasan Pekeljaan sektor informal hams tinggal dekat pusat kegiatan karena daerah inilah memiliki peluang untuk mencari nafkah Oleh karena daya beli yang rendah, para pekerja sektor informal memilih untuk bermukim pada tanah kosong milik pemerintah, Akhimya trbentuklah pemukiman liar. Pemukiman ini tak jarang terlihat kumuh sehingga memicu pemerintah untuk menggusur ke tempat yang dianggap lebih baik misalnya rumah susun. Namun temyata biaya hidup yang tinggi pada rumah susun, menyebabkan masyarakat berekonomi pas-pasan tidak dapat hidup di rumah susun. Masyarakat dengan golongan ekonomi menengah yang hanya mampu hidup dalam rumah susun. Lalu bagaimanakah masyarakat dengan taraf ekonomi rendah bermukim dengan baik di perkotaan sehingga mereka dapat melangsungkan kehidupannya Lalu bagaimanakah pemerintah menyedikan pemukiman bagi masyarakat bertaraf ekonomi rendah agar lebih sesuai dengan kehidupan masyarakat bertaraf ekonomi rendah. Teori Ekofeminisme dengan konsep berkelanjutannya mengandung nilai-nilai etika lingkungan bepijak pada nilai-nilai budaya perempuan seperti kesetaraan, keadilan, cinta, persahabatan, kepercayaan dan hubungan baik antar sesama telah merencanakan pengelolaan lingkungan pemukiman di daerah perkotaan dengan basis partisipasi masyarakat Pembangunan pemukiman dengan basis partisipasi masyarakat dapat menjawab kebutuhan bermukim masyarakat bertaraf ekonomi rendah di perkotaan.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48511
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Sofia
Abstrak :
Mengapa kita harus membiarkan bangunan selalu minimal dalam berekspresi? Lihatlah alam, kita dapat belajar banyaK darinya. Alam itu indah dan menyegarkan manusia karena kekayaan teksturnya, ragam bentuk, dan variasi warna yang tidak terhitung banyaknya. Komposisi bentuk, tekstur, dan warna dalam alam berasal dari kehidupan dan demi kehidupan. Dapatkah jiwa manusia menjadi lebih hidup dan bahagia dengan tinggal dalam bangunan yang monoton dan serba minimalis? Sedangkan arsitektur sendiri menjadi hidup karena kualitas-kualitas: tekstur, dan warna yang menyentuh emosi manusia. Arsitektur organik menjadikan alam sebagai sumber utama mengenai Dalam arsitektur organik, arsitek belajar dari alam dan mengingatkan manusia sebagai bagian dari alam. Komposisi alam selalu menghidupkan, oleh sebab itu sejak dahulu kala arsitek mencari cara untuk menerapkannya pada bangunan, agar bangunan juga hidup dan pada gilirannya menghidupkan manusia juga. Bagi mereka, manusia dapat hidup lebih baik dalam bangunan yang hidup dan natural. Sehingga bagaimana cara para arsitek menerjemahkan atau mengekspresikan penghargaan terhadap alam dan manusia dalam bangunannya - terutama dalam bentuk dan unsur-unsurnya - layak untuk dipelajari. Arsitektur organik bukanlah gaya, melainkan pandangan yang menghargai manusia dan alam secara mendalam. Setiap arsitek mengekspresikan penghargaan itu dalam cara yang berbeda melalui bentuk bangunannya. Ragam bentuk bangunan organik terbentang mulai dari bentuk yang serba melengkung dan ekspresif hingga bentuk kotak. Pada keragaman ini tersirat adanya penekanan yang berbeda dalam mengungkapkan pandangan organik ke bentuk bangunan. Pembahasan ini mencari bagaimana arsitek organik mengungkapkan pandangan organiknya ke dalam bentuk bangunan, serta mencari letak penekanan organik Makovecz dan Frank L. Wrighl. Dengan memahami cara arsitek organik mengekspresikan alam dan letak penekanannya dalam bentuk arsitektur, kita mengerti betapa eratnya hubungan manusia dan arsitektur dengan alam, dan betapa ulam adalah sumber inspirasi yang lak ada habisnya bagi ekspresi arsitektur.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48507
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Rizky Ikhsani
Abstrak :
Skripsi ini mengevaluasi arti simbolik dari titik-titik kardinal pada arsitektur tradisional Indonesia, terutama pada kebudayaan dari kelompok etnik Jawa, BaJi, Toraja, Amarasi, Babar, dan Savu pada kepulauan Indonesia. Alasan dari pemilihan topik ini ada1ah karena ketertarikan penulis dengan kompleksnya simbolisme titik kardinal (yang kebanyakan telah dianalisis) pada kebudayaan asing, seperti kebudayaan pribumi Amerika Utara dengan dewa pelindung arah mata anginnya, ajaran Tattvas pada kebudayaan India, hingga sistem Feng Shui Cina yang amat kompleks; ini semua mendorong penulis untuk melakukan analisis pada simbolisme titik-titik kardinal pada kebudayaan kita di kepulauan Indonesia, terutama pada arsitektur tradisionalnya, karena kebudayaan kita sendiri sebenarnya memiliki latar belakang yang kaya dengan simbol kulturalnya yang kompleks dan unik dibandingkan dengan kebudayaan kebudayaan lain di dunia. Atas alasan ini, penulis menentukan topik ini untuk skripsi dan mencoba mempelajari simbolik titik kardinal pada arsitektur tradisionai Indonesia, termasuk mencoba menemukan inti bagaimana cara simbol tersebut terlahir kedalam kebudayaan setiap kelompok etnik. bagaimana evolusi simbol tersebut sejalan dengan waktu (jika kebudayaan tersebut mengalami perubahan atau intervensi dari luar yang cukup signifikan sehingga mcngubah sirnbol-simbol titik kardinal pada arsitekt:ur tradisional mereka), bagaimana setiap kelompok etnik menginterpretasikan arti simbolik pada setiap titik kardinal dan bagaimana penerapannya terutama pada arsitektur tradisional mereka. Alasan pemilihan kelompok-kelompok etnik ini adalah karena kelompok-kelompok etnik ini...
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S48510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyanti Chandra P.
Abstrak :
Manusia ada[ah makhluk individu clan juga makhluk social. sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan orang lain. Manusia seoang melakukan kegiatan sosialisasi dengan prang lain, clan tentu saja, menjadi bagian dari kegiatan itu. Karena itulah sosialisasi antara sesama manusia menjadi hal sangat penting bagi kehidupan manusia tersebut. Kantin bagi kehidupan seorang mahasiswa adalah suatu tempat yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini disebabkan karena mahasiswa sebagai seorang individu, memerlukan makanan sebagai suplemen yang mendukung kelangsungan hidupnya. Namun disamping itu ada hal lain yang juga menjadi penting, demi mencapai pemenuhan kebutuhan hidupnya sebagai makhluk sosial. Kantin sekarang ini juga digunakan sebagai tempat bersosialisasi. Kebutuhan akan sosialisasi dengan sesamanya adalah salah sate kebutuhan dasar manusia. Kegiatan sosialisasi itu diwujudkan dengan adanya kegiatan interaksi antar sesama manusia. Mahasiswa sebagai manusia, melakukan kegiatan interaksi. Kegiatan interaksi yang tedadi di dalam kantin akan menjadi pembahasan dalam skripsi ini.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S48642
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>