Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Thifani Ramadita
"ABSTRAK
Name letter effect (NLE) merupakan suatu kecenderungan seseorang untuk mengevaluasi lebih positif inisial nama nya sendiri dibandingkan dengan huruf lain di dalam alfabet (Nuttin, 1985). Studi mengenai NLE telah banyak dilakukan diberbagai negara, termasuk Indonesia. Sampai saat ini tiga peneliti telah melakukan studi NLE di Indonesia kepada partisipan Batak (Putri, 2010 ; Meliala, 2011) dan Bali (Artha, 2011). Hasil ketiga penelitian tersebut berbeda dengan hipotesis yang diajukan, dimana partisipan lebih mengevaluasi tinggi inisial nama depan dibandingkan inisial nama belakang (marga) atau nama Bali. Penelitian skripsi ini bertujuan untuk melakukan penelitian lanjutan dari studi Meliala (2011), yaitu dengan pemberian priming etnis kepada subyek penelitian yang berbeda, menjadi orang Batak dewasa yang tinggal di Jakarta. Hal ini dilakukan karena pada penelitian sebelumnya partisipan remaja cenderung belum menghayati pentingnya peranan marga. Dengan mengganti partisipan penelitian ini, diharapkan mereka dapat mengevaluasi lebih tinggi inisial nama belakang (marga) dibandingkan dengan inisial nama depan. Hasil yang didapatkan ternyata semua partisipan (Batak priming etnis, Batak priming kontrol) mengevaluasi inisial nama depan lebih tinggi dibandingkan inisial nama belakang (marga). Implikasi penelitian ini didiskusikan pada bagian akhir skripsi ini.

ABSTRACT
Name letter effect (NLE) is a tendency whereby a person will evaluate initials of his own name more positively than other letters in alphabetical sequence (Nuttin, 1985). Research about NLE has been conducted in many countries, including Indonesia. Until now, there are three researches about NLE in Indonesia, which was investigated by Putri (2010), Meliala (2011) on Bataknese and Artha (2011) on Balinese. The result for this three research was different from the hypothesis, that Batak or Bali participants evaluate their first name initials higher than the evaluation of their last name or Bali name. This thesis is trying to conduct a follow up study of Meliala?s research, to examine NLE phenomenon of Bataknese living in Jakarta using ethnic priming. The Bataknese is estimated to be more appreciate with the meaning of their last name (marga). I hypothesize that Bataknese will evaluate their Bataknese name higher than their first name. The results shows that all participants (Bataknese ethnic priming and Bataknese control priming) evaluate their first name initials higher than the evaluation of their last name (marga). Implications of this thesis are discussed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Insan Kamil
"Menurut Pyszczynski, Solomon, dan Greenberg (2003), jika seorang individu diingatkan akan kematiannya, ia akan meneguhkan cara pandang budayanya, salah satunya dengan membeli produk dalam negeri. Namun, dalam kehidupan sehari-hari konsumen memiliki cara pandang budaya ganda, bukan hanya kebangsaan saja. Penelitian dalam skripsi ini mengujikan pengaruh saliansi mortalitas terhadap uang yang bersedia dibayarkan partisipan beragama Islam pada produk Bali (domestik, beragama Hindu) dan produk Arab Saudi (luar negeri, beragama Islam). Skripsi ini memperbaiki beberapa kelemahan prosedur penelitian dari studi sebelumnya yang menemukan tidak ada pengaruh saliansi mortalitas terhadap pemilihan produk dengan cara pandang budaya ganda dari Khairani (2012). Hasilnya, partisipan yang diingatkan akan kematian atau saliansi mortalitas tinggi bersedia membayarkan uang pada produk Bali lebih tinggi dibandingkan partisipan pada kondisi saliansi mortalitas rendah.

Pyszczynski, Solomon, dan Greenberg (2003) argue that when mortality become salient, one will bolster his cultural worldview, such as buying domestic product. In real daily life, not only nationality, consumers also have other cultural worldviews. This thesis is testing the effect of mortality salience on Moslem participants’ willingness to pay of Balinese (domestic, Hindu) and Saudi Arabian (foreign, Islam) product. This thesis is conducted to continue Khairani (2012) that found there is no effect of mortality salience on product choice with some procedural weaknesses. Result of this thesis indicates that participants in high mortality salience condition are willing to pay higher for Balinese product than participants in low mortality salience condition."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53515
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Muliaty
"Bullying marak terjadi di mana saja dan kapan saja. Umumnya bullying meningkat ketika seseorang memasuki masa SMP dan SMA. Laki-laki maupun perempuan dapat terlibat tindakan bullying, namun laki-laki lebih sering terlibat dibandingkan perempuan. Penelitian akan bullying terkait kepuasan akan tubuh lebih banyak pada perempuan, sehingga penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara bullying mengenai tampilan fisik dengan body satisfaction pada remaja putra korban bullying. Pengukuran bullying dan body satisfaction menggunakan alat ukur yang disusun oleh peneliti. Partisipan berjumlah 60 siswa SMP dan SMA yang pernah menjadi korban bullying.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara bullying dengan body satisfaction pada korban (r = -0.255; p = 0.049, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi bullying yang dialami, maka semakin rendah body satisfaction remaja putra korban bullying. Hasil tersebut menunjukkan bahwa masih banyak remaja putra korban bullying yang tidak puas akan tampilan fisiknya.
Bullying is a well known problem and could happened anywhere and any time. In general, bullying heightened during middle-senior high. Both male and female can be involved in bullying but males are more involved. Researches about bullying and body satisfaction are generally dominated by female participants so this research was conducted to find the correlation between appearance related bullying and body satisfaction among male adolescence victims. Bullying and body satisfaction is measured using instruments derived by researcher. The participants of this research are 60 middle high and high school male students who have the general characteristics of a victim.
The main results of this research shows that there is a significant negative correlation between bullying and body satisfaction (r = -0.255; p = 0.049, significant at L.o.S 0.05). This suggests that with higher bullying actions the victims received, the victims would develop increasingly lower body satisfaction. Based on this results, it is advisable that teachers, parents and friends actively prevent and stop bullying actions. Many victims become dissatisfied with their physical appearance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Stephanie Munaf
"ABSTRAK
Nuttin (1985) menemukan bahwa seseorang lebih mengevaluasi inisial namanya sendiri lebih positif dibandingkan dengan huruf lain yang bukan merupakan inisial namanya. Hal ini kemudian yang disebut dengan name letter effect (NLE). Penelitian mengenai NLE telah dilakukan di berbagai negara hingga kemudia diteliti di Indonesia menggunakan initial preference task. Putri (2010) melakukan penelitian NLE terhadap etnis Batak, dimana hipotesis yang diajukan tidak terbukti karena partisipan Batak lebih menyukai inisial nama depan dibandingkan inisial nama marganya. Penelitian lanjutan dilakukan oleh Artha (2011) pada etnis Bali untuk membandingkan inisial nama depan dan nama Bali pada partisipan Bali dengan sebelumnya diberikan priming etnis. Priming etnis ini bertujuan untuk meningkatkkan kesadaran etnisitas yang dimiliki partisipan Bali saat penelitian berlangsung. Namun, hasil menunjukkan bahwa partisipan Bali yang telah diberikan priming etnis Bali mengevaluasi inisial nama depan lebih tinggi dibandingkan nama Bali. Penelitian dalam skripsi ini bertujuan untuk membuat penelitian lanjutan daru studi Artha (2011) pada etnis Bali. Berawal dari dugaan bahwa berbedanya hipotesis dengan hasil penelitian dikarenakan usia partisipan yang masih tergolong remaja. Hal ini membuat penulis menggunakan partisipan yang lebih dewasa dan sudah menikah dengan harapan kesadaran akan etnisnya sudah lebih berkembang dibandingkan partisipan yang tergolong remaja. Selain itu, partisipan yang digunakan merupakan partisipan Bali yang tinggal di Jakarta, dengan dugaan identitas etnisnya lebih menonjol saat menjadi minoritas dibandingkan saat menjadi mayoritas (di Pulau Bali). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipan Bali yang diberikan priming etnis mengevaluasi insial nama Bali lebih tinggi dibandingkan inisial nama depan tetapi tidak signifikan.

ABSTRACT
Nuttin (1985) discovered a phenomenon whereby a person will evaluate initials of his own name more positively than other letters that are not his or her initials. This phenomenon is called name letter effect (NLE). Research about NLE has been conducted in many countries, including Indonesia using initial preference task. Putri (2010) conducted a study about NLE on Batak ethnic, whereby the hypothesis wasn't proved because Batak participants evaluated their first name higher than their last name. Artha (2011) conducted a study about NLE based on Putri's (2010) to compared first name and Balinese name on Balinese people. Before that, the participants was given ethnic priming to increase the ethnic self-awaraness while the participants were being experimented. The result also showed that Balinese participants evaluated their first name higher than their Balinese name. Based on the previous study by Artha (2011), this present study is trying to conduct an NLE research on Balinese. I assumed that the difference between Artha's hypothesis and the result is because the participants were teenagers. In this present study, the participants are more adult and married, so their ethnic self-awareness are more developed than teenagers. Beside that, the participants are Balinese who live in Jakarta. I assumed that their ethnic identity are more prominent when they are minority than when they are majority (in Bali). The result shows that participants that are given the ethnic priming evaluate their Balinese name higher that their first name but insignificantly."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Widaningrum
"ABSTRAK
Orang tua merupakan individu yang menyokong semua aspek pertumbuhan anak,
memelihara, melindungi dan membimbing kehidupan anak sepanjang
perkembangan hidup anak, di mana semua tugas tersebut tertuang dalam sebuah
proses yang disebut dengan pengasuhan. Selama proses pengasuhan ini
berlangsung, terciptalah pandangan anak mengenai dunianya. Pandangan ini
tercipta berdasarkan interaksi antara pengalaman dan rasa yang akhirnya
menciptakan antologi persepsi tentang pengasuhan di mata anak yang kemudian
akan melekat di sepanjang kehidupan anak. Nicholas dan Bieber (1997)
mengemukakan terdapat dua lingkungan pengasuhan orang tua, yaitu pengasuhan
suportif dan abusif. Pengasuhan suportif dipercaya akan berdampak pada
munculnya perilaku adaptif, sedangkan pengasuhan abusif dipercaya berdampak
pada munculnya masalah tingkah laku di masa yang akan datang. Salah satu
perilaku bermasalah yang ditampilkan individu sebagai dampak dari pengasuhan
abusif ini adalah perilaku perkelahian. Berdasarkan asumsi ini maka penelitian ini
dilakukan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemunculan
perilaku perkelahian berdasarkan persepsi tentang perilaku abusif orang tua.
Sebanyak 184 pria emerging adult menjadi partisipan dalam studi ini dengan
mengisi kuesioner Exposure to Abusive Supportive Environments Parenting
Inventory (EASE-PI) dan indikator perilaku perkelahian. Untuk mendapatkan
kelompok pengasuhan abusif, peneliti membagi partisipan kedalam tiga
kelompok, yaitu kelompok yang mempersepsikan mendapat pengasuhan abusif
dari kedua orang tua, salah satu orang tua dan tidak mendapat pengasuhan abusif
orang tua. Kelompok pengasuhan abusif ini ditentukan berdasarkan skor yang
diperoleh partisipan dari faktor abusif alat ukur EASE-PI dengan menggunakan
persentil ke 66 dan persentil ke 33, sehingga menyisakan 134 partisipan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kemunculan perilaku perkelahian pada ketiga
kelompok tersebut tidak jauh berbeda. Baik kelompok individu yang mendapatkan
pengasuhan abusif maupun yang tidak mendapatkan pengasuhan abusif pernah
terlibat dalam perkelahian

Abstract
Parents are individual who support all aspects of child development, they are
nurturing, protecting ang guiding children throughout the life span. All these
tasks are in a process called parenting. During this process, child?s world view is
created. This view is created base on the interaction between the experience and
the sense that ultimatelly creates a child?s perception, and it will be in child
throughout the life. Nicholas and Bieber (1997) suggested there are two parenting
environment, supportive parenting dan abusive parenting. Supportive parenting
have an impact on the emergence of adaptive behavior and allow individuals to
avoid risky behavior, while abusive parenting believed to have an impact on the
emergence of behavioral problems in the future. One of behavioral problem who
estimate as a result of abusive parenting is fighting behavior. Based on this
asumption, recent study is conducted to find out the difference of fighting
behavior based on perceived of parental behavior in emerging adults male. Total
of 184 emerging adults male remained in this study, they filled out Exposure to
Abusive Supportive Environment Parenting Inventory (EASE-PI) and Fighting
behavior indicator. To get groups of abusive parenting, researcher divided the
participants into three groups, group who perceived having abusive parenting
from both parents, one parent, and non having abusive parenting. Abusive
parenting group are determined based on total score of EASE-PI by using 33th
and 66th percentil, 134 data of participants. The result showed that there were no
significant difference of fighting behavior in three groups study. It means that
both group of individual who perceived get abusive and non-abusive parenting
ever get involved in a fight."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Apriadi Darwita
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara kohesivitas kelompok pada kelompok peserta mentoring agama Islam dengan tanggung jawab siswa sma. Pengukuran kohesivitas kelompok menggunakan alat ukur group environment scale (Carron, 1985) dan pengukuran tanggung jawab menggunakan alat ukur yang dikonstruksi dari teori Sukiat (1993). Partisipan berjumlah 110 siswa yang berasal dari beberapa sma di kota Depok yang memiliki karakteristik sebagai peserta mentoring agama Islam.
Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan hubungan antara tanggung jawab dengan kohesivitas kelompok peserta mentoring agama Islam pada siswa sma (r = 0.208; p = 0.042, signifikan pada L.o.S 0.05). Artinya, semakin tinggi kohesivitas kelompok yang dimiliki peserta mentoring agama Islam, maka semakin tinggi tanggung jawab yang dimiliki. Berdasarkan hasil tersebut, seseorang yang mengikuti mentoring agama Islam perlu meningkatkan kohesivitas kelompok sebagai salah satu pendorong yang dapat meningkatkan tanggung jawab.

This research was conducted to find relationship between group cohesiveness of Islamic mentoring participants and responsibility among high school students. Group cohesiveness was measured using a modification instrument named group environment scale (Carron, 1985) and responsibility was measured using a instrument constructed from Sukiat (1993). The participants of this research are 110 students from several high schools in Depok who have characteristic as a participant of Islamic mentoring.
The main results of this research show that responsibility positively correlated significantly with group cohesiveness of the participants Islamic mentoring among high school students (r = 0.208; p = 0.042, significant at L.o.S 0.05). That is, the higher group cohesiveness of one?s own, the higher showing responsibility. Based on these results, someone who follow Islamic mentoring needs to increase group cohesiveness, as one of constructing responsibility.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ibrahim Isa
"Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara servant leadership dengan Leader-Member Exchange (LMX) pada komunitas berdasarkan kesamaan minat di Indonesia, dalam hal ini komunitas mobil retro JRF, dan seberapa besar sumbangan masing-masing dimensi servant leadership terhadap LMX. Pengukuran servant leadership menggunakan alat ukur Servant Leadership Scale (SLS) (Barbuto & Wheleer, 2006) dan pengukuran LMX menggunakan alat ukur Indonesian Quality of Work Life Questionnaire (Radikun, 2010). Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 35 anggota komunitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara servant leadership dan LMX pada komunitas “JRF” (r = 0,798, p < 0.01). Selain itu, dimensi servant leadership yang memberikan kontribusi besar dan signifikan terhadap LMX adalah panggilan altruistis dan pemulihan emosional.

This research was conducted to find the relationship between servant leadership and leader-member exchange (LMX) among interest based community on Indonesia, in this case on “JRF” retro car community, and how much quality of each servant leadership dimension contributes to quality of LMX. Servant leadership was measured using a modification instrument named Servant Leadership Scale (SLS) (Barbuto & Wheeler, 2006) and LMX was measured using a modification instrument named Indonesian Quality of Work Life Questionnaire (Radikun, 2010). The participants of this research are 35 community members. The main results of this research showed that servant leadership positively and correlated significantly with LMX among “JRF” community (r = 0,798, p < 0,01). Furthermore, the big contribution from dimensions of servant leadership toward LMX was altruistic calling and emotional healing."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanida Mievela
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara kualitas attachment terhadap orangtua dan peer dengan keterlibatan dalam bullying. Variabel keterlibatan bullying ini diukur menggunakan modifikasi Bullying Questionnaire dari Duffy (2004), sedangkan variabel kualitas attachment pada orangtua dan peer diukur dengan menggunakan The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) dari Armsden dan Greenberg (1987) yang mencakup dimensi communication, trust dan alienation pada bagian orangtua dan peer. Penelitian ini melibatkan 303 partisipan (laki-laki 119 orang dan perempuan 184 orang) yang berada pada tingkat SMA kelas X, XI dan XII dari Jakarta dan Depok.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara skor kualitas attachment terhadap orangtua dengan skor bagian pelaku bullying dengan r(303)=-0,213, p<0,000 dan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara skor kualitas attachment terhadap orangtua dengan skor bagian korban dengan r(303)=-0,117, p<0,005. Sedangkan tidak terdapat hubungan negatif yang signifikan antara skor kualitas attachment terhadap peer dengan skor bagian pelaku dan korban bullying.

The objective of this research is to investigate the relationship between parent’s and peer’s quality of attachment and bullying involvement. Bullying involvement was measured using the modification of Bullying Questionnaire by Duffy (2004). Quality of attachment to parents and peer was measured using The Inventory Parent Peer Attachment (IPPA Revision) by Armsden and Greenberg (1987) which cover communication, trust and alienation’s dimension. The respondents of this research are 303 adolescents (119 male and 184 female) from highschool grade X, XI and XII living in Jakarta and Depok.
The result of the research shows that bully’s score and quality of attachment toward parents’s score are significantly and negatively correlated r(303)=-0.213, p<0.000, victim’s score score and quality of attachment toward parents’s score too are significantly and negatively correlated r(303)=-0.117, p<0.005. While bully’ s and victim’ s score and quality of attachment toward peer’s score are not significantly and negatively correlated.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S52592
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ruly Sulis Handayani
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara materialisme dan selfregulation pada remaja. Materialisme didefinisikan sebagai keyakinan yang dianut seseorang tentang seberapa pentingnya kepemilikan barang di dalam hidupnya (Richins & Dawson, 1992). Self-regulation didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk mengembangkan, mengimplementasikan, dan secara fleksibel memonitor perilaku yang sudah direncanakan untuk meraih tujuannya (Kanfer, 1970). Responden penelitian adalah 146 remaja di Jabodetabek. Materialisme diukur dengan menggunakan MVS Short Form oleh Richins (2004a). Self-regulation diukur dengan dengan menggunakan Short Form Self-Regulation Questionnaire (Carey, Neal, dan Collins, 2004). Hasil utama penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara materialisme dan self regulation (r= -.205, p<0.05). Nilai coefficient of determination (Rsquare) r2= 0.042 atau sebesar 4.2% sehingga dapat diinterpretasikan bahwa variasi skor materialisme 4.2% dapat dijelaskan dari skor self-regulation. Sedangkan 95.8% sisanya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor individu selain faktor self-regulation.

This research was conducted to find the correlation between self-regulation and materialism among adolescent. Materialism is defined as a centrally held belief about the importance of possessions in one?s life (Richins & Dawson, 1992). Selfregulation is defined as the ability to develop, implement, and flexibly maintain planned behaviour in order to achieve one?s goals (Kanfer, 1970). Participants of this research were adolescent in Jabodetabek area, with amounts 146 people. Materialism was measured using MVS Short Form by Richins (2004a). Selfregulation was measured using Short Form Self-Regulation Questionnaire (Carey, Neal, dan Collins, 2004). The main result of this research shows that there is significant relationship between materialism and self-regulation, (r= -.205, p<0.05). Coefficient of determination score (R square) r2= 0.042 or indicate that 4.2% materialism score variation can be explained by self-regulation score. Another 95.8% can be explained from another individual factors except selfregulation.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53986
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rismart Firdaus
"ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi kebebasan dalam waktu luang dan kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia. Sampel penelitian ini terdiri dari 126 mahasiswa Universitas Indonesia. Variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang diukur menggunakan alat ukur Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) dan variabel kepuasan waktu luang di ukur menggunakan alat ukur Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980). Hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi positif antara variabel persepsi kebebasan dalam waktu luang dan variabel kepuasan waktu luang pada mahasiswa Universitas Indonesia (r = 0.747, p < 0.05). Analisis tambahan yang mencakup hubungan antara kedua variabel dengan data kontrol seperti jenis kelamin, usia dan pemasukan perbulan juga disertakan.


ABSTRACT

This study aims to find the correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students. 126 students were participated in this study. The perceived freedom in leisure was measured by Perceived Freedom in Leisure (Short Form) Scale (Witt & Ellis, 1985) instrument and leisure satisfaction was measured by Leisure Satisfaction Scale (Short Form) (Beard & Ragheb, 1980) instrument. This study finds the positive correlation between perceived freedom in leisure and leisure satisfaction among University of Indonesia students (r = 0.747, p < 0.05). Additional analysis including correlation between two variables and demographic data such as gender, age and income were included.

"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57163
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>