Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maulin Nikmah
"Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status fungsional anak dengan sindroma Down usia 6-18 tahun yang dinilai dengan modified WeeFIM dan hubungannya dengan karakteristik subyek (intelligence quotient, usia, jenis kelamin, status gizi, pendidikan ibu, dan adanya pengasuh khusus).
Metode : Disain penelitian ini adalah studi potong lintang yang dilakukan dengan wawancara langsung pada 69 responden menggunakan modified WeeFIM di beberapa SLB C di Jakarta.
Hasil : Proporsi subyek dengan perolehan skor modified WeeFIM 5-7 (membutuhkan pengawasan sampai mandiri penuh) pada subskala mobilitas, perawatan diri, dan kognisi berturut-turut adalah 100%; 81,2% dan 58%. Kemandirian dalam perawatan diri semakin meningkat secara bermakna dengan bertambahnya usia (p=0,02). Kemandirian dalam kognisi secara bermakna lebih rendah pada anak yang memiliki pengasuh khusus (p=0,001).
Kesimpulan : Sebagian besar anak sindroma Down usia 6-18 tahun mempunyai status fungsional yang baik, terutama dalam aspek mobilitas dan perawatan diri, sedangkan dalam aspek kognisi sebagian masih membutuhkan bantuan.

Objective: This study aimed to determine the functional status of children with Down syndrome aged 6-18 years using modified WeeFIM and its relationship to the characteristics of the subjects, including intelligence quotient, age, sex, nutritional status, maternal education, and the presence of a caregiver
Methods: The study design was cross-sectional study, conducted by direct interview with 69 respondents (parents/ caregiver) using a modified WeeFIM in several SLB C in Jakarta.
Results: The proportion of subjects with a modified WeeFIM score per item 5-7 (need supervision up to fully independent) for mobility, self-care, and cognitive aspects were 100%, 81.2%, and 58%, respectively. Independence in self-care increases significantly with the increasing of age (p=0.02), while independence in cognitive subscale significantly worse in children having caregiver (p=0.001).
Conclusion: The majority of Down syndrome children aged 6-18 years have a good functional status, especially in mobility and self-care aspects, but some of them still need help in the cognitive aspect.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Setianing
"Latar belakang & tujuan: Paniang otot hamstring pada anak usia sekolah belum pernah diperiksa di Indonesia. Sit & reach test (SRT) seringkali dipakai untuk ini mengukur fleksibilitas punggung bawah dan otot hamstring. Tujuan penelitian adalah untuk (1) mengukur panjang otot hamstring dengan SRT dan mengukur hip joint angle (HJA) pada anak sekolah. (2) mengetahui hubungan antara SRT dan HJA (3) mengetahui perbedaan hasil kedua pengukuran diantara jenis kelamin. Subyek. Terdiri dari 136 anak sekolah dasar ( 71 laki-laki, 65 perempuan). Metode: Tiap anak diperiksa SRT, dan pada posisi akhir SRT dicatat nilai HJA menggunakan inklinometer yang diletakkan di atas tulang sakrum. Hasil Penelitian: Nilai rerata SRT adalah 22 cm dan nilai rerata HJA adalah 77 derajat. Terdapat korelasi negatif antara SRT dan HJA (-0.105). Tidak ada perbedaan yang bermakna pada nilai SRT dan HJA antara anak laki-laki dan perempuan. Kesimpulan & Diskusi: Terdapat pemendekan otot hamstring pada rerata subyek penelitian. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara SRT dan HJA karena pada penelitian ini tidak ada batas minimal nilai SRT subyek. Perbedaan ras antara subyek penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, juga mengakibatkan perbedaan proporsi antropometrik. Sedangkan pada anak laki-laki dan perempuan tidak didapatkan perbedaan panjang otot hamstring yang bermakna, karena memiliki faktor antropometrik yang hampir sama. Untuk mengukur panjang otot hamstring, lebih dianjurkan untuk mengukur HJA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuni Ekowati
"Latar Belakang : Perkembangan motorik halus merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan anak. In-Hand Manipulation (IHM) merupakan komponen penting dalam keterampilan motorik halus yang berhubungan dengan kemampuan menulis dan perawatan diri. Penelitian ini ingin menguji validitas isi dan reliabilitas interrater dan test-retest yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Metode : Desain penelitian ini adalah uji validasi, terdiri dari 60 subjek yang diambil berdasarkan kriteria penerimaan; anak laki-laki atau perempuan usia 4-7 tahun, dapat memahami dan mengikuti instruksi yang diberikan, diizinkan oleh orang tua dengan mengisi informed consent. Subjek tidak dapat mengikuti penelitian jika terdapat gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, gangguan neuromuskuloskeletal berdasarkan pemeriksaan fisik secara umum dan IQ < 90. Kemampuan IHM dinilai dengan TIHM-R Berbahasa Indonesia.
Hasil : Dari 60 anak didapatkan rerata usia responden adalah 72 (SB 7) bulan dengan kisaran usia 52 bulan hingga 84 bulan. Secara isi TIHM-R berbahasa Indonesia telah dinyatakan sesuai dengan TIHM-R berbahasa Inggris. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada nilai TIHM-R antara ketiga pemeriksa (rater). Pada uji test-retest didapatkan perbedaan bermakna dengan rentang waktu 2 minggu. Dari analisa didapatkan kenaikan skor secara signifikan pada aspek waktu di semua tugas rotasi (p=0.001, p=0.021) dan translasi 4 pasak (p=0.019).
Kesimpulan : TIHM-R berbahasa Indonesia mempunyai validitas isi dan reliabilitas yang baik untuk digunakan sebagai alat ukur kemampuan IHM pada anak usia 4-7 tahun.

Background : Development of fine motor is one of the most important aspect in a child?s life. In-Hand Manipulation (IHM) is an important component in the fine motor skill associated with writing and self care ability. This research aim to test the content validity, interrater and test-retest reliability of the TIHM-R that has been translated to Bahasa Indonesia, which has never been done before.
Methods : The design of research is validity test, with 60 subject according to the inclusion criteria ; boys or girls at the age of 4-7 years old, able to understand and follow the instructions given, and permitted by their parents by filling the informed consent. Subject are excluded if they have vision, hearing or neuromusculosceletal problems based on general physical examination and IQ < 90. The ability of IHM is measured by TIHM-R in the Indonesian version.
Results : From 60 children, the mean age was 72 (SD 7) months with range from 52 months until 84 months. The Indonesian version of TIHM-R has been declared appropriate with original TIHM-R. There is no significant difference of TIHM-R score obtained from interrater evaluation. There is significant difference of TIHM-R score between the first test and the second test with interval 2 weeks. There is significant increase in scores on the aspect of time in rotation task (p=0.001, p=0.21) and translation 4 pegs task (p=0.019).
Conclusion : The Indonesian version of TIHM-R has good content validity and reliability to measure IHM skills in children ages 4 to 7 years."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fenny Lovitha Dewi
"Latar Belakang : Fungsi motorik kasar pada seorang anak berkaitan erat dengan kemampuan untuk menggunakan tangannya. Pada anak dengan Palsi Serebral, Gross Motor Function Classification System (GMFCS) dan Manual Ability Classification System (MACS) merupakan sistem klasifikasi yang digunakan untuk menentukan tingkat fungsi motorik kasar dan tingkat kemampuan manual, sehingga perlu diketahui apakah kedua sistem klasifikasi ini juga saling berhubungan dalam menggambarkan kemampuan fungsional pada anak dengan Palsi Serebral. Penilaian tingkat GMFCS dan MACS dapat melengkapi gambaran tentang keterbatasan aktifitas dan restriksi partisipasi anak dengan Palsi Serebral menurut International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF).
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara GMFCS dan MACS pada anak dengan Palsi Serebral.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang analitik yang melibatkan 14 orang anak (8 orang laki-laki dan 6 orang perempuan) dengan rerata usia 6,21 tahun. Seluruh subjek merupakan Palsi Serebral tipe spastik dan 7 orang diantaranya adalah spastik kuadriplegik. Tingkat kemampuan motorik kasar diklasifikasikan berdasarkan GMFCS dan tingkat kemampuan manual berdasarkan MACS. Hubungan antara GMFCS dan MACS ditentukan dengan uji korelasi non parametrik Spearman's.
Hasil: Didapatkan 57,1% anak mempunyai GMFCS tingkat V dan 35,7% dengan MACS tingkat V. Satu orang subjek dengan Palsi Serebral spastik hemiplegik berada pada GMFCS tingkat V dan MACS tingkat IV dan 1 orang subjek dengan Palsi Serebral spastik triplegik mempunyai GMFCS dan MACS tingkat IV. Lima orang subjek dengan Palsi Serebral spastik diplegik mempunyai tingkat GMFCS yang bervariasi dari tingkat I hingga tingkat V dan 60% mempunyai MACS tingkat II. Pada Palsi Serebral spastik kuadriplegik, 85,7% subjek mempunyai GMFCS tingkat V dan 71,4% dengan MACS tingkat V.
Kesimpulan: GMFCS dan MACS saling berhubungan dalam menggambarkan tingkat fungsi motorik kasar dan tingkat kemampuan manual pada seluruh jenis Palsi Serebral.

Background : Gross motor function correlates strongly with the children's ability to use their hands. The Gross Motor Function Classification System (GMFCS) and the Manual Ability Classification System (MACS) was designed to determine the level of gross motor function and manual ability, and we need to know the relationship between these classifications to describe the functional ability for the children with Cerebral Palsy. GMFCS and MACS will give the complete description about the activity limitation and participation restriction in children with Cerebral Palsy, according to the International Classification of Functioning, Disability and Health (ICF).
The aim : To investigate the relationship among the GMFCS and MACS in children with Cerebral Palsy.
Methods: This is was the analytic cross sectional study which involving 14 children with the average age 6,21 years old (8 males and 6 females). All of the children was diagnosed as spastic Cerebral Palsy with 1 hemiplegic, 5 diplegic, 1 triplegic and 7 quadriplegic. The children were classified by researcher according to the GMFCS for their motor function and according to the MACS for the functioning of their hands when handling objects in daily activities. The relationship among the GMFCS and MACS was analyzed with the Spearman correlation test.
Results: From all of the children, 57,1% was the children with GMFCS level V and 35,7% with MACS level V. One subject with spastic hemiplegic was the child with level V in GMFCS and level IV in MACS and 1 subject with spastic triplegic have the GMFCS and MACS level IV. Five subjects with spastic diplegic were have varying distribution in all of GMFCS levels and 60% from all of spastic diplegic children have the MACS level II. In spastic quadriplegic, 85,7% were the subjects with level V in GMFCS and 71,4% with level V in MACS.
Conclusion: The GMFCS and MACS correlate each other for describing the level of gross motor function and manual ability in all of the types of Cerebral Palsy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sumarni
"Metode: 228 butir dalam 19 set PPVT IV diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Kemudian dilakukan revisi berdasarkan kultur bangsa Indonesia oleh seorang ahli budaya dan bahasa. 105 anak usia 48-59 bulan diuji dengan PPVT IV Modifikasi. Hasil tes dianalisa untuk menilai kesahihan dan keandalan PPVT IV Modifikasi. Kesahiban konstruksi dinilai dengan koefisien korelasi antara skor set dan skor total serta koefisien korelasi antara skor butir dan skor set. Keandalan dinilai dengan intraclass correlation coefficient, standard error of measurement (SEM) dan alpha Cronbach. Hasil: Kesahihan konstruksi PPVT IV modifikasi adalah baik (r>0,256; a=O,Ol n=lOO) dan keandalannya tinggi ((internal consistency dengan alpha Cronbach = 0,938, keandalan inter-rater= 0.957-0,985 dan standard error of measurement (SEM) = 6,4). Kesimpulan : PPVT IV Modifikasi merupakan instrumen yang sahih dengan keandalan yang memuaskan. Untuk meningkatkan kesahihan konstruksinya, terdapat 36 butir yang sebaiknya diganti. PPVT IV modifikasi ini mudah dilakukan dan dapat direkomendasikan untuk anak umur 48-59 bulan.

Method: 228 items in 19 sets of PPVT IV was translated in Indonesian language and revised according to Indonesian culture. One hundred and five 48-59 months old children were tested. The results were analyzed for its construct validity and reliability. The construct validity was valued by the co"elation coefficient between set score and total score and the co"elation coefficient between item score and set score. The reliability was valued by intraclass co"elation coefficient, standard e"or of measurement (SEM) and alpha Cronbach. Main outcome measures: Modified PPVT IV had a good construct validity and high reliability. Results: The construct validity of Modified P PVT IV was good (r>0,256; a=O, OJ n= 1 00) and the reliability was high (internal consistency with Cronbach alpha= 0,938, interrater reliability= 0.957-0,985 and standard e"or of measurement (SEM)= 6,4). Conclusion: Modified PPVT IV was a valid instrument with satisfactory reliability. To increase the construct validity, there were 36 items that should be substituted It was easy to administer and could be recommended for 48-59 months old child.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2008
T59089
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library