Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Retno Wibawanti
"Latar belakang: Pilot dapat mengalami obes yang berkaitan dengan jam terbang total atau faktor risiko lainnya. Oleh karena itu, perlu diidentifikasi kaitan jam terbang total dan faktor lainnya terhadap risiko obes pada pilot sipil di Indonesia.
Metode: Studi ini memakai metode potong lintang dengan sampel purposif pada pilot yang melakukan pemeriksaan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan tanggal 14-24 Mei 2013. Data yang dikumpulkan yaitu karakteristik demografi, pekerjaan, kebiasaan makan dan olahraga, tinggi dan berat badan serta lingkar pinggang. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan fisik. Analisis menggunakan regresi Cox dengan waktu yang konstan. Subjek dikategorikan menjadi obes (indeks massa tubuh (IMT) 25 atau lebih untuk ras Asia, dan 30 atau lebih untuk ras Kaukasia), dan normal (IMT 18.5-22.9)
Hasil: Di antara 612 pilot yang berusia 18-61 tahun, diperoleh 133 subjek obes dan 41 subjek normal. Faktor-faktor dominan yang berkaitan dengan obes adalah jam terbang total dan lingkar pinggang. Faktor kebiasaan makan makanan berlemak dan cepat saji tidak terbukti mempertinggi risiko obes. Dibandingkan subjek dengan lingkar pinggang normal, subjek dengan lingkar pinggang besar memiliki kemungkinan 77% lebih tinggi untuk obes [risiko relatif suaian (RRa) = 1,77; 95% interval kepercayaan (CI) =1,41-2,14]. Dibandingkan subjek dengan jam terbang kurang dari sama dengan 1000 jam, subjek dengan jam terbang total lebih dari 1000 jam memiliki risiko obes 33% lebih tinggi (RRa = 1,77; 95% CI = 1,11-1,59)
Kesimpulan: Jam terbang total 1001-29831 dan lingkar pinggang besar mempertinggi risiko obes di antara pilot sipil di Indonesia.

Background: Pilot may obese which is related to total flight hours and other risk factors. This study aimed to identify the relationship between total flight hours and other factors related to obese in civil pilots in Indonesia.
Methods: A cross-sectional study with purposive sampling among pilot undergoing periodic medical check up in 14-24 Mei at Aviation Medical Center (Balai Kesehatan Penerbangan). Data collected were demographic and work characteristics, eating habit, exercise habit, height, weight and waist circumference, high fat diet and fast food consumption were not found to increase the risk of obese. Subject were classified into obese (Body Mass Index = BMI) was 25 or more for Asians and 30 or more for Caucasian) and normal (BMI 18.5-22.9).
Results: A number of 612 pilots, aged 18-61 years old, 133 available for this study which consisted of 133 obese pilots and 41 normal body weight. Subjects with large waist circumference than normal waist circumference had 77% increased risk of obese [relative risk adjusted (RRa) = 1.77; 95% confidence interval (CI) = 1.41-2.14]. Total flight hours 1001 or more, than less 1000 hours had 33% increased risk to be obese (RRa = 1.33; 95% CI =1.11-1.59).
Conclusions: Total flight hours of 1001-29831 hours and large waist circumference increased the risk of obese in civil pilots in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Solikhatun Yuniasih
"Sistem panas bumi vulkanik, bertemperatur tinggi dan liquid dominated Dieng memiliki potensi sebesar 355 MWe meliputi area Sileri, Sikidang-Merdada dan Pakuwaja. Hingga saat ini telah beroperasi pembangkit listrik berkapasitas 1x60 MW disuplai oleh uap dari sumur di area Sileri. Re-evaluasi strategi pengembangan lapangan panas bumi Dieng secara terpadu dilakukan dengan mengkaji data geologi, data geokimia manifestasi dan sumur dan data geofisika. Kajian geokimia meliputi air, gas, isotop untuk mengetahui karakteristik kimia reservoir, didukung oleh model 2D Magnetotellurik (MT) yang menggambarkan distribusi resistivitas bawah permukaan, model 2D gravitasi yang menggambarkan struktur bawah permukaan, serta didukung oleh struktur geologi, vulkanostratigrafi dan alterasi hidrothermal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua zona upflow utama di Sileri dan Sikidang. Zona asam di Sikidang ditunjukkan oleh keberadaan fluida magmatik, isotop 18O yang enrich dan mendekati zona andesitic water di sekitar sumur DNG-2 dan DNG-8. Zona aman silica scaling di area Sileri berada di sekitar sumur HCE-31 dan DNG-10. Pengembangan lapangan Dieng selanjutnya masih mungkin dilakukan di area bagian timur laut yang ditunjukkan oleh keberadaan claycap dan heat source pada zona upflow Sileri.

Volcanic geothermal systems, high temperature and liquid dominated Dieng has a potential of 355 MWe covers an area Sileri, Sikidang-Merdada and Pakuwaja. Until currently operates power plants with a capacity of 1x60 MW supplied by steam from wells in Sileri area. Re-evaluation of Dieng development strategy in integrated to seek the extension of field development by assessing the geochemical data of manifestations and wells, geophysical data and geological data. Geochemical studies include water, gas and isotope to describe reservoir chemical characteristic, supported by a 2D model of Magnetotelluric (MT) which describes the distribution of subsurface resistivity, 2D model of Gravity depicting subsurface structures, and supported by geological structure, vulkanostratigrafy and hydrothermal alteration. There are two main upflow zone in Sileri and Sikidang. Acid zone shown at magmatic fluid existence, enrich of 18O and approximate the andesitic water zone in around DNG-2 and DNG-8. Safe Zone of Silica Scaling be in around of HCE-31 and DNG-10. Furthermore, Dieng development is possible in north-east area which show in clay cap and heat source existence in Sileri Upflow Zone.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T43448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwiyogarani Malik
"Lapangan panasbumi Wayang Windu (WW) merupakan bagian dari busur gunungapi Kuarter Jawa Barat, terdiri dari komplek gunungapi dan dome Malabar, Bedil, Wayang, dan Windu yang berkontribusi pada pembentukan sistem panasbumi. Tipe fluida terdiri dari dua-fasa di area Selatan dan kecenderungan dominasi uap di Utara dengan kisaran temperatur reservoir 240 hingga 300°C. Segmentasi secara hidrologi dibuat berdasarkan karakterisasi tekanan reservoir dari 40 di Utara hingga 80 bar di Selatan pada kondisi awal. Setelah melewati masa produksi lebih dari 13 tahun, telah terjadi perubahan di reservoir yang terlihat baik pada parameter fisik maupun kimia. Kegiatan monitoring geokimia dan microravity telah diterapkan di WW untuk mencatat setiap perubahan di reservoir dan sebagai mitigasi masalah yang timbul selama eksploitasi ataupun untuk pengenbangan selanjutnya. Respon kimiawi akibat produksi digambarkan dalam perubahan area isokontur dari semua parameter kimia yang terlihat jelas perubahannya di area Utara. Proses di reservoir seperti kondensasi teridentifikasi melalui kenaikan CO2/H2S sebagai respon dari penurunan H2S, serta efek dilusi minor teridentifikasi melalui penurunan klorida. Indikasi kehadiran brine dibawah zona dominasi uap di Utara dicirikan oleh kenaikan boron, klorida, dan silika. Secara singkat, evolusi fluida yang terjadi di WW akibat proses produksi yaitu terjadinya warm recharge atau brine carryover di sumur kering atau zona dominasi uap di Utara, serta perubahan fasa fluida dari dua-fasa menjadi dominasi liquid pada zona dua-fasa di Selatan. Evolusi fisik selama proses produksi juga diamati dengan baik melalui pengukuran perubahan gravity sebagai akibat dari perubahan saturasi liquid pada batuan hasil dari ekstraksi fluida dari reservoir. Integrasi data evolusi fluida di WW selama produksi dan aktivitas monitoring berkelanjutan telah memberikan manfaat terhadap strategi sustainabilitas produksi dan strategi pengembangan.

Wayang Windu (WW) geothermal field is part of Quaternary volcanic arc located in Western of Java Island. It consists of volcanic complex and domes of Malabar, Bedil, Wayang, and Windu which contribute to geothermal system formation. Fluid phase were dominantly of two-phase fluid in the Southern area and likelihood of vapor dominated in the Northern area with temperature ranges of 240 up to 300°C. Hydrological segmentation characterized by pressure ranging from 40 to 85 bar at the North to southern part respectively at initial condition. More than 13 year production, has led the reservoir to change and respond to physical and chemical parameter. Geochemistry and microgravity monitoring has been applied to record reservoir changes and mitigate problems during exploitation or future development. Chemical respond related to production impact decribed by change in isocontour area of all chemistry parameter seen in northern part of the field. Reservoir processes such as condensation identified by increasing CO2//H2S followed by decreased H2S, and minor dilution effect in WW identified by decreased choride. Indication of brine existance beneath the steam cap area in Northern wells, identified by increased boron, chloride, and silica in some of dry steam wells. Fluid evolution due to production in WW summarize as the process of warm recharge or brine carryover in dry steam wells, and changing from two-phase fluid into liquid dominated is one of the evolution happened in two-phase area in Southern area. Physical evolution during production also monitored by well defined gravity change measurement as the rock density change due to fluid extraction from reservoir. Data integration of the fluid evolution in WW during production and continuous monitoring activity give benefit to production sustainability strategy and future development area.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T-43399
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library