Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yetti Syafridawita
"Hipertensi merupakan penyakit yang dapat membunuh secara diam-diam (silent killer) karena penderita tidak menyadarinya. Tekanan darah tinggi juga merupakan masalah kesehatan yang paling umum dialami lansia. Mengontrol tekanan darah tinggi pada lansia diharapkan untuk mengurangi komplikasi dari tekanan darah tinggi. Oleh karena itu, penulis mengembangkan program pengendalian hipertensi untuk lansia melalui program KIPAS ASIK. Tujuannya adalah untuk memberikan bukti Evidence based practice untuk pengelolaan hipertensi dengan melakukan survei terhadap 10 keluarga dan 60 lansia di komunitas terpilih menggunakan cluster random sampling. Program ini mengintegrasikan kepatuhan diet (diet DASH), manajemen stres menggunakan latihan relaksasi autogenik, dan aktivitas fisik dengan senam anti stroke. Metode yang digunakan adalah one group pre-test and posttest design yang dilakukan selama 12 minggu dan dipantau oleh penulis, keluarga dan kelompok pendukung melalui pendekatan asuhan keperawatan keluarga dan komunitas. Perilaku lansia dan kemandirian keluarga dinilai menggunakan kuesioner pada akhir minggu ke 12. Pengukuran tekanan darah dilakukan pada akhir minggu ke 4, 8 dan 12. Hasil intervensi program KIPAS ASIK adalah terjadinya peningkatan perilaku lansia (pengetahuan, sikap, dan keterampilan), tingkat kemandirian keluarga dalam perawatan hipertensi, dan penurunan tingkat stres, penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia. Hasil implementasi program KIPAS ASIK diharapkan dapat diterapkan pada pelayanan kesehatan komunitas.

Hypertension is a disease that can kill silently (silent killer) because sufferers are not aware of it. High blood pressure is also the most common health problem experienced by the elderly. Controlling high blood pressure in the elderly is expected to reduce complications from high blood pressure. Therefore, the authors developed a hypertension control program for the elderly through the KIPAS ASIK program. The aim is to provide Evidence based practice evidence for the management of hypertension by conducting a survey of 10 families and 60 elderly people in selected communities using cluster random sampling. This program integrates dietary adherence (DASH diet), stress management using autogenik relaxation exercises, and physical activity with anti-stroke gymnastics. The method used was a one group pretest and posttest design which was carried out for 12 weeks and monitored by the author, family and support groups through a family and community nursing care approach. Elderly behavior and family independence were assessed using a questionnaire at the end of week 12. Blood pressure measurements were taken at the end of weeks 4, 8 and 12. The results of the KIPAS ASIK program intervention were an increase in elderly behavior (knowledge, attitudes, and skills), the level of family independence in the treatment of hypertension, and decreased stress levels, decreased systolic and diastolic blood pressure in the elderly. The results of the implementation of the KIPAS ASIK program are expected to be applied to community health services."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Riski Muhammad Akbar Kaharuddin
"Pendahuluan Penyakit tidak menular merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi penyebab utama kematian dan kecacatan fisik yang diderita masyarakat global, termasuk di Indonesia. Salah satu penyakit tidak menular yaitu hipertensi, penyakit hipertensi dapat meningkatkan resiko serangan jantung koroner, stroke, gagal ginjal, dan gangguan penglihatan, hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah secara kronis dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik >90 mmHg. Tujuan mengidentifikasi adanya pengaruh intervensi keperawatan “AKAL SEHAT” terhadap pengetahuan, sikap, keterampilan pada pasien hipertensi usia dewasa. Metode desain penelitian ini adalah one group pretest posttest design, dilakukan dari tanggal 02 Oktober 2022 sampai dengan 30 Mei 2023 dengan sampel 60 orang yang dipilih menggunakan metode purposive sampling sesuai kriteria inklusi dan eksklusi di wilayah kerja Puskesmas Jatijajar Kota Depok. Hasil Ada pengaruh pengetahuan, sikap, dan keterampilan setelah dilakukan intervensi keperawatan terhadap 60 responden usia produktif dengan masalah kesehatan hipertensi didapatkan 73,3% yang berpengetahuan baik tentang hipertensi, terdapat 63,3 % yang memiliki sikap yang baik terkait dengan hipertensi dan terdapat 56,6% yang keterampilannya baik dalam menangani masalah hipertensi. Kesimpulan Adanya pengaruh yang signifikan dengan penerapan intervensi keperawatan Akupresur, Latihan Fisik, Diet Seimbang “AKAL SEHAT” terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan pada masalah hipertensi kelompok dewasa.

Introduction Non-communicable diseases are one of the health problems that are the main cause of death and physical disability suffered by the global community, including in Indonesia. One of the non-communicable diseases is hypertension, hypertensive disease can increase the risk of coronary heart attack, stroke, kidney failure, and visual impairment, hypertension is one of the non-communicable diseases characterized by a chronic increase in blood pressure with systolic blood pressure values ≥140 mmHg and or diastolic blood pressure >90 mmHg. Purpose Identify the effect of the nursing intervention "AKAL SEHAT" on knowledge, attitudes, skills in adult hypertensive patients. Methods this research design is a one group pretest posttest design, conducted from October 02, 2022 to May 30, 2023 with a sample of 60 people selected using purposive sampling method according to the inclusion and exclusion criteria in the Jatijajar Health Center working area of Depok City. The Results There is an influence on knowledge, attitudes, and skills after nursing interventions for 60 productive age respondents with hypertension health problems obtained 73.3% who have good knowledge about hypertension, there are 63.3% who have good attitudes related to hypertension and there are 56.6% who have good skills in dealing with hypertension problems. Conclusion There is a significant effect with the application of nursing interventions Acupressure, Physical Exercise, Balanced Diet "AKAL SEHAT" on knowledge, attitudes and skills on the problem of hypertension in the adult group."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saka Adhijaya Pendit
"Lansia merupakan salah satu kelompok rentan yang membutuhkan penanganan yang serius karena secara alamiah lansia mengalami penurunan baik dari segi fisik, biologi maupun mentalnya. Salah satu gangguan kesehatan yang dapat muncul pada lansia adalah gangguan mental. Gangguan mental yang sering muncul pada masa ini adalah depresi. Upaya pengendalian depresi pada lansia di Kelurahan Jatijajar penulis mengembangkan program inovasi CERIA PRODUKTIF untuk menurunkan tingkat depresi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penerapan intervensi keperawatan “ceria produktif” terhadap masalah depresi pada lansia di Kelurahan Jatijajar Kota Depok. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pre experimental design dengan one group pre dan post test. Sampel penelitian adalah sebanyak 43 orang lansia di Kelurahan Jatijajar Kota Depok. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi CERIA PRODUKTIF telah meningkatkan pemahaman dan kemampuan lansia di keluarga dan kelompok dalam melakukan terapi yang diajarkan secara mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa ada perubahan dari kurang paham dalam melakukan terapi menjadi paham setelah dilakukan intervensi. Sementara kenaikan tingkat pengetahuan, sikap, dan prilaku lansia menjadi meningkat. Rekomendasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber bagi implementasi lebih lanjut untuk mengembangkan suatu intervensi keperawatan mengenai kondisi depresi yang dialami lansia dengan menambahkan berbagai hasil penelitian terbaru dengan menggunakan perspektif dan kearifan lokal yang menjadi ciri masyarakat Indonesia.

Application of "CERIA PRODUKTIF" Nursing Intervention to Depression Problems in the Elderly in Jatijajar Village, Depok City. The elderly are one of the vulnerable groups that require serious treatment because naturally the elderly experience a decline both physically, biologically and mentally. One of the health problems that can appear in the elderly is mental disorders. The mental disorder that often appears at this time is depression. Efforts to control depression in the elderly in the Jatijajar Village, the authors developed the CERIA PRODUCTIVE innovation program to reduce depression levels. This study aims to analyze the application of "cheerful productive" nursing interventions to the problem of depression in the elderly in the Jatijajar Village, Depok City. This research is a quantitative study using the pre-experimental design method with one group pre and post test. The research sample was 43 elderly people in the Jatijajar Village, Depok City. The results of the study showed that the implementation of CERIA PRODUCTIVE had increased the understanding and ability of the elderly in families and groups to carry out self-taught therapy. This shows that there is a change from lack of understanding in carrying out therapy to understanding after the intervention is carried out. While the increase in the level of knowledge, attitudes, and behavior of the elderly is increasing. It is hoped that this research recommendation can become one of the sources for further implementation to develop a nursing intervention regarding depressive conditions experienced by the elderly by adding various latest research results using local perspectives and wisdom that characterize Indonesian society."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Rachmawati Kamal
"Latar belakang: Uveitis merupakan sekelompok penyakit yang ditandai dengan adanya inflamasi intraokular. Derajat inflamasi bilik mata depan yang dinilai secara semi-kuantitatif berdasarkan penghitungan sel dan flare, digunakan untuk menentukan keparahan penyakit, efektivitas terapi serta pemantauan jangka panjang pada uveitis anterior dan panuveitis.
Tujuan: Menilai validitas dan reliabilitas optical coherence tomography (OCT) segmen anterior dalam mengukur inflamasi bilik mata depan secara kuantitatif sebagai metode alternatif dari standar baku pengukuran semi-kuantitatif, Kriteria SUN.
Metode: Studi ini adalah studi potong lintang, prospektif. Penghitungan jumlah sel menggunakan optical coherence tomography dengan bantuan ImageJ dilakukan oleh dua penilai yang berbeda. Hasil: Sebanyak 30 mata yang berasal dari 24 pasien diikutkan dalam penelitian. Sebanyak 80% pasien menderita panuveitis dengan tuberkulosis sebagai etiologi tersering (50%). Uji kesesuaian Cohen’s kappa pada protokol multiple line scans didapatkan nilai 0,352 (p=0,000) sedangkan protokol single line scan didapatkan nilai -0,218 (p=0,032). Uji korelasi Gamma protokol multiple line scans didapatkan nilai rho=0,595 (p=0,002) sedangkan protokol single line scan didapatkan nilai rho=-0,210 (p=0,313). Nilai inter-rater protokol multiple line scans menunjukkan hasil sangat baik sedangkan protokol single line scan baik (0,986 dan 0,892, p<0,001).
Kesimpulan: OCT segmen anterior menghasilkan data kuantitatif sel inflamasi pada bilik mata depan. Jumlah sel bilik mata depan yang dihitung menggunakan OCT segmen anterior protokol multiple line scans menunjukkan korelasi sedang dan kesesuaian minimal dengan Kriteria SUN.

Background: Uveitis is a group of diseases characterised by intraocular inflammation. The evaluation of anterior chamber inflammation, conducted through a semi-quantitative assessment involving cell counts and flares, plays a pivotal role in determining disease severity, assessing therapeutic effectiveness, and facilitating long-term monitoring in anterior uveitis and panuveitis cases.
Purpose: To evaluate the validity and reliability of anterior segment optical coherence tomography (AS-OCT) as a quantitative measurement tool for assessing anterior chamber inflammation. The objective is to explore its potential as an alternative method to the standard semi-quantitative measurement defined by the SUN Criteria.
Methods: A prospective, cross-sectional study was conducted for this purpose. The anterior chamber cell numbers were quantified using anterior segment optical coherence tomography, assisted by ImageJ, and assessed independently by two raters.
Result: The study included a total of 30 eyes from 24 patients. Panuveitis was observed in 80% of the patients, with tuberculosis identified as the predominant etiology (50%). The Cohen’s kappa test, conducted on the multiple-line scan protocol, yielded a value of 0.352 (p=0.000), while the single-line scan protocol showed a value of -0.218 (p=0.032). The Gamma correlation test for the multiple-line scan protocol demonstrated a value of rho=0.595 (p=0.002), whereas the single-line scan protocol had a value of rho=-0.210 (p=0.313). Inter-rater values for the multiple-line scan protocol indicated excellent agreement (0,986, p<0.001), while the single-line scan protocol showed good agreement (0.892, p<0.001).
Conclusion: OCT yielded quantitative data on anterior chamber inflammatory cells. Quantifying anterior chamber cells through the multiple line scan protocols of anterior segment OCT showed a moderate correlation and minimal agreement with the SUN Criteria.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Christella Caroline
"Latar belakang: Pengetahuan dan perawatan lensa kontak yang baik merupakan faktor yang memengaruhi keamanan dan risiko komplikasi akibat penggunaan lensa kontak. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan materi edukasi yang valid dan dapat digunakan sebagai standar materi edukasi bagi penjual lensa kontak sehingga informasi yang akurat dapat diberikan kepada seluruh pengguna lensa. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang terdiri dari 2 tahap, yaitu pengembangan materi edukasi dan validasi. Pengembangan materi edukasi diawali dengan tinjauan pustaka dan kesepakatan ahli melalui metode modifikasi Delphi. Item materi edukasi yang telah melalui seleksi ahli kemudian dibuat menjadi brosur, presentasi, dan checklist untuk divalidasi kepada penjual dan pengguna lensa kontak. Hasil: Item materi edukasi yang disepakati melalui metode modifikasi Delphi berjumlah 38 item materi. Nilai validasi konstruk materi edukasi adalah 3,54. Kesimpulan: Materi edukasi termasuk dalam kategori sangat valid sehingga dapat dipakai sebagai materi edukasi bagi penjual dan pengguna lensa kontak di Indonesia.

Background: The safety and risk of complications from contact lens use are influenced by factors such as proper knowledge and maintenance. Objective: To produce valid educational materials that can be used as standard educational materials for contact lens sellers in order to provide accurate information. Methods: This research is a qualitative research that consists of two stages, namely the development of educational material and validation. The development of educational materials began with a literature review and expert agreement through Delphi modification methods. Educational material that had been selected by experts were then made into brochures, presentations, and checklists for validation to the sellers and contact lens users. Results: There were 38 different educational materials that were agreed upon using the Delphi modification method. The construct validation value of the education material is 3,54. Conclusion: The educational material falls into the extremely valid category and can be utilized by Indonesian contact lens wearers and salespeople."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Miratasya
"Latar belakang. Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran data dasar nilai normal pERG, ketebalan RNFL dan GCIPL pada subjek normal dan subjek dengan POAG derajat early, moderate dan severe serta menilai korelasi antara masing-masing modalitas pemeriksaan.
Metode. Penelitian potong lintang yang dilakukan pada 36 mata normal dan 42 mata dengan POAG (derajat early, moderate dan severe) usia 18-60 tahun di RSCM. Semua subjek menjalani pemeriksaan oftalmologi dasar dan pemeriksaan penunjang yaitu Humphrey standard automated perimetry, OCT peripapil dan makula menggunakan CirrusTM dan pERG menggunakan MonPack One dari Metrovision.
Hasil. Berdasarkan data normal didapatkan ketebalan rerata RNFL 106,3 ± 11,0 μm, ketebalan rerata GCIPL 83,3 ± 3,5 μm, waktu implisit P50 52,7ms , amplitudo P50 7,9 (3,4 – 15,6) μV, waktu implisit N95 101,3 ± 5,2 ms, amplitudo N95 10,6 (6,0 – 18,7) μV. Dibandingkan dengan kelompok POAG early didapatkan perbedaan bermakna pada ketebalan RNFL (p = 0,007), amplitudo P50 (p = 0,005) dan amplitudo N95 (p = 0,004), tanpa perbedaan bermakna pada ketebalan GCIPL, sedangkan pada kelompok moderate dan severe didapatkan perbedaan pada semua variabel (p<0,05). Korelasi positif sedang dan lemah ditemukan pada kelompok normal antara ketebalan RNFL dengan amplitudo P50 dan N95, tidak ada korelasi hasil pemeriksaan pERG dengan ketebalan GCIPL.
Kesimpulan. Pattern ERG adalah pemeriksaan objektif yang dapat membedakan antara kelompok normal dengan POAG, pemeriksaan pERG pada POAG harus memperhatikan floor effect.

Introduction. The study aims to evaluate and compare the pERG result, RNFL and GCIPL thickness in normal group to the groups with early, moderate and severe POAG and evaluate its correlation.
Methods. Cross-sectional study was done on 36 normal eyes and 42 eyes with POAG (mild, moderate and severe),subjects with age range of 18-60 years old in RSCM Kirana. Each group underwent complete basic ophthalmology examinations, Humphrey standard automated perimetry, peripapillary and macular OCT CirrusTM and MonPack One pERG from Metrovision.
Results. The data on normal group were as follow: RNFL thickness 106,3 ± 11,0 μm, GCIPL thickness 83,3 ± 3,5 μm, P50 implicit time 52,7 ms , P50 amplitude 7,9 (3,4 – 15,6) μV, N95 implicit time 101,3 ± 5,2 ms, N95 amplitude 10,6 (6,0 – 18,7) μV. Significant differences were found in RNFL thickness (p = 0,007), P50 amplitude (p = 0,005) and N95 amplitude (p = 0,004) in the early POAG group compared to the normal group, meanwhile on moderate and severe group all of the variable examination result including the GCIPL thickness were significantly different (P<0,05). Positive moderate and weak correlations were found between RNFL thickness in normal group with P50 and N95 amplitude, no correlation between pERG result with GCIPL thickness.
Conclusion. Pattern ERG is an objective tools to differentiate between normal and POAG subjects, pERG examination in POAG group especially the severe group needs to evaluate the floor effect by doing the prior OCT examination.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hielda Afpa Koeswara
"Latar Belakang: Pembelajaran jarak jauh anak sekolah selama pandemi COVID-19 menyebabkan penggunaan perangkat digital sebagai media pembelajaran. Peningkatan pajanan monitor dan aktivitas melihat dekat diduga meningkatkan angka kejadian astenopia.
Tujuan: Mendapatkan angka kejadian astenopia subjektif dan menilai faktor yang mempengaruhinya pada anak SMP dan SMA Negeri di Jakarta di era pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang menggunakan kuesioner Revised Convergence Insufficiency Symptom Survey (CISS) diadaptasi ke dalam Bahasa melalui tahapan validasi. Skoring CISS 16 sebagai batasan keluhan astenopia yang dialami subjek.
Hasil: Kuesioner CISS versi Bahasa adalah valid dan reliabel dengan nilai p<0,05 dengan koefisien Cronbach’s ±  sebesar 0,910 dan 0,925. Subjek penelitian sebanyak 901 responden. Angka kejadian astenopia sebesar 36%. Analisis multivariat didapatkan pencahayaan ruangan yang kurang terang di luar PJJ (OR=8,25;p=0,001), durasi screen time >2 jam saat PJJ (OR>3,73;p=0,001), penyakit mata lain (OR=3,72;p=0,002), melakukan aktivitas dekat dengan posisi berbaring (OR=2,45;p=0,014), durasi tidur malam <8 jam (OR=2,29;p<0,001), penggunaan kacamata (OR=2,10;p<0,001), aktivitas dekat menonton film dengan perangkat digital/TV (OR=1,67;p=0,004), dan jarak baca <30 cm saat PJJ (OR=1,47;p=0,016) merupakan faktor risiko independent untuk astenopia pada anak sekolah.
Kesimpulan: Kuesioner CISS versi Bahasa merupakan instrumen yang valid dan reliabel untuk mendiagnosis astenopia pada anak sekolah. Angka kejadian astenopia di Jakarta cukup tinggi dengan faktor risiko berupa pencahayaan ruangan kurang terang, durasi daring >2 jam, penyakit mata lain, aktivitas dekat dengan posisi berbaring, durasi tidur malam <8 jam, penggunaan kacamata, aktivitas dekat menonton film dengan perangkat digital/TV, dan jarak baca <30 cm saat PJJ.

Background: Schoolchildren's distance learning during the COVID-19 pandemic has led to digital devices as learning media.
Increased exposure to monitors and near-vision activities is thought to increase asthenopia incidence. Obtain the incidence of
subjective asthenopia and assess the factors that influence Jakarta's junior high and high school students during the COVID-19 pandemic.
Methods: A cross-sectional design study using the Revised Convergence Insufficiency Symptom Survey (CISS) questionnaire was adapted
into Indonesian through a validation stage. CISS score 16 as a limitation of asthenopia complaints experienced by the subject.
Result: Indonesian version of the CISS questionnaire is valid and reliable with p-value <0.05 with Cronbach's coefficient of 0.910 and 0.925,
respectively. The research subjects were 901 respondents. The incidence of asthenopia is 36%. Multivariate analysis showed that the room
lighting was not bright when distance learning (OR=8.25; p=0.001), screen time duration >2 hours during distance learning (OR>3.73;p=0.001),
other eye diseases (OR=3 ,72;p=0,002), doing activities close to the lying position (OR=2,45;p=0,014), sleep duration <8 hours
(OR=2,29;p<0,001), wearing glasses (OR=2 ,10;p<0.001), close activity watching movies with digital devices/TV (OR=1.67;p=0.004), and
reading distance <30 cm during distance learning (OR=1.47;p=0.016) were independent risk factors for asthenopia in schoolchildren.
Conclusion: Indonesian version of the CISS questionnaire is a valid and reliable instrument for diagnosing asthenopia in school children.
The incidence of asthenopia in Jakarta is relatively high with risk factors in the form of poor lighting, online duration >2 hours, other eye
diseases, activities close to lying down, sleep duration <8 hours, use of glasses, close activities watching movies with digital devices/ TV,
and reading distance <30 cm during distance learning.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ikhwanuliman Putera
"Latar Belakang: Fibrosis dalam bentuk adhesi jaringan maupun jaringan parut teregang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi luaran hasil operasi strabismus. Obat golongan anti-inflamasi non-steroid, salah satunya natrium diklofenak, merupakan obat yang mampu menekan proses inflamasi sehingga dipikirkan dapat memodulasi penyembuhan luka, termasuk fibrosis pada otot ekstraokular pasca operasi strabismus.
Tujuan: Membandingkan efek pemberian diklofenak sediaan oral atau tetes mata 0,1% terhadap pembentukan fibrosis pasca operasi strabismus pada hewan coba kelinci model.
Metodologi: Penelitian eksperimental ini dilakukan pada kelinci model yang dilakukan operasi reses otot rekrus superior. Dilakukan randomisasi acak terkontrol tiga kelompok dengan membagi kelinci menjadi: kelompok dengan terapi diklofenak oral 2 x 5 mg/kg selama 3 hari (kelompok A), tetes mata natrium diklofenak 0,1% 3x sehari selama 3 hari (kelompok B), dan kontrol (kelompok C). Setelah hari ke-14 pasca operasi, dilakukan enukleasi lalu dinilai skor adhesi makroskopik, histopatologi inflamasi (haematoxylin & eosin), skor adhesi mikroskopik dan persentase area fibrosis (Masson’s trichrome), serta ekspresi α-smooth muscle actin (α-SMA, imunohistokimia) oleh ahli patologi anatomik menggunakan penilaian semi-kuantitatif dan kuantitatif (ImageJ) dengan nilai reciprocal staining intensity (RSI).
Hasil: Enam kelinci (12 mata) terbagi dalam tiga kelompok perlakuan. Tidak terdapat perbedaan skor adhesi makroskopik (p=0,13), adhesi mikroskopik (p=0,28), dan histopatologi inflamasi (p=0,26). Persentase area fibrosis kelompok diklofenak tetes mata (12,44 % (8,63 - 18,29)) lebih sedikit dibandingkan kelompok diklofenak oral (26,76 % (21,38-37,56)) maupun kontrol (27,80 % (16,42 - 36,28); uji Kruskal-Wallis p = 0,04, post-hoc kelompok oral vs tetes mata p = 0,03 dan kelompok tetes mata vs kontrol p=0,04). Penilaian ekspresi α-SMA semi-kuantitatif tidak dijumpai perbedaan antar ketiga kelompok. Analisis RSI mendapatkan bahwa kelompok diklofenak tetes mata memiliki ekspresi α-SMA yang lebih rendah (diklofenak tetes mata = 174,08 ± 21,78 vs diklofenak oral = 206,50 ± 18,93 vs kontrol = 212,58 ± 12,06; one-way ANOVA p = 0.03; post-hoc bonferroni diklofenak tetes mata vs kontrol p= 0,04).
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan skor adhesi makroskopik, mikroskopik, serta histopatologi inflamasi antara kelompok perlakuan diklofenak oral, diklofenak tetes mata, maupun kontrol. Pemberian diklofenak tetes mata 0,1% menunjukkan penurunan area fibrosis dibandingkan kelompok diklofenak oral maupun kontrol. Melalui penilaian RSI, terdapat penurunan ekspresi α-SMA dengan pemberian diklofenak tetes mata 0,1%."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library