Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Nathaniel Aditya
"Pendahuluan: Pada tahun 2050, jumlah populasi lansia yang berusia lebih dari 65 tahun diperkirakan akan mencapai 1,5 milyar. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan pergeseran paradigma dari proses penuaan kronologis menjadi proses penuaan biologis. Proses penuaan (aging) merupakan sebuah proses multifaktorial yang memiliki kaitan erat dengan stres oksidatif, sebuah fenomena yang lajunya dapat diketahui melalui kadar senyawa metabolit sekundernya, malondialdehid (MDA).
Tujuan: Studi ini meneliti efek dari tanaman obat yang sering digunakan sebagai agen antiinflamasi, Centella asiatica (CA), terhadap kadar MDA pada otak tikus Sprague-Dawley tua dan kemampuan kognitifnya.
Metode: Tikus jantan tua dibagi ke dalam 3 kelompok: Kontrol Negatif, Kontrol Positif (vitamin E 6 IU), dan CA 300 (ekstrak etanol daun CA 300 mg/kg), ditambah 1 kelompok Kontrol Pembanding tikus jantan muda yang diberi perlakuan selama 28 hari. Setiap minggunya, dilakukan uji memori jangka panjang menggunakan metode Y-maze untuk menilai fungsi kognitif tikus. Pada hari terakhir, organ otak dari setiap tikus diambil dan kadar MDA-nya diteliti.
Hasil: Pada kelompok CA 300, ditemukan kadar MDA otak yang relatif lebih rendah dibandingkan Kontrol Negatif, meskipun tidak signifikan (P = 0,5683). Pada uji memori jangka panjang Y-maze, meskipun secara statistik tidak bermakna, penurunan kemampuan kognitif pada kelompok CA 300 tidak sebesar penurunan pada Kontrol Negatif (nilai P kedua kelompok sama; P = 0,5).
Kesimpulan: Pemberian ekstrak etanol CA tidak memiliki pengaruh terhadap kadar MDA otak dan kemampuan kognitif pada tikus Sprague-Dawley jantan yang sedang mengalami proses penuaan.

Introduction: It is estimated that in 2050, the number of elderly aged >65 years will reach 1.5 billion. To overcome this issue, a shift of paradigm, from chronological aging to biological aging, is urgently needed. Aging is a multifactorial process related to oxidative stress, a process in which its rate can be identified from its secondary metabolite level, malondialdehyde (MDA).
Objective: This research studied the effect of a medicinal plant known for its anti-inflammatory properties, Centella asiatica (CA), on the level of brain MDA and cognitive abilities in aged Sprague-Dawley rats.
Methods: The aged male rats were divided into three groups: Negative Control, Positive Control (vitamin E 6 IU), and CA 300 (CA leaves ethanolic extract 300 mg/kg), with one additional Comparison Group consisted of untreated young rats which were given corresponding treatments throughout 28 days. Each week, a Y-maze test assessing the long-term memory of each rats was conducted. In the last day, all rats brains were collected, and their MDA levels were measured.
Results: Compared to the Negative Control, a lower MDA level was found on the brains of the CA 300 group, although statistically not significant (P = 0.5683). In the Y-maze test, a relatively lower decline in cognitive abilities was seen in CA 300 group when compared to Negative Control, even if it was insignificant (same P value on both groups; P = 0.5).
Conclusions: CA ethanolic extract has no influence on both the brain MDA concentration and the cognitive abilities of aging Sprague-Dawley rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Callen
"Pendahuluan: Usia harapan hidup di Indonesia pada tahun 2020 diperkirakan melebihi angka 70 tahun. Walaupun demikian, peningkatan jumlah lanjut usia tanpa disertai perbaikan kualitas hidup berimplikasi pada munculnya berbagai penyakit neurodegeneratif. Penuaan merupakan proses multifaktorial yang melibatkan stres oksidatif. Meskipun demikian, hal ini dapat diantisipasi dengan keberadaan substansi brain-derived neurotrophic factor (BDNF). Secara fungsional, faktor neurotropik ini mampu menunjang vitalitas, perkembangan, dan plastisitas neuron yang berperan dalam pemeliharaan fungsi kognitif.
Objektif: Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek tanaman herbal Acalypha indica L. terhadap kadar BDNF dan fungsi kognitif, khususnya memori jangka pendek.
Metode: Penelitian berlangsung selama 28 hari menggunakan tikus Sprague-Dawley tua (20-24 bulan) yang terbagi ke dalam tiga kelompok uji: kontrol negatif, kontrol positif (vitamin E 6 IU), dan Acalypha indica L. 250 mg/kg BB, beserta satu kelompok tikus muda berusia 8-12 minggu. Data diperoleh melalui pengukuran kadar BDNF otak dengan BDNF ELISA kit pada hari ke-29 serta uji kognisi Y-maze dengan menghitung jumlah benar pada hari ke-7 dan 28 perlakuan.
Hasil: Konsentrasi BDNF pada kelompok Acalypha indica L. mengalami peningkatan apabila dibandingkan dengan tiga kelompok lainnya (nilai p=0,6545). Sementara, uji Y-maze memperlihatkan hasil adanya peningkatan jumlah benar pada hari ke-28 dibandingkan dengan hari ke-7 pada kelompok Acalypha indica L. (nilai p>0,999).
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Acalypha indica L. tidak memiliki pengaruh terhadap kadar BDNF otak dan kemampuan kognitif pada tikus Sprague-Dawley tua. Maka dari itu, dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik serta dapat diaplikasikan pada subjek manusia.

Background: In 2020, life expectancy in Indonesia is estimated to be greater than 70 years. Nevertheless, the increasing number of elderlies with the poor quality of life implied in the occurrence of many neurodegenerative diseases. Aging is a process that involves oxidative stress; however, it can be anticipated by the presence of brain-derived neurotrophic factor (BDNF). This neurotrophic factor could optimize the vitality, growth, and plasticity of neuronal cells; consequently, cognitive function got maintained.
Objective: The aim of this study is to investigate the effect of Acalypha indica L. as a notable medicinal plant to BDNF level and cognitive function, specifically short-term memory.
Methods: This experimental study was conducted in 28 days using old Sprague-Dawley rats (20-24 months of age rats) which were grouped into three groups: negative control, positive control (vitamin E 6 IU), treatment (Acalypha indica L. 250 mg/kg BW), and one young group (8-12 weeks of age rats). Data are collected by examining BDNF level of the brain tissues using BDNF ELISA kit and undergoing a Y-maze test on day 7 and 28 of treatment.
Results: Level of BDNF in the treatment group increased when compared to the other groups (p-value=0.6545). Meanwhile, the Y-maze test revealed that the number of correct choices tended to increase on day 28 when compared to day 7 (p-value>0.9999).
Conclusion: It concluded that Acalypha indica L. provides no effect to BDNF level and cognitive function in old Sprague-Dawley rats. Therefore, continuing researches to obtain more significant and applicable results are suggested.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Fitriani
"Pendahuluan: Penuaan ditandai dengan banyak hal salah satunya penurunan fungsi kognisi akibat neurodegenerasi, proses yang berkaitan dengan penurunan kadar Brain-derived Neurotrophic Factor (BDNF) sebagai faktor pertumbuhan dalam regenerasi dan pemeliharaan sistem syaraf. Jumlah lansia yang akan meningkat di masa depan menuntut dunia kesehatan untuk mencari pencegahan proses neurodegenerasi ini.
Objektif: Meneliti efek Centella asiatica (CA) terhadap fungsi kognisi dan kadar BDNF pada jaringan otak tikus Sprague-Dawley tua.
Metode: Penelitian ini menggunakan Tikus Sprague-Dawley (SD) jantan berusia 20-24 bulan sebagai tikus tua dan 8-12 minggu sebagai kelompok tikus muda sebagai pembanding. Tikus-tikus tersebut dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok kontrol negatif (diberikan akuades), kelompok kontrol positif (diberikan suplementasi Vitamin E 6 IU/pemberian), kelompok tikus muda berusia 8-12 minggu sebagai perbandingan (diberikan akuades), dan kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol daun CA yang diadministrasikan secara oral (300 mg/kg BB/hari) selama 28 hari, 2 kali perlakuan per hari. Selama penelitian, dilakukan pengujian memori jangka pendek menggunakan Y-maze. Pada akhir penelitian dilakukan terminasi dan pengukuran kadar BDNF otak tikus.
Hasil: Hasil analisis statistik menunjukkan konsentrasi rata-rata BDNF 44.09±3.854 pada kontrol negatif, 43.09±11.99 pada kontrol positif, 30.2±12.33 pada tikus muda, dan 65.88±13.46 pada kelompok perlakuan CA (mg/pg protein). Kelompok CA memiliki perbedaan yang signifikan dibanding kontrol negatif (p=0,0189). Sedangkan pada uji memori jangka pendek menggunakan Y-maze, tidak ditemukan perbedaan signifikan.
Kesimpulan: Hasil menunjukkan pemberian CA efektif dalam meningkatkan kadar BDNF otak tikus SD, sehingga diketahui memiliki efek neuroprotektif. Namun CA tidak ditemukan memiliki efek yang signifikan pada fungsi kognisi tikus SD yang mengalami penuaan.

Background: Functional decrease in learning and memory is one of the characteristics of the aging process. Studies showed that lower concentration of Brain-derived Neurotrophic Factor (BDNF) found on the brain, play a role in the phenomenon. BDNF is a growth factor that have a rol eon neuron regeneration and maintenance.
Objective: To determine whether a herbal, Centella asiatica (CA) would increase the BDNF level on the aging brain tissue neurodegeneration.
Methods: Male Sprague-Dawley rats aged 20-24 months as the aged rats and 8-12 weeks as the young rats that used in the study were divided into: negative control (given aquadest), positive control (supplementation of Vitamin E of 6 IU), young rats as a comparison (8-12 weeks old), and treatment groups, which were given ethanol extract of CA leaf administered orally (300 mg/kg BW) for 28 days with each days the treatment were given twice. The short term memory were analyzed by using Y-maze. The rats were terminated and the brain BDNF levels were assessed at the end of the study.
Results: The results showed mean ± SD concentration for BDNF were 44.09±3.854 (negative control), 43.09±11.99 (positive control group), 30.2±12.33 (young rats) and 65.88±13.46 (CA groups) mg/pg protein. The treatment group showed significantly higher tissue BDNF level compared to all group (p=0,0189). The Y-maze results show insignificant different between groups
Conclusion: In conclusion, this result showed that supplementation of CA was effective in increasing brain level of BDNF. However, it doesnt show any effect on Y-maze score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mahdaleny
"Penelitian ini membahas pengaruh aktivitas reseptor CXCL4 dan dampaknya terhadap ketidakstabilan plak aterosklerosis terhadap maturasi dan diferensiasi makrofag. Amygdalin menarik perhatian karena potensinya untuk membantu sistem imun. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan. Pertama, in silico docking digunakan untuk melihat kemungkinan penemuan obat baru yang menargetkan modulasi makrofag yang disebabkan oleh induksi kemokin CXCL4/PF4. Hasil analisis in silico menunjukkan bahwa amygdalin berikatan dengan CCR1, salah satu reseptor CXCL4. Kedua, penelitian in vitro dilakukan dengan menggunakan PBMC dari sebelas subjek yang sehat. PBMC dikultur dengan M-CSF, CXCL4, atau amygdalin (10 ng/mL atau 20 ng/mL). Meskipun hasil analisa MMP7 secara statistik belum bermakna, pemeriksaan ELISA menunjukkan kecendrungan ekspresi MMP7 yang lebih rendah, yang terkait dengan penurunan kemampuan adhesi molekul. Dapat disimpulkan bahwa amygdalin berpotensi membantu mencegah diferensiasi makrofag M4, yang berpengaruh terhadap ketidakstabilan plak aterosklerosis. Temuan ini masih perlu divalidasi dengan menambah jumlah sampel dan variasi konsentrasi amygdalin. Namun demikian, penelitian ini memberikan wawasan penting tentang kemungkinan obat baru untuk mencegah perkembangan aterosklerosis melalui modulasi makrofag dan implikasi penting molekul MMP7. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui lebih mendalam terkait mekanisme ini.

This study explores the impact of CXCL4 receptor activity on macrophage maturation, differentiation, and atherosclerotic plaque instability. The potential of amygdalin in supporting the immune system has gained attention. The research employs two methods. Firstly, in silico docking is used to investigate the potential of discovering drugs targeting macrophage modulation induced by CXCL4/PF4 chemokines. The analysis reveals that amygdalin binds to CCR1, one of the CXCL4 receptors. Secondly, an in vitro study using PBMC from eleven

healthy subjects are conducted. PBMCs are cultured with M-CSF, CXCL4, or amygdalin (10 ng/mL or 20 ng/mL).

Although the MMP7 analysis results were not statistically significant, ELISA examination indicates a trend of reduced MMP7 expression, which suggests decreased molecule adhesion capability. In conclusion, amygdalin shows promise in preventing M4 macrophage differentiation, thereby impacting atherosclerotic plaque instability.However, further validation through increased sample size and varying amygdalin concentrations is necessary. Nevertheless, this study offers valuable insights into potential new drugs for atherosclerosis prevention via macrophage modulation and the significance of the MMP7 molecule. Additional research is required to gain a deeper understanding of this mechanism."

Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Ariani
"Obesitas adalah sebuah kondisi yang dapat menimbulkan masalah kesehatan pada berbagai organ. Pada kondisi obesitas, terjadi pelepasan sitokin proinflamasi secara sistemik sehingga dapat menimbulkan inflamasi pada organ-organ, termasuk otak. Penggunaan bahan alam yang memiliki khasiat antiinflamasi dapat bermanfaat bagi individu dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek ekstrak etanol C. asiatica terhadap tikus obesitas yang diinduksi dengan diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan 24 tikus galur Wistar yang dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok Kontrol yang diberikan pakan standar; kelompok HFD yang diberikan pakan tinggi lemak; kelompok HFD+CA200 yang diberikan pakan tinggi lemak selama 12 minggu kemudian diberikan ekstrak C. asiatica 200 mg/kg; dan kelompok HFD+CA300 yang diberikan pakan tinggi lemak selama 12 minggu kemudian diberikan ekstrak C. asiatica 300 mg/kg. Kemampuan memori spasial diukur dengan uji Y-maze pada awal, minggu ke-12, dan minggu ke-17. Pada akhir penelitian, hipokampus diambil untuk analisis GFAP dan BDNF. Pada penelitian ini juga dilakukan uji in silico dengan penambatan molekuler untuk mengetahui interaksi zat aktif C. asiatica terhadap protein TrkB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok tikus yang mengalami obesitas memiliki kemampuan spasial yang lebih rendah dibandingkan kelompok kontrol (nilai p 0,006). Pemberian ekstrak etanol C. asiatica selama 5 minggu memperbaiki gangguan memori spasial pada kelompok HFD+CA300 (nilai p 0,01). Uji in silico menunjukkan bahwa komponen C. asiatica asiatic acid dan castilliferol dapat berinteraksi dengan protein TrkB. Pemberian C. asiatica berpotensi untuk memperbaiki memori spasial pada obesitas.

Obesity is a condition that can lead to problems in several organs. Systemic release of proinflammatory cytokines occurs in obese condition causing inflammation in many organs including brain. The use of natural compound with anti-inflammatory properties could benefit for obese individuals. This study aims to analyze the effect of C. asiatica extract on affected obese rats induced by a high-fat diet. We use 24 Wistar rats divided into four groups: control group given standard chow; HFD group given high fat diet; HFD+CA 200 group given high fat diet for 12 weeks then treated with C. asiatica 200 mg/kg, and HFD+CA300 given high fat diet for 12 weeks then treated with C. asiatica 300 mg/kg. Spatial memory ability was assessed using a Y maze at baseline, 12 weeks, and 17 weeks. At the end of this study, hippocampal tissue is taken and analyzed for GFAP and BDNF. In silico study with molecular docking was performed to figure out the interaction between C. asiatica compounds and TrkB. This study shows that obese rats have lower spatial memory ability than non-obese mice (p value 0,006). Treatment with C. asiatica ethanol extract for 5 weeks alleviates the impairment in HFD+CA300 group (p value 0,01). In silico test show that the C. asiatica components asiatic acid and castilliferol can interact with TrkB protein. Administration of C. asiatica extract has the potential to improve memory condition in obesity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Rizqhilmi
"Latar belakang: Perkembangan global yang cepat di seluruh dunia meningkatkan rerata angka harapan hidup manusia, hal ini mendorong peningkatan jumlah populasi lanjut usia. Penuaan dapat meningkatkan resiko penyakit terkait usia. IL-10 adalah sitokin antiinflamasi yang memainkan peran penting dalam menginhibisi proses inflamasi kronik yang disebabkan oleh proses penuaan. Masalah kesehatan yang muncul karena penuaan, salah satunya penyakit kardiovaskular dapat bersifat debilitatif dan fatal. Oleh karena itu, upaya preventif menjadi prioritas utama agar kualitas hidup dapat terjaga. Centella asiatica secara umum diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi terutama di negara-negara dengan jumlah tanaman obat yang berlimpah seperti Indonesia
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efek dari Centella asiatica sebagai tanaman obat yang sudah dikenal luas, terhadap kadar IL-10 di jantung.
Metode: Subjek yang diteliti adalah tikus Sprague-Dawley (SD) yang dibagi kedalam kelompok kontrol pembanding yang berisi tikus muda (8-12 minggu) dan tiga kelompok lainnya yang berisi tikus SD tua (20-24 bulan) terdiri dari kontrol negatif yang diberi placebo, kelompok perlakuan yang diberikan ekstrak etanol CA 300 mg/kgBB, dan kelompok kontrol positif yang diberikan vitamin E 6 IU. Setelah 28 hari, tikus-tikus tersebut diterminasi dan diukur kadar IL-10 di jantung menggunakan ELISA. Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan uji parametrik one-way ANOVA.
Hasil: Administrasi CA memberikan hasil berupa peningkatan kadar IL-10 di jantung (16.33 ± 2.71 pg/mg pada kelompok perlakuan CA vs 10.81 ± 0.75 pg/mg di pada kontrol negatif) meskipun tidak signifikan secara statistik (p = 0,106)
Simpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa Centella asiatica tidak mempengaruhi kadar IL-10 di jantung tikus SD tua secara bermakna.

Background: Rapid global improvement across the world have increased the average life expectancy of people, thus drives the increasing number of elderly population. Aging could increase the risk of age-related disease. IL-10 is an anti-inflammatory cytokine that plays an important role in inhibiting the chronic inflammatory process that occurs due to aging. The resulting health problems caused by aging, including cardiovascular diseases could be debilitative and fatal. Therefore, preventive measures are a primary priority so that quality of life can be maintained. Centella asiatica (CA) are known to have anti-inflammatory activity, especially in countries with abundant medicinal plants such as Indonesia.
Objective: Present study aimed to investigate the effect of Centella asiatica as a widely-known medicinal plant to IL-10 level in the heart.
Methods: Subjects were old Sprague-Dawley rats divided into comparison control using young rats (8-12 weeks age) and three other groups of aged SD rats (20-24 months age) consisting of negative control (placebo), treatment group was given 300 mg/kgBW CA ethanolic extract, and positive control group was given 6 IU vitamin E. After 28 days, the rats were terminated then measured the concentration of IL-10 in the heart by ELISA. The data obtained were then analyzed using the one-way ANOVA test.
Results: CA administration resulted an increase in heart IL-10 concentration (16.33 ± 2.71 pg/mg in treatment group vs 10.81 ± 0.75 pg/mg in negative control) although insignificant statistically (p = 0,106).
Conclusion: Present study showed that Centella asiatica did not affect IL-10 level in the heart of aged Sprague-Dawley rats
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikrar Hermanadi
"Latar belakang: WHO memperkirakan populasi berumur tua mencapai 1.5 miliar pada tahun 2050. Seiring dengan pertambahan usia, produksi radikal bebas meningkat dan antioksidan endogen menurun. Salah satu antioksidan endogen yang mengalami penurunan adalah SOD yang berperan penting dalam mencegah pembentukan radikal bebas. Oleh karenanya, asupan antioksidan eksogen yang meningkatkan kadar SOD penting untuk mencegah kerusakan sel. Antioksidan sintesis seperti resveratrol, Tempol, dan DPI telah terbukti menyebabkan penuaan sel secara prematur. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penggunaan antioksidan alami dari tanaman lebih utama. Salah satu tanaman Indonesia yang mengandung banyak antioksidan adalah Centella asiatica (CA).
Tujuan: Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh pemberian CA terhadap kadar SOD di hepar tikus SD tua.
Metode: Tikus dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kontrol negatif (plasebo), kontrol positif (6IU vitamin E), perlakuan (ekstrak etanol CA 300 mg/kgBB), dan kontrol pembanding (tikus SD muda). Setelah perlakuan selama 28 hari, tikus diterminasi dan heparnya diesktraksi untuk pemeriksaan kadar SOD dengan metode spektrofotometri. Data kemudian dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk dan one-way ANOVA.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan peningkatan insignifikan kadar SOD hepar (9.72 ± 3.4 U/mg pada kelompok perlakuan CA vs 8.36 ± 2.59 U/mg pada kelompok kontrol negatif) pada tikus SD tua.
Simpulan: Hasil penelitian membuktikan bahwa CA tidak dapat meningkatkan SOD, sebagai mekanisme protektif terhadap stres oksidatif, pada hepar tikus SD tua.

Introduction: WHO estimated elderly population to grow up to 1.5 billion in 2050. As people grew older, the production of free radical increases and endogenous antioxidant decreases. One of such endogenous antioxidant is superoxide dismutase (SOD) which role is to prevent free radical formation. Therefore, intake of exogenous antioxidant to increase SOD levels is important to prevent cellular damage. Synthetic antioxidant, such as resveratrol, Tempol, and DPI, has been shown to cause premature cell senescence, thus resorting to natural and traditional medicine. One of Indonesian natural medicine that contains a lot of antioxidants is Centella asiatica (CA).
Objective: The present study aimed to examine the effect of CA on SOD levels in liver of aged Sprague-Dawley (SD) rats.
Methods: Rats were divided into four groups, i.e. negative control (placebo), positive control (6IU vitamin E), treatment group (CA ethanolic extract 300 mg/kg of body weight), and comparison control (young SD rats). After treatment for 28 days, they were terminated and their liver was extracted for SOD examination using spectrophotometry. Data was then analysed using Saphiro-Wilk and one-way ANOVA.
Results: Results showed an insignificant increase in liver SOD (9.72 ± 3.4 U/mg in CA treatment group vs 8.36 ± 2.59 U/mg in negative control group) of aged SD rats.
Conclusions: These findings proved that CA is not able to increase SOD levels, as protective mechanism against oxidative stress, in liver of aged SD rats.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Suranta Hanafiah
"Latar Belakang Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) adala bakteri penyebab berbagai penyakit, mulai dari faringitis, pioderma, serta penyakit pasca Streptococcus seperti demam rematik dan glomerulonefritis. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa beberapa strain S. pyogenes telah resisten terhadap beberapa antibiotik sehingga diperlukan terapi baru. Centella asiatica (C. asiatica) adalah tanaman herbal yang berpotensi menghambat pertumbuhan berbagai bakteri. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur Minimum Inhibitory Concentration (MIC) dari ekstrak etanol 70% C. asiatica terhadap S. pyogenes untuk mengevaluasi potensinya sebagai agen antibakteri. Metode Nilai Minimum Inhibitory Concentration (MIC) diukur menggunakan metode broth dilution dimana pada 10 tabung akan ditambahkan berbagai konsentrasi ekstrak C. asiatica mulai dari 750 hingga 1,46 mg/ml. Setelah penambahan 1 μl S. pyogenes dengan kekeruhan McFarland 0,5, tabung-tabung tersebut diinkubasi selama 24 jam pada suhu 35°C. Kekeruhan tabung kemudian diamati; kaldu yang tetap jernih menandakan terhambatnya pertumbuhan bakteri, sedangkan kaldu yang keruh menandakan adanya pertumbuhan bakteri. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) adalah konsentrasi ekstrak terendah yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Hasil MIC ditemukan pada konsentrasi 375 mg/ml, yang merupakan konsentrasi ekstrak terendah yang efektif menghambat pertumbuhan S. pyogenes. Pada konsentrasi yang lebih rendah, tabung tetap terlihat keruh. Hasil ini konsisten dalam tiga percobaan terpisah, yang semuanya dilakukan secara duplo. Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa ekstrak etanol 70% dari daun C. asiatica memiliki sifat antibakteri terhadap S. pyogenes pada konsentrasi 375 mg/ml.

Introduction Streptococcus pyogenes (S. pyogenes) can cause various infections, from pharyngitis, pyoderma, and post-streptococcal diseases such as rheumatic fever and glomerulonephritis. Previous studies have shown that some strains of S. pyogenes have become resistant to several antibiotics, requiring new therapies. Centella asiatica (C. asiatica) is an herbal plant that has the potential to inhibit the growth of various bacteria. This study aims to measure the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) of 70% ethanol extract of C. asiatica against S. pyogenes to evaluate its potential as an antibacterial agent. Method The Minimum Inhibitory Concentration (MIC) value was measured using the broth dilution method where 10 tubes were added with various concentrations of C. asiatica extract ranging from 750 to 1.46 mg/ml. After the addition of 1 μl of S. pyogenes with a McFarland turbidity of 0.5, the tubes were incubated for 24 hours at 35°C. The turbidity of the tubes was then observed; broth that remained clear indicated inhibition of bacterial growth, while turbid broth indicated bacterial growth. Minimum Inhibitory Concentration (MIC) is the lowest concentration of extract that can inhibit bacterial growth. Results The MIC was found at a concentration of 375 mg/ml, which is the lowest concentration of extract that effectively inhibits the growth of S. pyogenes. At lower concentrations, the tubes remained cloudy. These results were consistent across three separate experiments, all of which were performed in duplicate. Conclusion This study found that 70% ethanol extract of C. asiatica leaves has antibacterial properties against S. pyogenes at a concentration of 375 mg/ml."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siahaan, Kezia Ellaine Charity
"Diabetes mellitus merupakan penyakit metabolik kronis yang ditandai dengan hiperglikemia akibat gangguan produksi atau fungsi insulin. Stres oksidatif berperan dalam komplikasi diabetes melalui peningkatan radikal bebas dan penurunan kapasitas antioksidan. Acalypha indica, tanaman herbal kaya fenolik dan flavonoid, memiliki potensi sebagai antioksidan yang dapat mengurangi stres oksidatif. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi efek ekstrak etanol akar Acalypha indica terhadap kadar malondialdehida (MDA) dan glutathione (GSH) pada tikus diabetes yang diinduksi diet tinggi lemak dan fruktosa (DTFK). Lima kelompok tikus Sprague-Dawley digunakan: kelompok normal, kontrol negatif, kontrol positif (pioglitazone), dan dua kelompok perlakuan (ekstrak Acalypha indica 250 mg/kgBB dan 400 mg/kgBB). Serum darah dianalisis menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 530 nm (MDA) dan 412 nm (GSH). Hasil menunjukkan dosis 250 mg/kgBB meningkatkan MDA, sementara 400 mg/kgBB menurunkannya tanpa signifikansi statistik. Peningkatan GSH lebih tinggi pada dosis 250 mg/kgBB dibandingkan 400 mg/kgBB, namun juga tidak signifikan. Sebagai kesimpulan, Acalypha indica memiliki potensi sebagai antioksidan eksogen untuk mengatur kadar MDA dan GSH pada diabetes, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan dosis dan durasi optimal guna menghindari efek prooksidan.

Diabetes mellitus is a chronic disease marked by hyperglycemia due to impaired insulin function. Oxidative stress worsens diabetes complications by increasing free radicals and reducing antioxidant capacity. Acalypha indica, rich in phenolic and flavonoid compounds, shows potential as an antioxidant to reduce oxidative stress. This study assessed the effects of Acalypha indica root ethanol extract on malondialdehyde (MDA) and glutathione (GSH) levels in diabetic rats induced with a high-fat and high-fructose diet (DTFK). Five groups of Sprague-Dawley rats were used: normal, negative control, positive control (pioglitazone), and treatment groups with Acalypha indica extract (250 mg/kgBW and 400 mg/kgBW). Serum samples were analyzed using a spectrophotometer at wavelengths of 530 nm (MDA) and 412 nm (GSH). The results showed that the 250 mg/kgBW dose increased MDA levels, while the 400 mg/kgBW dose reduced MDA levels, although the changes were not statistically significant. GSH levels increased more with the 250 mg/kgBW dose compared to 400 mg/kgBW, but this increase was also not significant. In conclusion, Acalypha indica shows potential as an exogenous antioxidant for regulating MDA and GSH levels in diabetes. Further studies are needed to refine dosing and minimize pro-oxidant risks."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>