Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamdani
Abstrak :
Anak-anak rentan terhadap berbagai penyakit dan berisiko mengalami rawat inap di rumah sakit. Salah satu masalah yang dapat terjadi pada anak yang mengalami rawat inap adalah masalah gangguan tidur. Penerapan asuhan keperawatan anak harus dapat mengatasi semua permasalahan kesehatan, termasuk gangguan tidur. Oleh karena itu diperlukan teori keperawatan yang dapat membantu perawat mengatasi masalah gangguan tidur. Karya Ilmiah Akhir Spesialis ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi teori Unpleasant Symptom dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah gangguan tidur. Desain yang digunakan adalah dengan metode studi kasus yang didapatkan dari lima kasus terpilih. Teori Unpleasant Symptom mampu memfasilitasi perawat untuk menggali masalah keperawatan khususnya gangguan tidur secara sistematis. Penerapan aromaterapi minyak esensial orange merupakan salah satu intervensi keperawatan yang terbukti dapat mengatasi masalah gangguan tidur. Penerapan teori Unpleasant Symptom dan pemberian aromaterapi minyak esensial orange diharapkan dapat direkomendasikan untuk diterapkan dalam asuhan keperawatan anak yang mengalami gangguan tidur. ......Children are vulnerable to various diseases and are at risk of being hospitalized. One of the problems that can occur in children who are hospitalized is sleep disorders. The application of pediatric nursing care must be able to overcome all health problems, including sleep disorders. Therefore, a nursing theory is needed that can help nurses overcome the problem of sleep disorders. This Specialist Final Scientific Work aims to provide an overview of the application of Theory of Unpleasant Symptom in the pediatric nursing care with sleep disorders. The design used is a case study method obtained from five selected cases. Theory of Unpleasant Symptom is able to facilitate nurses to systematically explore nursing problems, especially sleep disorders. The application of orange essential oil aromatherapy is a nursing intervention that has been proven to be able to overcome sleep disorders. It is hoped that the application of Theory of Unpleasant Symptom and aromatherapy essential orange can be recommended for application in pediatric nursing care who experience sleep disorders.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdani
Abstrak :
Anak-anak rentan terhadap berbagai penyakit dan berisiko mengalami rawat inap di rumah sakit. Salah satu masalah yang dapat terjadi pada anak yang mengalami rawat inap adalah masalah gangguan tidur. Penerapan asuhan keperawatan anak harus dapat mengatasi semua permasalahan kesehatan, termasuk gangguan tidur. Oleh karena itu diperlukan teori keperawatan yang dapat membantu perawat mengatasi masalah gangguan tidur. Karya Ilmiah Akhir Spesialis ini bertujuan untuk memberikan gambaran aplikasi teori Unpleasant Symptom dalam asuhan keperawatan anak dengan masalah gangguan tidur. Desain yang digunakan adalah dengan metode studi kasus yang didapatkan dari lima kasus terpilih. Teori Unpleasant Symptom mampu memfasilitasi perawat untuk menggali masalah keperawatan khususnya gangguan tidur secara sistematis. Penerapan aromaterapi minyak esensial orange merupakan salah satu intervensi keperawatan yang terbukti dapat mengatasi masalah gangguan tidur. Penerapan teori Unpleasant Symptom dan pemberian aromaterapi minyak esensial orange diharapkan dapat direkomendasikan untuk diterapkan dalam asuhan keperawatan anak yang mengalami gangguan tidur. ......Children are vulnerable to various diseases and are at risk of being hospitalized. One of the problems that can occur in children who are hospitalized is sleep disorders. The application of pediatric nursing care must be able to overcome all health problems, including sleep disorders. Therefore, a nursing theory is needed that can help nurses overcome the problem of sleep disorders. This Specialist Final Scientific Work aims to provide an overview of the application of Theory of Unpleasant Symptom in the pediatric nursing care with sleep disorders. The design used is a case study method obtained from five selected cases. Theory of Unpleasant Symptom is able to facilitate nurses to systematically explore nursing problems, especially sleep disorders. The application of orange essential oil aromatherapy is a nursing intervention that has been proven to be able to overcome sleep disorders. It is hoped that the application of Theory of Unpleasant Symptom and aromatherapy essential orange can be recommended for application in pediatric nursing care who experience sleep disorders.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gisda Irwanti
Abstrak :
Latar belakang. Kejang merupakan gejala disfungsi neurologis yang paling sering terjadi pada masa neonatus.Kegagalan mengatasi kejang pada tahap akut berkaitan dengan luaran perkembangan susunan saraf pusat dan kognitif yang buruk. Fenobarbital masih merupakan pilihan obat antikejang lini pertama untuk pengobatan kejang neonatus dan telah digunakan selama beberapa dekade, meskipun bukti ilmiah menunjukkan fenobarbital tidak cukup efektif dalam mengatasi kejang pada periode neonatus yaitu tidak lebih dari 50%. Studi mengenai respons terapi fenobarbital pada kejang neonatus dan  faktor risiko  yang memengaruhi masih sangat terbatas dan belum diketahui secara jelas Metode. Penelitian ini adalah penelitian kohort retrospektif. Penelitian dilakukan dengan penelusuran rekam medis RSCM dengan diagnosis kejang neonatus yang mendapatkan terapi fenobarbital, sejak tanggal 1 Januari 2016 - 31 Desember 2020. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respons terapi fenobarbital pada kejang neonatus dan faktor-faktor risiko yang memengaruhinya. Faktor risiko yang diteliti adalah prematuritas, ensefalopati hipoksik iskemik (EHI), hipoglikemia, hiponatremia, hipokalsemia, infeksi susunan saraf pusat (SSP), perdarahan intrakranial dan jumlah tipe kejang. Analisis bivariat dan regresi multipel logistik dilakukan untuk menilai faktor risiko terhadap tidak responnya terapi fenobarbital. Hasil. Jumlah subjek pada penelitian ini sebanyak 120 subjek neonatus. Respons terapi fenobarbital pada 3 hari pertama yaitu sebesar 72,5% dan sebesar 27,5% tidak respons. Sedangkan respons terapi pada 7 hari total pengamatan sebesar 63,3% dan sebesar 36,7% tidak respons. Berdasarkan statistik faktor risiko yang memengaruhi tidak responsnya terapi fenobarbital adalah EHI [p = 0,033; RR 1,938 ( IK 1,055 - 3,564), hipoglikemia [p= 0,03; RR 2,108 (IK 1,200 - 3,703)], perdarahan intrakranial [p = 0,013; RR 2,197 (IK 1,260 - 3,820)] dan jumlah tipe kejang [p<0,001; RR 7,292 (3,643 - 14,594)]. Jumlah tipe kejang merupakan faktor risiko yang paling signifikan [p = 0,001; RR 2,961 (IK 1,573 - 5,572)]. Kesimpulan. Respons terapi fenobarbital pada kejang neonatus di studi ini cukup tinggi yaitu sebesar  72,5% pada 3 hari pertama dan 63,3% pada total pengamatan 7 hari. Faktor risiko yang paling signifikan meningkatkan risiko tidak responsnya terapi fenobarbital pada kejang neonatus adalah jumlah tipe kejang. Jumlah tipe kejang > 1 meningkatkan risiko tidak respons terhadap terapi fenobarbital 2,9 kali dibandingkan dengan subjek dengan 1 tipe kejang. ......Background. Seizure is the most common symptom of neurological dysfunction in neonates. Failure in the management of its acute stage is associated with poor neurodevelopmental and cognitive outcomes. Phenobarbital is the first-line anticonvulsant and drug of choice for treating neonatal seizures and has been used for decades, despite scientific evidence shows that phenobarbital is less effective to treat neonatal seizures, approximately no more than 50%. Studies on the response to phenobarbital therapy in neonatal seizures and its associated risk factors are still very limited and unclear. Methods. This is a retrospective cohort study, using medical records review at Cipto Mangunkusumo hospital, from January 1, 2016 - December 31, 2020. This study aims to determine the response to phenobarbital therapy in neonatal seizures and the risk factors that influence it. The evaluated risk factors were prematurity, hypoxic ischemic encephalopathy (HIE), hypoglycemia, hyponatremia, hypocalcemia, central nervous system infections, intracranial hemorrhage and number of seizure types. Result. A total of 120 neonates were included. The response to phenobarbital therapy in neonatal seizures is 72.5% in the first 3 days and 63.3%, in the total 7 days of observation. Hypoxic ischemic encephalopathy (HIE) shows to be one of the risk factors that significantly influence negative response [p = 0,033; RR 1,938 (95%CI 1,055 - 3,564), followed by hypoglycemia [p= 0,03; RR 2,108 (95%CI 1,200 - 3,703)], intracranial bleeding [p = 0,013; RR 2,197 (95%CI 1,260 - 3,820)] dan number of seizure types [p<0,001; RR 7,292 (95%CI 3,643 - 14,594)]. Number of seizure types more than one types was the most significant risk factor [p = 0,001; RR 2,961 (95%CI 1,573 - 5,572)]. Conclusion. This study shows 72.5% neonatal seizures responded to phenobarbital in the first 3 days and 63.3% on the 7th day. The most significant risk factors of not responding to phenobarbital therapy is the number of seizure type. Seizure type > 1 increased the risk of not responding to phenobarbital therapy 2,961 times compared with subjects with just 1 seizure type.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library