Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 28 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tommy Cristomy
"ABSTRAK
Dari penelitian yang telah dilakukan dan, diuraikan dalam bab sebelumnya, dapatlah ditarik kesimpulan mengeni. Hill al-Zill sebagai berikut: Naskah Hill al-Zill untuk sementara diketahui terdapat tujuh buah, tiga di Leiden, satu di Amsterdam dan tiga di Jakarta. Naskah yang terdapat di Jakarta berkode M. 339A, ML. 813, dan ML. 109D. Dari ketiga naskah tersebut naskah ML. 339 A lebih lengkap dibandingkan dua naskan lainnya. Oleh sebab itu edisi naskan menggunakan, naskah ,L. 339 A; ini berarti digunakannya metode landasan dalam penyuntingan. Hill al-Zill hasil karya Nur al-Din al -Raniri ditulis ketika Nur al-Din berada di Aceh antara tahun 1636 sampai 1644. Menurut penulisnya, Hill al-Zill ditulis untuk membantah faham Wujudiyah. Hill al-Zill yang bertemakan tasawu1 mempermasa_lahkan hubungan hamba dengan khaliknya. Nur al -Din tidak setuju dengan pendapat Wujudiyah yang mengatakan banwa ham_ba dan khaliknya bisa bersatu. Menurut Nur al-Din, manusia sebagai zill atau bayangan Nur Allah, keberadaannya tergantung pada pemberi cahaya, yakni Allah, sedangkan Allah ti_dak tergantung pada suatu apapun. HZI mempunyai struktur tersendiri; HZ1 mirip esei, dengan struktur peryajiannya yang khas dan ditulis dengan teknik tanya jawab disertai tamsil. Sebagai penasihat agama di kesultanan Aceh Nur al-Din mempunyai tanggung jawab moral untuk menentang faham Wujudiyah_

"
1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maman Soetarman Mahayana
"ABSTRAK
Dari analisis bandingan sudut pandang dan pusat penceritaan, tema, dan tokoh dalam novel Kubah dan Atheis, ada beberapa hal yang dapat disimpulkan. Pertama, perbedaan mencolok tampak dari perbanding_an sudut pandang dan pusat penceritaan. Jika Kubah hanya menggunakan gaya pencerita diaan semestaan, maka Atheis menggunakan tiga gaya pencerita, yaitu akuan sertaan, akuan taksertaan, dan diaan semestaan. Perbedaan ini membawa pula perbedaan teknik penyajiannya . Dalam Kubah paparan semestaan dart komentar pencerita disajikan secara baur. Artinya, dalam paparan semestaan itu tidak jarang muncul komentar penceri_ta. Ada pun dalam Atheis, khususnya pada bagian yang menggu_nakan gaya pencerita diaan semestaan (Bagian XIV dan Bagian XV, hlm. 213-248), komentar pencerita hampir selalu terda pa t da1am n tanda kurung. Sementara itu, kemahatahuan pencerita dalam menyoroti pikiran, perasaan, dan peristiwa batin to_koh, dalam Atheis lebih banyak dalam rangka menyoroti tokoh utama, Hasan. Dalam Kubah pencerita diaan semestaan menggam_barkannya hampir pada semua tokoh. komentar pencerita acap_kali muncul untuk memberi tanggapan atau penilaien terhadap diri para tokoh atau peristiwanya. mengenai pusat penceritaan, dalam Atheis pergeseran dan perubahannya dimungkinkan oleh peran dan interaksi an_tartokoh. Dalam Kubah perubahan pusat penceritaan atau.

"
1986
S11295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nemesius Pradipta
"Karya susastra secara kasar dapat diperoleh menjadi dua elemn pokok, yang pertama adalah isi, yang kedua adalah bentuk atau wadah. Isi merupakan kandungan, amanat, atau misi, sedeang bentuk atau wadah merupakan alat untuk menyatakan isi. bentuk atau wadah itu meliputi antara lain alur, tokoh, latar, dan termasuk juga bahasa. dari situ terlihat bahwa bahasa merupakan bagian dari karya susastra. meskipun bahasa hanya melekat pada bagian luar yang berupa wadah, bahasa sangat menentukan isi. penguasaan yang baik terhadap bahasa, akan sangat membantu penulis dalam menuangkan ide-idenya. Sebaliknya, penulis yang penguasaan bahasanya rendah, besar kemungkinan akan mengalami stagnasi atau kemacetan. Meskipun kita tahu bahwa kandungan atau isi karya suswatra selalu dimanifestasikan melalui bahasa, jarang terjadi pengkajian susastra dilakukan dari sudut bahasanya. para kritikus susatra dan peminat susatra menutup diri terhadap kemungkinan-kemungkinan pemanfaatan kemajuan ilmu-ilmu lain. mereka terpaku pada dunianya sendiri dan setiap kali melaukan pengkajian, hanya berkisar pada masalah alur, tokoh, latar, dan tema. ahli gramatika jarang sekali melihat keluar batasan kalimat, dan ahli susastra jarang sekali melihat ke dalam kalimat untuk mengetahui bahwa di sana ada struktur-struktur dan sistem-sistem yang mencerminkan arsitektur keseluruhan karya susastra. Padahal pembedahan karya susastra melalui sudut pandang bahasa atau linguistik pastilah akan melahirkan kerja sama yang saling menguntungkan (simbiosis mutualisme)."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S11258
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumo Trinurwani
"Skripsi ini bertujuan meninjau hubungan judul dan isi_ cerita yang berjudul Hikayat Langlang Buana. Masalah utama yang dihadapi oleh penulis adalah mem_pertanyakan mengapa judul hikayat ini memakai nama tokoh yang tidak banyak kehadirannya dalam rangkaian peristiwa. Untuk keperluan itu penulis meneliti alur dan tokoh untuk melihat apakah sebabnya Langlang Buana namanya dipakai se_bagai judul hikayat yang merupakan obyek penulisan skripsi ini. Penelitian alur dan tokoh Hikayat Langlang Buana ini berdasarkan teori alur dari Saad (1967: 120) dan teori tokoh dari Friedman (1975: 80). Setelah meneliti alur dan tokoh hikayat ini, Langlang Buana ternyata bukan merupakan tokoh utama. Nama tokoh ini dipakai sebagai judul hikayat ini bukan karena ia berperan sebagai tokoh utama, tetapi nama itu diambil secara mengacak saja."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1986
S11185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana
"ABSTRAK
Skripsi ini bertujuan melihat hubungan yang ada antara unsur-unsur intrinsik dari tiga cerpen Keretakan dan Ketegangan yaitu Kisah Martini, Dahlan dan Timi Berakhir Minggu, dan Kecewa, dan latar belakang penulisannya. Kumpulan cerpen ini dapat dikatakan sebagian besar menggambarkan keadaan masyarakat yang sedang mengalami masa peralihan, yaitu masa sesudah revolusi tahun 1945 sampai awal tahun lima puluhan. Pada masa tersebut dapat dikatakan perebutan pangkat dan kedudukan, korupsi, juga kemerosotan nilai kesusilaan sudah hampir menjadi pemandangan biasa. Untuk mengetahui seberapa jauh kumpulan cerpen ini, khusus_nya tiga cerpen yang dianalisis di sini mencerminkan keadaan masyarakat pada waktu itu maka dalam penulisan skripsi ini dilakukan analisis tokoh, latar, dan latar belakang penulis_annya. Demikianlah dari analisis tokoh, latar, dan latar belakang penulisan tiga cerpen dalam Keretakan dan Ketegang_an ini ternyata bahwa secara tersirat digambarkan keadaan pada masa--masa setelah Proklamasi sampai awal tahun lima puluhan. Melalui penampilan tokoh. serta latar dalam tiga cerpen ini pula. pengarang hendak menyampaikan sindiran_sindiran dan kritik-kritiknya terhadap keadaan di masa itu. Namun sejauh itu kritik-kritik dan sindiran-sindiran yang disampaikan pengarang melalui ceritanya ini tidak sampai mengganggu kelancaran jalan cerita.

"
1986
S11186
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Sahal
"Penggunaan dialek Jakarta dalam karya sastra bukanlah sesuatu yang baru dalam kesusastraan Indonesia. Sejak karya sastra masih ditulis tangan dalam bentuk naskah, dialek Jakarta sudah dipergunakan oleh beberapa sastrawan yang hidup di Jakarta. Naskah karya sastrawan tersebut masih dapat kita jumpai di Museum Nasional Jakarta saat ini, Sebagai contoh berikut ini saya kutipkan bagian dari Lakon Jaka Sukara yang disunting oleh Dewaki Kramadibrata: Maka sahut Nala Gareng, Sebab bapaku kedua kakang Grubuk tiada bisya' bujuk. Jikalau bapat kedua kakang bisya' bujuk laga-lagain, niscaya dia tiada mengadu. Maka sahut Angliya', Hai Gareng, menga-paka dahulu kamu sendiri tiada mau bujuk-bujuk supaya ia jangan mengadu? Maka sahut si Gareng, Hai kakang, pegimana aku bole bisya membujuk, karna aku masi kebelon perna aku dibujuk ole orang tua-tua abang. Sebab aku masi kecil menangis minta pisang, sampai sore aku menangis, orang tua tiada ambil pusing dan tiada ambil peduli padaku. Hingga aku sengaja, mengira yang pikiranku bapa' datang membujuk aku dari sore sampai pagi, sampai aku berdiam sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Retno Setiarti
"Skripsi yang berjudul Manusia Bebas, Analisis Tokoh, Latar, dan Tema ini, terdiri atas empat bab. Adapun bab pertama berisi pembicaraan tentang latar belakang dan masalah, tujuan, dan landasan teori serta sistem penyajian skripsi. Bab kedua, membicarakan tokoh dan penokohan dalam novel Manusia Bebas, yang kemudian dilanjutkan pada bab ketiga, yang membicarakan tentang latar novel tersebut. Bab terakhir, membicarakan kesimpulan berdasarken analisis pada bab-bab sebelumnya. Kesimpulan ini memberikan gambaran tentang tema novel Manusia Bebas.
Skripsi ini pada dasarnya mengungkapkan tema novel Manusia Bebas karya Suwarsih Djojopuspito, dengan demikian kajian terhadap tokoh dan penokohan serta latar tidak dapat diabaikan. Novel Manusia Bebas karya Suwarsih Djojopuspito ini berlatar waktu sekitar th. 1930 an, di masa kegairahan para pemuda berpikiran tentang kebangsaan, kemerdekaan, dan semangat pembaharuan tatanan masyarakat Indonesia. Kegairahan akan rasa nasionalis dalam novel ini diwakili oleh sepasang suami istri, Sudarmo-Sulastri, yang memilih bidang pendidikan sebagai lapangan perjuangannya. Mereka (Sudarmo-Sulastri dan kawan-kawan separ-tainya) memiliki tekad yang Ingin memajukan bangsanya sendiri, walaupun harus menderita karenanya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jean Tanuwibawa
"Sekitar akhir abad XIX sampai dengan sekitar awal abad XX, di Indonesia yang pada waktu itu masih dikenal sebagai Hindia-Belanda beredar cerita-rerita rekaan di masyarakat yang menampilkan topik-topik tentang masalah pernyaian dan perkawinan campuran atau perkawinan antar bangsa. Siapakah yang disebut Nyai? Kamus Umum Bahasa Indonesia II terbitan Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa memberikan definisi sebagai berikut: 1. gundik arang acing (terutama Orang Eropa); 2. panggilan kepada perempuan tua: 3. k.l. [s.i.c!] adinda (1983: 1459).
Dalam skripsi ini arti nyai lebih mengarah pada definisi nyai yang pertama gundik orang asing. Dalam bahasa Jawa dan Sunda juga dikenal istilah nyai ini. S. Prawiro Atmodio (1987:285) dalam Bausastra Jawa mendefinisikan nyai sebagai sebutan untuk istri kyai atau sebutan untuk gundik arang belanda. Dalam Kamoes Soenda-Indonesia karya R. Satiadibrata (1950:237) dikatakan bahwa nyai atau nyi adalah panggilan untuk perempuan yang lazimnya di letakkan di depan nama perempuan; misalnya Nyai Misnem, atau Nyai Mas.
Menurut Satiadibrata di daerah Pasundan gundik orang asing disebut nyai-nyai. Lebih jauh lagi, tim proyek penelitian dan Pencatatan Kebudayaan daerah (1979: 143) yang meneliti adat istiadat di Jawa Barat memberikan keterangan bahwa kata atau sebutan nyai kadang-kadang dipakai oleh seorang suami untuk memanggil istrinya; kita ingat misalnya tokoh Kabayan yang memanggil istrinya, lteung, dengan sebutan nyai.
Dalam skripsi ini yang dimaksud dengan perkawinan carnpuran atau perkawinan antar bangsa adalah perkawinan yang dilakukan antara dua prang yang berbeda kebangsaan atau keturunannya; salah seorang dari pasangan tersebut adalah pribumi. Pada abad yang lampau perkawinan semacam ini yang terjadi di Hindia-Belanda, biasanya tidak disertai surat nikah. Surat nikah biasanya berlaku hanya untuk kalangan masyarakat Eropa yang tinggal di Hindia-Belanda. Sangatlah menarik jika ditelaah dengan seksama lamanya peredaran cerita-cerita perkawinan antarbangsa dan pernyaian ini; ternyata topik cerita semacam ini beredar lebih dari dua puluh tahun di Hindia-Belanda (Bacquet Siek, 1984; Salmon, 1981: 32, 38,57; Toer, 1985: 226). Lebih menarik lagi adalah kenyataan bahwa ternyata pengarang-pengarang cerita dengan topik tersebut berasal dari berbagai keturunan yang ada di Hindia-Belanda. Pengarang-pengarang tersebut ada yang berasal dari keturunan pribumi, keturunan Eropa seperti Inggris dan Belanda, ada pula yang berasal dari keturunan Tianghoa. Oleh karena itu, maka penulis merasa sangat tertarik untuk meneilitinya. Selain itu, penulis melihat bahwa belum banyak cerita-cerita ini diteliti. Umumnya penelitian yang telah dilakukan (hanya) terbatas pada satu buku saja jarang yang mengadakan studi perbandingan antara beberapa karya.
Oleh sebab itu, penulis dalam skripsi ini berusaha membuat telaah perbandingan antara dua, karya yang ditulis oleh dua pengarang yang berasal dari keturunan yang berbeda. Buku pertama merupakan karya G. Francis, seorang keturunan Inggris, berjudul Tjerita Njai Dasima. Buku yang kedua adalah karya seorang pengarang keturunan Tionghoa., Thin Tjim Boren,berjudui Tjerita Njai Soemirah. Tjerita Njai Dasima pertama kali diterbitkan tahun 1896, dan karena kepopulerannya telah beberap kali mengalami cetak ulang (antara lain pada tahun 1926 dan tahun 1930) sering dipentaskan bahkan pernah difilmkan.
Pemilihan Tjerita Njai Dasima bukan hanya karena kepopulerannya, tetapi terLitama karena cerita ini dianggap dapat mewaki1i karya-karya dari pengarang keturunan Barat. Dalam skripsi ini, Tjerita Njai Dasima yang dijadikan bahan analisis diambil dari buku Tempo Doeloe (1985) karya Pramoedya Ananta Toer. Buku ini dijadikan bahan analis karena penulis menganggap Tjerita Njai Dasima dalam karya ini masih terjaga keaslian bahasanya. Adapun cerita yang akan dijadikan pembanding adalah Tjerita Njai Soemirah Atama Peroentoengan Manoesia. Cerita ini dikarang oleh Thio Tjmn Boen dan diterbitkan pada tahun 1917. Seperti juga karya G. Francis, karya ini penulis anggap dapat mewakili karya-karya dari penulis keturunan Tionghoa. Ringkasan Tjerita Njai Dasima dan Tjerita Njai Soemirah terdapat dalam Lampiran."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenny Triana
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk berusaha mencari keterkaitan antara gagasan utama dan gagasan bawahan dalam sebuah tulisan, mengidentifikasi konjungsi, dan melihat apakah semua konstutuen kalimat dapat diberi penamaan secara struktural. Data yang saya gunakan pada penelitian ini adalah kolom ekonomi tempo yang ditulis oleh Syahrir dari bulan Januari sampai Juni 1994. Kemudian data yang telah saya kumpulan, saya analisis berdasarkan unsur-unsur yang membangun wacana tersebut yang dititikberatkan pada konjungsi dengan menggunakan analisis konstituen langsung...

"
1996
S10970
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sunu Wasono
"ABSTRAK
Dalam jagad sastra Indonesia, Toha Mohtar dikenal sebagai pengarang yang kurang produktif. Namun, Pulang, no_velnya yang pertama, oleh pengamat sastra Indonesia diakui sebagai karya yang berbobot.
Pembicaraan mengenai novel Pulang setakat ini boleh dikatakan sudah banyak dilakukan. Tetapi, pembicaraan yang mencoba mengaitkan novel itu dengan kenyataan sosial belum ada. Padahal novel ini sarat dengan embaran (informasi) mengenai masalah social yang baik dan menarik untuk dibin_cangkan. Penelitian ini bertujuan menelaah kaitan novel Pulang dengan masalah sosial yang ada berdasarkan unsur-_unsur formal novel itu. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologis. Demi kelengkapan dan keakuratan data, dilakukan pula wawancara dengan pengarang novel Pulang._
Peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia pada kurun waktu 1940-1950an, khususnya yang berkaitan dengan masalah-masalah sosial di sekitar daerah tempat Toha Mohtar dilahirkan, dijadikan latar dan sumber ilham dalam novel Pulang.

"
1985
S10726
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>