Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
M. Muchlis
"Krisis ekonomi yang diperberat oleh berbagai bencana telah menyebabkan banyak orang tua mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja, menurunnya daya beli serta harga barang yang melambung, sehingga tidak dapat memenuhi hak dan kebutuhan anak. Akibat lebih jauh yaitu banyaknya anak yang terpaksa meninggalkan sekolah dan rumah guna mencari nafkah di jalanan, sehingga jurnlah anak di jalanan di kota besar menunjukkan peningkatan yang tajam.
Situasi kehidupan di jalanan memberikan akses bagi anak-anak tersebut untuk melakukan berbagai kegiatan yang dapat memberikan penghasilan atau sekedar bergaul dan bermain bersama teman sebayanya. Namun demikian kehidupan di jalanan juga membuat anak jalanan cenderung untuk melakukan kebiasaan yang buruk. Sebuah survey besar pada tahun 2001, dikatakan merokok merupakan kebiasaan buruk yang paling banyak dilakukan oleh anak jalanan, setelah itu kebiasaan rninuman keras, memakai napza dan kebiasaan lain termasuk sex bebas. Sementara itu situasi dan lingkungan sehari-hari di jalanan sangat membahayakan kehidupan anak karena ancaman kecelakaan dan kesehatannya. Salah sate ancaman kesehatan yang dapat timbul adalah terpaparnya anak-anak tersebut dengan bermacam polutan udara yang ada di sekitar lingkungan sehari-harinya beraktifitas. Di jalanan pencemaran udara akibat emisi kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar polusi udara. Zat yang dihasilkan emisi gas buang kendaraan bermotor antara lain karbon monoksida, nitrogen oksida, hidrokarbon, partikel, sulfur oksida, asam organik, aldehid dan timbal.
Jakarta merupakan kota ke 3 setelah Meksiko dan Bangkok sebagai kota dengan dengan polusi udara yang terparah. Sebagian besar polutan udara di Jakarta dan kota besar lainnya berasal dari kendaraan bermotor. Lebih dari 20% kendaraan di Jakarta diperkirakan melepas gas beracun tersebut melebihi ambang batas yang dinyatakan aman dan peningkatan jumlah kendaraan bermotor akan terus meningkatkan pemakaian bahan bakar yang mengakibatkan polusi udara yang meningkat pula.
Pencemaran udara oleh polutan sisa pembakaran kendaraan bermotor di Indonesia dan tahun ke tahun cenderung meningkat. Kondisi pencernaran udara terlebih di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan Bandung tingkat polusi udaranya kini tengah mencapai ambang batas yang membahayakan kesehatan manusia selain juga merusak lingkungan seperti beberapa jenis tanaman yang mati akibat kadar gas buang yang mencemari udara semakin berat. Pencemaran tak dapat terelakkan lagi akibat terus membengkaknya jumlah kendaraan bermotor, di Jakarta sendiri jumlah kendaraan bermotor pada akhir tahun 2002 saja sudah mencapai 3,5 juta unit.
Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta melaporkan kondisi/kualitas pencemaran udara pada tahun 2001 : Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) sebesar 72,15 % tergolong kategori sedang 19,1 % kategori bails, 8,49 % masuk kategori tidak sehat, dan sisanya 0,27 % termasuk kategori sangat tidak sehat. Angkutan darat berperan memberikan kontribusi pencemaran udara dengan komposisi 78,32 % (SO2), 29,18 % (NO2). 62,62 % (Hidrokarbon), 85,78 % (CO), serta debu (partikulat) 6,9 %."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58459
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthia Utami
"ABSTRAK
Latar belakang: Fokus terapi asma adalah mencapai terkendalinya asma secara
adekuat. Childhood Asthma Control Test (CACT) merupakan kuesioner
penilaian terkendalinya asma pada anak yang cepat dan mudah digunakan.
Penggunaan CACT di Indonesia masih terbatas karena kendala bahasa dan
budaya. Sampai saat ini belum ada kuesioner CACT versi Indonesia (terjemahan
CACT ke dalam bahasa Indonesia) yang terbukti sahih dan andal.
Tujuan: Mengetahui kesahihan (validity) dan keandalan (reliability) kuesioner
CACT versi Indonesia.
Metode: Menerjemahkan tujuh pertanyaaan kuesioner CACT menjadi kuesioner
CACT versi Indonesia. Studi potong lintang dilakukan terhadap 66 subjek usia
4-11 tahun yang dipilih secara konsekutif. Semua subjek menjalani uji fungsi paru
dan pemeriksaan peak expiratory flow berkala. Analisis statistik menggunakan
uji Cronbach?s  dan uji korelasi Pearson/ Spearman.
Hasil: Rerata usia subjek penelitian adalah 7,89 tahun (5,25 -11,83 tahun) dengan
proporsi jenis kelamin lelaki lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Sebagian
besar subjek penelitian yaitu 60,4% memiliki status asma tidak terkendali (nilai
kuesioner CACT ≤19). Kuesioner CACT versi Indonesia mempunyai keandalan
(Cronbach?s  0,762) dan kesahihan konstruksi (r= 0,384-0,545) yang baik.Tidak
terdapat korelasi bermakna antara kuesioner CACT versi Indonesia dengan nilai
FEV1 (r =-0,024; p=0,846) dan nilai variabilitas mingguan PEF (r=-0,218;
p=0,079).
Simpulan: Kuesioner CACT versi Indonesia mempunyai kesahihan dan
keandalan yang baik untuk menilai terkendalinya asma. Kuesioner ini tidak
mempunyai korelasi dengan uji fungsi paru sehingga CACT tidak dapat
menggantikan peran uji fungsi paru sebagai salah satu komponen penilaian
terkendalinya asma.

ABSTRACT
Background: The goal of asthma treatment is to achieve control over the asthma
adequately. The Childhood Asthma Control Test (CACT) is a quick and easy-touse
questionnaire for assessing asthma control on children. The usage of CACT in
Indonesia is limited due to the language and culture barrier. To date, there is no
Indonesian version of CACT questionnaire that is proven to be reliable and valid.
The aim of this study was to validate the Indonesian version of this test.
Objectives: To learn the validity and reliability of the Indonesian version of
Childhood Asthma Control Test (I-CACT).
Methods: Translation of the established seven-item questionnaire into the ICACT.
Cross-sectional study was conducted among 66 participants aged 4-11
years old which were recruited consecutively. All patient undergone pulmonary
function test and measured peak expiratory flow (PEF) regularly. The reliability
of I-CACT was assessed using the internal consistency (Cronbach?s ) and the
validity was assesed by the Pearson/Spearman correlation test.
Results: The mean age was 7.89 years (5.25-11.83y) with predominantly boys.
Sixty percent of participants had uncontrollable asthma (score I-CACT ≤19). Both
the internal consistency reliability (Cronbach?s  0.762) and the constructed
validity (r= 0.384-0.545 ) of the I-CACT were good. No significant correlation
was found between the I-CACT score with the FEV1 (r =-0.024; p=0.846) and the
variability of PEF (r=-0.218; p=0.079) respectively.
Conclusions: I-CACT is a valid and reliable test for assessing asthma control.
However, I-CACT does not correlate well with the pulmonary function test and
therefore is not a substitute to the role of pulmonary function in assessing asthma
control."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library