Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tutut Jemi Setiawan
"Anak didik pemasyarakatan sebagai seorang yang sedang menjalani pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak atau Rumah Tahanan Negara harus dibina dan dibimbing sesuai dengan peraturan yang ada agar tujuan sistem pemasyarakatan untuk membentuk warga binaan pemasyarakatan menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak mengulangi tindak pidana lagi dapat terwujud.
Bagi anak didik, kehadiran keluarga (orangtua) dan teman-temannya sangat penting karena kondisi psikologis anak yang masih labil mempengaruhi keberadaannya dalam Lapas/Rutan. Ketidakhadiran keluarga atau peran keluarga yang tidak tergantikan dapat mengakibatkan anak didik lebih mudah cemas, bingung, dan depresi dalam menghadapi permasalahannya. Melihat kondisi tersebut, peran wall sangat penting untuk mengatasi hal tersebut.
Konsep perwalian dalam Lapas 1 Rutan adalah sebagai pengganti orangtua bagi anak didik pemasyarakatan yang dapat berbicara dari hati ke hati dan membantu permasalahannya. Oleh sebab itu, dengan adanya wali diharapkan akan mampu mengulangi perasaan terpisah anak didik dari keluarganya; perasaan bingung, frustasi, cemas, dan depresi; dan membantu memecahkan permasalahan yg dihadapi Andik. Pentingnya tugas wali tersebut menuntut adanya pengetahuan dan ketrampilan yang dimiliki petugas wali, yg meliputi : pengetahuan tentang perkembangan dan kondisi psikologis anak, Parenting skill, dan problem solving.
Kenyataan di lapangan, perwalian belum berjalan optimal. Salah satu faktor yang menyebabkannya adalah kurangnya pengetahuan dan/atau ketrampilan petugas sebagai wali. Akibatnya, wali kurang mampu mendeteksi dan memecahkan permasalahan anak didik; komunikasi antara wali dan anak didik tidak berjalan dengan balk; rendahnya tingkat kepercayaan anak didik terhadap wali; dan perkembangan anak didik selama dalam Lapas I Rutan tidak berjalan dengan baik atau terjadi gangguan.
Sebagai upaya mengatasi permasalahan tersebut, penulis mengajukan program pelatihan Parent Effectiveness Training (P.E.T). Tujuannya adalah meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas wali sebagai upaya mengoptimalkan peran wall dalam menunjang proses pembinaan di Lapas 1 Rutan. Adapun alasan pemilihan program pelatihan P.E.T adalah : (1) P.E.T ditujukan bagi pars orangtua agar menjadi orangtua efektif, hal ini sejalan dengan konsep perwalian yaitu agar wali menjadi pengganti orangtua bagi anak didik, sehingga dengan dibekali pengetahuan dan ketrampilan P.E.T pelaksanaan wali menjadi lebih efektif; (2) P.E.T mengajarkan ketrampilan pada orangtua dalam membantu anak mengatasi masalah-masalah emosional dan tingkah laku maladaptif, hal ini sesuai dengan keadaan di Lapas t Rutan dimana terdapat anak didik yang mempunyai masalah-masalah emosional dan tingkah laku maladaptif yang perlu dilakukan pembinaan; dan (3) Konsep inti dalam P.E.T menggambarkan keadaan dalam Lapas 1 Rutan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resky Muwardani
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi identifikasi kelompok gender psda pemeliharaan stereotip melalui reproduksi serial. Reproduksi serial yang ditenggarai dapat melihat pemeliharaan stereotip dengan men-tracking peljalanan informasi dari orang satu ke orang yang lain (Kashima, 2000, Lyons &. Kashima, 2006). Penelitian ini manipulasi informasi-infonnasi yang sesuaikan dengan stereotip dan yang tidak sesuai dengan stereotip (stereotype-consistenJ dan slereotypeinconsten. t), Hasil peneJitian sebelum menyebutkan faktor identifikasi kelompok terkait dengan penggunaan stereotip, yaitu partisipan yang kuat dengan ingroup-nya cenderung memanggil stereotip positif tentang ingroup (Maxwell, !952). Selain itu berdasarkan Hort, Fagot dan Leinbach (1990) laki-laki dipcrsepsikan lebih stereotip dibanding perempuan. Namun pada riset tesis in.i basil menunjukkan perbedaan. Secara umum identifikasi gender memang tidak terbukti dalam pemeliharaan stereotip, tetapi hasil yang signifikao terbukti pada partisipan perempuan. Semakin tinggi identifikasi terhadap kelornpsk gendernya, semakin tinggi pula jumlah pemanggilan infonnasi stereotype-consistent maupun stereotype inconsislent. Sementara laki-laki justru terbalik. Seroakin tinggi identifikasi kelompsk gendemya semakin rendah jumlah pemanggilan informasi stereotypeconsistent maupun stereotype-enconsisteny.

ABSTRACT
The aim of this research was to investigate the claim that gender identification difference in levels of stereotype maintenance through serial reproduction. Serial reproduction research showed that stereotype maintenance was transmitted through five-person communication chains (Kashima, 2000; Lyons & Kashima, 2006). In the present experiment, to examine stereotype maintenance~ a narratives of female and male stereotype consistent and stereotype-inconsistent was used as stimu1us. In previous research. gender identification related to stereotype maintenance. In Maxwell's (!952) showed that participants with strong in-group identification recall more positive stereotype. But the result of this research showed not all strength of gender identification was found to moderate stereotype maintenance. Only female participants with strong gender identification related to stereotype gender maintenance. Female participants with strong gender identification was retained male stereotype--consistent information more than male stereotype-inconsistent. This result raises questions concerning culture differences that gender stereotype may be vary in different cultures. "
2009
T33717
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library