Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sugiyanto
"Pembukaan UUD 1945 alinea 4 mengamanatkan bahwa Pemerintah Negara Indonesia bertujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Selanjutnya amandemen UUD tahun 1945 pasal 28 H menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal tersebut di atas menunjukkan bahwa bangsa Indonesia menjunjung tinggi kesepakatan universal tentang kesehatan sebagai hak azasi manusia.
Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang didasari TAP MPR Nomor XV/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah, mengamanatkan pelaksanaan desentralisasi pemerintahan, termasuk dalam bidang kesehatan. Selanjutnya Pemerintah menetapkan bahwa, Otonomi Daerah mulai dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 2001. Keputusan ini mengantarkan pada perubahan tatanan secara besar-besaran dan mendasar.
Puskesmas Pondok Gede Sebagai salah satu puskesmas di Kota Bekasi yang diproyeksikan sebagai puskesmas perintis dalam pengembangan puskesmas dengan tempat perawatan (DTP) serta perintis dalam hal pengembangan pelayanan kesehatan dasar puskesmas perkotaan di Kota Bekasi, dipandang perlu untuk segera membuat arah dan tujuan serta strategi kebijakan yang berlandaskan kepada perencanaan berdasarkan fakta di lapangan. Sampai dengan saat ini Puskesmas Pondok Gede Kota Bekasi belum memiliki perencanaan strategis untuk tahun anggaran 2002- 2005.
Untuk menyusun perencanaan strategis Puskesmas Pondok Gede dilakukan penelitian operational (operational research) dengan analisis faktor eksternal dan internal dari data kualitatif dan kuantitatif yang diolah dengan menggunakan software Quantitative System for Bussines (QSB+) untuk melakukan peramalan secara berseri (Time Series Forecasting). Pada tahap pertama (Input Stage) dilakukan analisis lingkungan eksternal dan lingkungan internal oleh Consensus Decission Making Group (CDMG) yang terdiri dari Unsur Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Kepala Puskesmas dan penanggung jawab program di Puskesmas Pondok Gede. Selanjutnya pada tahap kedua (Matching Stage) CDMG melakukan analisis matrix Internal-External (IE) dan SWOT untuk menentukan posisi organisasi. Pada tahap berikutnya yaitu tahap Decision Stage digunakan matrik QSPM untuk menentukan prioritas strategi utama terpilih.
Pada penelitian ini Puskesmas Pondok Gede berada pada matrix IE posisinya pada kuadran V (Hold and Maintain), dengan strategi yang direkomendasikan adalah market penetration dan product development. Sedangkan berdasarkan TOWS Matrix berada pada posisi Internal Fix-it Quadrant dengan strategi yang direkomendasikan adalah retrenchment, enhancement, market development, product development, vertical integration dan related diversification. Dari hasil matching ditetapkan bahwa Puskesmas Pondok Gede harus melakukan product development.
Puskesmas Pondok Gede disarankan agar segera menindaklanjuti hasil penelitian ini antara lain melalui sosialisasi visi dan misi kepada staf dan seluruh stakeholder terkait serta mengimplementasikan program yang dituangkan dalam strategic action plan.

The preamble of UUD 1945, 4th paragraph stated that Indonesia Government should protect the nation and develop the nation's welfare and further to enlighten it. Furthermore, amendment of UUD 1945 section 28 H stated that nation should get health service. The above section showing that Indonesia idolizes universal commitment about health as human rights.
UU No. 22 1999 about District Government and UU No. 25 1999 about Financial Balance Between National and District based on TAP MPR No. XV/MPR/1998 about District Autonomy, mandated operational of decentralization including health sector. Furthermore, governments determine that district autonomy starts at January 1, 2001. This decision makes big change and fundamental.
Pondok Gede Primary Health Centre as a Primary Health Centre (PHC) in Bekasi was projection as a volunteer in developed PHC with treatment facility and volunteer for developed basic health service for urban in Bekasi. It's important to make vision; goal and strategy that based on evidence based planning. For this time, Pondok Gede PHC does not have strategic planning for 2002-2005.
To make strategic planning Pondok Gede PHC used operational research with external and internal analysis factor from qualitative and quantitative data that processed with Quantitative System for Business (QSB+) software for time series forecasting. On first step (Input Stage) the external and internal environment analyzed by Consensus Decision Making Group (CDMG) that consist of Bekasi District Health Officer, Head of PHC and health programmer Pondok Gede PHC. Furthermore, the second step (Matching Stage) CDMG doing lE Matrix analysis and SWOT for organization positioning. For the next step is decision stage that used QSPM Matrix for chosen main strategy priority.
Pondok Gede PHC stay at Internal External Matrix in V quadrant (Hold and Maintain), with recommended strategy is market penetration and product development.
Based on TOWS Matrix the position is Internal Fix it Quadrant with recommended strategy is retrenchment, enhancement, market development, product development, vertical integration and related diversification. From the Matching Stage Pondok Gede PHC must do product development.
Pondok Gede PHC suggested that as soon as possible follow up this research result pass through socialization of vision and mission to staff and related stakeholders and implemented this program with strategic action plan.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T7792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinaldi
"Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting untuk mencapai sasaran organisasi. Sumber daya manusia yang cakap, terarnpil dan berpendidikan sangat menentukan keberhasilan suatu organisasi. Untuk menjalankan semuanya itu sumber daya manusia memerlukan motivasi untuk dapat meningkatkan kinerja. Dalam meningkatkan kinerja, peran kepemimpinan dan faktor kemampuan kerja sangat menentukan keberhasilan maupun kegagalan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam suatu unit organisasi, kemampuan kerja akan dapat dioptimalkan bila didukung oleh kelengkapan sarana dan prasarana kerja yang baik.
Mengingat masalah kinerja staf sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan, motivasi, kelengkapan sarana dan prasarana, kemampuan serta disiplin kerja, dan tinggi rendahnya kinerja staf akan berpengaruh terhadap pelayanan kesehatan di kota Pekanbaru, khususnya di lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru, maka perlu dilakukan perielitian terhadap kinerja staf Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru Propinsi Riau Tahun 2001.
Rancangan penelitian mengunakan pendekatan kualitatif deskriptit; melalui wawancara mendalam, dan Fokus group diskusi (FGD). Sumber informasi pada penelitian ini diperoleh dari pejabat struktural (Eselon IV) di lingkungan Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru, staf masing-masing seksi dan sub.bagian serta penanggung jawab wilayah kerja dengan jumlah sebanyak 21 orang, hasil diskusi kelompok serta profil Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru Tabun 2001 sebagai data sekunder.
Hasil penelitian pada Kantor Kesehatan Pelabuhan Pekanbaru, menunjukkan masih adanya kekurangan, dan ketidaksesuaian dengan target pencapaian, belum adanya pemberian penghargaan atau sanksi kepada staf yang bekerja baik atau bekerja tidak baik, serta belum optimalnya bimbingan, pembinaan, dorongan dan komunikasi dengan staf. Hal lain adalah masih kurangnya motivasi kerja dan gairah kerja, masih kurang memadainya sarana dan prasarana, kurangnya kemampuan dan keterampilan teknis, serta kurangnya disiplin kerja, ini terlihat dari hasil rekapitulasi nilai kehadiran rata-rata staf adalah 68,93%.
Penelitian ini menyarankan, untuk meningkatkan kinerja, bimbingan, pembinaan, dorongan dan komunikasi dengan staf serta adanya penghargaan bagi yang bekerja dengan baik dan sanksiltegoran bagi yang bekerja tidak baik, berikutnya adalah pengadaan sarana dan prasarana, serta perlu meningkatkan kemampuan dan keterampilan teknis Kepala SeksilKepala Sub.Bagian melalui pelatihan-pelatihan, atau tugas belajar. Agar masing-masing staf dapat memahami tugas pokok dan fungsinya dengan baik, perlu ditingkatkan rasa kekeluargaan, kebersamaan dan kekompakan agar terjalin hubungan baik antara atasan dengan bawahan.

The Factors that Influence to the Staff Performance of Health Office, Pekanbaru Harbor, Riau Province, 2001Human resources are one of the factors that give an important role in achieving the goal of organization. Smart, skilled and educated human resources will determine the success of an organization. To run of all these, they should be motivated in order to improve their performance. In improving the performance, the role of leadership and the factors of work capability will determine the success or fail in achieving the goal that stated. In an organization unit, work capability can be optimized if supported by the completeness of means and good work infrastructures.
Considering that the problem of staff performance according to the writer's assumption it was influenced by leadership, motivation, completeness of means and infrastructure, capability also work discipline, where its low-high of staff performance will influence to health service in Pekanbaru City, especially at the Health Office of Pekanbaru Harbor. So it is need to conduct the study on the staff performance of Health Office, Pekanbaru, Harbor, Riau Province in 2001.
The design study was used descriptive qualitative approach, through in-depth interview, and Focus Group Discussion (FGD). The resource of information of this study were structural officer (Echelon IV) at the Health Office of Pekanbaru Harbor, each staff of section and sub-department also the undertaker of working area, with the number 21 people. Profile Data of Health Office of Pekanbaru Harbor in 2001 and the result of the FGD.
The result of this study shows that the staff performance at the Health Office of Pekanbaru Harbor was weak, and it was not meet with the target. There was not any rewarding or sanction to staff who was working good or was not good, also the guidance has not optimal yet, managing, motivation and communication to the staff There was still lack of work motivation and spirit, still lack of means and infrastructure, lack of capability and technical skills, also lack work discipline. It can be seen from the result of recapitulation average of the attendant value of the staff was 68,93%.
This study is recommend to improve the performance, guidance, managing, motivation and good communication to the staff, it also should be established the rewarding system to who good working and sanction to whose was not good working. The procurement of means and infrastructures should be improved, the capability and technical skill of Head Section I Head Sub Department also should be improved through some training, or advance study. In order that each staff could understand the main task and their function, it should be increased the sense of family spirit, togetherness, and compact, these conditions will establish good relations between the superior and the subordinate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T10764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Subari Djunaedi
"Sehubungan dengan kebijakan Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam rangka menyongsong Era Globalisasi, membutuhkan profesionalisme yang tinggi bagi sumber daya manusiannya (SDM). Program Diploma III Farmasi salah satu Jenjang Pendidikan Tinggi (JPT) Kesehatan harus dapat menyiapkan tenaga yang disesuaikan dengan situasi yang ada dan professional yang dibutuhkan oleh pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian dan yang mampu mengembangkan pengetahuan dalam melaksanakan tugasnya.
Dalam melaksanakan suatu proses belajar mengajar (PBM) yang baik, diperlukan kemampuan mendidik dari para dosennya, materi pelajaran yang sesuai dengan tuntutan, penggunaan media pengajaran yang efisien dan efektif, alat-alat yang sesuai dan prosedur evaluasi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan melihat tentang pelaksanaan pengalaman belajar praktek (PBP) di laboratorium Farmasetika.
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dengan mengumpulkan data dari hasil wawancara mendalam terhadap para dosen pengawas praktek dan dosen responser, FGD terhadap mahasiswa serta hasil. observasi pelaksanaaan PBP di laboratorium Farmasetika AKFAR DEPKES RI Jakarta tahun ajaran 2001-2002.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik dosen pengawas PBP maupun dosen responser dalam melaksanakan semua pentahapan praktek resep mulai dari penerimaan resep sampai menyerahkan obat, secara umum belum baik karena 7 (tujuh) kompetensi yang diharapkan oleh para pengelola apotek hanya 1 (satu) kompetensi yang diprioritaskan dalam PBP yaitu keterampilan meracik obat. Keterampilan yang lainnya hanya sepintas lalu, sehingga kompetensi lulusan tidak dapat memenuhi kompetensi yang diharapkan oleh para pengelola apotek.
Untuk meningkatkan kompetensi lulusan perlu diadakan penerapan metode simulasi apotek dalam melaksanakan tahap-tahap sirkulasi resep seperti penerimaan resep, memberikan harga, menulis etiket, menulis kopi resep, meracik obat, mengemas obat dan menyerahkan obat.
Based on the policy of Ministry of Health Republic of Indonesia in the occasion of towards Globalization Era, it needs high professionalism for their human resources. The program of D3 Pharmacy is one of the Colleges in health that should prepare the qualified and professional of their human resources that needed by the health service in pharmacy who is capable develop the knowledge and doing their task.
In doing the process of good teaching, it is need the ability to educate from those lecturers. The objective of this study is to determine on the implementation of job training at the pharmacy laboratory.
This study used qualitative method; the data is collected by in-depth interview to those lecturers whose control the job training and respond the question. The Focus Group Discussion is conducted to the students, and the result of observation to the implementation of Job Training at the Pharmacy Laboratory of AKFAR DEPKES RI, Jakarta in 2001-2002.
The results of study showed that both the lecturer who control the job training and the lecturer who was responding the question in doing their practice, it is starting from receive the prescription up to submit the medicine. In general, it has not showed in good yet, because there are 7 competencies that it is hoped by the management of Drug Store, but only one competence that is becoming priority in job training i.e. the ability to prepare medicine. The other skills as a glance, so the competence of their graduation could not answer the competence that is hoped by the management of Drug Store.
To increase the competence of their graduation it needed to conduct application of the simulation method at the Drug Store in doing the steps of circulation of prescription, such as receive prescription, giving price, write etiquette, write prescription copy, prepare medicine, packed the medicine and submit it.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T11478
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azwar
"Menghadapi peningkatan globalisasi dan kemajuan teknologi yang penuh tantangan dan ketidak pastian, Pertamina secara corporate telah melaksanakan program restrukturisasi untuk mencapai visi dan misinya menjadi perusahaan yang unggul, maju dan terpandang. Pertamina secara bertahap melepas usaha-usaha yang bukan bisnis intinya seperti transportasi, hotel, wisma dan fasilitas layanan kesehatan serta teknik pemeliharaan.
Enam rumah sakit dilingkungan Pertamina yang sudah mampu mandiri telah dialih kelolakan dari Pertamina ke anak Perusahaan yaitu ke "PT. Perta Medika", tujuh rumah sakit dan tiga poliklinik Pertamina diperintahkan untuk dioperasikan secara swakelola sejak tahun 1999 agar menjadi rumah sakit atau poli klinik yang mandiri termasuk Rumah Sakit Pertamina Balongan.
Rumah Sakit Pertamina Balongan menrpakan fungsi penunjang dalam mencapai visi dan misi Pertamina, tugas utamanya adalah melaksanakan pemeliharaan kesehatan para pekerja dan keluarganya secara profesional, efektif dan efisien dengan tujuan tercapainya derajat kesehatan yang optimal bagi pekerja dan keluarganya agar pekerja senatiasa dalam keadaan sehat dengan produktiviitas yang optimal.
Analisa pengembangan unit medical check up nunah sakit Pertamina Balongan ini bertujuan untuk mengetahui faktor peluang dan ancaman serta faktor kekuatan dan kelemahan unit medical check up rumah sakit Pertamina Balongan, mengetahui posisi, bersaing, merumuskan visi dan misi serta merumuskan rencana pengembangan medical check up dalam rangka meningkatkan konstribusi unit layanan medical check up terhadap kinerja rumah sakit Pertamina Balongan.
Metodologi yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pendekatan kwalitatif yang menggunakan pengamatan yang cermat dan mendalam. Pengumpulan data dilaksartakan melalui pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer (dengan wawancara) dari fungsi yang terkait yang dilaksanakan dari tanggal 16 April sampai dengan 15 Mei 2003.
Hasil analisa lingkungan eksternal dan internal adalah diketahuinya faktor peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan unit medical check up rumah sakit pertamina Balongan, dimana faktor peluang dan faktor kekuatan lebih besar dari faktor kelemahan dan ancaman, hal ini menggambarkan bahwa unit medical check up mempunyai potensi untuk dikembangkan. Berdasarkan hasil analisa faktor ektemal dan internal dibuat rumusan visi dan misi unit medical check up, kemudian dengan mengacu kepada visi dan misi tersebut ditetapkan rencana pengembangan unit medical check up rumah sakit Pertamina Balongan.
Dalam rangka meningkatkan utilisasi saran dan prasarana medical check up guna meningkatkan kinerja rumah sakit penulis menyarankan agar rencana pengembangan dari hasil analisa ini diimplementasikan di Rumah Sakit Pertamina Balongan."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T12633
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Prayitno
"Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said Sukanto, yang disebut juga Rumah sakit Sukanto merupakan badan pelaksana pada Disdokkes Polri. Salah satu kegiatan pelayanan yang dilakukan adalah pembedahan. Selama tahun 1997 telah dilakukan operasi sebanyak 1861 kasus yang terdiri dal 872 (46,86%) pasien umum dan 989 (53,14%) pasien dinas. Kegiatan ini memerlukan dukungan logistik farmasi yang besar. Unit Bedah Sentral menerima logistik farmasi melalui 4 jalur pengadaan dari 3 jenis pembiayaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi logistik farmasi yang pengadaannya berasal dari berbagai sumber, yang berguna untuk menentukan biaya yang harus di alokasikan Rumah said Sukanto untuk menunjang Unit Bedah Sentral sebagai pusat biaya dan pusat laba, mengetahui bantuan yang diberikan pasien umum terhadap pasien dinas, serta mengetahui sistem pengadaan logistik farmasi di Unit bedah Sentral.
Design penelitian adalah cross sectional, untuk mendapatkan gambaran bagaimana proses suatu pelayanan kesehatan di rumah sakit khususnya dalam hal pengadaan logistik farmasi di Unit Bedah Sentral. Tehnik pengumpulan data primer dengan pengisian kuesiner dilanjutkan dengan wawancara kepala pejabat terkait, sedangkan data sekunder didapatkan dengan cara pengumpulan data dari Unit Bedah Sentral, Bendahara Materiil dan Unit Farmasi.
Dari hasil penelitian di dapatkan komposisi logistik farmasi Unit Bedah Sentral terdiri dad 72 obat-obatan dan 108 jenis alat kesehatan habis pakai. Sebagian besar obat-obatan adalah obat anestesi (72,2 %), sedangkan sebagain besar alat kesehatan habis pakai yakni 83,3 % digunakan oleh dokter bedah. Alat kesehatan habis pakai terbanyak adalah benang operasi yang terdiri dari 52 jenis benang (50%).
Prosentasi pengadaan dari Dropping Disdokkes Polri hanya 6,17 % dad Apotik Pusat hanya 1,65 %, pengadaan Penunjang Medik (50,32%) dan pengadaan Unit Bedah Sentral (41,86%).
Selama tahun 1997 Unit Bedah Sentral Rumah Sakit Sukanto bukan merupakan pusat laba, karena ternyata terdapat subsidi dari Rumah sakit ke pasien umum sebesar Rp. 20.841.465,- atau 12,45 % dari seluruh kebutuhan logistik farmasi pasien umum.
Dari hasil penelitian ini didapatkan sistem pengadaan logistik farmasi Unit Bedah Sentral yang paling tepat adalah yang hanya melewati satu pintu yakni Penunjang Medik. Perlu dibuat formularium obat-obataan dan alat kesehatan habis pakai untuk Unit Bedah Sentral serta dilakukan analisis A B C untuk pengadaan benang yang jumlahnya besar dan harganya sangat mahal.

Raden Said Sukanto Central Police Hospital, which is also called Sukanto Hospital is the technical operational of Police Medical and Health Services. It serves surgery programmed. In 1997, 1861 surgical cases was done. It consists of 872 cases (46.86%) general patients and 989 cases (53.14 %) military patients. These surgeon activities need pharmaceutical logistics support. Central Surgery Department receives pharmaceutical logistics from four procurement resources and three fund resources.
The research's objective is to analyze the pharmaceutical logistics composition from many kinds of procurement resources. It is important to make cost decision to support Central Surgery Department as cost center and profit center. How far is the general patients support the military patients and which system pharmaceutical logistics procurement in the Central Surgery Department is needed.
The research design is a cross sectional based, how the hospital health services especially in the pharmaceutical logistics procurement of Central Surgery Department must be done. The primary, data is done due to questionnaire and interviews, whereas the secondary data is from Central Surgery Department, Logistic officer and Pharmaceutical Department.
The research's result has established pharmaceutical logistics composition consist of 72 pharmaceuticals and 108 pharmaceuticals used up product. Most of the pharmaceuticals product is anesthetic and the pharmaceuticals used up is mostly for surgical. Lots of the pharmaceuticals used up product is surgical suture that consist of 52 kinds.
There are only 6.17 % Procurement percentage from The Police Medical and Health Services dropping, 1.65 % from Central Pharmacy, 50.32 % from Medical Support procurement and 41.86 % from Central Surgery department procurement.
In the 1997, Central Surgery department is not likely to be the profit center because Rp. 20.841.465,- has been subsided by the hospital to the general patients. It is 12.45 % from all the pharmaceutical logistics composition needed by the general patients.
This research find out that one way procurement through medical supported department is the only right way of Pharmaceutical logistics procurement system in the Central Surgery department. We need pharmaceutical formulation of pharmaceuticals (medicines) and pharmaceutical used up product for the Central surgery. Whereas for the most expensive surgical suture we use the A B C analysis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T5628
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reynold Lukman Sunandar
"Arus globalisasi membuat persaingan yang semakin ketat, sehingga rumah sakit dituntut untuk meningkatkan mutu pelayanan. Salah satu indikator mutu pelayanan di rumah sakit adalah kepuasan pasien. Tinggi rendahnya kepuasan pasien akan mempengaruhi peluang pasar rumah sakit. Selama tiga belas tahun sejak berdirinya RS Patria IKKT belum pernah dilakukan penelitian mengenai kepuasan pasien.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang tingkat kepuasan pasien atau keluarganya di Instalasi Rawat inap RS Patria IKKT sesuai dengan karakteristik pasien serta faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien dalam upaya peningkatan mutu pelayanan yang diharapkan akan berpengaruh pada peningkatan jumlah pelanggan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah survei dengan pendekatan deskriptif kuantitatif. Data diperoleh melalui kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya. Kuesioner diedarkan kepada 111 orang responden dari berbagai kelas perawatan dengan jumlah yang proporsional. Pengisian kuesioner dilakukan melalui wawancara.
Data yang didapat dilakukan analisis univariat untuk mengetahui karakteristik personal responden, serta analisis bivariat untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara karakteristik responden dengan lima dimensi servqual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi pasien yang puas 50,5% sedangkan yang kurang puas 49,5% dengan karakteristik pasien yang lebih banyak adalah umur 22-55 tahun (64,9%), perempuan (75,7%), pendidikan SMA (30,6%), tidak bekerja (62,2%), penghasilan antara Rp. 500,000-Rp. 1,000.000, tempat tinggal di Jakarta Barat (70,3%), pembayaran sendiri (87,4%) serta mayoritas dirawat kelas III (65,8%). Uji bivariat dengan Chi Square didapatkan korelasi yang signifikan antara umur, pendidikan, dan wilayah tempat tinggal dengan kepuasan. Analisa Kartesius menempatkan sebagai prioritas utama adalah kebersihan dan kenyamanan ruangan, dokter senantiasa ada pada saat dibutuhkan, pelayanan yang sama untuk setiap pasien serta prosedur penerimaan pasien yang cepat.

Analysis of Patient's Satisfaction at Inpatient Department, Patria IKKT Hospital, 2004. The Globalization era make a high competition between hospitals to increase the health services quality. One of the indications of the health service quality is patient satisfaction. The level of patient satisfaction will affect the hospital market opportunity. For thirteen years since being established, Patria IKKT Hospital has never done any research concerning patient satisfaction.
This research is made to get pictures of satisfaction level of the patients and their family at Inpatient Department of Patria IKKT Hospital based on patients' characteristics and other factors that effect their satisfaction to improve the health service quality which is expected will effect the increase of costumers rate. This research is done through a survey with descriptive qualitative approach. Data were taken from a questioner, which was already tested before. It was given proportionally to 111 different respondents from all class of treatment Results were taken from consultancy with the patients.
Data were used in Univariat analysis to get picture of personal characteristic of respondent, and in Bivariat analysis to know whether there is any correlation between respondent's characteristics with 5 servqual dimensions.
The research's result shows that the proportion of satisfied patients was 50,5% and unsatisfied was 49,5% with patient characteristic dominated by ages between 22 - 55 (64,9%), women (75,7%), high school graduated (30,6%), unemployed (62,2%), income between Rp. 500,000 - Rp. 1,000,000, domicile on West Jakarta (70,3%), payment from personal money (87,4%), and treated at third class department( 65,8%). The result from Bivariat test with chi-square is significance correlation between age, education, and domicile with patient satisfaction. Cartesius analysis places clean and comfortable rooms, doctors always available, even treatment to every patients, and not many handicaps in procedural at the top of priority.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12683
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berhitu, F.E.
"Perwakilan Kecamatan Majalaya adalah bagian dari kecamatan Karawang Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat dimana fungsi kepemimpinan kesehatan tokoh masyarakat masih perlu ditingkatkan. Infra struktur kesehatan masyarakat belum berfungsi sebagaimana yang diharapkan dan cenderung menurun. Unit analisa adalah semua tokoh masyarakat desa dan ke-Lurahan seperwakilan kecamatan Majalaya.
Metode pendekatan yang digunakan adalah studi kwantitatif dengan jenis penelitian cross sectional, untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan. Analisa statistic dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukan bahwa dua faktor persepsi, dua faktor predisposing dan satu faktor enabiing berhubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan.
Lima hipotesa minor yang berhubungan dengan fungsi kepemimpinan kesehatan secara bermakna adalah sebagai berikut :
1. Semakin baik persepsi tokoh masyarakat terhadap pembinaan puskesmas melalui pelatihan, semakin baik fungsi kepemimpinan kesehatannya p = 0,03568.
2. Semakin baik persepsi tokoh masyarakat terhadap pembinaan puskesmas melalui forum informal, semakin baik fungsi kepemimpinan kesehatannya p = 0,00111
3. Wanita memiliki fungsi kepemimpinan kesehatan yang lebih baik dibanding pria, p = 0,00674
4. Semakin tinggi pendidikan tokoh masyarakat semakin baik fungsi kepemimpinan kesehatannya, p = 0,04621.
5. Kepala desa dan sekretaris desa atau kelurahan memiliki kepemimpinan kesehatan yang lebih baik dibanding jabatan tokoh masyarakat lainnya p = 0,00231.
Kurangnya informasi kesehatan yang terarah dan belum dimanfaatkannya forum formal sesuai ketentuan yang berlaku, memberi dampak yang kurang menguntungkan. Oleh sebab itu pelatihan yang terarah dan memanfaatkan forum formal di pedesaan adalah yang terbaik.

The Factors Effecting Leadership Function of Health Public Figure at the Representative Sub-District Majalaya Karawang West Java 1994The Representative sub-district Majalaya is a part of sub-district Karawang, Autonomous Adminstrative Region I of West Java Provincial, where the function of health public figure still needs to improve, public health infrastructure has not functioned yet as it is expected and indicated declined. Analysis unit is the entire villages and kelurahan public figures of the whole sub-district Majalaya representative.
The method of approach applied is quantitative study under cross-sectional type of research, to learn the factors related to health leadership functions. Statistic analysis by means of chi square test.
The result of research indicated that two perception factors, two predisposing factors and one enabling factor effected the improvement of health leadership function.
Five minor hypothesis significantly relating to health leadership function are as follows:
1. Getting higher the toma perception toward the training, the leadership function is getting better. P = 0,03568.
2. Getting higher the toma perception toward informal forum, the leadership function is getting better. P = 0,00111.
3. Women has better health leadership function than men. P = 0,00674
4. Getting higher toma's education is, the leadership function is getting better. P = 0,04621.
5. The head of village and the village's secretary has a better health leadership function compared with other toma's functions. P = 0.00231.
Lack of guided health information and the unused formal forum in line with the applicable stipulation has a negative impact. Therefore, the guided training and the use of formal forum is the best way.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lus Pri Ekawati
"Penelitian ini terfokus pada aspek keuangan Instalasi Gawat Darurat sebagai salah satu unit dari RSPP yang saat ini telah berbentuk Perseroan Terbatas. Penelitian ini berangkat dari permasalahan-permasalahan antara lain : 1). Belum diketahuinya komponen-komponen yang memberikan kontribusi terbesar pendapatannya, 2). Belum diketahuinya komponen-kmponen yang menjadi beban pengeluaran terbesarnya 3). Belum diketahui kinerja keuangan IGD berdasarkan anus kas tunainya (aliran kas tunai).
Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh gambaran tentang kinerja keuangan atau kemampuan IGD RSPP dalam mengelola arus kas yang merupakan mengandung sumber-sumber penerimaan dan komponen pengeluarannya, sebagai salah satu satu informasi yang dibutuhkan bukan saja untuk mengevaluasi kebijakan-kebijakan manajemen dalam rangka pengembangan dan memandirikan IGD RSPP sebagaimana yang tertuang dalam Roadmap dan Komitmen PT. RSPP, namun juga dibutuhkan oleh pihak luar (calon investor) sebagai salah satu pihak yang kemungkinan diajak untuk bekerja sama dalam rangka pengembangan tersebut.
Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut dilakukan tinjauan kebijakan keuangan, tinjauan laporan-laporan keuangan serta wawancara untuk mengkonfirmasi terhadap hal-hal dimaksud. Konsep yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan aliran kas adalah adalah 1) Analisis aliran kas secara umum, 2) Analisis Incremental atau perhitungan secara vertikal dan horizontal, dart 3) Analisis netto yang termasuk di dalamnya analisis korelasi antara komponen-komponen penerimaan dan komponen﷓komponen pengeluaran dengan jumlah layanan/tindakan.
Melalui analisis arus kas tunai diharapakan dapat diketahui seberapa jauh IGD RSPP dapat menutupi biaya-biaya yang menjadi bebannya hanya dengan penerimaan tunai yang diterimanya.
Sebagai salah satu bagian dari RSPP, Instalasi Gawat Darurat juga mengemban Visi dan misi yang telah dicanangkan oleh manajemen RSPP. Visi RSPP adalah menjadi Perusahaan Jasa Layanan Kesehatan Yang Mandiri dan Bertaraf Internasional, sedangkan misi RSPP yaitu sebagai Rumah Sakit Yang Komprehensif, yaitu Memberikan Layanan Kesehatan Spesialistik, yang berperan meningkatkan layanan kesehatan masyarakat serta membangun loyalitas melalui kepuasan pelanggan.
Dari hasil perhitungan arus kas tahun 2001-2002 dapat diperoleh hasil sebagai berikut : Kontributor utama dari faktor pasien adalah kelompok pasien Pertamina, kelompok pasien jaminan, dan kelompok pasien tunai. Sementara itu apabila ditinjau dari komponen pendapatan, maka unsur Obat, unsur Konsul dokter, dan unsur Tindakan IGD merupakan kontributor terbesar bagi sumber penerimaan IGD.
Ada pun penerimaan rata-rata bulanan sepanjang tahun 2001 adalah Rp.222.761.725,08 (8,3%), dan pada tahun 2002 rata-rata penerimaan per bulannya adalah sebesar Rp.571.499.414,5,- atau 8,3%.
Dengan demikian rata-rata prosentase penerimaan per bulan sepanjang kurun waktu 2 (dua) tahun tersebut relatif konstan. Namun apabila ditinjau dari masing-masing unsur komponen penerimaan, maka kontribusi utamanya datang dari komponen obat, dan bukan dari komponen tindakan IGD. Hai ini diperkirakan karena timbulnya disfungsi dari aspek layanan kegawatdaruratan IGD RSPP dan adanya kesalahan posting dari unit-unti lain khusus mengenai kontribusi obat tersebut.
Dari penelitian-penelitian yang dilakukan dapat diperoleh pokok-pokok yang dapat dijadikan kesimpulan penelitian. Bahwa IGD RSPP saat ini belum mampu mengelola keuangannya dalam tingkat yang aman untuk sebuah perusahaan. Kebijakan keuangan dan akuntansinya belum memadai untuk dapat mendukung sebuah kegiatan Prot Center.
Dengan hasil penelitian kinerja keuangan IGD tersebut maka dalam 2 tahun kedepan IGD dapat dirintis untuk dijadikan unit kerja yang mandiri, karena tingkat pendapatan yang cukup untuk dikatakan untung (profit), namun demikian sedikit mampu untuk menutupi beban pengeluaran operasional per bulannnya.
Untuk itu dapat direkomendasikan saran-saran untuk peningkatan kinerja keuangan seperti peningkatan kualitas pelayanan, peninjauan kembali tarif, pemantapan sistem costing, penigkatan pelayanan yang terkait dengan peralatan, peningkatan kualitas koordinasi antar unit yang terkait dengan IGD, penyempurnaan sistem pencatatan serta pemantapan sistem akuntansi khususnya unit-unit pelayanan RSPP.
Daftar Bacaan : 33 (1986 - 2003)

Cash Flow Analysis on Emergency Unit of Pertamina Central Hospital 2001-2002 This study focus on financial aspects of Emergency Unit (EU) as one unit in Pertamina Central Hospital (PCH) which has been transformed as PT (Perseroan 7erbalas, limited company) recently. This study was stemmed from the following problems:
1). There is no information on component with highest contribution, 2). There is no information on component with highest cost, 3). There is no information on financial performance of EU PCH based on its cash flow.
This study expected to obtain information on financial performance of EU PCH in managing cash flow including input and output components, as needed information to evaluate and to develop EU PCH in accordance to roadmap and commitment of PCH, this information is also needed by investor prospects.
To achieve the objectives, reviews were conducted on financial policy, financial reports, and confirmation interview. Concepts used to evaluate the financial performance based on cash flow were as follow: 1) general cash flow analysis 2) incremental (vertical and horizontal) analysis 3) Net analysis including correlation analysis between input and output components with quantity of service/action.
Through cash flow analysis, it is expected to know whether EU PCH could cover cost by incoming cash only.
Cash flow analysis in 2001-2002 result showed that main contributors from patient factor were Pertamina patient group, insurance patient group, and cash patient group. While in income component, drugs, consultation, and EU action were biggest contributor for EU income.
Average monthly income in 2001 was Rp 222 761 725.08 (8.3%) and in 2002 was Rp 571 499 414.5 or 8.3%. Thus, the percentage of average monthly income wirthin the two years was relatively constant. However, the main contributor was drug and medication component not the EU action component. This was caused by dysfunction of EU care in PCH and mistake in posting from other unit particularly regarding the contribution of drugs/medication.
Several conclusion could be obtained. First. EU PCH had not been able to manage its finance in a secure level for a company. Its policy and accounting system was not sufficient to support a profit center activity. In the next two years EU of PCH could become a self sufficient unit because it can cover its monthly operational cost despite its small profit.
Thus, it is recommended to improve financial performance such as improvement of care quality, tariff review, establishment of costing system, care improvement regarding with equipment, improvement of quality of inter unit coordination related to EU, improvement of recording system and establishment of accounting system particularly in care units of PCH.
References: 33 (1986-2003)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T 12994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Sumarwatih
"Rumah sakit adalah salah satu penyelenggara yang harus memberikan pelayanan kesehatan menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan demi tercapainya upaya Pembangunan Nasional yaitu hidup sehat bagi setiap penduduk.
Dalam penyelenggaraannya rumah sakit tidak terlepas dan kebutuhan akan penyediaan dan pemakaian obat-obatan yang berkualitas dan rasional. Pemakaian obat-obatan yang rasional dan berkualitas diatur dalam sistem formularium dimana obat-obatan yang dipakai terdapat dalam buku formularium.
Di Rumah Sakit Umum Serang buku formularium sudah mengalami revisi dua kali yaitu pada tahun 1999 dan 2003 tetapi dari hasil survey resep di Instalasi Farmasi dari bulan Januari sampai Desember 2001, clan 1.119 resep berisi obat di luar formularium sebanyak 15% dan dan bulan Januari sampai Mei tahun 2003 dari 1.017 resep berisi obat di luar formularium sebanyak 9 %. Ditambah dengan hasil wawancara dengan beberapa dokter, Direksi, Komite Medik serta Sub Komite Farmasi dan Terapi mengindikasikan bahwa masih ada dokter yang tidak menuliskan obat sesuai formularium, ketaatan dokter terhadap pelaksanaan formularium masih kurang, belum ada pengawasan serta evaluasi tentang formularium di Rumah Sakit Umum Serang. Oleh karena itu perlu diketahui sistem formularium yang sesuai untuk diterapkan di Rumah Sakit Umum Serang.
Penelitian dilakukan secara kualitatif dengan meneliti dan memperhatikan hal yang terkait dengan pelaksanaan formularium. Dengan mempergunakan data sekunder sebagai data awal dan kemudian dikembangkan melalui wawancara mendalam maka didapatkan hasil penelitian buku formularium yang ada cukup informatif dan dirasakan bermanfaat tetapi cukup tebal sehingga perlu dibuatkan dalam bentuk poket. Sedangkan pemahaman Dokter mengenai penerapan formularium sudah baik tetapi belum dapat melaksanakannya sehingga perlu adanya pengawasan disertai dengan sistem reward dan punishment. Peran Komite Medik, Sub komite Farmasi dan Terapi serta Instalasi Farmasi belum optimal sehingga perlu ditingkatkan pelaksanaan tugas pengawasan, pelaporan dan evaluasi. Komitmen dan unsur terkait perlu ditingkatkan. Selain itu perlu dibuat penetapan tugas beserta uraiannya yang jelas bagi Komite Medik, Sub Komite Fannasi dan Terapi serta Instalasi Farmasi disertai peningkatan pengarahan dan pengawasan dalam pembuatan, pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dalam sistem forrularium.
Oleh karena itu untuk pemberlakuan formularium maka perlu ada regulasi oleh Rumah Sakit Umum Serang yang kemudian disosialisasikan dan diinformasikan kepada semua pihak yang terlibat.
Daftar bacaan : 44 buah (1984 - 2442)

Formulary System Analysis in Serang Public Hospital A hospital is one of the institutions that has to provide an integrated and sustainable health service to uphold the national development, which is providing a healthy life for every citizen. Hospital cannot be separated with its necessity to provide medicine that has good quality and rational in its use. This good quality and rational use of medicine is formulated in a formulary system in which all the medicine used are listed in a formulary book.
Serang Public Hospital revised the formulary book in 1999 and in 2003. From the survey conducted by the pharmaceutical division from January-December 2001, 15% from the 1,119 prescriptions were prescriptions with medicine that were not listed in the formulary book. The January-May 2003 survey found that 9% of the 1,017 prescriptions were filled with unlisted medicine. This result was confirmed by the interview held with some doctors, Board of Directors, Medical Committee and Pharmaceutical and Therapeutic Sub Committee indicating that there were some doctors who prescribed medicine outside of the formulary. The discipline of doctors in prescribing formulary medicine was still low and there hasn't been any actions done to supervise and evaluate the implementation of formulary system.
Due to that, the appropriate formulary system for Serang Public Hospital should be identified further. A qualitative research was carried out by checking and evaluating the component link towards the implementation of the formulary system. Using secondary data as the preliminary data combined with the in depth-interviews, the research revealed that the implementation of the formulary system has yet reach an optimum level as a good enough information and useable, but the formulary system shall be made in a pocket book. Actually The Doctors have been understood about the formulary system but in the fact that some of them have not been implemented seriously. The formulary system can be implemented with strong enough supervision, evaluations and good reporting system and than followed using reward and punishment system.
The Medical Committee, Pharmaceutical and Therapeutic Sub Committee and Pharmacy Installation are responsible for those supervision, evaluation and reporting. And also the important one is they should know their duties and responsibilities and always continuously improves their competencies by training or directions to maintain their commitment.
To implement the formulary system, the hospital should create a regulation and socialized it to all related individuals.
Bibliography : 44 (1981 -2002)
"
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T13011
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunyamin Idjudin
"Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta kesejahteraen keluarga dan masyarakat pada umumnya. Tujuan tersebut akan segera tercapai bila derajat kesehatan masyarakat meningkat. Derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Ciamis ternyata masih belum baik. Permasalahan yang dihadapi di Kabupaten DT II Ciamis umumnya, termasuk di wilayah Puskesmas Gardujaya dan Puskesmas Mulyasari adalah prosentase hasil cakupan pertolongan persalinan oleh paraji masih lebih tinggi daripada cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan/bidan. Disisi lain penempatan bidan desa secara bertahap telah dilaksanakan sejak tahun 1991 sampai dengan 1996, dan telah terisi 305 desa dan 360 desa yang ada di Kabupaten DT II Ciamis.
Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan penolong persalinan. Desain penelitian adalah 'cross sectional' dengan pendekatan metode penelitian deskriptif analitik. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu meneteki dengan anak terkecil berusia kurang dari satu tahun, yang berada di wilayah Puskesmas Gardujaya dan Puskesmas Mulyasari sebanyak 460 orang. Dalam penelitian Ini tidak dilakukan pengambilan sampel, karena seluruh populasi dijadikan obyek penelitian.
Dari hasil analisa untvariat diketahui bahwa sebagian besar responden ditolong oleh paraji ( 73,3 % ) dan berusia 20 - 30 tahun (63 % ). Sebanyak 65,4 % responden berpendidikan tamat SD dan 89,5 % merupakan ibu rumah tangga. Dilihat dari pendapatan keluarga jumlah responden dengan tingkat pendapatan tinggi sebanyak 52,6 % dan tingkat pendapatan rendah sebanyak 47,4 %. Sedangkan jarak rumah ibu dengan tempat pelayanan (rumah bidan) sebagian besar responden menyatakan dekat.
Dari hasil analisa bivariat diketahui lima dari tujuh varlabel independen yaitu pendidikan, pekerjaan, jarak rumah, pengetahuan dan sikap ibu meneteki terbukti mempunyai hubungan dengan penggunaan penolong persalinan. Sedangkan varlabel umur dan pendapatan keluarga terbukti tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan penggunaan tenaga penolong persalinan.
Mengingat pertolongan persalinan di Kabupaten Ciamis masih didominasi oleh paraji, perlu diupayakan adanya suatu terobosan untuk meningkatkan pertolongan persalinan terutama oleh tenaga kesehatan. Selaln itu perlu lebih mengintensifkan kegiatan penyuluhan mengenai kesehatan, khususnya mengenal keberadaan bidan di desa den tempat pelayanan persalinan yang ada di desa.

In general, the goal of health development is to improve the quality of human resources along with the welfare of family and community. The above mentioned goal will be directly 'each If the community health level Is Improved too. The community health level of Ciamis Regency has not really good get. In general, problem that faced by Ciamis Regency, with also Including Puskesmas Gardujaya and Puskesmas Mulyasari is that the coverage percentage of maternity services by the traditional birth attendant is still high if compare by professional health care personnels. On the other hand, placement of midwife in village gradually has done since 1991 until 1996, which flied out 305 villages from those 360 villages of Ciamis Regency.
The objective of this study is to obtain Information regarding the factors related to the breast-feeding mothers in using maternal health personnels when deliver their babies. This cross sectional study is done with an approach of research method of analytic descriptive. The study is done to all the breast-feeding mothers whose their youngest children attain the age less than one year, who live surrounding the Puskesmas Gardujaya and Puskesmas Mulyasari, which totally up to 460 persons. There is no sampling removal, because all of the population become research object.
By univariat analysis, It was found that a great part of mothers were helped by the traditional birth attendant (73,3 %) and the mothers attain the age of 20 - 30 years (63 % ). About 65,4 % mothers have graduated from Secondary School and 59,5 °k mothers are house-wifes looking from the family ' s income level, there are 52,6 % with nigh income and 47,9 % with low Income, About the distance from mother's home to the maternity unit (midwife's home ), a great part of mothers told that if was near.
By bivariat analysis, it was found that 5 out of 7 independent variables, such as education level, home distance, general knowledge and mothers attitude do Influence the used of maternal health personnels. Where as the variables such as age and family's Income level were proven to have no distinct influences In using maternal health personnels.
Because of the main reason that maternity process of Ciamis Regency is still dominated by the traditional birth attendant, so it was Important to create a goo4 penetration to Improve maternity service done by professional health care personnels.Beside, efforts have to be more Intensity in passing information about health care, especially about the presence of the village-based midwife and the maternity unit provided at village for maternal health services.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>