Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahsa Faraji
"Konsumsi harian minuman berpemanis gula di kalangan remaja perkotaan Indonesia telah ditingkatkan kekhawatiran untuk mengubah pengetahuan, sikap, dan praktik mereka ke arah pilihan minuman yang lebih sehat. Studi ini bertujuan untuk menilai penerimaan modul pendidikan pada minuman berpemanis gula yang dikembangkan di kalangan remaja perkotaan di Jakarta. Penelitian ini dilakukan di 5 sekolah menengah atas terpilih pada bulan Januari hingga Mei 2024. Penelitian ini bersifat mixed-method, meliputi analisis kuantitatif skor pengetahuan, sikap, dan praktik terhadap minuman berpemanis gula dan analisis kualitatif untuk Diskusi kelompok terfokus dengan remaja yang memiliki skor pengetahuan, sikap, dan praktik berbeda. Data kualitatif ditriangulasi melalui wawancara mendalam dengan guru dan para ahli. Data kuantitatif menyoroti konten pendidikan yang diperlukan untuk modul pendidikan, sedangkan data kualitatif dikumpulkan dan diuraikan, diikuti dengan analisis tematik. 1, 2, dan 3 dari 10 remaja perkotaan yang mengikuti survei informatif memiliki sikap, pengetahuan, dan praktik pada minuman berpemanis gula yang baik. Modul pendidikan pada minuman berpemanis gula mencakup informasi mengenai contoh minuman berpemanis gula dan efek sampingnya, jenis gula, dan fakta nutrisi. Beragam media dikembangkan dari modul ini, termasuk satu poster elektronik, buku elektronik, serangkaian video berdurasi 30 detik di TikTok, video satu animasi untuk dibagikan di YouTube, PowerPoint, dan model-model makanan yang memfasilitasi kuliah interaktif untuk berlatih dan menemukan jumlahnya gula di minuman berpemanis gula favorit remaja perkotaan. Video pendidikan mendapat penerimaan tertinggi. Ajakan bertindak dalam buku elektronik ini ditambahkan pada diskusi langsung di kalangan remaja. Video yang diilustrasikan dengan narasi peneliti dan pribadi meningkatkan pemahaman. Bahasa, palet warna, dan alurnya disesuaikan agar lebih mudah dipahami oleh remaja. Penelitian ini menunjukkan bahwa modul pendidikan informatif pada minuman berpemanis gula dengan menggunakan video edukasi, dan media berbasis teks dengan ilustrasi warna-warni, serta kuliah interaktif menggunakan PowerPoint, permainan, dan pembelajaran berbasis masalah, diterima oleh remaja perkotaan.

The daily consumption of sugar-sweetened beverages (SSBs) among Indonesian urban adolescents has raised concerns about changing their knowledge, attitude, and practice (KAP) towards healthier beverage choices. This study aimed to assess the acceptance of the developed education module on SSBs among urban adolescents in Jakarta. The study was conducted in 5 selected senior high schools from January to May 2024. This study was a mixed method, including quantitative analysis for KAP scores towards SSBs and qualitative analysis for focus group discussion with adolescents with different KAP scores. Qualitative data were triangulated by in-depth interviews with teachers and experts. Quantitative data highlighted the necessary education content for the education module, meanwhile, qualitative data was collected and decoded, followed by thematic analysis. 1, 2, and 3 out of 10 urban adolescents who joined the informative survey had good SSBs’ attitudes, knowledge, and practice. The education module on SSBs includes information regarding SSBs examples and side effects, sugar types, and nutrition facts. Diverse media were developed from the module, including e-poster, e-booklets, a series of 30-second videos on TikTok, an animation video to share on YouTube, PowerPoint, and food models facilitating the interactive lecture to practice and find the amount of sugar in the urban adolescents’ favourite SSBs. The educational videos received the highest acceptance. A call to action in the e-booklet is added to direct discussion among adolescents. Videos illustrated by the researcher and personal narrations enhanced the comprehension. The language, colour palette, and flow were adjusted to make it easier for adolescents to understand. This study indicated that the informative educational modules on SSBs using educational videos, and text-based media with colourful illustrations, alongside the interactive lecture using PowerPoint, games, and problem-based learning, were accepted by urban adolescents. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Nurhidayati
"Kondisi terkini masalah gizi kurang pada ibu dan anak di tingkat global masih tinggi, termasuk di Indonesia. Sebagai respon terhadap kesehatan ibu, bayi, dan anak, World Health Organization (WHO) telah mengeluarkan rekomendasi tentang perawatan antenatal (ANC) yang telah diperbarui pada tahun 2020 dengan edisi khusus tentang suplementasi multi mikro nutrien (MMN) selama kehamilan. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki pengelolaan dan penerimaan MMN bagi ibu hamil di Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologi yang dilakukan di Kabupaten Sidoarjo selama bulan April sampai Mei 2022. Informan penelitian ini terdiri dari 23 orang dari pemangku kepentingan terkait serta 28 orang dari penerima manfaat program. Seluruh data yang diperoleh dalam penelitian ini diinterpretasikan menggunakan template analysis. Kebijakan dan koordinasi multi-pihak terkait program MMN di Kabupaten Sidoarjo telah terbentuk dan melibatkan pemerintah kabupaten, organisasi masyarakat, universitas, puskesmas, bidan, dan kader. Produk MMN yang tersedia di Kabupaten Sidoarjo terdiri dari produk Laduni sebagai bagian dari program kabupaten yang didukung oleh organisasi masyarakat, serta produk komersial yang dijual di pasaran. Meskipun produk Laduni adalah produk impor, beberapa upaya telah dilakukan untuk mengeksplor potensi produksi dalam negeri seperti studi awal dengan universitas, diskusi dengan industri lokal, serta inisiatif untuk membagikan formulasi MMN kepada industri lokal. Mekanisme pengiriman program MMN menggunakan platform yang sudah ada yang sama dengan program tablet tambah darah (TTD) melalui layanan ANC. Penerima manfaat memiliki dukungan yang cukup luas dari suami dan orang tua, serta melalui kelas ibu hamil oleh puskesmas, dan kunjungan rumah oleh bidan dan kader. Penerima manfaat mengonsumsi produk MMN sehari sekali dan tidak ada mitos atau larangan untuk mengonsumsi produk MMN. Berdasarkan survei awal yang dilakukan oleh universitas, tidak ada perbedaan antara kepatuhan konsumsi MMN dan TTD. Namun, media komunikasi terkait MMN masih terbatas dibandingkan TTD dimana kemasan dan label MMN adalah satu-satunya media konseling. Mekanisme pemantauan dan evaluasi masih perlu ditingkatkan karena survei cakupan dan studi efektivitas masih belum tersedia. Program MMN di Kabupaten Sidoarjo telah berhasil diimplementasikan melalui koordinasi multi-pihak, meskipun media komunikasi serta mekanisme pemantauan dan evaluasi masih perlu ditingkatkan.

Current condition of maternal and child undernutrition in the global level still remain high, including in Indonesia. In order to response maternal, infant, and child health, World Health Organization (WHO) has launched recommendations on antenatal care (ANC) which was updated in 2020 with special issue about multiple micronutrient supplements (MMS) during pregnancy. This study aimed to investigate the management and acceptance of the MMS for pregnant women in Sidoarjo District. This study was qualitative study using phenomenological approach which conducted in Sidoarjo District during April to May 2022. Informants of this study consisted of 23 people from the relevant stakeholders and 28 people from the beneficiaries. Interpretation of all collected data in this study used template analysis. Policy and multi-stakeholder coordination for MMS program in Sidoarjo District has been established and involved district government, civil society organization (CSO), university, public health center (PHC), midwife, and cadre. MMS product in Sidoarjo District consisted of Laduni product as part of the district program which supported by CSO and commercial product which sold in the marketplace. Even though the Laduni product was import product, several efforts have been conducted to explore potential domestic production such as initial study with the university, discussion with the local industry, as well as initiative to share the MMS formulation to the local industry. Delivery mechanism of MMS program used existing platform which similar with iron folic acid supplementation (IFAS) through ANC services. Beneficiaries have wide supporting system from their husband and parents, as well as pregnant woman class by PHC, and home visit by midwife and cadre to consume MMS. Beneficiaries consumed MMS product once every day and there was no myths or prohibition related to MMS consumption. Based on the initial survey of the university, there was no different between adherence of MMS consumption compared to IFAS. However, communication materials of MMS were limited compared to IFAS where MMS package and labeling was the only one counseling material. Monitoring and evaluation mechanism was necessary to be improved since the coverage survey and effectiveness study were unavailable. MMS program in Sidoarjo District has been successfully implemented through multi-stakeholder coordination, despite the communication materials as well as the monitoring and evaluation mechanism are necessary to be improved."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Hasna Arifa
"Prevalensi obesitas di kalangan orang dewasa di Indonesia relatif tinggi, dengan faktor kontribusi seperti kualitas diet dan praktik makan. Diantara praktik-praktik tersebut, sarapan memiliki signifikansi sebagai kebiasaan penting untuk menjaga kesehatan, dengan variasi dalam aspek sosial dan temporal. Penelitian ini menggunakan data dari Indonesian Food Barometer (IFB) tahun 2018 untuk mengeksplorasi hubungan antara praktik sarapan dan variabel covariate (karakteristik sosiodemografi dan ekonomi, termasuk usia, jenis kelamin, pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, dan jenis tempat tinggal) dengan skor diet quality index international (DQI-I) di kalangan orang dewasa di daerah pedesaan dan perkotaan. Variabel independen mencakup berbagai praktik makan sarapan, seperti lokasi makan, teman makan, persiapan makan, melewatkan sarapan, dan aktivitas saat makan. Penelitian ini difokuskan pada 770 orang dewasa Indonesia berusia 26-45 tahun, menggunakan analisis statistik melalui Chi-square (p<0.05) dan regresi linear untuk menilai hubungan antara kualitas diet dan variabel independen. Skor DQI-I menunjukkan 48 dan 46 untuk daerah pedesaan dan perkotaan, masing-masing, menandakan kategorisasi sebagai diet buruk (skor <60). Perlu dicatat bahwa terdapat hubungan antara praktik sarapan, khususnya aktivitas saat makan, dan skor kualitas diet (skor total DQI-I) di kalangan responden di daerah pedesaan. Namun, tidak terdapat hubungan signifikan antara praktik sarapan dan skor kualitas diet di kalangan responden di daerah perkotaan. Perbedaan karakteristik yang diamati antara populasi perkotaan dan pedesaan mungkin memengaruhi praktik sarapan yang berbeda dan dampaknya terhadap skor kualitas diet. Untuk mengatasi hal ini, promosi diet dan dorongan terhadap praktik sarapan yang lebih sehat sangat diperlukan baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.

The prevalence of obesity among adults in Indonesia is relatively high, with contributing factors such as diet quality and eating practices. Among these practices, breakfast holds significance as a crucial habit for maintaining health, exhibiting variations in social and temporal aspects. This study utilized data from the 2018 Indonesian Food Barometer (IFB) to explore the association between breakfast practices and covariate variables (sociodemographic and economic characteristics, including age, gender, job, education level, income level, and type of living) with diet quality index international (DQI-I) scores among adults in both rural and urban areas. The independent variables encompassed various breakfast eating practices, such as eating location, eating companion, meal preparation, skipping breakfast, and activity while eating. The study focused on 770 Indonesian adults aged 26-45 years, employing statistical analysis through Chi-square (p<0.05) and linear regression to assess the association between diet quality and independent variables. DQI-I scores revealed 48 and 46 for rural and urban areas, respectively, indicating a categorization as poor diet (score <60). Notably, an association was found between practices at breakfast, specifically activity while eating, and diet quality scores (DQI-I total score) among rural respondents. However, in urban respondents, no significant association was observed between breakfast practices and diet quality scores. The observed differences in characteristics between urban and rural populations may influence distinct practices at breakfast and subsequently impact diet quality scores. To address this, dietary promotion and the encouragement of healthier breakfast practices are crucial in both urban and rural settings."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfi Rahma Putri
"Latar Belakang: Buruknya kualitas pola makan anak-anak dapat berkontribusi terhadap berbagai masalah kesehatan pada anak. Mengontrol salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pola makan anak, seperti Appetitive Traits (perilaku makan), mungkin akan berkontribusi dalam meningkatkan kualitas pola makan anak. Oleh karena itu, studi ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara kualitas pola makan dengan appetitive traits (perilaku makan) pada anak usia 2-6 tahun di Jakarta.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan di Kelurahan Pejagalan, Jakarta Utara. Studi ini diikuti oleh 263 ibu yang memiliki anak usia 2-6 tahun. Namun untuk analisis data yang berkaitan dengan kualitas pola makan, 68 subjek dikeluarkan karena under/over-reporting asupan energi. Dietary recall 24 jam digunakan untuk menilai asupan pada anak dan Diet Quality Index-Internation digunakan untuk menilai skor kualitas pola makan pada anak-anak. Appetitive traits (perilaku makan) dinilai dengan menggunakan kuesioner perilaku makan anak (Child eating behavior questionnaire). Untuk analisis multivariat, kami juga memasukkan praktik pemberian makan oleh orang tua dan lingkungan makanan rumah sebagai kemungkinan prediktor kualitas makanan di antara anak-anak.
Hasil: Total skor dari kualitas pola makan pada subjek studi ini dikategorikan buruk. Peningkatan skor kualitas pola makan berkaitan dengan menurunnya skor sifat makan berlebihan secara emosional (emotional overeating). Selain itu, peningkatan skor komponen moderasi dari kualitas pola makan berkaitan dengan peningkatan skor sifat responsif terhadap rasa kenyang. Berdasarkan analisis linear regresi, usia anak, pendidikan ibu, ketersedian sayur dan buah merupakan predictor signifikan dari kualitas pola makan anak usia 2-6 tahun.
Kesimpulan: Selain usia anak, tingkat pendidikan ibu dan ketersediaan sayur dan buah di rumah sebagai prediktor yang signifikan dari kualitas diet pada anak, sifat makan berlebihan secara emosional (emotional overeating) juga memiliki korelasi yang signifikan dengan skor kualitas diet anak. Hal ini menunjukkan adanya potensi penggunaan penilaian sifat makan berlebihan secara emosional atau emotional overeating untuk mengidentifikasi risiko kualitas diet yang buruk pada anak-anak serta untuk merencanakan intervensi terpadu dalam upaya perbaikan pola makan pada anak-anak.

Background: Poor diet quality can contribute to various health-related problem. Controlling the factors that influence children’s diet such as appetitive traits may contribute to improve quality of diet among children. Therefore, this study aimed to assess correlation between diet quality score and appetitive traits among children aged 2-6 years.
Methods: This cross-sectional study was conducted in Pejagalan Village, North Jakarta. Accordingly, 263 mothers with children aged 2-6 years complete the study. But for analysis related to diet quality, 68 respondents were excluded due to under/over-reporting energy intake. Two times 24-hour recall was used to measure dietary intake among children and Diet Quality Index-International was used to assess diet quality score among children aged 2-6 years. Appetitive traits were measured using Child Eating Behavior Questionnaire. For the multivariate analysis, we also included parental feeding practice and home food environment as possible predictors of diet quality among children.
Result: Total diet quality score among children in this study was classified as poor. Higher score of diet quality was related with lower score of emotional over eating trait, and higher score of moderation component of diet quality was related with child who were more responsive to satiety. Then, child’s age, mother’s educational level, fruits availability, and vegetables availability were significant predictors of diet quality among our subjects.
Conclusion: In addition to child’s age, mothers' education levels and vegetables and fruits availability as the significant predictor of diet quality among the children, child’s emotional overeating has significant correlation with the diet quality score. This finding suggests the potential use of children's emotional overeating assessments to identify the risk of poor diet quality and to plan an integrated intervention for dietary improvement among children.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Wandini
"Secara umum studi cross sectional ini bertujuan untuk mengetahui status gizi dan praktik pemberian makan yang diterima oleh anak usia 0-59 bulan yang tinggal di panti asuhan di Jakarta. Penelitian dilakukan di tiga panti asuhan yang dikhususkan untuk menampung anak usia balita. Sebanyak 144 anak usia balita di panti dilibatkan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil studi, sebesar 21.9% anak termasuk dalam kategori gizi kurang, 35.2% pendek, dan 6,5% kurus. Hampir 90% anak yang kebutuhan protein dan vitamin A nya terpenuhi, namun lebih dari 90% anak yang kebutuhan zinc nya tidak terpenuhi. Pada kenyataannya, kandungan gizi pada makanan yang disajikan oleh panti pun tidak memenuhi kebutuhan anak untuk zinc.
Penelitian ini menemukan beberapa praktik pemberian makan yang tidak tepat seperti, tipe makanan dan respond pengasuh yang tidak tepat, juga praktik pemberian makan saat anak sakit dan dalam masa pemulihan. 71,5% anak menderita ISPA dan 22,2% menderita diare, sementara 18.8% anak menderita ISPA dan diare. Penelitian ini menemukan beberapa praktik yang tidak tepat seperti dalam hal penanganan makanan, penggunaan botol makanan (bottle feeding), tidak praktik cuci tangan yang tidak dilakukan oleh anak maupun pengasuh ketika menyajikan makanan atau menyuapi anak, serta beberapa hal lain yang dapat memungkinkan terjadinya kontaminasi silang ataupun memudahkan terjadinya penyebaran penyakit menular.

In general, this cross sectional study aims to explore nutritional status and feeding practice received by orphanage children aged 0-59 months in Jakarta. This study was conducted in three orphanages that are specifically accomodate under five children. Totally, 144 under five children in the orphanages were included in this study. This study found, 21.9% of children were underweight, 35.2% were stunting, and 6.5% were wasting. Almost 90% children had adequate protein and vitamin A, but more than 90% of them had zinc inadequacy. In fact, nutrient content in the food served by orphanage was also not fulfilled child's requirement for zinc.
This study found inappropriate feeding practice received by children, i.e in appropriate food type, inappropriate respond from caregiver during feeding and improper feeding during illness and recovery. 71.5% of children were suffered from ARI, 22.2% suffered from diarrhea and 18.8% children suffered from ARI and diarrhea. This study found some inappropriate practice of food handling such as the use of bottle feeding, hand-washing which was not practiced by children or caregivers when serve food or feeding children, as well as some other things that could allow cross-contamination, or facilitate the spread of infectious diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31539
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yori Novrianto
"ABSTRAK
Hasil dari studi menunjukkan adanya variasi tempat tinggal terhadap
kejadian SCOWT di daerah urban dan rural dengan MOR 2,2 dan 1,3. Setelah
karateristik anak dan ibu dimasukkan ke dalam model terjadi penigkatan MOR
pada daerah urban dan rural menjadi (MOR untuk karakteristik anak 2,6 dan 2.0
dan MOR untuk karakteristik ibu 2,7 dan 2,5). Tidak ada dari komunitas
karakteristik yangbisa menerangkan kejadian SCOWT pada komunitas. Oleh
karena itu, peran dari komunitas perlu dieksplorasi lebih jauh dengan
menggunakan analisa multilvel. Untuk menghambat beban ganda masalah gizi
pada daerah urban dan rural, lingkungan post natal dan prenatal harus menjadi
target intervensi.

ABSTRACT
Multilevel logistic regression was performed to investigate the differences
in potential explanatory factors of SCOWT pairs.Without considering any
covariates there was a community level variance in explaining SCOWT in urban
and rural regions. The MOR for SCOWT in both regions was 2.2 and 1.3. After
inclusion of child characteristics the MOR became 2.6 and 2.0. After being
adjusted with maternal characteristics the MOR became 2.7 and 2.5. None of the
community characteristics in the study explain the variation of SCOWT at
community. The roles of community characteristics with multilevel analysis need
further exploration. To tackle the double burden of malnutrition in both regions,
the prenatal and postnatal intervention supposed to be considered."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Miftahul Jannah
"Antenatal care (ANC) merupakan program yang efektif untuk mencegah dan mengatasi anemia selama kehamilan. Studi ini bertujuan untuk menilai pelayanan antenatal care dan hubungannya dengan status anemia pada ibu hamil di Jakarta Timur. Studi potong lintang ini dilaksanakan pada 285 ibu dengan kehamilan ≥32 minggu. Pelayanan ANC dan kadar hemoglobin dinilai.
Studi menunjukkan bahwa ibu hamil dengan skor pengetahuan rendah?sedang tentang gejala berbahaya kehamilan dan peran keluarga dalam ANC, secara bermakna lebih rendah berresiko menderita anemia. Hal ini terkait dengan kecenderungan lebih baiknya konsumsi suplemen/multivitamin yang mengandung zat besi oleh subyek dengan skor rendah?sedang.

Antenatal care (ANC) is an effective program to prevent and overcome anemia during pregnancy. This study aimed to assess ANC services and its association with anemia status among pregnant women in East Jakarta. A cross sectional study was conducted among 285 pregnant women with ≥32 weeks gestation. ANC services and hemoglobin level were assessed.
This study showed pregnant women with low?medium score on education related to danger sign on pregnancy and family role on maternal care, had significantly lower risk of anemia. This contrary results was due to a tendency of better supplement/multivitamin containing iron consumption by subjects with lower-medium score.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tran Thi Hai
"ABSTRAK
Malnutrisi akut merupakan risiko tinggi kematian pada anak usia dibawah lima
tahun. Vietnam memerlukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan ambang
batas optimal ukuran Lingkar-Lengan-Atas (LILA) guna meningkatkan akurasi
indikator LILA pada screening anak kurus usia 6-59 bulan. Survei telah dilakukan
di 16 kecamatan pada empat provinsi Midlands Utara dan daerah pegunungan.
Data dari 4764 subjek anak menunjukkan bahwa ambang batas LILA optimal
adalah 13,5 cm. Hal ini memungkinkan masuknya 65% anak-anak dengan skor-Z
berat-untuk-tinggi (WHZ) kurang dari -3SD. LILA kurang dari 13,5 cm perlu
dipertimbangkan untuk menentukan anak kurus selain ukuran berat-untuk-tinggi
(WHZ) kurang dari -3SD.

ABSTRACT
Acute malnutrition remains extreme risk of mortality among children under five. Vietnam
needs further study to establish the optimal Mid-Upper-Arm Circumference (MUAC) cutoff
to improve the accuracy of MUAC indicator in screening wasting children aged 6-59
months. A survey was conducted at all 16 sub-districts across four provinces in Northern
midlands and mountainous area. The data of 4764 children showed that the optimal
MUAC cut-off 13.5 cm would allow inclusion of 65% of children with a Weight-for-
Height z-score (WHZ) less than -3SD. MUAC less than 13.5 cm should be considered to
measure in parallel an in addition to WHZ less than -3SD"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilmia Fahmi
"Perubahan musim memiliki dampak serius pada kualitas makanan. Oleh karena itu, kami menginvestigasi hubungan antara skor healthy eating index HEI dan status gizi pada wanita usia subur di dua musim di daerah pedesaan, Kabupaten Buol. Studi longitudinal dilakukan pada musim panen dan musim non-panen. Semua wanita n=153 di musim non-panen dan 98 wanita n=150 di musim panen termasuk dalam kategori poor diet. Total skor HEI lebih tinggi secara signifikan pada musim panen dibandingkan musim non-panen p=0.026 . Ada hubungan positif antara skor HEI dengan indeks massa tubuh ?=0.113, p=0.043 setelah dikontrol dengan musim dan karakteristik demografi.

Seasonal change has serious impacts on diet quality. Therefore, we investigated the association between healthy eating index HEI score and nutritional status of reproductive aged women across two seasons in rural areas of Buol District. A longitudinal study was conducted in lean and harvest seasons. All women n 153 in lean season and 98 women n 150 in harvest season had poor diets HEI"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laila Mardiana Rohmatillah
"Indonesia menghadapi tantangan besar dalam buruknya praktik Pemberian Makan pada Bayi dan Anak PMBA . Salah satu intervensi yang telah dilakukan oleh pemerintah adalah program pelatihan PMBA bagi kader posyandu yang diselenggarakan oleh MCA-I pada tahun 2016. Penelitian ini tidak memberikan pelatihan dan hanya bertujuan untuk mengevaluasi dampak pelatihan PMBA dengan membandingkan pengetahuan dan praktik ibu terkait pemberian makan pada bayi dan anak yang tinggal di daerah yang sudah mendapatkan pelatihan PMBA dan daerah yang belum mendapatkan pelatihan PMBA.
Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan metode kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan dengan mewawancarai pengasuh yang mempunyai balita berumur 0-23 bulan di kedua wilayah. Informasi tentang implementasi pelatihan PMBA di lapangan di dapatkan dengan mewawancarai kader posyandu, staff puskesmas, staff dinas kesehatan dan staff MCA-I. Data untuk kuantitatif dianalisis menggunakan chi-square test dan analisis multivariate. Kemudian data kualitatif dianalisis menggunakan koding dan identifikasi tema dari transkrip verbatim menggunakan software Dedoose.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengasuh yang tinggal di daerah tempat dilakukannya pelatihan PMBA mempunyai pengetahuan yang lebih baik daripada pengasuh yang tinggal di daerah non-pelatihan PMBA. Terdapat perbedaan pengetahuan pengasuh di daerah pelatihan PMBA dan non-pelatihan PMBA p.

Indonesia was facing big challenge of having high of poor in Infant and Young Child feeding IYCF practices. One of intervention has been done by government was IYCF training program in posyandu cadres that was organized by MCA I in 2016. This study did not conduct the training and only aimed to evaluate impact of IYCF training program by comparing IYCF knowledge and practice of caregivers living in IYCF training program and non IYCF training program.
Cross sectional study was conducted using qualitative and quantitative approach mixed methods . Data were collected through interview with caregivers who have children 0 23 months both in IYCF training area and non IYCF training area. In depth interviews were conducted with key informants i.e. posyandu cadres, puskesmas staff, district health office staff, and MCA I staff to understand the implementation of IYCF training program. Data analysis for quantitative data was done with statistical test using chi square test and multivariate analysis. Thus, data analysis for qualitative data was done through coding and identifying themes from verbatim transcripts using Dedoose software.
The study shown that caregivers in IYCF training area have better knowledge than caregivers in non IYCF training area. There was significant different in caregivers rsquo knowledge in IYCF training area and non IYCF training area p.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>