Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Natsir Abbas
"Tesis ini merupakan hasil penelitian tentang peranserta masyarakat dalam penanggulangan penyakit schistosomiasis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini digunakan dua pendekatan yaitu analisis sosial dan analisis pertanian.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah . Peranserta masyarakat dalam penanggulangan penyakit schistosomiasis dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan faktor sosial ekonomi masyarakat, tetapi faktor pengetahuan masyarakat tentang penyakit schistosomiasis merupakan faktor yang paling dominan sehingga formulasi hipotesisnya adalah :
Ho : Tingginya tingkat peranserta masyarakat dalam penanggulangan penyakit schistosomiasis tidak dipengaruhi o1eh tingginya tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyakit schistosomiasis.
Ha : Tingginya tingkat peranserta masyarakat dalam penanggulangan penyakit schistomiasis sangat dipengaruhi oleh tingginya tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit schistosomiasis, sehingga makin tinggi tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit schistosomiasis makin tinggi pula tingkat peransertamasyarakat dalam penanggulangan penyakit tersebut.
Populasi yang diamati dalam penelitian ini adalah daerah endemik penyakit schistosomiasis di Sulawesi Tengah yaitu penduduk Desa Watumaeta dan Desa Arica, setiap desa diambil sampel sebanyak 30 % dari jumlah Kepala Keluarga yang ada di tiap desa. Sehingga jumlah sampel yang digunakan adalah 55 Kepala Keluarga.
Faktor yang mempengaruhi peranserta masyarakat yang diamati adalah faktor pendidikan formal, faktor pengetahuan mengenai penyakit schistosmiasis dan faktor sosial ekonomi masyarakat.
Peranserta masyarakat diukur dengan melihat perilaku responden yang menunjang penanggulangan penyakit schistosomiasis sedang faktor sosial diukur dengan melihat tingkat pendidikan dan tingkat pengetahuan responden,dan tingkat sosial ekonomi masyarakat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyakit schistosomiasis yang ditularkan melalui keong Oncomelania hupensis lindoensis masih tetap merupakan masalah lingkungan yang mengancam lebih dari 10.0100 penduduk di pedesaan Sulawesi Tengah, karena adanya habitat alamiah keong tersebut yang sangat sulit diberantas dan jika karena masih kurangnya pengetahuan tentang keterkaitan antara habitat keong dengan makhluk hidup lainnya. Namun demikian dalam mengatasi masalah tersebut telah tampak usaha dan peranserta aktif masyarakat dalam penanggulangan penyakit.
Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa peranserta masyarakat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan dan tingkat sosial ekonomi masyarakat. Di antara ke tiga faktor tersebut maka faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling kuat pengaruhnya terhadap peranserta masyarakat.
Hasil penelitian dengan pendekatan aspek pertanian (atas bantuan Puslitbang Biologi LIPI) menunjukkan bahwa dengan merubah pola usahatani masyarakat yang terbiasa dengan tanaman sawah (tanaman padi basah) menjadi tanaman hortikultura atau perkebunan akan mengurangi habitat penyebaran keong perantara.
Dalam penelitian ini terlihat pula bahwa upaya pembangunan dan peningkatan kesehatan, bukan hanya suatu masalah biomedikal saja tetapi juga mengandung masalah sosial budaya dalam lingkungan alam dan aspek pertanian sebagai sumber nafkah. Oleh karena itu perlu upaya untuk mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam mengatasi masalah ini.

This thesis is the result of research pertaining community participation to abate schistosomiasis disease and most of its influencing factors. The two approaches applied are the social andagricultural analysis. Proposed hypotheses in this research are as follows:
How far is community participation in abating schistosomiasis disease influenced by factors, such as education, knowledge, and socio-economic ones? Which factor is the dominant factor with the strongest influence on the abatement of the disease? Is it the knowledge on schistosomiasis itself? These questions lead to the formulation of the hypotheses follows:
Ho: The high level of community participation to abate schistosomiasis disease is not influenced by the level of community knowledge about the schistosomiasis disease.
Ha: The high level of community participation, to abate schistosomiasis disease is most influenced by the level of community knowledge about the schistosomiasis disease. The higher the community knowledge about the disease, the higher also will be result of community participation to abate the disease.
The population observed in this research is the population of the endemic area of the schistosomiasis disease in Central Sulawesi, namely the village of Watumaeta and of Anca. A 30 percentage of the number of families or 55 family heads from each village has been approached in the survey.
The most influencing factor of the community participation was observed in relation to their formal education, knowledge of the schistosomiasis disease and the socio-economic factors of the community.
Community participation was measured by observing the respondent's behavior, which support the abatement of the schistosomiasis disease, whereas social factors were measured by observing the levels of respondent's education and knowledge as well as of the socioeconomic level of the community.
The research indicated that the schistosomiasis disease, which is spread by Oncomelania hupensis lindoensis, is still an important environment problem, which is a threat for more than 10.000 of villagers, in, Central Sulawesi. The ecology of the snails and the lack of the population knowledge about the disease make its control difficult. In solving the problems, efforts were made to activate community participation to abate the disease.
It was also observed that several factors influencing community participation are education, knowledge and the socio-economic level of the community. The level of knowledge, however, is the most influential factor among the three factors to raise community participation.
The results indicated the need to shift the community cultivation pattern from wet-paddy-planting, to horticulture or plantation, thus indirectly decreasing the distribution of the host snails.
This research also indicated that the development and increasing health efforts by the government should not merely be-biomedical but should also involve a sociocultural approach, stressing the role of Interdisciplinary integrated approach in problem solving.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jan Susilo
"ABSTRAK
Dalam usaha "World Health Organization" (WHO) untuk mencapai "Health for all by the year 2000" telah ditempuh banyak usaha dalam semua bidang untuk menaikkan taraf hidup manusia di seluruh dunia sehingga dapat hidup lebih baik dan produktif.
Pemerintah dan masyarakat dunia telah menyambut tantangan ini dan telah dibentuk garis haluan dan proyek-proyek yang dapat diberlakukan untuk mencapai tujuan tersebut, dengan mempertimbangkan problema kesehatan yang dihadapi dan dana yang tersedia. Untuk mencapai tujuan yang telah digariskan WHO, perlu diperhatikan dan dilaksanakan 8 azas "Primary Health Care" tersebut, yaitu :
1. Peningkatan persediaan dan mutu makanan
2. Penyediaan air bersih dan sanitasi.
3. Imunisasi anak terhadap penyakit infeksi.
4. Penyediaan obat esensial.
5. Pendidikan.
6. Kesehatan ibu dan anak.
7. Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemik.
8. Pengobatan yang sesuai untuk penyakit umum dan luka.
Butir pertama, kedua dan keempat tidak berhubungan dengan penyakit jamur, butir ketiga yaitu dalam bidang imunisasi masih dalam tahap penelitian.
Masalah mikosis dapat dikaitkan dengan lima dari delapan azas
"Primary Health Care" tersebut, yaitu :
a. Pendidikan
Penyuluhan pendidikan kesehatan mengenai masalah yang berhubungan dengan timbulnya penyakit jamur dan cara pencegahannya dapat diberikan secara sederhana kepada masyarakat.
b. Kesehatan ibu dan anak
Penyakit jamur yang berupa keputihan dapat menimbulkan banyak masalah sejak seorang ibu hamil dan bila tidak ditangani dengan tuntas dapat ditularkan pada bayi yang akan dilahirkan dan menimbulkan berbagai masalah berupa "oral thrush", yaitu bercak putih pada selaput lendir inulut yang menyerupai sisa susu. Infeksi ini kemudian dapat menimbulkan gangguan saluran cerna berupa diare yang dapat disertai "diaper rash" yaitu kemerahan kulit sebatas popok.
c. Pencegahan dan penanggulangan penyakit endemik setempat. Penyakit jamur dapat merupakan salah satu penyakit endemik setempat misalnya tinea imbrikata dan histopiasmosis; juga dapat sebagai penyulit penyakit endemik lain misalnya aspergilosis dan kandidiasis pada tuberkulosis.
Pencegahan dapat dilakukan dengan memperhatikan :
1. kebersihan pribadi untuk mencegah terutama mikosis superfisialis
2. kebersihan lingkungan untuk menghilangkan sumber infeksi, misalnya membersihkan kotoran burung dan ayam yang mudah ditumbuhi Cryptococcus neoformans dan Histoplasma capsulatum."
1992
D351
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library