Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ermawati Uki
"Dispnea, batuk, demam, tersedak dan peningkatan frekuensi pernapasan merupakan beberapa tanda pneumonia yang menyebabkan terjadinya distres pernapasan pada anak yang dihospitalisasi sehingga memerlukan manajemen yang akurat agar anak tidak jatuh ke dalam kondisi gagal napas. Tujuan dari karya ilmiah akhir ini adalah untuk memberikan gambaran aplikasi teori comfort Kolcaba pada asuhan keperawatan melalui pemberian positioning (posisi semi pronasi dan semi recumbent) untuk memperbaiki saturasi oksigen dan laju pernapasan pada anak pneumonia dengan masalah gangguan pernapasan. Teori comfort Kolcaba mampu memberikan manfaat secara holistik dan memberikan panduan bagi perawat dalam melakukan pengkajian secara sistematis. Penerapan pemberian posisi semi pronasi dan semi recumbent sebagai salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan dapat memberikan rasa nyaman dan terbukti meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan laju pernapasan. Penerapan teori Kolcaba dan pemberian posisi semi pronasi dan semi recumbent diharapkan dapat diterapkan dalam asuhan keperawatan anak pneumonia dengan gangguan pernapasan.

Dyspnea, cough, fever, choking and increased respiratory rate are some of the signs of pneumonia which cause respiratory distress in hospitalized children, requiring accurate management so that the child does not fall into a state of respiratory failure. The purpose of this final scientific work is to provide an overview of the application of Kolcaba's comfort theory to nursing care through positioning (semi-pronated and semi-recumbent positions) to improve oxygen saturation and respiratory rate in children with pneumonia with respiratory problems. Kolcaba's comfort theory is able to provide benefits holistically and provide guidance for nurses in carrying out systematic assessments. The application of semi-pronation and semi-recumbent positions as an intervention in nursing care can provide a sense of comfort and is proven to increase oxygen saturation and reduce respiratory rate. It is hoped that the application of Kolcaba's theory and the provision of semi-pronate and semi-recumbent positions can be applied in the nursing care of children with pneumonia with respiratory problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Farhan Maruli
"Ventilator-associated pneumonia VAP punya prevalensi yang tinggi pada pasien pediatric intensive care unit PICU . Gizi lebih overweight dan obesitas dicurigai sebagai salah satu faktor risiko VAP namun hubungannya kurang diteliti. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki hubungan antara gizi lebih dan kejadian VAP pada pasien PICU RSCM. Desain studi ini adalah cross-sectional analitik dengan data rekam medis pasien PICU RSCM yang mendapat ventilasi mekanik pada periode 2014 ndash;2016. Pasien dikatakan menderita gizi lebih berdasarkan assessment gizi pada rekam medis atau berdasarkan data antropometri dengan rujukan kriteria WHO atau CDC jika assessment gizi tidak ada. VAP ditentukan berdasarkan diagnosis tertulis pada rekam medis atau adanya gejala dan tanda yang memenuhi kriteria NNIS/CDC. Data tambahan yang diambil antara lain ada tidaknya kondisi immunocompromised, reintubasi, enteral feeding, penggunaan imunosupresan, antibiotik atau profilaksis stress ulcer. Sebanyak 64 pasien diikutsertakan sebagai subjek. Gizi lebih ditemukan pada 12 pasien 18.8 dan VAP pada 12 pasien 18.8 . Hanya satu pasien dengan gizi lebih mengalami VAP. Penelitian ini tidak menemukan hubungan antara gizi lebih dan kejadian VAP pada pasien PICU RSCM two-sided p = 0.436 dengan uji Fisher , mungkin karena sampel terlalu kecil. Penelitian prospektif dengan sampel yang cukup dibutuhkan untuk mengetahui hubungan antara gizi lebih dan VAP.

Ventilator associated pneumonia VAP is prevalent among pediatric intensive care unit PICU patients. Overnutrition overweight and obesity is a candidate for VAP risk factor but research into the link is wanting. This study aimed to investigate the association between overnutrition and VAP among PICU patients in RSCM. Medical records of RSCM PICU patients undergoing mechanical ventilation between 2014 and 2016 were used in this analytic cross sectional study. Overnutrition was established based on the nutritional assessment on the patient rsquo s medical record or anthropometric data using WHO or CDC criteria if the former was not available. VAP was established based on recorded diagnosis or the presence of signs and symptoms meeting the NNIS CDC criteria. Additional data include whether the patient was immunocompromised, reintubation, enteral feeding, use of immunosuppressants, antibiotics and stress ulcer prophylaxis. A total of 64 patients was included as subjects. Overnutrition was identified in 12 patients 18.8 and VAP in 12 patients 18.8 . Only one overnourished patient had VAP. This study found no association between overnutrition and VAP two sided p 0.436 by Fisher rsquo s test , probably because the sample was too small. Prospective studies with adequate sample sizes are needed to understand the link between overnutrition and VAP."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meutia Rahmadina
"ABSTRACT
Permasalahan utama dinding bangunan cagar budaya umumnya diakibatkan oleh kelembaban tinggi yang dikandungnya. Walaupun demikian, bangunan cagar budaya sarat akan nilai sejarah yang tinggi sehingga adaptive reuse menjadi salah satu metode untuk memperbaiki kondisi bangunan dan menghidupkannya kembali dengan fungsi baru. Sehingga tantangan utamanya yaitu bagaimana menyuntikkan fungsi baru pada bangunan tanpa menghilangkan nyawanya yang termanifestasi melalui materialnya. Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perlakuan dan penggunaan material pelapis dinding yang dapat menjawab tantangan tersebut. Material pelapis dinding yang dianalisis yaitu plaster dan cat pada Kedai Seni Djakarte yang digunakan sebagai studi kasus arsitektur adaptive reuse. Dalam skripsi ini ditemukan bahwa penggunaan plaster dan cat dengan material properties tertentu dapat menunjang pertahanan nyawa bangunan.

ABSTRACT
The main issue faced by the walls of heritage buildings is its high level of humidity, especially for those located in a tropical climate. Despite their degradation over time, the historical significance possessed by heritage buildings necessitate the adaptive reuse of these buildings for a new function. Therefore architects are faced with the ultimate challenge what kinds of treatment and application of wall finishing materials are required in order to inject new function to heritage buildings without losing their soul as manifested through their materials. This paper aims to analyze specifically the treatment and application of wall finishing materials in achieving said objectives of adaptive reuse. In this case, the wall finishes materials studied are plasters and paints in Kedai Seni Djakarte as the case study. It is found that by using plasters and paints with certain material properties, it can best preserve the soul of the building. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ravenska Berman
"ABSTRACT
Motion seringkali tidak dianggap dalam suatu konteks arsitektur. Padahal pada nyatanya manusia yang berada di dalam konteks arsitektur tersebut selalu melakukan motion di dalam aktivitasnya. Skripsi ini membahas mengenai motion dalam mempengaruhi persepsi interior yang ditangkap oleh manusia. Taman Fatahillah dipilih menjadi studi kasus untuk melihat apakah motion yang dilakukan tubuh dapat membentuk interioritas dalam suatu ruang urban. Dari studi kasus tersebut dapat dilihat dengan rhyhthmanalysis, bahwa spatial rhythm, temporal rhythm, microexperience dan strangeness pada visual turut mempengaruhi interioritas yang ditangkap oleh manusia di dalam sebuah konteks.

ABSTRACT
Motion is often not considered within architectural context. In fact, human within the context of architecture are always doing motion in their daily activities. This thesis discusses about how motion affect the interiority which perceived by human. Therefore, Taman Fatahillah is chosen as a case study to see whether the motion of the body can form interiority in an urban space. From this case study, it can be seen that rhythmanalsysis such as spatial rhythm, temporal rhythm, microexperience, and strangeness in visuals affect the interiority which perceived by human."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfina Natalia
"Infeksi yang terjadi pada anak merupakan perhatian penting pada kesehatan anak di dunia. Kondisi ini membutuhkan pelayanan dan perawatan jangka panjang
sehingga dilakukan tindakan invasif pada anak, salah satunya pemasangan central venous catheter (CVC), tindakan ini meningkatkan potensial komplikasi yang memperberat kondisi infeksi pada anak. Pendekatan asuhan keperawatan menggunakan teori caring Swanson dapat diterapkan. Teori ini sesuai dengan
proses keperawatan dan sejalan dengan family centered care (FCC) yang merupakan paradigma keperawatan anak. Karya ilmiah spesialis ini bertujuan
memberikan gambaran asuhan keperawatan berdasarkan teori caring Swanson pada anak dengan masalah infeksi. Metode yang digunakan adalah studi kasus.
Kebutuhan pada 5 kasus kelolaan dikaji berdasarkan 5 konsep caring Swanson yaitu knowing meliputi pengkajian dan diagnosis keperawatan. Intervensi
keperawatan diberikan dengan melakukan doing for, being with, enablingempowering, dan maintaining belief . Salah satu intervensi yang dilakukan adalah pemantauan dan perawatan CVC menggunakan CVC exit-site infection score untuk menurunkan kejadian infeksi. Evaluasi tindakan dilakukan berdasarkan nursing outcome sesuai dengan diagnosis keperawatan yang telah ditegakkan. Hasil studi aplikasi teori caring Swanson pada anak dengan masalah infeksi, berdampak pada penurunan kondisi infeksi CVC dan kepuasan pasien dan keluarga atas pelayanan yang diberikan.

Infection that occurs in children is an important concern for children's health in the world. This condition requires long-term care and treatment so that invasive measures are taken on children, one of which is the installation of a central venous
catheter (CVC), this action increases the potential for complications that aggravate the condition of infection in children. Nursing care approach using Swanson's caring theory can be applied. This theory is in accordance with the nursing process and is in line with family centered care (FCC) which is the paradigm of pediatric
nursing. The scientific work of this specialist is aimed at providing an overview of nursing care based on Swanson's theory of caring for children with infectious problems. The method used is a case study. The needs of the 5 cases under management were studied based on Swanson's 5 caring concepts, namely knowing covering nursing assessment and diagnosis. Nursing intervention is given by doing for, being with, enabling-empowering, and maintaining belief. One of the interventions carried out is CVC monitoring and treatment using CVC exit-site infection score to reduce the incidence of infection. Evaluation of actions is carried out based on nursing outcomes in accordance with the Nursing diagnosis that has been established. The results of the study of the application of Swanson's caring theory in children with infection problems, have an impact on reducing the condition of CVC infection and patient and family satisfaction with the services
provided.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
William Jayadi Iskandar
"Latar belakang: Pada tahun 2016, Divisi Perinatologi RS dr. Cipto Mangunkusumo
(RSCM) menerapkan panduan asuhan nutrisi terbaru untuk mencegah weight faltering,
yang sangat rentan dialami bayi sangat prematur (<32 minggu) atau berat lahir sangat
rendah (<1.500 gram). Penelitian ini bertujuan mengevaluasi luaran panduan tersebut.
Metode: Penelitian kohort prospektif dilakukan di RSCM sejak Juli 2018 hingga Juni
2019. Subyek merupakan bayi lahir hidup dengan usia gestasi <32 minggu atau berat lahir
<1.500 gram. Bayi dengan kelainan metabolisme bawaan, kelainan genetik, atau
malformasi kongenital mayor dieksklusi. Data antropometrik mingguan dan komplikasi
(enterokolitis nekrotikans, hipertrigliseridemia, kolestasis, dan sindrom refeeding) dicatat
secara berkala. Extrauterine growth restriction (EUGR) adalah berat badan saat pulang
kurang dari persentil 10 kurva Fenton 2013 pada kelompok bayi yang lahir sesuai masa
kehamilan.
Hasil: Sebanyak 111 subyek lahir dengan kesintasan hingga pulang sebesar 42,3% dan
median lama rawat 37 (8-89) hari. Median usia mulai diberi nutrisi enteral, mencapai full
enteral feeding, dan durasi nutrisi parenteral adalah 2, 9, dan 6 hari. Insidens EUGR
adalah 32%. Rerata kenaikan berat badan pada bayi yang pulang adalah 15 (SB 5,4)
g/kg/hari, dan pada bayi kecil masa kehamilan adalah 17 (SB 5,5) g/kg/hari. Insidens
hipofosfatemia, enterokolitis nekrotikans, hipertrigliseridemia, hipokalemia, kolestasis,
dan hipomagnesemia pada minggu pertama adalah 61,7%; 14,4%; 13,9%; 11,9%; 9,3%;
dan 8,2%.
Kesimpulan: Bayi sangat prematur dan berat lahir sangat rendah memiliki tingkat
mortalitas yang tinggi, terutama pada kelompok ekstrem prematur dan ekstrem rendah.
Panduan asuhan nutrisi terbaru dapat mencapai target kenaikan berat badan, dengan
komplikasi terbanyak adalah hipofosfatemia.

Background and aim: In 2016, a nutritional care guideline was implemented in Cipto
Mangunkusumo Hospital to prevent weight faltering, which was prevalent in very preterm
(< 32 weeks) or very low birth weight/VLBW (<1,500 grams) infants. The objective of
this study was to evaluate its outcome.
Methods: This prospective cohort study was conducted in a national referral hospital
since July 2018 until June 2019. Subjects were live-born infants with gestational age <32
weeks or birth weight <1,500 grams. Infants with inborn errors of metabolism, genetic
abnormalities, and major congenital malformation were excluded. Weekly
anthropometric data and complications (necrotizing enterocolitis, hypertriglyceridemia,
cholestasis, and refeeding syndrome) were recorded. Extrauterine growth restriction
(EUGR) was defined as weight at discharge less than 10th percentile of Fenton 2013
chart.
Results: Among 111 subjects, the survival rate at discharge was 42.3% and median length
of stay was 37 (8-89) days. Median time to start enteral feeding, reach full enteral feeding,
and duration of total parenteral nutrition were 2, 9, and 6 days, respectively. EUGR
incidence at discharge was 32.1%. Mean weight gain among survivors and those who
were small-for-gestational-age were 15 (SD 5.4) and 17 (SD 5.5) g/kg/day, respectively.
The incidence of hypophosphatemia, necrotizing enterocolitis, hypertriglyceridemia,
hypokalemia, cholestasis, and hypomagnesemia were 61.7%, 14.4%, 13.9%, 11.9%,
9.3%, and 8.2%, respectively.
Conclusions: Very preterm and/or VLBW infants had high mortality rate, especially in
extremely preterm and/or extremely-low-birth-weight subgroup. The latest nutritional
care guideline reached the target weight gain. The most common complication was
hypophosphatemia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Putri Lestari
"Latar belakang: Pemasangan kateter vena sentral dapat menimbulkan komplikasi serius terutama IAD terkait kateter vena sentral. Pencegahan IAD merupakan tantangan tersendiri, karena diperlukan pengawasan dan evaluasi kepatuhan yang konsisten terhadap bundle IAD. Melalui metode PDSA bundle IAD diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan melaksanakan bundle IAD. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas implementasi metode PDSA bundle IAD dalam menurunkan angka IAD pada anak di RSCM
Metode: Desain penelitian ini adalah quasi ekperimental. anak usia 1 bulan sampai dengan 18 tahun yang dilakukan pemasangan kateter vena sentral oleh tim ERIA RSCM pada periode Juni-November 2022. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara consecutive sampling.
Hasil: Total subjek pada penelitian ini sebanyak 280. Pada pre-test PDSA pemasangan sebanyak 143, gagal pemasangan 2 pasien. Pada post-test PDSA didapatkan 137 subjek. Terdapat penurunan angka IAD sebesar 4,1/1000 hari pemasangan kateter vena sentral dalam 3 bulan penerapan siklus PDSA. Angka IAD pre-test PDSA total rata-rata sebesar 12,7/1000 hari pemasangan dan menurun menjadi rata-rata 8,6/1000 hari pemasangan pada 3 bulan post-test PDSA. Puncak tertinggi angka IAD pre-test PDSA bulan Juli 2022 yaitu 18,9/1000 hari pemasangan, sedangkan angka IAD terendah dicapai pada bulan November 2022 sebesar 3,4/1000 hari pemasangan.
Kesimpulan: Angka IAD dapat menurun sebesar 4,1/1000 hari pemasangan kateter vena sentral dalam waktu 3 bulan, dan mencapai target angka IAD yang ditetapkan RSCM yaitu 3,5/1000 hari pemasangan pada bulan November 2023 dengan angka IAD 3,4/1000 hari pemasangan setelah implementasi metode PDSA) Bundle IAD.

Background: Insertion of a central venous catheter can cause serious complications, especially CLABSI. Prevention CLABSI is very challenging. The PDSA method is expected to increase compliance in implementing the bundle. The purpose of this study was to determine the effectiveness of implementing bundle CLABSI PDSA method in reducing CLABSI rates in children at Cipto Mangunkusumo Hospital
Method: The design of this study is quasi-experiential. Pediatric patient aged 1 month to 18 years old who were installed CVC by the Pediatric Emergency and Intensive Care team in the period between June-November 2022. The sampling technique is carried out by consecutive sampling
Results: Total subjects were 280. PDSA pre-test were 143 installations, while the PDSA post-test had 137 subjects. CLABSI rate decreased 4.1/1000 days of central venous catheter insertion within 3 months after PDSA. Total CLABSI pre-test PDSA rate 12.7/1000 days of insertion and decreased to 8.6/1000 days of insertion after PDSA implementation. The highest peak of CLABSI rate before PDSA in July 2022 was 18.9/1000 days of insertion, the lowest CLABSI rate achieved in November 2022 of 3.4/1000 days of insertion after PDSA implementation.
Conclusion: The CLABSI rate can decrease by 4.1/1000 days of central venous catheter insertion within 3 months, and reach the CLABSI rate target in Cipto Mangunkusumo Hospital, which is 3.5/1000 days of insertion in November 2023 with a CLABSI rate of 3.4/ 1000 days of insertion after the implementation of the Bundle IAD plan-do-study-act (PDSA) method.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Devita Sari
"Latar belakang: Persalinan prematur semakin banyak dan memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Prematur menyumbang angka kematian tertinggi selain asfiksia, infeksi dan kelainan kongenital. Korioamnionitis merupakan salah satu penyebab persalinan prematur dan berhubungan dengan kejadian sepsis neonatal awitan dini pada bayi prematur atau berat lahir rendah. Penelitian dilakukan untuk mengetahui korioamnionitis sebagai prediktor sepsis neonatal awitan dini.
Metode : Penelitian kohort prospektif dilakukan bekerja sama dengan Departemen Obstetri dan Ginekologi RSCM dan RSUD Koja. Pengumpulan sampel dilakukan selama periode Maret-September 2022. Dilakukan evaluasi terhadap gejala klinis dan pemeriksaan penunjang ibu yang terkait korioamnionitis, dihubungkan dengan gejala klinis dan pemeriksaan penunjang bayi terkait sepsis neonatal awitan dini yang dirawat di NICU.
Hasil : Insidens korioamnionitis sebesar 90% dan sepsis neonatus awitan dini 16%. Jenis persalinan spontan dan section caesarea dengan KPD tidak berhubungan dengan kejadian korioamnionitis (RR:1,049; IK 95% 0,982-1,120; p=1,000) and (RR:1,091; IK 95% 0,967-1,231; p=1,000).Korioamnionitis tidak berhubungan dengan sepsis neonatal awitan dini dengan p=0,358. Demam pada ibu berhubungan dengan kejadian SNAD EONS (RR:3,333: CI 95% 1,399-7,942; p=0,022)
Simpulan : Korioamnionitis bukan prediktor sepsis neonatal awitan dini pada bayi usia gestasi ≤32 minggu atau bayi berat lahir ≤ 1500 gram.

Background: Increasing number of preterm birth correlated with high morbidity and mortality rates. Prematurity contributed in high mortality rates alongside asphyxia, infections and congenital malformations. Chorioamnionitis were associated with preterm birth and early onset sepsis in preterm or low birth weight infants. Research was aimed to determine chorioamnionitis as a predictor of early onset neonatal sepsis (EONS) in preterm or low birth weight.
Methodes : Multicentre, Cohort prospective study conducted in collaboration with Obstetrics and Gynaecology Department of Cipto Mangunkusumo National Hospital (CMH) and Koja General Hospital. Samples were obtained in NICU Unit during March - September 2022. Maternal clinical symptoms and diagnostic tests for chorioamnionitis evaluated as a predictor to early onset neonatal sepsis.
Results : The incidence of chorioamnionitis and early onset neonatal sepsis were 90% and 16% respectively. Spontaneous and caesarean section delivery with PPROM is not associated with the incidence of chorioamnionitis (RR:1,049; CI 95% 0,982-1,120; p=1,000) and (RR:1,091; CI 95% 0,967-1,231; p=1,000). Chorioamnionitis is not a predictor of early onset neonatal sepsis with p=0,358. Maternal fever is associated with the incidence of EONS (RR:3,333: CI 95% 1,399-7,942; p=0,022).
Conclusion : Chorioamnionitis is not a predictor on early onset neonatal sepsis in gestational age ≤32 weeks or birth weight of ≤ 1500 grams.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Julia Fitriany
"Latar belakang: Sepsis pascabedah jantung terbuka merupakan kondisi yang jarang terjadi tetapi memiliki mortalitas yang cukup tinggi. Gejala sepsis yang muncul pascabedah seringkali sulit dibedakan dengan kondisi inflamasi sistemik sehingga menimbulkan keterlambatan dalam menegakkan diagnosis maupun overtreatment pada pasien. Presepsin merupakan salah satu penanda sepsis yang mulai banyak digunakan terutama pada populasi dewasa. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran presepsin dalam menegakkan diagnosis sepsis pascabedah jantung terbuka pada anak.
Tujuan: Untuk menguji performa diagnostik presepsin sebagai penanda sepsis pada anak pascabedahjantung terbuka dibandingkan dengan prokalsitonin (PCT).
Metode: Studi potong lintang terhadap 49 pasien anak pascabedah jantung terbuka yang dirawat di RSCM. Penelitian ini mencari nilai batas optimal presepsin untuk mendiagnosis sepsis pascabedah jantung terbuka pada anak yaitu pada hari pertama dan ketiga pascabedah, kemudian membandingkannya dengan prokalsitonin. Analisis kurva ROC dikerjakan untuk menentukan nilai batas optimal presepsin.
Hasil: Kadar presepsin hari pertama (T1) dan ketiga (T3) lebih tinggi pada subyek dengan sepsis daripada subyek yang tidak sepsis (median 415 pg/mL vs. 141,5 pg/mL pada hari pertama dan 624 pg/mL vs. 75,9 pg/mL pada hari ke tiga). Titik potong presepsin pada T1 dengan nilai 404 pg/mL memiliki performa untuk mendiagnosis sepsis dengan AUC 0,752 sedangkan presepsin T3 dengan nilai 203,5 pg/mL dengan AUC 0,945 yang lebih baik dibandingkan T1.
Simpulan: Presepsin dapat dijadikan suatu modalitas untuk memberikan nilai tambah dan pertimbangan bagi klinisi untuk menegakkan diagnosis sepsis pada pasien anak pascabedah jantung terbuka.

Background: Postoperative open-heart sepsis is a rare condition but has a fairly high mortality. Symptoms of sepsis that appear postoperatively are often difficult to distinguish from systemic inflammatory conditions, causing delays in establishing diagnosis and overtreatment in patients. Presepsin is one of the markers of sepsis that is starting to be widely used, especially in the adult population. This study is to identify the role of presepsin for diagnosing sepsis in post open-heart surgery in pediatric population.
Aim: To perform diagnostic test of presepsin as sepsis screening markers compares to procalcitonin (PCT) in post open-heart surgery.
Methods: Cross-sectional study of 49 postoperative open-heart pediatric patients treated at RSCM. This study looked for optimal cut-off values of presepsin for diagnosing open-heart postoperative sepsis in children on the first and third postoperative days, then compared it with procalcitonin. ROC curve analysis is performed to determine the optimal limit value of presepsin.
Result: First (T1) and third day (T3) PSP levels were higher in subjects with sepsis than non- sepsis (median 415 pg/mL vs. 141.5 pg/mL on first day and 624 pg/mL vs. 75.9 pg/mL on third day). ). T1 presepsin cut off 404 pg/ml had AUC of 0.772, while T3 presepsin cut off 203.5 og/ml had better AUC of 0.945. T3 is better for diagnosing sepsis.
Conclusion: Presepsin can be used as a modality to provide added value and consideration for clinicians to establish the diagnosis of sepsis in pediatric patients after open-heart surgery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atika Akbari
"Latarbelakang:Sebagian besar wanita hamil mengalami kolonisasi Streptococcus haemolyticus grup B (SGB) di saluran urogenital yang mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan bayi. Deteksi SGBintrapartum perlu pemeriksaan yang cepat dan sensitif. Pemeriksaan mikrobiologi untuk mendeteksi SGB menggunakan metode kultur dan real time polymerase chain reaction(RT-PCR) telah digunakan untuk mendukung diagnosis, namun penggunaannya untuk skrining pada ibu hamil belum pernah diuji keakuratannya di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mencari metode terbaik untuk mendeteksi kolonisasi SGB pada ibu hamil sekaligus menilai akurasi uji RT-PCR.
Metode: Penelitian dengan metode potong lintang padawanita hamil kurang dari 37 minggu dengan ketuban pecah diRumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo(RSCM), Rumah Sakit Umum Daerah Pasar Rebo, dan Rumah Sakit Budi Kemuliaan. serta bayi baru lahir dengan tersangka sepsis neonatorum awitan dini yang lahir dari ibu tersebut di RSCM. Swab rektovaginal pada ibu dan darah pada bayi untuk pemeriksaan tes RT-PCRdan kultur pada 3 media: agar darah (AD), agar darah Columbia (ADC), dan CHROMagar (CA).
Hasil: Ada 50 ibu dan 25 bayi direkrut dalam penelitian ini.Prevalensi SGB pada ibu hamil 24%, 2 bayi meninggal. Dibandingkan dengan kultur dengan media ADC, tes RT-PCR mempunyai sensitivitas 83,33%, spesifisitas 86,84 %, NPP 66,67 %, NPN 94,29 %, dan akurasi 86,00 %.Media CAmenunjukkan hasil yang lebih tinggi dalam hal sensitivitas 100%, spesifisitas 100%, NPP 100%, NPN 100%, dan akurasi 100 %, dengan hasil lebih singkat, lebih praktis, dan lebih murah.
Simpulan: Pemeriksaan RT-PCR menjadi pilihan dalam skrining SGB intrapartum, dengan alternatif media CA.

Background: Most pregnant women were colonized of group B Streptococcus haemolyticus (GBS) in urogenital tract which affects the health of pregnant women and babies. Detection of intrapartum GBS requires rapid and sensitive examination. Microbiological examination to detect GBS using culture and real time polymerase chain reaction (RT-PCR) has been used to support the diagnosis, but its use for screening in pregnant women has never been tested for accuracy in Indonesia. This study aims to find the best method for detecting GBS colonization in pregnant women as well as assessing the accuracy of the RT-PCR test.
Methods: This was a cross-sectional study in pregnant women less than 37 weeks with ruptured membranes at the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital (RSCM), Pasar Rebo Regional General Hospital, and Budi Kemuliaan Hospital, And newborns with suspected early-onset neonatal sepsis born to these mothers at RSCM. Rectovaginal swab in mother and blood in infant for RT-PCR assay and culture on 3 media: blood agar (BA), Columbia blood agar (CBA), and CHROMagar (CA).
Results: There were 50 mothers and 25 infants recruited in this study. The prevalence of GBS in pregnant women was 24%, 2 neonates died. Compared with culture with CBA media, the RT-PCR test had a sensitivity of 83,33%, specificity 86,84%, PPN 66,67%, NPN 94,29%, and accuracy 86,00%. CA media showed higher results in terms of 100% sensitivity, 100% specificity, 100% NPP, 100% NPN, and 100% accuracy, with shorter results, more practical, and cheaper.
Conclusions: RT-PCR examination is an option in intrapartum GBS screening, with CA media as an alternative.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library