Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 151 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Diana Rizki Martina
Universitas Indonesia, 2010
TA4085
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Athaya Syaharani Putri Kusumowardhani
"Pelayanan merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh seorang profesional dibidang ilmunya untuk melakukan atau memberikan jasa kepada konsumen yang membutuhkan. Waktu pelayanan dapat mempengaruhi kepuasan pasien terhadap pelayanan farmasi rumah sakit. Waktu pelayanan yang lama dianggap membuat pasien frustasi dan menjadi penyebab potensial ketidakpuasan pasien pada pelayanan kesehatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui waktu pelayanan resep dari resep masuk hingga obat diberikan kepada pasien. Waktu pelayanan dihitung dari waktu dokter meresepkan hingga pemberian obat ke pasien. Parameter yang diamati adalah waktu penulisan resep, verifikasi, dispensing, dan penyerahan obat. Rata-rata waktu pelayanan pelayanan resep pasien pulang dari obat diresepkan hingga diserahkan adalah 10 jam 21 menit 27 detik, sehingga dapat disimpulkan bahwa pelayanan resep pasien pulang di Unit Rawat Inap dilakukan kurang dari 24 jam. Rata-rata waktu pelayanan resep pada tahap verifikasi, dispensing, dan penyerahan berturut-turut adalah 37 menit, 1 jam 48 menit 55 detik, dan 7 jam 55 menit 33 detik. Rata-rata waktu pelayanan resep untuk pasien dengan jaminan BPJS yaitu 10 jam 6 menit, sedangkan pelayanan resep untuk pasien dengan jaminan Umum memiliki waktu pelayanan 8 jam 53 menit 54 detik.

Service is a series of activities carried out by a professional in the field of knowledge to perform or provide services to consumers in need. Service time can affect patient satisfaction with hospital pharmacy services. Long service time is considered to frustrate patients and is a potential cause of patient dissatisfaction with health services. This research was conducted to determine the prescription service time from the incoming prescription until the drug was given to the patient. Service time is calculated from the time the doctor prescribes to administering the drug to the patient. Parameters that are considered are the time of prescription writing, verification, dispensing, and drug delivery. The average time for prescription services for patients to go home from the drugs prescribed to delivery is 10 hours 21 minutes 27 seconds, so it can be interpreted that the prescription services for patients going home at the Inpatient Unit are carried out in less than 24 hours. The average prescription service time at the verification, dispensing and delivery stages was 37 minutes, 1 hour 48 minutes 55 seconds and 7 hours 55 minutes 33 seconds respectively. The average prescription service time for patients with BPJS insurance is 10 hours 6 minutes, while prescription services for patients with general insurance have a service time of 8 hours 53 minutes 54 seconds."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Septiana Ayu Pratiwi
"Orientasi pelayanan kefarmasian saat ini telah bergeser dari pelayanan obat menjadi pelayanan pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care yang merupakan bentuk pelayanan dan tanggung jawab langsung profesi Apoteker dalam pekerjaan kefarmasian untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Oleh karena itu, untuk menghasilkan generasi Apoteker yang kompeten, diperlukan program praktek kerja sebagai sarana pembelajaran mengenai kegiatan kefarmasian untuk dapat diterapkan langsung dalam lingkungan kerja. Praktik Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Universitas Indonesia periode Juli – Agustus 2021 dan Apotek Apotek Kimia Farma periode Oktober 2021. Melalui proses PKPA di rumah sakit dan apotek tersebut, calon apoteker diharapkan mampu memperoleh wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman yang sesuai untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

The orientation of pharmaceutical services has now shifted from drug services to patient services which refers to Pharmaceutical Care which is a form of service and direct responsibility of the Pharmacist profession in pharmaceutical work to improve the quality of life of patients. Therefore, to produce a competent generation of pharmacists, a work practice program is needed as a means of learning about pharmaceutical activities to be applied directly in the work environment. Pharmacist Professional Work Practice is carried out at the University of Indonesia Hospital for the period of July – August 2021 and Apotek Kimia Farma for the period of October 2021. Through the Pharmacist Professional Work Practice process in these hospitals and pharmacies, prospective pharmacists are expected to be able to gain the appropriate insights, knowledge, skills, and experience to do pharmaceutical work."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fara Cesara Widyastuty
"Penggunaan antibakteri sekarang ini telah meningkat semakin tajam. Namun, pemberian antibakteri oleh dokter tidak diimbangi dengan penggunaan yang tepat oleh pasien. Salah satu hal penting yang mempengaruhi tindakan dan perilaku seseorang adalah pengetahuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan tingkat pengetahuan dengan pola penggunaan antibakteri oral oleh pasien anak dan dewasa di tiga Puskesmas Kecamatan Kota Depok. Terdapat 7 indikator tingkat pengetahuan dan 4 indikator pola penggunaan yang dinilai. Desain penelitian ini adalah potong lintang dan pengambilan data retrospektif dilakukan dengan kuesioner. Wawancara berdasarkan kuesioner dilakukan pada sampel dari Februari-Mei 2012. Sampel adalah dewasa berusia 18-64 tahun dan orangtua/wali dari anak berusia < 12 tahun yang pernah mendapat antibakteri oral dari Puskesmas Cimanggis, Sukmajaya, dan Pancoran Mas. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Jumlah sampel sebanyak 105 orangtua/wali dan 104 dewasa. Hasil wawancara memperlihatkan bahwa mayoritas responden, yang terdiri dari 45,2% kelompok dewasa dan 50,5% kelompok orangtua/wali memiliki pengetahuan cukup mengenai antibakteri. Selain itu, diketahui sebanyak 75,0% pasien dewasa dan 71,4% pasien anak memiliki pola penggunaan antibakteri oral yang tidak sesuai. Hasil akhir menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pengetahuan dengan pola penggunaan antibakteri oral oleh pasien anak maupun dewasa.

Nowadays, the use of antibacterial has increased more sharply. However, the doctor's giving of antibacterial is not balanced with the right use of patients. One of the important thing that affects someone's action is knowledge. The purposes of this research were to analyze the relation of knowledge level with the patterns of oral-antibacterial use by children and adult patients at three subdistrict public health centers in Depok City. There were 7 indicators of the knowledge level and 4 indicators of the use patterns was observed. The research design is cross sectional study and taking retrospective data by questionnaire. Interview based on questionnaire was conducted on the samples from February-May 2012. The samples were adults with age 18-64 years old and parents from the children with age < 12 years old who ever got oral-antibacterial from Cimanggis, Sukmajaya, and Pancoran Mas public health centers. The sampling technique used was consecutive sampling. The number of samples were 105 parents and 104 adults. The result showed that the majority of respondents, consists of 45,2% adults and 50,5% parents had medium knowledge of antibacterial. On the other hand, 75,0% and 71,4% had the patterns of antibacterial use is not appropriate. The last result is no relation in statistically between the level knowledge with the patterns of oral antibacterial use by both adult and children patients. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S42833
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Irensia Arviana
"Sebagian masyarakat membeli obat antibakteri oral di apotek tanpa resep dokter (swamedikasi). Penggunaan antibakteri secara tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya resistensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemahaman terhadap penggunaan antibakteri oral dan kepuasan terhadap pelayanan, saran, dan informasi yang diberikan oleh petugas apotek. Penelitian dilakukan dengan metode studi potong lintang dari Februari-Mei 2012 di enam apotek Kota Depok. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Sampel adalah pengunjung beberapa apotek di wilayah Depok yang pernah membeli antibakteri oral. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi sebagai alat ukur. Total sampel berjumlah 114 orang. Responden yang paham dengan baik mengenai penggunaan antibakteri oral adalah 36 %. Sebagian besar responden (67,55 %) cukup puas terhadap pelayanan, saran, dan informasi yang diberikan petugas apotek. Rata-rata pemahaman responden adalah 76,19 % dan rata-rata kepuasan responden adalah 72,46 %.

Most of people buy oral antibacterial drugs in pharmacies without a prescription (self-medication). The use of antibacterial incorrectly may lead to resistance. This study aimed to analyze the comprehension of oral antibacterial use and the satisfaction of services, advice, and information provided by the pharmacist. Research carried out by the method of cross-sectional study from February to May 2012 in six pharmacies in Depok. Sampling was conducted in consecutive sampling. Samples were visitors at several pharmacies in the area of Depok who ever bought an oral antibacterial. Data was collected using a questionnaire that has been validated as a measurement tool. Total sample was 114 people. Respondents who know well about the use of oral antibacterials were 36 %. The majority of respondents (67.55 %) were quite satisfied with the services, advice, and information provided the pharmacist. The average comprehension of the respondent was 76.19 % and the average satisfaction of respondent was 72.46 %."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2012
S42992
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stevani Dian Rofista
"ABSTRAK
Kepatuhan yang rendah dalam menjalani terapi masih menjadi permasalahan dalam bidang kesehatan. Salah satu keadaan yang seringkali tidak disertai
kepatuhan yang tinggi dalam terapinya adalah hiperkolesterolemia. Penelitian ini merupakan penelitian praeksperimental dengan metode one group pretest and
posttest. Penelitian dilakukan untuk menganalisis pengaruh leaflet sebagai media
pendidikan kesehatan terhadap kepatuhan pasien dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepatuhan pasien. Penelitian dilakukan dengan mengukur
kepatuhan pasien dalam pengobatan dan pola makan, serta mengukur aktivitas fisik pasien sebagai komponen penting dalam penatalaksanaan keadaan
hiperkolesterolemia. Sampel adalah pasien hiperkolesterolemia di dua puskesmas
kecamatan Kota Depok yang berusia ≥40 tahun, yaitu Pancoran Mas dan
Sukmajaya. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Kepatuhan dalam pengobatan diukur dengan menggunakan kuesioner Morisky, sedangkan kepatuhan dalam pola makan dan aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner
yang dibuat sendiri. Total sampel yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 39 orang. Hasil analisis yang diperoleh antara lain p-value = 0,000 untuk kepatuhan pola makan, p-value = 0,000 untuk aktivitas fisik dan p-value = 0,001 untuk
kepatuhan minum obat. Berdasarkan hasil yang diperoleh, leaflet sebagai media pendidikan kesehatan memberikan pengaruh yang bermakna terhadap kepatuhan pasien hiperkolesterolemia. Pada analisis bivariat, diperoleh p-value = 0,031,
sehingga dapat disimpulkan bahwa umur dapat mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan.

Abstract
Low therapy adherence was still being a problem in the health sector. One situation that often is not accompanied by a high therapy adherence is hypercholesterolemia. This research is one method pre-experimental with pretest
and posttest group design. The study was conducted to analyze the influence of the leaflet as the health education media on therapy adherence in hypercholesterolemic patients and factors of patient that may affect adherence
therapy. The study was conducted to measure patient adherence in medication and diet, as well as measuring the patient's physical activity as an important component in the management of hypercholesterolemia. Samples were hypercholesterolemic patients at two subdistrict public health centers in Depok
city, namely Pancoran Mas and Sukmajaya. Samples were taken with a
consecutive sampling technique. Adherence to treatment was measured using the Morisky questionnaire, whereas adherence to diet and physical activity were measured using self-made questionnaire. Total samples obtained in this study is 39 people. Analytical results obtained include p-value = 0.000 for diet adherence,
p-value = 0.000 for physical activity and p-value = 0.001 for medication
adherence. Based on the results obtained, as a medium for health education leaflet as the health education media gives a significant influence on patient adherence hypercholesterolemia. In the bivariate analysis, obtained p-value = 0.031, so that it can be concluded that age may affect patient compliance in treatment."
Universitas Indonesia, 2012
S43557
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andreas, Edberg
"Liposom sebagai sistem penghantaran obat yang baik pelu menjaga kestabilan ukurannya. Metode pengecilan ukuran liposom yang umum digunakan adalah ekstrusi dan sonikasi. Pada penelitian ini bertujuan membandingkan pengecilan ukuran dengan metode ekstrusi bertingkat dengan melewatkan suspensi liposom melalui membran polikarbonat 0,45 μm sebanyak satu siklus, dilanjutkan dengan melewatkan suspensi liposom melalui membran polikarbonat 0,22 μm sebanyak 3,6, dan 9 siklus dan metode sonikasi selama 10, 20 dan 30 menit.
Setelah dievaluasi distribusi ukuran liposom dan efisiensi penjerapan liposom, diperoleh liposom hasil ekstrusi 6 siklus dan sonikasi 10 menit mempunyai hasil yang terbaik yang kemudian digunakan dalam formulasi gel. Setelah diformulasi ke dalam gel, gel yang mengandung liposom hasil ekstrusi 6 siklus mengalami peningkatan ukuran sebesar 7,71 kali dan gel yang mengandung liposom hasil sonikasi selama 10 menit mengalami peningkatan ukuran sebesar 12,18 kali. Hal ini memperlihatkan bahwa gel yang mengandung liposom hasil ekstrusi menunjukkan hasil pengecilan yang lebih baik dibandingkan gel yang mengandung liposom hasil sonikasi.

Liposome as a good drug delivery system need to maintain a stable size. Liposome size reduction method that mostly use is extruction and sonication. The aimed of this research is to compare size reduction method using two step of extruction by extruded liposome suspension through 0,45 μm polycarbonate membrane 1 cycle and then extruded it through 0,22 μm polycarbonate membrane 3, 6, and 9 cycles and sonication method for 10, 20, and 30 minutes.
Result showed that liposome after 6 cycles extruction and 10 minutes sonication showing the best evaluation for size distribution and entrapment efficiency. These liposome was also being proceed for gel formulation. Size distribution evaluation in gel showed that liposome size after 6 cycles of extruction has increased by 7,71 times and liposome size after 10 minutes sonication has increased by 12,18 times. Gel contained liposome after extruction had a better size reduction than gel contained liposome after sonication.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S57080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Aryani Suryadi
"Virgin coconut oil, Olive oil, dan Minyak Jinten hitam merupakan beberapa minyak tumbuhan yang banyak dikembangkan sebagai sediaan nutrasetika. Banyak penelitian telah membuktikan bahwa ketiga jenis minyak tumbuhan ini dapat digunakan untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Melalui penelitian ini, dibuat mikroemulsi dari ketiga campuran dengan memvariasikan gliserin sebagai kosurfaktan untuk melihat sediaan yang paling stabil. Pembuatan diagram fasa dilakukan sebelum formulasi utama ditentukan untuk menentukan daerah jernih mikroemusi tersebut. Melalui langkah ini, diperoleh bahwa daerah stabil berada pada rentang minyak 3 hingga 6% dengan rentang tween 80 sebesar 25 hingga 35%. Formulasi utama kemudian dibuat dengan kadar minyak 4,5% dan kadar tween 80 sebesar 30%. Gliserin sebagai kosurfaktan divariasikan 8%, 10%, dan 12%. Setelah pembuatan mikroemulsi, dilakukan pengamatan organoleptis, pH, viskositas, ukuran globul dan tegangan permukaan dan uji stabilitas selama 8 minggu. Sediaan mikroemulsi dengan kadar gliserin 8% diketahui paling stabil. Hal ini disimpulkan dari perubahan ukuran globul yang paling kecil; dari 34,72 nm menjadi 36,25 nm diakhir pengukuran.

Virgin coconut oil, olive oil, and Black seed oil are many developed plant oil as nutraceutical products. Many research has been proved that all of this plant oil can be used to reduce cholesterol concentration in blood. In this experiment, microemulsion has been made from mix of three types oil with varying glycerin as co-surfactant to see the most stable preparations. Construction of phase diagram was done before main formula are determined for determine the microemulsion's transparent area. From this step, it can be obtained that stable area are in oil concentration of 3 until 6 percent and tween 80 concentration of 25 until 35 percent. Main formulation made with oil concentration of 4,5 percent and tween 80 of 30 percent. Glycerin as cosurfactant was varied of 8 percent, 10 percent, and 12 percent. After microemulsion formulation, organoleptic observation, pH test, viscosity test, globul size test, surface tension test and stabilization test are done for 8 weeks. Microemulsion with 8 percent of glicerine concentration are known as the most stable. It concluded from the least globul size's change; from 34,72 nm to 36,25 nm in the last measurements."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56763
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Adiyati
"Penyakit ginjal merupakan salah satu penyakit yang banyak ditemukan di kalangan masyarakat Indonesia. Daun dari pohon angsana (Pterocarpus indicus Willd.) merupakan salah satu alternatif yang digunakan secara empiris oleh masyarakat Indonesia untuk mengobati dan mencegah penyakit ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah efek nefroprotektif rebusan daun angsana ditinjau dari volume urin, kadar natrium dan kalium urin. Tiga puluh ekor tikus putih jantan Sprague-Dawley dibagi menjadi lima kelompok perlakuan; kelompok 1 sebagai kelompok kontrol normal, kelompok 2 sebagai kelompok induksi, dan kelompok 3,4,5 sebagai kelompok dosis. Dosis rebusan daun angsana yang digunakan berturut-turut adalah 28,8 mg/kg bb, 57,6 mg/kg bb, dan 115,2 mg/kg bb yang diberikan secara oral selama 21 hari dalam dosis tunggal. Antibiotik gentamisin digunakan sebagai senyawa nefrotoksik dengan dosis 80 mg/kg bb yang diberikan secara intraperitonial pada hari ke-15 hingga 21. Efek nefroprotektif diamati dari volume urin, kadar natrium, dan kadar kalium urin. Hasil penelitian menunjukan kelompok yang diberikan dosis 3 (23,04 mg/200 g bb) mengalami penurunan kadar natrium dan peningkatan kadar kalium urin serta memiliki perbedaan bermakna (p<0,05) dengan kelompok induksi sehingga dapat disimpulkan bahwa daun angsana dosis 3 (115,2 mg/kg bb/hari) berpotensi memiliki efek nefroprotektif, namun pengamatan terhadap volume urin 24 jam tidak menggambarkan signifikansi pada efek nefroprotektif.

Kidney disease is a common disease among the people of Indonesia. The leaves from angsana tree (Pterocarpus indicus Willd.) is an alternative used empirically by Indonesian people to treat and prevent kidney diseases. The aim of this study was to demonstrate the scientific nephroprotective effect of water-boiled angsana leaves evaluated from urine volume, urinary sodium and potassium levels which are parameters for renal damage. Thirty white male Sprague-Dawley rats were divided into five treatment groups; group 1 as normal control group, group 2 as induction group, and group 3 to 5 as dose groups. Doses for angsana leaves were variated to 28,8 mg/kg bw; 57,6 mg/kg bw; and 115,2 mg/kg bw which were given orally for 21 days as single doses. The antibiotic gentamicin is used as a nephrotoxic agent at 80 mg/kg given by intraperitoneal injection from day 15 to 21. Nephroprotective effects were observed from levels of urinary output, urinary sodium, and urinary potassium. Obtained results show the group given the highest dose (115,2 mg/kg bw) resulted in decreased sodium levels and increased levels of urinary potassium as well as having a significant difference (p<0,05) with the induction group. It can be concluded that the leaves of angsana at the dose 115,2 mg/kg bw/day has potential nephroprotective properties. Observed 24-hour urine volume, however, did not show significant signs for nephroprotective effects."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S65402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikry Dwi Anjan
"Daun angsana (Pterocarpus indicus Willd.) telah banyak digunakan secara empiris untuk mengobati sariawan, antibakteri dan penyakit ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara ilmiah efek nefroprotektif daun angsana pada tikus putih jantan yang diinduksi gentamisin ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma yang keduanya merupakan parameter fungsi ginjal. Pada penelitian ini, digunakan 30 ekor tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok kontrol normal (aquadest dan aqua p.i.), kelompok induksi (gentamisin 80mg/kg bb/hari i.p), dosis I (rebusan daun angsana 28,8 mg/kg bb/hari), dosis II (rebusan daun angsana 57,6 mg/kg bb/hari), dosis III (rebusan daun angsana 115,2 mg/kg bb/hari). Semua kelompok diberikan perlakuan selama 21 hari. Pada hari ke-15 diberikan injeksi gentamisin selama 7 hari. Pada hari ke-22, pengambilan darah dilakukan melalui sinus orbital. Kadar urea dan kreatinin diukur menggunakan metode berthelot untuk urea dan metode kolorimetri untuk kreatinin. Hasilnya menunjukan pemberian dosis III (rebusan daun angsana 115,2 mg/kg bb/hari) dapat menurunkan kadar urea dan kreatinin plasma serta memiliki perbedaan bermakna (p<0,05) dengan kelompok induksi sehingga dapat disimpulkan bahwa daun angsana dosis III (rebusan daun angsana 115,2 mg/kg bb/hari) memiliki potensi untuk mencegah kerusakan ginjal yang disebabkan oleh gentamisin.

Angsana leaves (Pterocarpus indicus Willd.) has been widely used empirically for treat canker sore, antibacterial and kidney disease. This study aimed to demonstrate the scientific of nephroprotective effect from angsana leaf on male rats induced by gentamicin reviewed from urea and creatinine plasma levels were both parameters of renal function. In this study, thirty male rats strain Sprague Dawley divided into five treatment groups were normal control group (aquadest and aqua p.i.), induction group (80 mg/kg bw/day i.p ), dose I group (28.8 mg/kg bw/day), dose II group (57.6 mg/kg bw/day), dose III group (115.2 mg/kg bw/day). All groups were given treatment for 21 days. At the 15th day, the animals were given gentamicin injection for 7 days. At the 22th day, the blood was collected from sinus orbital. The urea and creatinine plasma levels were measured by berthelot method for urea and colorimetric method for creatinine. The result show dose III (115.2 mg/kg bw/day) was decreased urea and creatinine plasma levels also has significantly different (p<0,05) with induction group. So, stew angsana leaf dose III group (115.2 mg/kg bw/day) has potential to prevent kidney damage by gentamicin induced."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63374
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>