Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Livia Yonathan
"Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi korelasi antara polimorfisme gen Bone Morphogenetic-2 (BMP-2) rs1005464 dan rs235768 dengan pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial pada maloklusi skeletal kelas I, II, dan III; dan untuk mengetahui kerentanan Bone Morphogenetic Protein-2 (BMP-2) terhadap tipe wajah dan arah pertumbuhan. Bahan dan Metode: Populasi subjek terdiri dari 150 pasien ortodontik dewasa yang menjalani perawatan ortodontik di Klinik Spesialis Ortodontik Fakultas Kedokteran Gigi dan Mulut Universitas Indonesia. Subjek dibagi menjadi beberapa kelompok berdasarkan kasus maloklusi skeletal kelas I, II, dan III; tipe wajah (mesofacial, dolichofacial, brachyfacial) dan arah pertumbuhan wajah (normal, hyperdivergent, hypodivergent) dikonfirmasi dengan radiografi sefalometrik lateral. Ekstraksi DNA dilakukan dengan potongan rambut subjek, metode polymerase chain reaction, dan Sanger sequencing digunakan untuk menganalisis subjek. Koefisien korelasi Pearson dan regresi logistik berganda dihitung untuk menganalisis korelasi dan kerentanan BMP-2 rs1005464 dan rs235768, pohon filogenetik dibuat untuk mengevaluasi evolusi gen. Hasil: Distribusi genotip BMP-2 rs1005464 dan rs235768 menunjukkan distribusi yang konsisten, menunjukkan bahwa varian tersebut dapat menjadi bioindikator genetik pola pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Koefisien korelasi Pearson menunjukkan bahwa BMP-2 rs1005464 dan rs235768 berkorelasi signifikan dan kerentanan dengan pasien maloklusi skeletal kelas I, II, dan III. Sanger sequencing menunjukkan adanya distribusi yang konsisten polimorfisme gen BMP-2 rs1005464 dan rs235768 dan pohon filogenetik menunjukkan BMP-2 rs1005464 memiliki kecenderungan maloklusi skeletal kelas I dan III sedangkan BMP-2 rs235768 terhadap maloklusi skeletal kelas II. Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa BMP-2 rs1005464 dan rs235768 berkorelasi signifikan, dan kerentanan terhadap pola pertumbuhan dan perkembangan Kraniofasial pada Maloklusi Skeletal kelas I, II, dan III.

Objectives:The purpose of this study was to evaluate the correlation between Bone Morphogenetic-2 (BMP-2) gene polymorphisms rs1005464 and rs235768 with craniofacial growth and development in skeletal malocclusion classes I, II, and III; and to determine the susceptibility of Bone Morphogenetic Protein-2 (BMP-2) against the facial types and growth direction. Materials and Methods: The subject population consisted of 150 adult orthodontic patients who underwent orthodontic treatment at the Orthodontic Clinic Specialist for the Dental Oral Education University of Indonesia. Subjects were divided into groups based on cases of skeletal malocclusion classes I, II, and III; facial types (mesofacial, dolichofacial, brachyfacial) and the direction of facial growth (normal, hyperdivergent, hypodivergent) were confirmed by lateral cephalometric radiograph. DNA extraction was carried out by haircuts of the subjects, polymerase chain reaction method, and Sanger sequencing was used to analyze the subjects. Pearson correlation coefficients and multiple logistic regression were calculated to analyze the correlation and susceptibility of BMP-2 rs1005464 and rs235768, a phylogenetic tree was made to evaluate the evolution of the gene. Result: The genotyping distribution of BMP-2 rs1005464 and rs235768 showed a consistent distribution, indicating that these variants can be a genetic bioindicator of the growth pattern and development of craniofacial. Pearson correlation coefficients indicated that the BMP-2 rs1005464 and rs235768 were significantly correlated and susceptibility with skeletal malocclusion classes I, II, and III patients. Sanger sequencing showed there was a consistent distribution of gene polymorphisms of BMP-2 rs1005464 and rs235768 and the phylogenetic tree shows BMP-2 rs1005464 has a tendency to skeletal malocclusion classes I and III while the BMP-2 rs235768 against skeletal malocclusion class II. Conclusion: This study indicated that the BMP-2 rs1005464 and rs235768 are significantly correlated, and susceptibility to growth patterns and development of Craniofacial in Skeletal Malocclusion classes I, II, and III."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tania Taslim
"Di Indonesia, pengembangan produksi braket ortodonti dalam negeri sedang dikerjakan dan dibutuhkan studi lebih lanjut untuk mengetahui desain rumus bangun geometri dasar braket yang memiliki retensi terbaik. Braket ortodonti metal dapat melekat pada gigi mengandalkan retensi mekanis pada dasar braket. Analisis finite element suatu analisis dengan menggunakan model tiga dimensi untuk mempelajari dan menilai distribusi stress yang terjadi akibat aplikasi gaya geser dengan besaran dan arah tertentu. Letak konsentrasi stress yang besar diprediksi berisiko terjadi deformitas atau kegagalan. Penelitian ini menggunakan tiga jenis braket ortodonti metal insisif pertama rahang atas dengan tipe dasar braket non mesh yang ada di pasaran. Pembentukan model tiga dimensi berupa gigi insisif pertama rahang atas dengan blok tulang, tiga tipe braket, dan adhesif ortodonti. Proses simulasi dengan aplikasi gaya geser mesio-distal dan serviko-insisal sebesar 1 N. Hasil analisis finite element menunjukkan adanya perbedaan distribusi stress dari gaya geser mesio-distal dan serviko-insisal pada tiga jenis rumus bangun dasar braket di permukaan dasar braket, lapisan adhesif ortodonti, permukaan email, dan jaringan periodontal.

In Indonesia, the development of domestic production of orthodontic brackets is underway and further studies are needed to find out the design of the basic bracket geometry formula that has the best retention. Metal orthodontic bracket can adhere to teeth surface by relying on mechanical retention in the base of the brackets. Finite element analysis is an analysis using three dimensional model to asses the stress distribution that occurs due to application of shear forces with certain magnitude and direction. The stress concentration and the distribution can be predicted and assumed to be the potential risk of deformity or failure. This study used three types of metal orthodontic brackets which available on the market. Three maxillary first incisors brackets with different bases, maxillary right incisor with periodontal tissue ,bone block, and orthodontic adhesive were construct using a software as a three dimensional model. The model were simulated with the application of shear stress mesio-distal and cervical- incisal one Newton each. Finite element analysis showed there are difference in stress distribution of mesio-distal and cervical-incisal shear stress on three types of different geometry of bracket base on the bracket base surface, orthodontic adhesive layer, enamel surface, and periodontal tissue."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lulu Amanda Utami
"ABSTRAK
Latar Belakang: Tren dan biaya murah membuat masyarakat menggunakan jasa
tukang gigi untuk perawatan ortodonti cekat. Tujuan: Mendapatkan gambaran
kepuasan masyarakat pengguna ortodonti cekat oleh tukang gigi dan korelasinya
dengan dimensi mutu pelayanan. Metode: Studi analitik potong lintang pada 96
pengguna ortodonti cekat di SMP, SMA, SMK Ksatrya Jakarta, SMKN 14 Jakarta,
tempat usaha tukang gigi di Depok dan Bogor. Pengumpulan data melalui kuesioner
menggunakan dimensi SERVQUAL. Hasil: Dimensi mutu pelayanan dengan tingkat
kepuasan tertinggi adalah reliability (96,8%) dan terendah tangible (90,01%).
Kesimpulan: Terdapat hubungan (p<0.01) dimensi mutu pelayanan dengan
kepuasan pasien ortodonti cekat oleh tukang gigi.

ABSTRACT
Background: Trends and low cost of fixed orthodontic treatment motivate people to
seek fixed orthodontic treatment from dental quacks. Objective: To describe patients
satisfaction and its correlation with dimensions of service quality. Method: Analytic
cross-sectional study performed on 96 fixed orthodontic patients of dental quacks at
SMP,SMA,SMK Ksatrya Jakarta, SMKN 14 Jakarta, dental quacks’ practices in
Depok and Bogor. Data was collected using questionnaire with SERVQUAL
dimensions. Result: The highest satisfaction level value is reliability (96.8%) and the
lowest is tangible (90.01%). Conclusion: Significant relationship was found between
dimensions of service quality and patient satisfaction who used the dental quacks."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Anggun Ratnaningtyas Winarno
"ABSTRAK
Latar belakang: Masyarakat masih mencari perawatan ortodonti cekat kepada non-ortodontis. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan penentuan pemilihan pemberi jasa pelayanan ortodonti cekat. Metode: Studi deskriptif analitik potong lintang pada 96 remaja yang sedang memakai alat ortodonti cekat. Data tentang faktor kepercayaan kesehatan, pendapatan orang tua, ketersediaan, aksesibilitas, kebutuhan (perceive need), biaya dan informasi diperoleh melalui kuesioner. Hasil: 55,2% memilih tukang gigi, 30,2% memilih dokter gigi, dan 14,6% memilih dokter gigi spesialis ortodonti, dan variabel kebutuhan merupakan faktor yang paling berhubungan dan berpengaruh terhadap pemilihan tenaga pemberi jasa pelayanan ortodonti cekat, diikuti biaya, aksesibilitas, serta informasi.

ABSTRACT
Background: People are still seeking fixed orthodontic treatment from non-orthodontist. Aim: To find various factors and the most influential ones in the selection of operator of fixed orthodontic appliance. Method: Descriptive analytic cross-sectional study was implemented in 96 adolescents using fixed orthodontic appliance. Questionnaire about health belief, income, availability, accessibility, perceived need, cost, and information was constructed. Results: 55,2% respondents chose dental quacks, 30,2% chose general dentist, and 14,6% chose orthodontist, the need, cost, accessibility and information found to be significant for selecting fixed orthodontic treatment operators. Variable need found being the most influential factor."
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debby Intan Fatimah
"Latar Belakang: Pasien perawatan ortodonti pada umumnya dianjurkan menggunakan obat kumur berfluoride untuk menjaga kebersihan rongga mulut dan mencegah terjadinya karies. Namun, Fluoride dapat mempengaruhi karakteristik kawat ortodonti Stainless Steel yang digunakan selama perawatan. Belum diketahui efek pemakaian obat kumur berfluoride terhadap kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel.
Tujuan: Mengetahui efek pemakaian obat kumur berfluoride terhadap kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel.
Metode: Menguji kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel 0,016 inci setelah dilakukan perendaman pada 100 ml obat kumur berfluoride 0,05 selama 30, 60, dan 90 menit.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik dari kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel setelah direndam obat kumur berfluoride. Nilai p pada perendaman obat kumur berfluoride selama 30, 60, dan 90 menit masing-masing adalah 0,790; 0,742; dan 0,085 nilai p > 0,05.
Kesimpulan: Pemakaian obat kumur berfluoride tidak mempengaruhi kekuatan tarik kawat ortodonti Stainless Steel.

Background: Patients with orthodontic treatment are commonly recommended to use Fluoride mouthwash for maintaining their oral hygiene and preventing dental caries. However, Fluoride may affect the characteristics of Stainless Steel orthodontic archwires that used during the treatment. The effect of Fluoride mouthwash on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires is still unknown.
Purpose: To know the effect of Fluoride mouthwash on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires.
Method: Examine the tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires 0,016 inch after immersed in 100 ml Fluoride mouthwash 0,05 for 30, 60, and 90 minutes.
Result: There is no statistically significant difference on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires after immersed in Fluoride mouthwash. The p values on immersion Fluoride mouthwash for 30, 60, and 90 minutes consecutively are 0,790 0,742 and 0,085 p value 0,05.
Conclusion: The using of Fluoride mouthwash didn rsquo t have an effect on tensile strength of Stainless Steel orthodontic archwires.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Revaldi
"ABSTRAK
Pertumbuhan tulang maksila dan mandibula merupakan suatu hal penting untuk diketahui dokter gigi karena dapat dijadikan sebagai panduan dalam menegakkan diagnosis dan menentukan rencana perawatan yang tepat. Tujuan: Mengetahui gambaran dan perbedaan panjang maksila dan mandibula pasien pria dan wanita pada maloklusi skeletal kelas I, kelas II, dan kelas III. Metode: Penelitian ini menggunakan 42 rekam medik dan sefalogram pasien berusia ge; 18 tahun. Pengukuran dilakukan dengan analisis McNamara. Hasil: Rerata panjang maksila dan mandibula untuk semua kelas maloklusi skeletal menunjukan pria lebih besar daripada wanita. Hasil uji T tidak berpasangan.

ABSTRAK
Background The growth of maxillary and mandibular bone is an important thing to know the dentist because it can serve as a guide in establishing the diagnosis and determine the proper treatment plan. Objective to know description and differences between maxillary and mandibular length of male and female patients at skeletal malocclusion class I, class II and class III Methods This study used medical records and sefalogram 42 patients aged ge 18. Measurement performed with McNamara rsquo s Analysis. Results The mean length of the maxillary and mandibular for all classes of skeletal malocclusion showed greater men than women. Results unpaired t test."
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jannatul Firdaus
"Latar Belakang: Dental Aesthetic Index DAI merupakan indeks untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti dengan menilai komponen klinis dan estetik. Indeks ini memberikan penjelasan secara objektif mengenai kebutuhan perawatan ortodonti melalui 10 komponen penilaian.
Tujuan: Mengetahui gambaran kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DAI pada pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI tahun 2010 ndash; 2014.
Bahan dan Metode: Digunakan 52 pasang model studi awal pasien ortodonti. Dilakukan penilaian DAI dengan melibatkan 10 komponen. Hasil penilaian berupa skor dibagi menjadi 4 kategori. Kategori 1 yaitu tidak/sedikit dibutuhkan perawatan, kategori 2 yaitu dapat dilakukan perawatan sesuai pilihan pasien, kategori 3 yaitu sangat membutuhkan perawatan, dan kategori 4 yaitu harus dilakukan perawatan.
Hasil: Diperoleh gambaran kebutuhan perawatan ortodonti yaitu kategori 3 36,5 , kategori 4 32,7 , kategori 2 25 , dan dan kategori 1 5,8 . Gambaran permasalahan yang banyak ditemukan yaitu ketidakteraturan gigi anterior RB 96,2 dan RA 94,2 , overjet tidak normal 81 , dan hubungan molar tidak normal 76,9.
Kesimpulan: Gambaran kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DAI pada pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI tahun 2010-2014 sebagian besar sangat membutuhkan perawatan 36,5 . Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang datang sebagian besar adalah membutuhkan perawatan dan sesuai dengan hasil penilaian DAI pada penelitian ini.

Background: Dental Aesthetic Index is an index to see the orthodontic treatment need by assessing clinical and aesthetic component. This index objectively explains the orthodontic treatment needs based on 10 components of assessment.
Purpose: To identify the description of orthodontic treatment need based on DAI on patients from orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI in 2010 2014.
Materials and Method: 52 pairs of pre treatment orthodontic study models were used. The assessment was based on DAI by involving 10 components. Assessment results in scores and categorized into 4 category. Category 1 is no slight treatment need, category 2 is elective treatment need, category 3 is highly desirable of treatment need, and category 4 is mandatory treatment need.
Result: The description of orthodontic treatment need are, category 3 36,5 , category 4 32,7 , category 2 25 , and category 1 5,8 . The description of problems that were found are mandibular anterior irregularity 96,2 , maxillary anterior irregularity 94,2 , abnormal anterior overjet 81 , and abnormal molar relationship 76,9.
Conclusion: The orthodontic treatment need based on DAI on patients from orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI are mostly patients who need treatment as highly desirable 36,5 . This result shows that the patients who came were mostly patients who need the treatment, and in accordance with the result of DAI assessment in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellen Teora
"ABSTRAK
Wajah yang asimetri mempengaruhi daya tarik seseorang. Oleh karena itu, gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental penting untuk diketahui terkait diagnosis dan rencana perawatan ortodonti. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran asimetri wajah berdasarkan komponen skeletal dan dental pada pasien di klinik ortodonti RSKGM FKG UI. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan 46 hasil penapakan sefalometri postero-anterior pasien pria berumur > 14 tahun 4,2 bulan dan pasien wanita berumur > 11 tahun 6,24 bulan dengan menggunakan analisis Grummon. Diperoleh proporsi arah asimetri berdasarkan deviasi menton, garis tengah gigi rahang bawah dan atas yang terdiri dari 27 sampel 58,7 dengan arah asimetri lebih condong ke sisi kiri sedangkan 19 sampel 41,3 dengan asimetri lebih condong ke sisi kanan. Komponen skeletal yang ditemukan dalam arah vertikal memiliki nilai selisih rerata yang lebih besar dibandingkan dalam arah transversal. Garis tengah gigi rahang bawah memiliki nilai selisih rerata lebih besar dibandingkan atas. Sehingga dapat disimpulkan gambaran arah asimetri wajah pada pasien klinik ortodonti RSKGM FKG UI memiliki proporsi lebih besar ke kiri dibandingkan ke kanan dengan komponen skeletal dalam arah vertikal lebih besar dibandingkan arah tranversal. Sedangkan pada arah transversal diperoleh wajah sisi kiri lebih besar dibandingkan sisi kanan. Selain itu, asimetri dental lebih sering terjadi pada garis tengah gigi rahang bawah dibandingkan atas.Kata Kunci: Asimetri wajah, skeletal, dental, sefalometri postero-anterior, Analisis Grummon

ABSTRACT
Facial asymmetry affects people rsquo s attractiveness. Therefore, it is important to know facial asymmetry based on the skeletal and dental components regarding the diagnosis and treatment plan. This study is to describe facial asymmetry based on skeletal and dental components in patients at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI. It is descriptive using secondary data from the tracing of postero anterior cephalograms of patients aged 14 years 4.2 months for male and 11 years 6.24 months for female with Grummon rsquo s Analysis. This study showed the proportion of asymmetric direction based on menton, maxillary midline, and mandibular midline deviation consist of 27 samples 58.7 tend to the left side while 19 samples 41.3 tend to the right side. The skeletal component found in vertical direction has a larger mean value difference than in transverse direction. The mean value difference is greater in the midline of mandibular teeth than the maxillary teeth. In conclusion, the proportion of facial asymmetry direction in patient at orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI is greater to the left side than to the right side with skeletal component in greater vertical direction than transverse direction. While in transverse direction, it is obtained that left side of the face is greater than the right side. In addition, dental asymmetry is more common in the midline of mandibular teeth than maxillary teeth.Keywords facial asymmetry, skeletal, dental, postero anterior cephalometric, Grummon rsquo s Analysis"
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Beattie Rahayu
"Kompleksitas maloklusi seperti ketidakteraturan gigi anterior menjadi salah satu hal penting dalam menentukan hasil perawatan dengan alat ortodonti lepas. Indeks iregularitas Little merupakan indeks yang digunakan untuk menilai perubahan susunan gigi anterior.
Tujuan: untuk mengetahui gambaran kompleksitas maloklusi terutama ketidakteraturan gigi anterior dan hasil perawatan dengan alat ortodonti lepas di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI menggunakan indeks iregularitas Little.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan sampel berupa 47 cetakan model gigi pasien sebelum dan setelah perawatan dengan alat ortodonti lepas di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI yang dirawat dalam periode 2013-2017 diukur menggunakan indeks iregularitas Little.
Hasil: Pasien yang paling banyak datang untuk melakukan perawatan dengan alat ortodonti lepas memiliki kondisi ketidakteraturan gigi anterior berupa ketidakteraturan minimal dan ketidakteraturan sedang, setelah dilakukan perawatan terdapat perubahan kondisi gigi anterior pasien menjadi tidak ada ketidakteraturan dan ketidakteraturan minimal serta tidak ditemukan lagi pasien dengan kondisi ketidakteraturan berat.
Kesimpulan: Terdapat perbaikan kondisi gigi anterior pasien pada rahang atas dan rahang bawah setelah dilakukan perawatan dengan alat ortodonti lepas yang dilakukan oleh mahasiswa profesi di Klinik Integrasi RSKGM FKG UI tahun 2013-2017, sehingga perawatan dapat dinyatakan baik dan sesuai dengan indikasi perawatan serta fungsi alat ortodonti lepas.

The complexity of malocclusion such as anterior teeth irregularity had become one of the important things to determine the outcome of removable orthodontic appliance treatment. Little's irregularity index is an index used to assess the change of anterior teeth alignment.
Aim: To determine the complexity of malocclusion especially the irregularity of anterior teeth and the outcome of removable orthodontic appliance treatment at RSKGM FKG UI Integration Clinic patients using the Little's irregularity index.
Method: This study is a descriptive study with a sample of 47 pretreatment and post treatment patient's study model at RSKGM FKG UI Integration Clinic patients which are treated within the period 2013 2017 measured using Little's Irregularity Index.
Result: Most patients who came to seek treatment using a removable orthodontic appliance had an anterior teeth irregularity of minimal and moderate irregularity, and there were changes in anterior teeth region after treatment to no irregularity and minimal irregularity and none of the patients with severe irregularity.
Conclusion: There's improvement of the anterior teeth condition of the patient on the maxilla and mandible jaw after treatment with removable orthodontic appliance performed by clinical students at RSKGM FKG UI Integration Clinic in 2013 2017, so that the treatment can be stated good and in accordance with the indication of treatment and the function of removable orthodontic appliance.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cinta Nurindah Sari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Psikososial merupakan kondisi yang meliputi aspek psikis dan sosial. Estetika wajah dapat menentukan perlakuan sosial yang diterima seorang individu dari lingkungannya. Gigi-geligi merupakan komponen penting dalam estetika wajah. Susunan gigi-geligi buruk dapat mengakibatkan berbagai masalah terkait fungsi maupun psikososial, namun dapat diatasi oleh perawatan ortodonti. Meskipun demikian, seringkali individu belum sadar akan kebutuhan perawatan ortodontinya. Ditemukan kontradiksi pada berbagai hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan status psikososial dan kebutuhan perawatan ortodonti, terutama pada usia remaja. Tujuan: Mengetahui hubungan status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan PIDAQ dan IOTN pada siswa SMAN 27 Jakarta Pusat. Metode: Dilakukan penelitian potong lintang pada 95 remaja. Diberikan kuesioner PIDAQ untuk mengetahui status psikososial dan IOTN-AC untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti secara subjektif, serta digunakan IOTN-DHC untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti secara objektif. Hasil: Nilai signifikansi uji chi-square antara status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC yaitu p = 0,001 dan nilai signifikansi uji chi-square antara status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-DHC yaitup = 0,140. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status psikososial berdasarkan PIDAQ dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC dan tidak terdapat hubungan antara status psikososial berdasarkan PIDAQ dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-DHC pada siswa SMAN 27 Jakarta Pusat.

ABSTRACT
Background: Psychosocial is a condition involves psychological and social aspects. Facial aesthetics affects how someone is treated by their surrounding. Teeth arrangement is an important component in facial aesthetics. Misaligned teeth often cause various problems, but can be overcome by orthodontic treatment. However, individuals are often not aware of their orthodontic treatment needs. Previous studies show contradictory results on association of psychosocial status and orthodontic treatment need. Objective: To determine whether psychosocial status associated with orthodontic treatment need using PIDAQ and IOTN in students of SMAN 27 Jakarta.Methods: This cross-sectional study comprised 95 adolescents. PIDAQ was given to assess psychosocial status and IOTN-AC was given to assess subjective treatment need. IOTN-DHC was used to assess objective treatment need. Results: The significance value of chi-square test between psychosocial status and orthodontic treatment need based on IOTN-AC is p = 0.001 and the significance value of chi-square test between psychosocial status and orthodontic treatment need based on IOTN-DHC is p = 0.140. Conclusion: There is an association between psychosocial status based on PIDAQ and orthodontic treatment need based on IOTN-AC and no between psychosocial status based on PIDAQ and orthodontic treatment need based on IOTN-DHC in students of SMAN 27 Jakarta."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>