Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zusmeidar
Abstrak :
Terjemahan beranotasi adalah terjemahan yang dilengkapi dengan catatan yang menyampaikan pertanggungjawaban penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Karena tujuan utama penerjemahan mengalihkan pesan dari BSu ke BSa, penerjemah buku Nasty Bosses menerapkan prosedur, metode, dan teknik penerjemahan sebelum mulai menerjemahkan. Ketiga prosedur-analisis, pengalihanan termasuk de-verbalisasi, dan restrukturisasi teks dilakukan untuk mengatasi dua masalah-ketidakmampuan memahami arti kata, frasa, kalimat, dan paragraf dalam TSu dan kesulitan dalam penerjemahan; menandai, memberikan nomor, dan mengelompokkan ungkapan-ungkapan yang akan dianotasi. Masalah yang dihadapi penerjemah buku Nasty Bosses antara lain dalam menganalisis masalah, misalnya mengidentifikasi idiom dan/atau membedakan idiom dari ungkapan biasa, dan penerapan teknik dan metode yang sesuai untuk mendapatkan padanan yang tepat. Ini disebabkan ungkapan-ungkapan dalam buku Nasty Bosses berbentuk metaforis dan idiom yang mengakibatkan penerjemah terlebih dahulu harus menganalisa makna TSu berdasarkan konteksnya. Setelah selesai menerjemahkan, penerjemah memahami bahwa dalam menerjemahkan tidak cukup hanya berdasarkan metode, prosedur dan teknik melainkan juga memiliki wawasan yang luas.
An annotated translation is a translation completed with a note or annotation showing the translator's responsibility in choosing the equivalent words. Since the core of translation is to transfer or reproduce the source language message into the target language, the translator of Nasty Bosses, before translating, applied the procedures, methods, and techniques of translation. The three procedures-analyzing, transferring including de-verbalizing, and restructuring the text are done in order to solve the two practical problems-the incapability of comprehending meaning of words, phrases, sentences, and paragraph of the source text and the difficulty in translating such as marking, numbering, and grouping the expressions going to be annotated. The problems faced by the translator of Nasty Bosses among others are analyzing the problems, such as identifying idioms and/or distinguishing them from common expression, and applying the techniques and methods suitable and applicable to get accurate equivalence. This because the annotated expressions of Nasty Bosses are expressions such as idiom and metaphor which make the translator analyze its contextual meaning first. Having finished translating, the translator got the impression that doing the translation is not enough only by basing on the method, procedure, and technique but also by having wide horizon.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2007
T22716
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tommy Andrian
Abstrak :
Terjemahan beranotasi adalah hasil penerjemahan yang disertai anotasi atau catatan yang memberikan penalaran logis terhadap alasan penerjemah atas padanan yang dipilihnya. Selain untuk mengaplikasikan berbagai teori penerjemahan yang telah dipelajari semasa kuliah, terjemahan beranotasi merupakan sarana untuk mempertanggungjawabkan hasil terjemahan mandiri yang telah dilakukan. Penerjemahan mandiri dilakukan dengan berpedoman pada teori dasar penerjemahan yang setidaknya mencakup metode, prosedur, dan teknik. Metode penerjemahan komunikatif dan idiomatis digunakan agar pesan dalam bahasa sumber yang sarat dengan muatan budaya dapat tersampaikan dengan baik. Pencarian padanan dalam proses penerjemahan dilakukan dengan membuka kamus, tesaurus, dan ensiklopedia, serta mengunjungi situs internet. Perbedaan budaya antara bahasa sumber dan bahasa sasaran mengakibatkan suatu kata, istilah, dan ungkapan tidak dapat diterjemahkan secara gamblang. Teknik penerjemahan, seperti: penjelasan tambahan (contextual conditioning), parafrasa, dan padanan budaya perlu diterapkan untuk mendapatkan padanan yang wajar dan berterima. ......An annotated translation is a translation which is supported by annotations or notes with the purpose of delivering logical reasoning on the equivalence chosen. It does not only aim at the application of various theories formerly studied, but also at the the translator?s responsibility for the independent translation he or she has accomplished. The independent translation is carried out by referring to the basic theories of translation which consists at least of methods, procedures, and techniques. Idiomatic and communicative translation were applied so that the target language message could be well-transferred. The search for equivalence in the translation has been done simply by looking up in dictionaries, thesaurus, and encyclopaedia, and visiting some websites on the internet. The difference between the source language and the target language culture makes a word, term, and expression, can not be explicitly translated. Thus, techniques of translation, such as: contextual conditioning, paraphrase, and cultural equivalent are deemed necessary in order to get a natural and acceptable equivalence.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T24452
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yovanka Mildrid La`oh
Abstrak :
ABSTRAK
Masalah yang dikemukakan dalam skripsi ini adalah apa padanan ungkapan pertentangan bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia, pergeseran apa saja yang terjadi pada penerjemahan ungkapan pertentangan bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia dan bagaimana probabilitas perpadanan ungkapan pertentangan bahasa Perancis ke dalam bahasa Indonesia.

Konsep-konsep yang digunakan dalam analisis bertumpu pada wawasan terjemahan yang mencakup konsep perpadanan, pergeseran dan probabilitas perpadanan. Wawasan sintaksis mencakup ungkapan pertentangan bahasa Perancis dan bahasa Indonesia.

Korpus yang berhasil dikumpulkan sebanyak 356 buah yang terdiri atas 277 buah kalimat yang mengguna_kan ungkapan pertentangan yang berkelas kata konjungsi, 54 buah kalimat yang menggunakan ungkapan pertentangan yang berkelas kata adverbial dan 25 buah kalimat yang menggunakan ungkapan pertentangan yang berkelas kata preposisi.

Setelah melakukan analisis berdasarkan korpus yang terkumpul, penulis berkesimpulan bahwa perbedaan yang terdapat dalam sistem ungkapan pertentangan bahasa Perancis dan bahasa Indonesia adalah perbedaan kelas kata; ungkapan pertentangan bahasa Perancis terdiri dari 3 kelas kata yaitu, konjungsi, adverbia dan preposisi sedangkan ungkapan pertentangan bahasa Indonesia hanya terdiri dari kelas kata konjungsi maka dalam penerjemahan terjadi pergeseran kelas kata.

Mayoritas padanan ungkapan pertentangan bahasa Perancis dalam bahasa Indonesia adalah ungkapan pertentangan tetapi. Ungkapan pertentangan bahasa Indo-nesia meskipun/walaupun merupakan padanan dari beberapa ungkapan pertentangan bahasa Perancis. Ungkapan pertentangan pourtant merupakan ungkapan pertentangan yang kaya akan makna karena dapat mempertentangkan bermacam-macam hal.
1990
S14400
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hessusianti W. Suprapto
Abstrak :
Menurut Nida dan Taber (1969:12), menerjemahkan adalah memproduksi kembali teks bahasa sumber (yang selanjutnya disingkat Bsu) ke dalam teks bahasa sasaran (yang selanjutnya disingkat Bsa). Dalam memproduksi kembali teks Bsu ke dalam teks Bsa, yang mula-mula harus diperhatikan adalah maknanya (mea_nina) untuk memperoleh padanan yang terdekat. Setelah itu, yang perlu diperhatikan adalah bentuk atau gayanya (style), untuk memperoleh padanan yang wa_jar. Dengan demikian, di dalam penerjemahan, struk_tur kalimat dan pemilihan padanan kosa kata Bsa tidak boleh dipengaruhi oleh struktur kalimat dan kosa kata Bsu. Selanjutnya Nida dan Taber (1969:3-8) mengemukakan prinsip-prinsip yang berlaku dalam terjemahan: 1) Tiap bahasa memiliki cirinya sendiri, ciri yang membedakan satu bahasa dengan bahasa lain. Bahasa Prancis (yang selanjutnya disingkat BP) misalnya, mengenal penggolongan nomina (yang selanjutnya disingkat Nom) berjenis jantan dan Nom berjenis betina, sedangkan bahasa Indonesia (yang selanjutnya disingkat BI) tidak mengenal penggolongan semacam itu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1985
S14357
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Susanto
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan historis antara bangsa Indonesia dengan bangsa Italia relatif kurang erat bila dibandingkan dengan hubungan historis antara bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lainnya, seperti : Portugis, Belanda, Arab, Gina, India. Tetapi, sejarah menunjukkan pada kita bahwa bangsa Italia telah menunjukkan perhatiannya pada bangsa dan ba_hasa kita sejak berabad-abad yang lampau.

A. Pigafetta dari Vicenza
1985
S14361
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesa Noviyati Bandiyoko
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam bahasa Prancis terdapat beberapa fungsi, diantaranya fungsi modals, yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan fungsi keterangan cara. Yang dimaksud dengan fungsi keterangan cara dalah fungsi yang menerangkan predikat kalimat.Diketahui bahwa ada lebih dari satu bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara bahasa Prancis. Yang menjadi topik dalam skripsi ini adalah, aoa saja bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara, apa penanda fungsinya dan di mana posisinya dalam kalimat

Untuk mengetahui bentuk unsur pengisi fungsi keterangan cara dalam skripsi yang berjudul Bentuk dan Posisi Unsur Pengisi Fungsi Keterangan Cara Bahasa Pranci digunakan konsep satuan gmatikal. Selain itu digunakan konsep fungsi dan otomasi sintaksis untuk melihat dalam kalimat.

Berdasarkan analisis yang dilakukan terlihat bahwa (1) dari segi bentuk, fungsi keterangan cara bahasa Prancis mengenal 4 bentuk pengisi fungsi, yaitu momen, sintem, sintagma, dan klausa. (2) dilihat dari penanda fungsi keterangan cara terdapat penanda berupa monem fungsional (dalam hal ini preposisi) dan ujaran baku (locution prepositionale). Akhirnya (3) ada unsur yang otonom dan unsur yang tidak otonom. posisi unsur yang otonom dalam kalimat dapat berubah tanpa mengubah makna kalimat tersebut. Ada dua jenis unsur yang tidak otonom, yaitu unsur yang posisinya dalam kalimat sama sekali tidak dapat berubah, dan unsur tidak otonom yang posisinya dalam kalimat dapat berubah dengan mengubah makna kalimat.

Dengan demikian jelas bahwa unsur fungsi keteragan cara bahasa Prancis terdiri dari beberapa bentuk dan posisinya dalam kalimat pun beragam.

Akhirnya, diharapkan hasil analisis ini dapat menjadi masukan paling tidak dalam penyusunan buku pedoman tata bahasa guru bahasa Perancis untuk menyajikan atau menerangkan fungsi keterangan sedemikian sehingga daat dicerna oleh seseorang yang sedang belajar bahasa Prancis.
1989
S14063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismarita Ramayanti
Abstrak :
Madras on Rainy Days adalah novel yang berlatar belakang budaya India yang kental dibumbui dengan berbagai konflik dan intrik keluarga. Banyak istilah dan ungkapan yang mengandung budaya India yang memerlukan anotasi pada terjemahannya. Metode yang digunakan penerjemah adalah eksotis, pinjaman kultural, chalque, komunikasi, idiomatis, dan adaptasi. Teknik yang digunakan adalah transposisi, modulasi, deskriptif, kontekstual, anotasi, baku, dan tidak memberi padanan. Ideologi yang dipilih adalah foreigniaation agar nuansa India yang merupakan keunggulan novel ini tetap terasa. Ideologi inilah yang memegang peranan penting pads penentuan padanan terjemahan. Anotasi dibagi atas dua belas kelompok, yaitu budaya, busana, sapaan, pekerjaan, jargon, bentuk dan ukuran, kendaraan, musim, jenis bahan, alat, onomatope, serta makanan dan minuman. Terjemahan bergantung pads metode, teknik, dan ideologi yang dipilih penerjemah. Sebagian besar anotasi mengandalkan konteks kalimat. Kendala utama penerjemahan novel ini adalah masalah ideologi. Konteks tertentu mengharuskan penerjemah menggunakan domestication alih-alih foreigniation. Hal ini memberi kesan bahwa penerjemah tidak konsisten. Meskipun demikian, hal ini tetap dilakukan demi kepentingan pembaca TSa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2006
T39668;
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih Rini Hastuti Ramelan
Abstrak :
ABSTRAK
Studi korelasional ini bertujuan untuk mengemukakan peran berpikir deduktif dan berpikir induktif sebagai fungsi kognitif dalam pemahaman teks ekspositori pada siswa sekolah menengah atas (SMA) dan untuk menguji bagaimana korelasi kemampuan berpikir deduktif dan berpikir induktif pada pemahaman teks ekspositori. Penelitian ini telah memperluas kajian dan pengetahuan kita tentang bahasa dan pikiran karena berbeda dari studi penelitian sebelumnya tentang pemahaman teks yang umumnya melibatkan siswa sekolah dasar. Subjek penelitian adalah 91 siswa kelas II yang secara kognitif telah sampai pada taraf perkembangan berpikir konseptual dan hipotetis yang merupakan kapasitas mental untuk dapat menangkap esensi makna dan memahami teks ekspositori. Mereka terdiri atas 32 laki-laki dan 59 perempuan, 54 di antaranya dari jurusan IPA dan 37 dari jurusan IPS yang dipilih secara acak bertingkat. Mereka diminta untuk menyelesaikan kuesioner yang mengukur pemahaman teks ekspositori, berpikir deduktif, dan berpikir induktif. Temuan utama dari penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara pemahaman teks ekspositori, terutama teks ekspositori tipe A dengan gagasan utama di awal teks, dan kemampuan berpikir deduktif. Hal itu menunjukkan bahwa kemampuan menganalisis, mengaitkan sejumlah elemen, dan menarik simpulan logis telah mendukung proses pemahaman teks ekspositori dalam tingkatan abstraksi. Juga, ada perbedaan signifikan dalam pemahaman teks ekspositori dan berpikir deduktif antara kelompok siswa jurusan IPA dan siswa jurusan IPS, dengan kelompok IPA lebih tinggi daripada kelompok IPS. Latar belakang dan proses belajar turut berperan di dalamnya. Di sisi lain, berpikir induktif tida berhubungan secara signifikan dengan pemahaman teks ekspositori, baik dengan gagasan utama di awal teks maupun di akhir teks. Perbedaan yang signifikan dalam variabel ini ditemukan pada kelompok siswa laki¬laki dan siswa perempuan, dengan rerata kelompok perempuan lebih tinggi daripada kelompok laki-laki. Selain itu, variabel nonpenelitian lain seperti sikap subjek terhadap teks, minat dan latar belakang pengetahuan yang dimiliki subjek, dalam penelitian ini, tidak berhubungan secara signifikan dengan pemahaman teks ekspositori.
2007
T37328
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Margaretha Tika Larasati Guritno
Abstrak :
Tesis ini merupakan studi kasus mengenai percakapan tiga sahabat wanita bilingual yang merupakan bagian dari kelompok Third Culture Kids di Jakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah melihat cara mereka membangun dan mempertahankan interaksi bahasa lisan di antara mereka dengan mempelajari karakteristik percakapan mereka, termasuk penggunaan lebih dari satu bahasa, alih kode, dan organisasi sekuen yang terdapat di dalam percakapan mereka. Hasil analisis percakapan tiga sahabat wanita bilingual yang berlangsung selama makan malam di sebuah restoran Jepang di kawasan Jakarta Selatan memperlihatkan bahwa percakapan mereka memiliki sejumlah kriteria yang sama seperti yang disebutkan Coates (1997), yaitu kerja sama di antara para peserta percakapan dalam membangun ujaran bersama, baik pada tataran kata maupun kalimat, tumpang tindih ketika dua peserta atau lebih berbicara, tanggapan minimal dan tawa di antara mereka, dan pengulangan ujaran secara sebagian maupun utuh. Kriteria lain yang juga diperoleh dari hasil penelitian ini adalah minimnya keheningan selama percakapan berlangsung, banyaknya penggunaan penanda wacana dalam ujaran mereka, sikap tegas dalam menentukan sikap atau pendapat, dan narasi. Dalam membangun percakapan mereka, selain kesembilan kriteria yang disebutkan di atas, salah satu faktor penting yang menunjukkan kebersamaan mereka adalah penggunaan alih kode dalam tiga bahasa, Indonesia, Prancis, dan Inggris. Kebersamaan mereka dalam menggunakan alih kode menunjukkan tingkat kedekatan mereka sebagai teman, tetapi juga sebagai Third Culture Kids. Oleh sebab itu, yang membedakan bentuk percakapan mereka dengan percakapan wanita pada umumnya adalah digunakannya alih kode oleh ketiga sahabat wanita itu dalam bekerja sama membangun percakapan mereka dan mempertahankannya. ......This thesis is a case study of a conversation between three female close friends who are bilingual and a part of the TCKs group in Jakarta. The purpose of this research is to investigate the way in which they develop and maintain verbal interactions between each other by studying their conversational characteristics including the use of more than one language, code switching and sequential organisation which appears in the conversation. The result of the conversation analysis of these three bilingual women during a sit-down dinner at a Japanese restaurant in South Jakarta shows that their dicussion includes a number of criteria similar to those refered to by Coates (1997), including jointly constructed utterances, overlapping speech, minimal responses, laughter and repetition. Additional criteria that was also discovered as a result of the research included the minimal use of silence throughout the conversation, a high use of discourse markers by the participants, straight forwardness in expressing their opinion and story telling. In the development of their conversation, not including the nine criteria outlined above, one of the most important factors that evidences their togetherness is their use of code switching across three languages; Indonesian, French, and English. Their combined use of code switching shows the extent of their closeness as friends but also as Third Culture Kids. Therefore what differeciates the form of their coversation in comparison to female conversations more generally is their use of code switching as they develop and maintain their conversation.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
T39936
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lolong, Adee Diana
Abstrak :
Tujuan penulisan skripsi ini adalah menjabarkan padanan pronomina persona I jamak kami dan kita dalam bahasa Perancis. Data dikumpulkan dari beberapa buah roman dan cerita pendek berbahasa Indonesia beserta terjemahannya dalam bahasa Perancis.

Penelitian dilakukan dengan cara mencatat semua pronomina persona I jamak kami dan kita yang terdapat dalam teks berbahasa Indonesia, mencatat semua padanan kedua pronomina persona tersebut dalam teks berbahasa Perancis, la lu mengelompokkan padanan-padanan tersebut.

Dari analisis data diketahui bahua semua pronomina persona I jamak kami dan sebagian besar pronomina persona kita mendapat padanan pronomina persona nous dalam bahasa Perancis. Pronomina persona I jamak kita juga mendapat padanan lain, yaitu pronomina persona on, morfem gramatikal penanda persona I jamak ons, padanan zero, serta frase nominal. Padanan yang bermacam-macam itu muncul karena kita bermakna inklusif, sebagian terdapat dalam kalimat imperatif, serta penerjemah beberapa kali melakukan penerjemahan secara bebas,

Penerjemahan pronomina persona 1 jamak kami dan kita ke dalam bahasa Perancis ternyata mengakibatkan terjadinya beberapa macam pergeseran, yaitu pergeseran tataran, pergeseran struktur, pergeseran satuan serta pergeseran intrasistem.

Dari besarnya probabilitas padanan nous dalam teks berbahasa Perancis, dapat disimpulkan bahea pronomina persona tersebut merupakan padanan yang paling lazim dalam bahasa Perancis dari pronomina persona I jamak kami dan kita. Selain itu, nous juga bersifat polisemis, karena pronomina persona tersebut dapat mengalihkan makna eksklusif kami serta makna inklusif kita secara penuh.

Padanan pronomina persona I jamak kami dan kita yang bermacam-macam dalam bahasa Perancis menunjukkan bahua penerjemah berusaha menyampaikan pesan dengan sebaik-baiknya, yaitu dengan cara mempergunakan padanan-padanan yang lazim dalam Bsa.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S14496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>