Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurning Agusriyanti Naris
"Tesis ini merupakan kajian antropologi politik pedesaan yang menjelaskan tentang komunitas muda bernama komunitas pemuda desa. komunitas ini berada di Desa Gusri Kecamatan Wonomulyo Kabupaten Polewali Mandar Sulawesi Barat. Pada pemilihan kepala desa di awal tahun 2022 komunitas ini menunjuk satu perwakilan untuk menjadi salah satu kandidat. Melalui social capital yang di miliki pemuda mereka jadikan kekuatan untuk meredam feodalisme, polarisasi dan politik uang dalam bursa pemilihan kepala desa. Pada penulisan tesis ini, penulis melakukan fieldwork mulai dari pertengahan tahun 2022 hingga awal tahun 2023 dengan menggunakan metode etnografi. Komunitas Komunitas pemuda desa menjadi subjek penelitian dengan analasis kritis teori Bourdie tentang social capital terutama kinship in capital pada sosok kandidat kuat pemilihan kepala desa dan teori power Wolf dalam melihat seberapa besar kekuatan yang harus dihadapi dan dimiliki sebagai tantangan dan upaya komunitas muda di desa. Dari kasus tesis ini, kita dapat melihat bagaimana masyarakat desa memaknai kekuatan dari social capital. Komunitas pemuda desa dan tiap kandidat pemilihan kepala desa. Pemaknaan ini tidak sebatas pada nilai uang dari money politik para kandidat tapi juga makna pembaharuan untuk mengatasi tapi juga menggambarkan pemaknaan pemuda yang membawa satu perubahan terkait karakter kandidat, loyalitas, jaringan sosial akhirnya melemah.  

This thesis is an anthropological study of rural politics that describes a young community called the village youth union. This community is located in GusriVillage, Wonomulyo District, Polewali Mandar Regency, West Sulawesi. In the village head election in early 2022, this community appointed a representative to be one of the candidates. Through social capital owned by youth, they make the power to reduce feudalism, polarization and money politics in the village head election market. In writing this thesis, the author conducted fieldwork from mid-2022 to early 2023 using ethnographic methods. The Village Youth Union community became the subject of research with a critical analysis of Bourdie's theory of social capital, especially kinship in capital in the figure of a strong candidate for the village head election and Wolf's power theory in seeing how much power must be faced and owned as a challenge and effort of the young community in the village. From the case of this thesis, we can see how the villagers interpret the power of the social capital of the Village Youth Union and each candidate for the village head election. This interpretation is not limited to the value of money from the candidates' political money but also the meaning of renewal to overcome but also describes the meaning of youth who bring one change related to the character of the candidate, loyalty, social networks eventually weakened."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Rahmayuni
"ABSTRAK
Kemunculan film Merantau dan The Raid berhasil membawa Pencak Silat lebih dikenal lagi dalam skala nasional maupun internasional. Koreografi yang ditunjukan dalam film disebut sebagai praktik aksi-reaksi, yang merupakan sebuah inovasi bagi HPS Panglipur Jagat. HPS Panglipur Jagat kemudian mencoba untuk menerapkan inovasi ini sesuai dengan kebutuhan kelompoknya agar dapat membantu muridnya menembus dunia global melalui film. Hal tersebut kemudian menjadi menarik karena bukan hanya usaha untuk mengglobal yang coba ditempuh oleh HPS Panglipur Jagat, namun penguatan eksistensi tradisi kelompok yang juga coba dipertahankan. Penelitian ini menggunakan etnografi untuk berupaya menggambarkan proses dan strategi yang digunakan oleh HPS Panglipur Jagat untuk mencapai tujuan mereka dalam menggapai dunia global sekaligus menguatkan eksistensi tradisi yang mereka miliki. Praktik aksi-reaksi kemudian digunakan sebagai bahan untuk memodifikasi gerakan sekaligus menghidupkan kembali pola latihan dalam usaha invensi tradisi kelompok. Invensi tradisi ini kemudian menguatkan kecintaan anggota internal kelompok, yang sekaligus memiliki dampak untuk memperkuat eksistensi HPS Panglipur Jagat dalam dunia global.

ABSTRACT
Merantau and The Raid films bring Pencak Silat to be more leading in scale of national and international. The choreography that shown in the film is called practice of Aksi-Reaksi, which is an innovation for HPS Panglipur Jagat. Then, HPS Panglipur Jagat tried to apply this innovation according to the groups needs, in order to help the students penetrate global world through film. The things become interesting, because HPS Panglipur Jagat not only attempting to be global, but also maintain to strengthening the existence of a groups tradition. By using ethnographic method, this research attempts to describe the process and strategic that used by HPS Panglipur Jagat to achieve their aim in reaching the global world while strengthening the existence of their tradition. Action-reaction practice used as a material to modify the movement while reviving training patterns in attempts to invent group tradition. This tradition of invention strengthens the love between internal members of the group, which also has an impact to strengthen the existence of HPS Panglipur Jagat in the global world.
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muamar Katon Dipoyudo
"ABSTRAK
Identitas merupakan seseuatu yang relasional dan  situasional. Dalam konteks ini, identitas orang Jawa di Desa Bagelen, Lampung  terbentuk dari sebuah relasi sosial antar etnik dan penggunannya akan berubah-rubah sesuai dengan situasi yang ia hadapi. Memahami relasi sosial antar etnik, artinya kita tidak melihatnya secara objektif dan berusaha menempatkan aktor dari individu yang sedang dalam relasi untuk membangun identitas Jawanya. Skripsi ini akan mengkaji bagaimana orang Bagelen membentuk dan mempertahankan identitas Jawanya di tengah kedudukannya di Lampung. Identitas Jawa di Bagelen terbentuk dari sebuah kontak etnik yakni relasi orang Bagelen dengan orang Lampung yang muncul dalam konteks ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Proses konstruksi identitas ini dimanifestasikan dalam bentuk dikotomisasi dan stereotip  yang terjadi antara orang Jawa dan Lampung. Menarik untuk dilihat, bahwa identitas orang Jawa juga dikonstruksi melalui external ascription  yang diciptakan oleh orang Lampung sebagai suatu syarat untuk melegitimasi orang Bagelen adalah orang Jawa. Begitu pun sebaliknya, orang Jawa memperkuat identitasnya, melalui etnosentrisme dan stigmatisasinya terhadap orang Lampung untuk bisa melakukan self identification dan self claim sebagai orang Jawa. Atribut dan ideologi kultural juga bermain secara rumit dalam negosiasi identitas antara siapa yang disebut orang Jawa dan Lampung sehingga pada kasus ini identitas adalah gabungan dari elemen instrumental dan non-instrumental yang terintegrasi secara kompleks.

ABSTRACT
Identity is something that is relational and situational. In this context, Javanese identity in Bagelen Village, Lampung, is formed from a social relationship between ethnic groups and its use will change according to the situation that it faces. Understanding social relations between ethnic groups means that we do not see them objectively and try to place actors from individuals who are in relations to build their Javanese identities. This thesis will examine how the Bagelen people form and maintain their Javanese identity in the middle of their position in Lampung. Javanese identity in Bagelen was formed from an ethnic contact namely the relation of the Bagelen people to Lampung people who emerged in economic, social, political and cultural contexts. The process of constructing this identity is manifested in the form of dichotomization and stereotypes that occur between Javanese and Lampung people. It is interesting to see that Javanese identity was also constructed through external ascription created by Lampung people as a condition to legitimize Bagelen people as Javanese. Likewise, on the contrary, the Javanese strengthen their identity, through ethnocentrism and stigmatization of Lampung people to be able to carry out self-identification and self-claim as Javanese. Cultural attributes and ideologies also play intricately in identity negotiations to determine who is called Javanese and Lampung so that in this case identity is a combination of instrumental and non-instrumental elements that are complexly integrated."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adela Dinda Talita
"Studi mengenai hubungan sosial di tempat kerja telah menunjukkan bahwa hubungan informal, seperti pertemanan, dianggap lebih bermakna bagi para karyawan. Persoalannya, konteks masyarakat kini jarang menumbuhkan hubungan mendalam untuk pekerjaan. Dalam kasus Sekolah 'BM', saya telah menemukan bahwa para karyawan terpecah belah akibat isu ini dan bahwa hal tersebut mempengaruhi praktik dan pengalaman mereka dalam hubungan berbasis tempat kerja. Menggunakan wawancara mendalam dan observasi partisipan, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji praktik pertalian sosial di tempat kerja, alasan di baliknya, dan bagaimana karyawan kemudian menindaklanjuti dan bernegosiasi melalui pertalian tersebut. Saya juga ingin menjelaskan bagaimana konteks khusus suatu tempat kerja dapat memengaruhi pengalaman bekerja karyawan. Berdasarkan temuan penelitian ini, pengalaman diferensiasi karyawan BM dapat dikorelasikan dengan riwayat kekeluargaan dan kekerabatan yang bertentangan dengan perubahan struktural BM untuk menjadi lebih seperti perusahaan. Saya berpendapat bahwa kecenderungan karyawan untuk membedakan dua hal ini dan bertindak sesuai pemahaman mereka menunjukkan suatu kontradiksi nilai. Di lain sisi, ketika tindakan mereka bertolak belakang dengan pemahaman tersebut, maka sedang terjadi suatu negosiasi nilai yang umumnya relasional. Hal ini menunjukkan bahwa nilai-nilai yang berbeda, walau tetap ditindaklanjuti, juga mengalami kompromi dan pada kelanjutannya juga menjadi suatu negosiasi pertalian sosial.

Studies have shown that informal relationships, such as friendships, are considered as more meaningful for employees in the workplace. The issue is that the current societal context rarely cultivates strong relationships for work. In the case of the ‘BM’ School, I have found that the employees are torn on this issue and that it affects their practice and experience of workplace-based relationships. Using in-depth interviews and participant observation, this research aims to examine the practice of social relations in the workplace, the reasoning behind them, and how the employees then act upon and negotiate through them. I also want to explain how the particular context of the workplace may affect the employees’ work experience. Based on the research findings, the BM employees’ experience of differentiation can be correlated with a history of kekeluargaan and kinship which contradicted the structural changes of BM to become more corporate-like. I argue that the tendency of employees to differentiate the two and to act according to their understandings of it shows a contradiction of values. On the other hand, when their actions are the opposite of that understanding, then a negotiation of values is occurring, which is generally relational. This shows that differing values, while acted upon, are also compromised, and hereinafter also becomes a negotiation of social ties."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waworuntu, Amira
"Aliran Metalcore adalah sebuah subgenre dari Heavy Metal yang menggunakan teknik vokal yang berbeda dari sebelumnya, yaitu dengan berteriak atau yang seringkali disebut screaming. Ketika mendengarkan ataupun menyaksikan sebuah lagu dibawakan dengan cara nyanyi berteriak, muncul sebuah anggapan bahwa aliran Metalcore ini membawa dampak negatif karena menerapkan teknik vokal yang keras, intimidatif dan penuh emosi. Tidak jarang teknik vokal screaming ini dianggap meniru 'suara setan'. Pernyataan ini tidak mengherankan apabila mengetahui bahwa memang ada beberapa aliran musik yang sengaja menirukan 'suara setan' tersebut dan menerapkannya ke dalam lagu.
Metalcore tentunya bukan merupakan sebuah aliran musik yang berasal dari Indonesia, namun sudah banyak band yang mulai memainkan aliran ini dan banyak diantaranya yang sudah cukup terkenal. Cara bernyanyi dengan berteriak sudah bukan lagi hal yang baru, namun masih banyak yang menganggap bahwa Metalcore memicu hal-hal negatif kepada para pendengarnya. Masih ada stereotype yang melekat pada screaming. Oleh karena itu, para pelaku Metalcore tanah air melihat bahwa perlu dilakukannya transformasi makna teknik vokal screaming agar menyadarkan masyarakat bahwa apa yang mereka sampaikan melalui teriakan bukanlah bersifat negatif. Caranya adalah dengan menulis lyric lagu yang memiliki pesan positif sesuai dengan norma-norma sosiokultural yang berlaku di masyarakat. Dengan tetap mengacu pada ciri-khas screaming, para pelaku Metalcore tanah air berusaha menyampaikan sebuah pesan moral melalui lyric lagu yang mereka teriakkan.

Metalcore is one of the subgenres of Heavy Metal which uses a vocal technique which differs from many before it called screaming. When one hears or sees a song that is being sung by way of screaming, one tends to associate it with having a negative impact on its listeners because of the loud, intimidative and emotional lyrics. Also, it is not uncommon for screaming to be thought of as an act of trying to replicate Satanic voices. This statement comes at no surprise because as a matter of fact there are certain genres of music that deliberately try to sound Satanic and apply it to the songs that they play.
As we may know, Metalcore is not a genre of music that originates from Indonesia. Even so, there are many bands these days that are performing this genre and many of them are already quite well known. Singing by screaming is no longer considered something new in the music world, yet there are still people who believe that Metalcore triggers negativity towards its listeners. There is still a stereotype attached to the act of screaming. Therefore, they who are active in the Indonesian Metalcore scene realize that there has to be an act of transformation towards the meaning of the screaming vocal technique in order to make people aware that what they are conveying through these screams are not negative. They soon figured out that writing song lyrics that have a positive message in accordance with the sociocultural norms in the society was what had to be done. By continuing to refer to the essence of Metalcore with its screaming, Indonesian Metalcore musicians are trying to convey moral messages through the song lyrics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2011
S1431
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Futaqi
"Skripsi ini membahas berkembangnya teknologi permainan Point Blank yang dengan segala bentuk aplikasinya dapat dimainkan oleh banyak pemain. Permainan online ini memungkinkan terjadinya interaksi para pemain dalam permainan itu sendiri dan dalam forum-forum online. Interaksi offline para pemain juga dilakukan pada saat bermain bersama-sama di warnet. Banyak kompetisi Point Blank membuat permainan tidak hanya untuk mencari kesenangan. Dengan menggunakan kerangka berfikir Victor Turner mengenai ritual, simbol, dan liminalitas, penelitian ini mendeskripsikan ritual para pemain dalam bermain.
Skripsi ini mendeskripsikan pola interaksi online dan offline para pemain dengan menggunakan simbol-simbol baik yang berupa verbal, non verbal, dan tindakan para pemain sebelum kompetisi dan pada saat kompetisi. Penelitian skripsi ini menggunakan metode obsevasi partisipasi di warnet, beberapa tempat kompetisi Point Blank berlangsung dan memperhatikan interaksi para pemain yang berupa teks dalam forum-forum online. Liminalitas yang terjadi adalah pada saat sebelum kompetisi berlangsung. Para Pemain tidak mengetahui siapa musuh mereka dan kemampuan bermain dalam mengalahkan pemain lain. Kompetisi merupakan ajang untuk menunjukkan kemampuan bermain para pemain dan diakui sebagai juara. Kedepannya, kehidupan para pemain baik secara online ataupun offline merupakan arena sosial untuk perlu dikaji lagi dengan menggunakan teori-teori antropologi.
This study discusses the development of technology that allows Point Blank games with its many application to be played by many players. This online game allows interaction of players whitin the game and in online forums. Offline interaction among the players is also performed at the time of playing together at game centers. Many Point Blank competitions have made player see the game not only for pleasure. By using Viktor Turner‟s framework on ritual, symbols, and liminality, this study describes the ritual of the players in playing Point Blank.
This study describes the interaction patterns of online and offline players with the use of symbols in verbal and non verbal actions of the players before the competition. This research uses participant observation methods in the game center, Point Blank competion arenas and payattention to the interaction of the players through text in online forums. Liminality occurs just before the competition. The players do not know their enemies, nor their ability to play and defeat other players. Competition is an opportunity to show their ability to play and be recognized as champions. In the future, lives of players either online or offline is a social arena to be assessed again using anthropological theories.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andamar Pradipta
"ABSTRAK

Skripsi ini membahas bagaimana dan mengapa sebuah grup musik „gothic black metal‟ mampu menggunakan musik mereka dan persona „setan‟ yang mereka gunakan untuk membawa pesan yang sifatnya justru melawan „setan‟. Penelitian dilakukan dengan meneliti salah satu grup „gothic black metal‟ lokal yang bernama Kedjawen. Para personil Kedjawen merasa bahwa dosa, alam baka, dan hari kiamat yang telah dijanjikan oleh kitab-kitab agama samawi merupakan halhal yang nyata ada. Lirik-lirik Kedjawen berisi pesan-pesan yang bersifat „mengingatkan‟ para pendengar akan hal-hal tersebut. Meskipun musik dan persona panggung yang digunakan para personil membawa penggambaran sifatsifat „setan‟, Kedjawen tetap membawa pesan-pesan yang bersifat melawan „setan‟ dan berpihak kepada siapa saja yang menentang „setan‟. Ini disebabkan oleh ketakutan para personil Kedjawen akan janji-janji agama samawi mengenai dosa, alam baka, dan hari kiamat yang membuat mereka secara teleologis masih menantikan surga terlepas dari bagaimana mereka berekspresi.


ABSTRACT

This thesis examines how and why a „gothic black metal‟ band could possibly use their music and „demonic personas‟ to deliver messages that are actually against „demons‟. This research is done by examining a local (Indonesian) „gothic black metal‟ band called Kedjawen. The members of the band feel that sins, afterlife, and the doomsday are real, as explained and promised by the celestial religions. The band‟s songs contain „reminding‟ messages about those things explained by the celestial religions. Even though the band‟s music and stage personas depict the characteristics of the „demons‟, the messages they deliver are strictly against and siding anyone who is against „demons‟. The members‟ fear of sins, afterlife, and doomsday make them teleologically still long for heaven regardless the way they express themselves.

"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55434
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Rianda Silva
"[Skripsi ini mendeskripsikan interpretasi penonton beretnis Tionghoa di Yayasan Pancaran Tridharma, Bekasi terhadap film Babi Buta yang Ingin Terbang. Film tersebut bercerita tentang kegamangan identitas yang dirasakan oleh masyarakat Tionghoa di Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan interpretasi yang dilakukan penonton dipengaruhi oleh realita dan pengalaman mereka masing-masing. Oleh karena itu, hasil interpretasi mereka terhadap film ini juga berbeda-beda. Sebagian penonton menganggap film ini adalah gambaran kehidupan mereka, sebagian lain menganggap ini sebuah pembelajaran sejarah dan yang lainnya menganggap film ini sama sekali tidak menggambarkan kepentingannya, justru berbahaya bagi kondisi Indonesia secara umum. Terlepas dari hal tersebut, semua penonton menyetujui jika film ini merepresentasikan sebagian kehidupan etnis Tionghoa di Indonesia., This thesis describes the interpretation from Chinese spectators in Yayasan Pancaran Tridharma, Bekasi about a film-The Blind Pig Who wants to Fly. That film is talk about the nervousness of being Indonesian Chinese. The result of this research shows that the interpretation from the spectators is influenced by their reality and experiences. Therefore, their interpretations about this film are also deliver different meaning. Part of them considers the film as the illustration of their life, the other one considers it as the lesson from the past, and the last one does not feel anything about this film instead, he claims this film can endanger Indonesia situation. Regardless, all of the spectator agree that this film represents a part of Indonesian-Chinese life.]"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S59950
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Huwaida
"Dance Cover merupakan salah satu kegiatan mengikuti gerakan tarian dari para artis K-pop. Anggota dance cover dituntut untuk memiliki kemiripan dari segi gerakan,kostum ,postur tubuh serta ekspresi yang ditampilkan. Namun, perilaku tersebut sering mendapatkan stereotip buruk di dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, melalui penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara mendalam dan pengamatan berperan ini saya akan mencoba untuk melihat identitas dan ekspresi gender serta tanggapan dari keluarga dan teman sebaya terhadap identitas dan ekspresi gender yang mereka tunjukkan. Dari penelitian yang dilakukan terhadap enam orang remaja pria yang mengikuti dance cover terlihat bahwa identitas gender mereka adalah laki-laki,namun mereka mengekspresikan gender mereka secara androgini dan sudah mulai ada keluarga serta teman-teman sebaya mereka yang tidak bermasalah dengan ekspresi gender yang mereka tunjukkan.
Dance cover is one of the activities to follow the dance move from the K-pop artist. All the members of dance cover need to have the similarities in their dance relate to costume, posture and expression with the K-pop who they covered. However their behavior was often get a bad stereotype in Indonesia society. Therefore with this research with using qualitative approach with in-depth interviews and participative observation methods, I will try to describe their identity and gender expression as well as feedback from their family and friends from the identity and gender expression as their appearance. The research was conducted against six boys who followed a dance cover showed that the identity of their gender were a boy but they not expressed their gender as masculine. They express the gender as a androgyny and nowadays their family and some friends not bothered at all with their gender expression that they show up."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62691
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Chaktiaji Zulfiqar
"ABSTRAK
Vans sebagai merek internasional sudah digandrungi anak muda di Indonesia, khususnya di Kota Bekasi, hingga menginspirasi beberapa dari mereka untuk mendirikan sebuah komunitas pecinta merek tersebut. Mereka membeli dan memakai sneakers Vans untuk mencapai kepuasan pribadi dan memenuhi hasrat mereka. Anggota Vanshead Bekasi menunjukkan koleksi sneakers Vans yang mereka punyai, baik ketika diadakannya pertemuan ataupun lewat media sosial yang mereka kelola. Tidak hanya asal membeli produk tersebut, sebuah sneakers Vans mempunyai makna bagi mereka. Sneakers Vans yang mereka memiliki makna yang berbeda terkait perjuangan yang mereka lalui dalam proses membelinya hingga mendapatkannya. Hal tersebut menyebabkan sneakers Vans bagi mereka bukan hanya sebuah alas kaki tapi lebih dari itu, ada makna khusus untuk sebuah sneakers Vans.

ABSTRACT
Vans as an International brand has been loved by young people in Indonesia, especially in Bekasi City, it has even inspired some of them to establish a community that consist of some young people who love the product. They vie to buy and wear Vans? sneakers for a personal satisfaction and to meet their desires. Bekasi?s Vanshead members exhibit their Vans? sneakers, either in meetings or the social media they manage. Not only the origin of the product purchased, Vans sneakers have meaning for them. Vans? sneakers have different meanings related to the struggles they went through in the process of buying and getting it. Thus, Vans? sneakers to them are not only footwear but more than that, have a special meanings for a Vans? sneakers.;"
2016
S64101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>