Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Holivia Almira Jacinta
"Kelahiran bayi prematur atau bayi yang lahir sebelum usia 37 minggu merupakan penyebab tertinggi yang mempengaruhi morbiditas dan mortalitas bayi dalam fase perinatal di dunia. Kelahiran bayi prematur disertai dengan kondisi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan indikator kuat terjadinya gangguan makan pada bayi yang dikaitkan dengan refleks oral motor yang inadekuat dan koordinasi hisap-menelan-dan bernapas yang buruk. Gangguan pada proses makan bayi berisiko tinggi meningkatkan kejadian gagal tumbuh (failure to thrive), keterlambatan perkembangan, dan pemulangan bayi dengan menggunakan selang OGT. Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) merupakan salah satu stimulasi oro-motor yang dapat digunakan untuk meningkatkan refleks hisap dan menelan bayi dan meningkatkan kesiapan proses transisi makan bayi dari enteral ke oral. Karya ilmiah ini memuat gambaran mengenai pemberian asuhan keperawatan kepada bayi prematur dengan BBLR dan problem feeding berusia 36 minggu melalui penerapan PIOMI sebagai intervensi berbasis bukti. PIOMI dilakukan selama dua kali sehari dalam waktu sepuluh hari berturut-turut dengan durasi tindakan selama lima menit. Hasil evaluasi menunjukkan PIOMI efektif dalam meningkatkan refleks hisap bayi yang secara objektif pengukurannya dilakukan melalui penghitungan skor Premature Oral Feeding Readiness Asessment Scale (POFRAS) dan didapatkan peningkatan dari skor 15 menjadi 36. PIOMI pun mampu meningkatkan kesiapan makan bayi dari enteral ke oral setelah PIOMI dilakukan secara terus menerus selama sembilan hari.

The birth of premature infants or infants born before 37 weeks of age is the leading cause of infant morbidity and mortality in the perinatal phase worldwide. Premature birth accompanied by low birth weight (LBW) is a strong indicator of infant feeding disorders associated with inadequate oral-motor reflexes and poor suction-swallowing-and-breathing coordination. Infant feeding disorders have a high risk of increasing the incidence of failure to thrive, developmental delay, and discharge with the use of Orogastric Tube (OGT). Premature Infant Oral Motor Intervention (PIOMI) is one of the oral motor stimulations that can be used to improve infant suction and swallowing reflexes and increase readiness for the transition of infant feeding from enteral to oral. This scientific work contains a description of the provision of nursing care to premature infants with LBW and feeding problems aged 36 weeks through the application of PIOMI as an evidence-based review intervention. PIOMI was performed twice a day for ten consecutive days with a duration of five minutes. The results of the evaluation showed that PIOMI was effective in improving infants' suction reflexes, objectively measured through the calculation of the Premature Oral Feeding Readiness Assessment Scale (POFRAS) score and an increase from a score of 15 to 36. PIOMI was also able to improve infants' feeding readiness from enteral to oral after nine days of continuous PIOMI treatment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Anastasya Riwu Prasetya
"Memandikan bayi merupakan suatu hal yang penting dalam meningkatkan perkembangan neurofisiologis dan kebersihan tubuh untuk mencegah infeksi. Namun, mandi juga dapat menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh bayi, seperti hipotermia. Sekitar 40% dari total 2,4 juta kematian bayi baru lahir di dunia disebabkan oleh hipotermia. Pada bayi prematur atau bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu, pusat pengaturan suhu tubuh di hipotalamus belum berkembang sempurna untuk dapat menghindari kehilangan panas dalam mencegah hipotermia setelah mandi. Intervensi dapat diterapkan untuk tetap mempertahankan suhu tubuh pada bayi prematur. Karya ilmiah ini memberikan gambaran mengenai proses asuhan keperawatan pada bayi prematur dan efektivitas penerapan selama empat hari perawatan dilakukan selama ± 5 menit setiap harinya dengan mengikuti standar prosedur yang ada. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa efektif dalam mempertahankan suhu tubuh pada bayi prematur dengan nilai maksimal suhu satu menit setelah mandi sebesar 36,3° C. Tidak ditemukan komplikasi seperti sesak napas atau sianosis selama intervensi diberikan.
Bathing in infants is important in improving neurophysiological development and body hygiene to prevent infection. However, bathing can also cause physiological changes in the infants' body, such as hypothermia. Approximately, 40% of the total 2.4 million infant deaths in the world are caused by hypothermia. Premature birth or birth that occurs before 37 weeks of gestation contributes to incomplete development of the body temperature regulation center in the hypothalamus that causes incapability to avoid heat loss in terms to prevent hypothermia after bathing. Swaddle bath intervention can be applied to maintain body temperature in premature infants. This study provides an overview of the nursing care process for premature infant and the effectiveness of applying swaddle bath during four days of care. Swaddle baths are carried out for ± 5 minutes every day following existing standard procedures. The evaluation results showed that the swaddle bath was effective in maintaining body temperature in premature infant with a maximum temperature value one minute after bathing of 36,3° C. No complications such as shortness of breath or cyanosis were found during the intervention."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Defi Efendi
"Pemberian posisi yang salah dapat meningkatkan risiko morbiditas dan mortalitas. Artikel ini bertujuan untuk menggali pemberian posisi (positioning) dan nesting pada bayi prematur di NICU. Penelitian ini berupa studi literatur tahun 2007-2017, serta pengalaman penulis dalam aplikasi pemberian posisi dan nest di dua rumah sakit rujukan nasional dalam lima tahun terakhir. Hasil studi ini menunjukkan beberapa posisi yang dapat diberikan pada bayi prematur di antaranya adalah posisi supinasi, lateral kiri, lateral kanan, pronasi, dan quarter/semi pronasi. Posisi pronasi dan kuarter/semi pronasi direkomendasikan untuk bayi prematur dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS). Posisi lateral kanan direkomendasikan untuk bayi prematur dengan Gastroesofageal reflux (GER). Posisi supinasi merupakan alternatif terakhir pemberian posisi pada bayi prematur dengan kontraindikasi posisi pronasi, kuarter/semi pronasi, dan lateral. Pembuatan nest dapat dimodifikasi dari potongan beberapa kain yang digulung. Perawat hendaknya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan agar mampu memberikan variasi posisi sesuai kondisi dan indikasi bayi yang dirawat di NICU.

Incorrect positioning may increase the risk of morbidity and mortality. This article aims to explore positioning and nesting in a preterm infant in NICU. This study is a literature study in 2007-2017, as well as documentation of the application of positioning and nest at two national top referral hospitals in the last five years. The alternative position for preterm infants include supine, left lateral, right lateral, pronation, and quarter/semi-prone positions. The pronation and quarter/semi-prone are recommended for preterm infants with Respiratory Distress Syndrome (RDS). Right lateral positions are recommended for preterm infants with Gastroesophageal reflux (GER). The supination is the last alternative when the other positions are contraindicated. The nurses can modify nest from pieces of some rolled fabric. Nurses should increase their knowledge and skills in order to be able to provide a proper position according to the conditions and indications of the infant cared in NICU."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
610 JKI 22:3 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Selviany
"

Bayi prematur memiliki masalah imaturitas dalam mengatur suhu tubuhnya sehingga membutuhkan energi untuk menjaga suhu tubuhnya tetap stabil. Kondisi ini menyebabkan kalori yang diperoleh bayi tidak terfokus pada pertumbuhannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Perawatan Metode Kanguru (PMK) durasi enam jam terhadap kenaikan berat badan bayi prematur dan ikatan emosional ibu dan bayi. Desain penelitian ini adalah pilot study randomized control trial dengan pendekatan crossover yang melibatkan 10 bayi prematur dan ibu. Randomisasi dilakukan dengan computer generated block randomization. Penelitian dilakukan sejak April sampai Juni 2024 di Rumah Sakit Universitas Indonesia dan Alia Hospital. Responden menerima intervensi PMK selama enam jam (kelompok intervensi) dan intervensi PMK selama satu jam (kelompok kontrol). Analisis hasil menggunakan uji Wilcoxon didapatkan rerata pertambahan berat badan bayi (gr/kg/hari) pada kelompok intervensi (H1 16,4, H2 13,3, p>0.05) dan pada kelompok kontrol (H1 9,1, H2 6,6, p>0.05), dengan pertambahan berat badan lebih banyak pada kelompok intervensi namun tidak signifikan. Sedangkan untuk rerata nilai ikatan emosional ibu dan bayi yang diukur sebelum dan sesudah PMK menggunakan Postpartum Bonding Questionnaire (PBQ), analisis hasil menggunakan uji t berpasangan didapat penurunan nilai pada kelompok intervensi (14,4-9,2, p>0.05) dan pada kelompok kontrol (11,3-11,4, p>0.05). Penurunan nilai PBQ lebih banyak pada kelompok intervensi yang artinya ikatan emosional ibu dan bayi makin erat namun tidak signifikan. Intervensi PMK selama enam jam tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan berat badan bayi prematur dan penguatan ikatan emosional antara ibu dan bayi.

Kata Kunci: crossover, kenaikan berat badan per hari, perawatan metode kanguru, uji pilot.


Premature infants have immaturity problems in regulating body temperature, requiring energy to keep their body temperature stable. This condition causes the calories obtained by the baby not to focus on growth. This study aims to determine the effect of six-hour Kangaroo Mother Care (KMC) on weight gain in premature infants and mother-infant bonding. The design of this study is a pilot study randomized control trial with a crossover design involving 10 premature infants. The respondents received a six-hour KMC intervention (intervention group) and a one-hour KCM intervention (control group). The results of the study identified the average weight gain of infants in the intervention group (16.4, 13.3, p>0.05) and in the control group (9.1, 6.6, p>0.05), with more weight gain in the intervention group but not significantly. Meanwhile, for the average mother-infant bonding scores measured before and after KMC, in the intervention group (14.4, 9.2, p>0.05) and in the control group (11.3, 11.4, p>0.05). The six-hour PMK intervention does not have a significant effect on increasing weight gain in premature babies and on strengthening the emotional bond between mother and baby.

Keywords: crossover, kangaroo care method, kangaroo mother care, mother-infant bonding, premature infants"

Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library