Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 88 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bernadetha Lista Yuniar Ekandri
"Pendidikan adalah hal yang sudah dianggap mutlak oleh setiap individu untuk dijalaninya dalam rangka menimba ilmu dan memperoleh kompetensi tertentu. Sebagian besar masyarakat Indonesia, secara terencana dan terorganisir, menjalani pendidikannya ini pada jalur pendidikan sekolah, yang terdiri atas : pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Memasuki jenjang pendidikan menengah, seorang individu mulai dihadapkan pada beragamn pilihan jenis pendidikan menengah. Hal ini menyiratkan bahwa seorang remaja yang akan melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan menengah, diharapkan sudah dapat menentukan pendidikan menengah jenis apa yang akan dipilihnya sebagai jenjang yang akan menjembataninya memasuki pendidikan tinggi atau dunia kerja Namun tidak jarang seorang remaja yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan menengah justru mengalami kebingungan dalam memilih jurusan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Salah satunya contohnya adalah calon siswa SMK yang bingung dalam menentukan program keahlian yang sebaiknya dipilihnya ketika akan memasuki SMK tertentu. Agar dapat membantu calon siswa SMK yang mengalami kebingungan dalam memilih program keahlian maka cara yang dapat ditempuh adalah dengan menyesuaikan karakteristik pribadinya dengan tuntutan lingkungan dan suatu program keahlian yang tersedia. Salah satu karakteristik kepribadian yang panting untuk disesuaikan adalah minat kejuruan. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengungkap/memahami minat kejuruan siswa, salah satunya, adalah dengan menggunakan inventori minat kejuruan. Namun saat ini inventori minat kejuruan yang tersedia belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan masyarakat di mana inventori minat kejuruan tersebut belum dapat digunakan pada beberapa kelompok SMK, salah satunya SMK kelompok Pariwisata (SMKP).
Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Pariwisata (SMKP) adalah salah satu penghasil tenaga kerja yang terampil dan profesional di bidang kepariwisataan. Hal ini sangat dibutuhkan oleh pemerintah Indonesia karena Indonesia ditetapkan sebagai salah satu negara tujuan wisata di dunia sehingga bisnis di bidang perhotelan dan kepariwisataan semakin berkembang dengan pesat. Keadaan ini membuat peneliti tertarik untuk membuat inventori minat kejuruan pada bidang pariwisata yang secara valid dan reliabel dapat mengungkap minat kejuruan calon siswa SMK kelompok parisata (SMKP). Pembuatan Inventori minat kejuruan ini mengacu pada teori minat kejuruan yang dikembangkan oleh Holland (1966) yang membagi minat kejuruan ke dalam enam golongan yaitu: Realistic, Investigative, Artistic, Social, Enterprising, dan Conventional.
Penelitian ini dilakukan pada 288 responden siswa kelas I dan 2 SMK dari 3 Sekolah Menengah Kejuruan kelompok Pariwisata (SMKP) yang berbeda yaitu : SMKN 27 Jakarta, SMKN 30 Jakarta, dan SMKN 57 Jakarta. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan metode concurrent validity yang dihitung secara manual sedangkan untuk pengujian reliabilitas akan dilakukan dengan menggunakan metode internal consistency melalui program SPSS for Windows versi 10.01.
Berdasarkan analisa terhadap hasil penelitian, diperoleh hasil bahwa tidak ada item yang valid dalam inventori minat kejuruan yang dikembangkan ini. Namun walaupun demikian, hasil uji validitas yang dilakukan terhadap setiap pernyataan tugas menunjukkan bahwa diantara 36 pemyataan tugas yang tersebar dalam 6 item, terdapat 5 buah pernyataan tugas yang valid sedangkan untuk uji reliabilitas, diantara 90 pasangan pernyataan tugas yang dikorelasikan terdapat 81 pasangan yang terbukti memiliki korelasi yang signifikan pada taraf kepercayaan 95%-99% dengan taraf korelasi yang bervariasi. Adanya pernyataan tugas dalam item yang tidak valid untuk mengungkap minat kejuruan dalam bidang pariwisata mungkin disebabkan oleh banyaknya penjabaran kalimat dari pernyataan tugas dalam tiap item yang terlalu panjang dan memiliki makna ganda. Hal ini membuat responden kurang dapat memahami pemyataan tugas tersebut. Akibatnya, responden tidak dapat mengenali suatu pemyataan tugas sebagai pemyataan tugas yang diminatinya karena ia merasa kurang paham. Selain itu, beberapa penjabaran kalimat untuk menggambarkan setiap situasi tampaknya juga terlalu panjang sehingga membuat responden kurang dapat memahami inti permasalahan yang ingin dikemukakan melalui kalimat tersebut.. Oleh sebab itu jika diadakan penelitian lanjutan disarankan untuk melakukan try out keterbacaan item (content validity) oleh siswa SMK yang memiliki karakteristik sampel yang mirip dengan sampel penelitian. Selain itu dapat pula meminta masukan pada guru bidang kurikulum pada SMK kelompok Pariwisata untuk mendapatkan masukan mengenai kemungkinan adanya penjabaran item/ pernyataan tugas dalam tiap situasi yang memiliki bobot pengukuran yang tidak seragam."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18648
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umie Retno Indriemayuni
"Fenomena dunia olahraga Indonesia saat ini antara lain telah melambungkan suatu iming-iming atau insentif pada para atlet yang akan berlaga dalam multi-event internasional. Insentif menurut Gage dan Berliner (1984) adalah janji atau harapan. Insentif yang diberikan diharapkan dapat memotivasi atlet untuk berprestasi dan mampu memperoleh gelar terbaik dalam persaingan dengan negara-negara lain. Bandura (1986) menyatakan terdapat insentif dalam bentuk tangible (nyata) dan sosial. Insentif dalam bentuk nyata meliputi trofi, medali atau uang, dan insentif sosial dapat berupa penghargaan atau penerimaan orang lain atas suatu keberhasilan. Dalam perkembangannya di tanah air, insentif merambah pada multi-event di tingkat nasional, baik dalam tingkat antar provinsi seperti Pekan Olahraga Nasional (PON ), bahkan antar kabupaten dalam suatu Provinsi atau Pekan Olahraga Daerah (PORDA). Insentif mendorong atlet mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh dalam menghadapi suatu pertandingan untuk dapat berprestasi tinggi. Karena insentif diharapkan akan mampu membantu meningkatkan gaya hidup. Loudon dan Della Bitta (1993) menyatakan bahwa gaya hidup (lifestyle) diekspresikan melalui minat dan pendapat dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan insentif yang diperoleh, atlet dapat memenuhi kebutuhannya sesuai dengan minat dan pendapatnya yang dianggap baik untuk dirinya Yang menarik dalam penelitian ini adalah tetap tampilnya atlet perempuan senior yang telah memasuki masa pasca golden-age (prestasi puncak) dalam kompetisi baik nasional maupun persaingan untuk menjadi duta Indonesia di arena Internasional. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa insentif telah mendorong atlet untuk terus berprestasi, karena dengan berprestasi akan memperoleh peningkatan hidup. Namun demikian prestasi harus ditingkatkan melalui catatan skor, mengingat cabang olahraga yang yang ditekuni subjek merupakan cabang olahraga terukur. Prestasi yang dicetak diharapkan juga dapat membuat atlet bersikap mawas diri karena dengan berprestasi, atlet menjadi panutan dalam lingkungan. Penelitian ini dilakukan pada 4 (empat) atlet panahan perempuan berusia 25-45 tahun dan sampai kini tetap menjadi andalan Indonesia di arena internasional. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan tujuan untuk memperoleh deskripsi yang utuh dan menyeluruh tentang bagaimana insentif memotivasi subyek untuk mencapai prestasi.;-"
2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmi Yosepa
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
179.8 YOS p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Indrawati
"ABSTRAK
Salah satu tujuan pendidikan adalah mendorong pertumbuhan dan
perkembangan kreativitas peserta didik (Utami Munandar, 1999). Belajar piano
menipakan salah satu cara mengembangkan aktivitas dan kreativitas anak. Karena
selain dibutuhkan keterampilan membaca not balok, anak juga dilatih dalam ketepatan
koordinasi jari, tangan, dan lengan (latifah Kodijat, 1993).
Dengan adanya berbagai faktor keterampilan yang diperlukan dalam
pembelajaran piano, maka penguasaan terhadap suatu alat musik (dalam hal ini
piano), diperlukan motivasi guna menunjang prestasi anak dalam belajar piano.
Dengan adanya motivasi dalam diri seseorang, diprediksi memudahkan orang tersebut
dalam melakukan pekeijaannya (Pintrich & Schunk, 1996).
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat peran motivasi intrinsik dan
motivasi ekstrinsik terhadap prestasi siswa yang belajar piano.
Subyek penelitian adalah siswa di sekolah Musik Modem Kawai Jakarta yang
berusia 8-10 tahun, yang telah belajar piano selama dua hingga tiga tahun. Jumlah
sampel sebanyak 30 orang yang terdiri dari 22 orang perempuan dan 8 orang laki-laki.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah incidental sampling. Alat yang
digunakan untuk mengukur motivasi adalah kuesioner yang disusun sendiri oleh
peneliti melalui penilaian beberapa ahli motivasi. Sedangkan alat untuk mengukur
prestasi adalah hasil ujian siswa yang memiliki beberapa kriteria penilaian, yakni
scales, compulsory, selection, dan aural.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa skor skala motivasi
ekstrinsik berkorelasi negatif dengan skor prestasi belajar piano Dengan demikian
maka ada peran yang negatif dan signifikan antara motivasi ekstrinsik dan prestasi
belajar piano siswa.
"
2003
S2848
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Rahmi
"Salah satu tugas perkembangan pada masa prasekolah adalah berkembangnya kemampuan motorik kasar anak. Pada saat ini tubuh anak berkembang pesat, terutama perkernbangan otot-otot besar yang memungkinkan perkembangan motorik kasarnya. Anak juga sangat aktif dan energik, sehingga membutuhkan latihan kegiatan motorik kasar. Kemampuan motorik kasar ini memiliki hubungan yang erat dengan perkembangan kognitif, emosi dan sosial pada anak. Pentingnya perkembangan motorik kasar sudah menjadi perhatian para pendidik sejak lama. Sayangnya, di Indonesia, perkembangan motorik kasar anak prasekolah belum mendapat perhatian yang sesuai. Penelitian pada 212 Taman Kanak-kanak (TK) di DKI Jakarta pada tahun 2002, ditemukan bahwa hanya 57,3 % sekolah yang memberi kesempatan bagi murid untuk melakukan kegiatan motorik kasar.
Program Pendidikan Rumah Bagi Orangtua Dalam Mengembangkan Motorik Kasar Anak Prasekolah ini disusun sebagai alternatif pendidikan untuk anak prasekolah. Pada masa prasekolah anak tidak harus mengikuti pendidikan di sekolah atau institusi tertentu di luar rumah. Kebutuhan anak adalah memperoleh Stimulasi yang kaya dan beragam, sehingga dapat mengembangkan dirinya dengan optimal. Stimulasi tersebut dapat diberikan sendiri oleh orangtua rnelalui pendidikan rumah. Dengan peran aktif orangtua sebagai guru di rumah dapat terjalin hubungan yang lebih akrab antara anak dengan orangtua.
Dengan demikian, program ini disusun agar anak dapat mencapai perkembangan motorik kasar yang optimal. Program ini menggunakan teori perkembangan motorik dari Gallahue dan Ozmun yang dirangkum dengan teori-teori dari ahli-ahli lainnya, seperti Berk, Miller dan Feldman. Perkembangan motorik kasar disebut juga perkembangan gerak, dibagi menjadi tiga aspek, yaitu stabilitas, lokomosi dan manipulasi. Masing-masing aspek terdiri dari beberapa kemampuan yang nantinya akan dilatihkan pada anak.
Di dalam program ini terdapat kegiatan-kegiatan yang sederhana, material yang mudah didapat Serta tujuan pembelajaran yang jelas, sehingga aplikatif untuk digunakan oleh orangtua. Untuk penyempurnaan program ini selanjutnya dapat dilakukan dengan uji coba di lapangan serta evaluasi. Perbaikan terhadap hasil evaluasi akan menghasilkan program baru yang telah teruji. Kemudian diberikan pelatihan untuk orangtua."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T38529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Uji Arum Ismartini
"Homeschooling merupakan metode pengajaran yang baru di Indonesia. Dalam homeschooling, anak disekolahkan di rumah dengan orang tua atau dengan mendatangkan tutor ke rumah. Lembaga Pendidikan L (LPL) merupakan lembaga yang menerapkan metode homeschooling di Indonesia dengan mendatangkan tutor ke rumah. Dengan metode ini, LPL telah membantu sebagian orang tua mengenai pendidikan anaknya.
Salah satu program yang ditawarkan LPL adalah Program Pengenalan Islam (PPI). PPI menawarkan pengajaran agama Islam dengan metode yang berbeda dari metode yang diterapkan di sekolah. Pendekatannya yang individual membuat anak mendapat kesempatan untuk merasakan pengalaman batiniah yang seharusnya mereka peroleh saat mempelajari agama Islam. Namun, PPI sebagai program yang baru tidaklah lepas dari kekurangan, dan oleh karenanya dilakukan evaluasi ini.
Evaluasi ini dilakukan dengan meninjau sasaran pembelajaran PPI dari tiga teori pendidikan, yaitu teori perkembangan kognitif Piaget, teori perkembangan moral Kohlberg, dan taksonomi afektif Krathwohl. Sebagai tambahan, peneliti juga berusaha memperbaiki format modul PPI sehingga sesuai dengan format modul standar. Adapun tujuan dilakukannya evaluasi ini adalah untuk memberi masukan pada PPI LPL yang sudah ada sehingga terdapat kesesuaian antara kondisi belajar yang diciptakan dengan kondisi yang diharapkan.
Setelah melalui analisis mendalam terhadap PPI, terdapat beberapa usulan perbaikan dari aspek format modul, dan sasaran pembelajaran dari setiap pertemuan. Umumnya, sasaran pembelajaran tersebut kurang sesuai dengan teori perkembangan kognitif Piaget, perkembangan moral Kohlberg, dan taksonomi Krathwohl. Saran-saran yang diberikan terhadap sasaran pembelajaran merupakan penyelarasan sasaran pembelajaran terhadap tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Supriyantini
"Madrasah Aliyah Negeri merupakan institusi yang bertujuan menghasilkan peserta didik yang beriman, berakhlak mulia, berwawasan, sehat, dan mandiri. Kemampuan Madrasah Aliyah Negeri untuk mencapai tujuan di atas tidak terlepas dari siswa-siswanya yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Siswa yang berada pada tingkat pendidikan menengah atas menghadapi tuntutan belajar yang semakin kompleks dan situasi belajar yang senantiasa berubah. Siswa diharapkan mampu mengembangkan strategi belajar yang lebih aktif, konstruktif, dan berasal dari dalam diri mereka, sehingga mereka dapat lebih mandiri dalam menghadapi tugas belajarnya.
Salah satu strategi belajar yang sangat penting peranannya dalam menentukan prestasi akademis adalah regulasi diri atau self-regulated learning. Walaupun sudah banyak penelitian yang menekankan pentingnya penggunaan strategi self-regulated learning dalam mencapai tujuan akademis, masih banyak siswa yang belum menerapkan strategi belajar tersebut secara efektif. Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada pengurus sekolah dan siswa kelas 2 MAN 13, diperoleh masukan bahwa sebagian besar siswa belum mengetahui dan menggunakan strategi belajar yang sesuai dalam menghadapi tugas belajarnya.
Atas dasar pemikiran di atas, peneliti menyusun program pelatihan Strategi Belajar Efektif pada siswa kelas 2 MAN 13. Pelatihan ini tidak saja memberikan pemahaman mengenai strategi belajar efektif, namun juga memberikan kesempatan pada peserta untuk menerapkan pengetahuan tersebut melalui contoh-contoh perilaku konkret. Dengan mengikuti pelatihan ini, diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan siswa dalam menggunakan strategi belajar efektif sehingga siswa lebih mandiri dalam belajar."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitepu, Monika Iyana
"Agar siswa dapat mencapai potensi maksimalnya, proses pembelajaran harus berpusat pada anak didik. Pembelajaran yang berpusat pada anak didik berarti pendidikan yang memperhatikan keseluruhan dari aspek anak didik, yang berarti aspek kognitif, fisik, sosial, dan emosional, dan memperhatikan perbedaan individu anak didiknya.
Pembelajaran inteligensi majemuk merupakan salah satu bentuk upaya pembelajaran yang berpusat pada anak didik. Gardner (1983) berpendapat bahwa setiap manusia memiliki delapan kecerdasan dasar yang saling berinteraksi dalam kadar yang berbeda-beda pada setiap manusia. Teori ini kemudian memberikan pemahaman bahwa dikarenakan setiap manusia memiliki aspek inteligensi yang berbeda-beda maka setiap individu tentunya mempunyai cara beiajar yang berbeda. Kedelapan .inteligensi yang diajukan oleh Gardner tersebut adalah inteligensi linguistik-verbal, inteligensi logis-matematis, inteligensi spasial-visual, inteligensi ritmik-musik, inteligensi kinestetik, inteligensi interpersonal, inteligensi intrapersonal, dan inteligensi naturalis.
Pada penelitian ini, kedelapan inteligensi tersebut dilihat dalam bentuk profil. Profil yang dimaksud adalah gambaran umum dari inteligensi majemuk siswa yang diperoleh melalui instrumen panel itian yang bernama NIICY (Multiple Intelligences Checklist for Youngsters (grades 2-4)). A]at ukur yang digunakan pada penelitian ini berupa self-report dengan gaya Likert skala 4 yang terdiri dari delapan kategori inteligensi majemuk.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sumbangan dari inteligensi majemuk pada pencapaian akademik siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope Indonesia dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. Penelitian ini merupakan kajian lapangan dengan desain non-eksperimental.
Responden penelitian ini adalah siswa kelas 2-3 sekolah dasar yang berada pada tahapan operasional kongkret (N= 78).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa inteligensi linguistik-verbal menyumbang secara positif dan signifikan kepada pencapaian akademik pada pelajaran Bahasa Indonesia sebesar 7,3% (Ian pada pelajaran Matematika sebesar 7.6%. Hal ini menwijukkan bahwa siswa kelas 2-3 sekolah dasar High/Scope® Indonesia - TB. Simatupang menggunakan inteligensi linguistik-verbalnya untuk menyelesaikan permasalahanpermasalahan dalam pelajaran Bahasa Indonesia dan Matematika. PeneIitian ini belum dapat membuktikan bahwa kedelapan inteligensi bekerja secara bersama-sama dalam mempelajari Bahasa Indonesia dan Matematika.
Saran yang diajukan untuk penelitian lebih lanjut adalah: (1) menggunakan metode wawancara dan observasi untuk mendapatkan profil inteligensi majemuk secara lebih komprehensif, (2) menggunakan pendekatan kualitatif karena sifat inteligensi majemuk yang unik dan individual (3) meningkatkan .reliabilitas alat ukur MICY dengan cara menambah item, memperbaiki susunan kalimat dan pilihan kata."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T17983
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Bernadette Romauli
"Indonesia sebagai negara dengan penduduk yang besar, ternyata tidak dapat menjadikan jumlah penduduknya yang besar sebagai sumber daya negara. Hasil pengukuran yang dilakukan oleh Human Development Report Office menunjukkan angka indeks pengembangan sumber daya manusia Indonesia berada pada peringkat ke-110 dari seluruh negara di dunia. Salah satu penyebab dari rendahnya angka indeks ini adalah rendahnya partisipasi belajar siswa sekolah dasar. Partisipasi belajar yang dimaksud adalah keterikatan dan keterlibatan siswa terhadap proses belajar di sekolah. Rendahnya partisipasi belajar ditunjukkan dengan angka siswa yang mengulang kelas dan putus sekolah.
Rendahnya partisipasi belajar siswa sekolah dasar (sebagai tingkat pendidikan dasar) di Indonesia ini diyakini disebabkan oleh kemiskinan (Semiawan, 2005; Slavin, Karweit & Madden,1989 dalam Kauchak & Eggenth, 1989; Rycraft ,1990 dalam Seregreg, 1997; BPS, 2004). Kemiskinan dari sisi materi mempengaruhi pemelajaran dalam berbagai cara termasuk menyebabkan rendahnya self-regulated learning siswa yang menyebabkan rendahnya partisipasi belajar siswa (Pellino, 2005). Hal ini dikuatkan oleh penelitian dari Howse, dkk (2003) menunjukkan self regulated learning siswa miskin lebih rendah dari siswa yang tidak miskin. Di lain pihak, beberapa penelitian menunjukkan bahwa rendahnya partisipasi belajar disebabkan oleh rendahnya self-regulated learning siswa, bukan karena kemiskinannya, melainkan karena kualitas guru dan sekolah (Mathis, 2004). Untuk itu, peneliti melihat pengaruh kemiskinan, pengaruh guru yang diwakili oleh gaya kepemimpinan guru dan pengaruh sekolah yang diwakili oleh Quality of School Life (QSL) terhadap self-regulated learning siswa sekolah dasar.
Untuk menjawab masalah penelitian ini, metode penelitian kuantitatif yang dilaksanakan terhadap 88 anak kelas V SD di Jakarta Selatan, dengan mengontrol IQ rata-rata ke atas. Hasil menunjukkan bahwa kemiskinan dan gaya kepemimpinan guru tidak memberikan pengaruh terhadap self-regulated learning siswa sekolah dasar, sedangkan Quality of School Life memberikan pengaruh terhadap self-regulated learning siswa sekolah dasar. Di lain pihak analisis regresi menunjukkan berperannya variabel gaya kepemimpinan guru Selling dan Quality of School Life terhadap self regulated learning siswa sekolah dasar. Gaya kepemimpinan Selling adalah gaya kepemimpinan guru yang memiliki orientasi tugas dan orientasi hubungan yang keduanya tinggi terhadap siswa, dalam hal ini siswa sekolah dasar.
Hasil penelitian tambahan menunjukkan adanya pengaruh jenis kelamin terhadap self regulated learning siswa sekolah dasar, dimana siswi memiliki self-regulated learning yang lebih tinggi dibandingkan siswa. Selain itu ditemukan pula tidak adanya perbedaan yang bermakna antara siswa yang memiliki IQ rata-rata ke atas dan IQ di bawah rata-rata terhadap skor self-regulated learning.
Dengan hasil ini penelitian ini membuktikan pengaruh Quality of School Life dan gaya kepemimpinan guru Selling terhadap self-regulated learning siswa sekolah dasar.
Peningkatan self-regulated learning melalui peningkatan kualitas guru, sekolah yang dimediasi oleh peningkatan self-regulated learning pada akhirnya akan meningkatkan prestasi belajar anak sekolah dasar secara khusus, dan partisipasi belajar penduduk Indonesia pada umumnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18620
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartini Nara
"Hasil penelitian Post-Kommer dan Perrone (dalam Isaacson, 1996), diketahui bahwa 30 % dari siswa berbakat di sekolah menengah yang menjadi responden penelitian merasa tidak siap dalam membuat keputusan mengenai karir mereka. Menurut Santrock (2003), orang tua dan teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat kuat pada pemilihan karir remaja. Suasana yang ada dalam keluarga banyak mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, intelektual, konsep diri, dan selanjutnya juga mempengaruhi proses pemilihan karir. Suasana dalam keluarga terkait erat dengan pola asuh yang digunakan orang tua dalam membesarkan anaknya sehari-hari apakah otoriter (Authoritarian), permisif (Permissive) atau otoritatif (Authoritative) (Baumrind dalam Santrock, 2003).
Hal lain yang diduga mempengaruhi pemilihan karir adalah persepsi jender. Perempuan sering distereotipkan kurang kompeten dibandingkan laki-laki, penyatuan stereotip jender ke dalam konsep diri anak memicu anak perempuan ke arah rasa kurang percaya diri dibandingkan dengan anak laki-laki dalam kemampuan intelektual umum mereka. Kurangnya rasa percaya diri dapat menyebabkan anak perempuan memiliki harapan yang rendah untuk berhasil pada kegiatan akademis dan pekerjaan (Santrock, 2002).
Penelitian ini untuk menjawab permasalahan yang timbul dengan menguji 8 hipotesis. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh (otoriter, otoritatif, permisif) dan persepsi jender secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama terhadap pemilihan karir pada siswa akselerasi. Selain itu juga untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki.. Sampel penelitian adalah siswa kelas 2 program akselerasi dari 4 sekolah di Jakarta sebanyak 47 siswa. Analisa data yang digunakan adalah korelasi Pearsons Product Moment, Multiple Regression dengan metode step wise dan t-test.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pola asuh otoriter dan pola asuh permisif dengan pemilihan karir tetapi ada hubungan yang signifikan antara pola asuh otoritatif dengan pemilihan karir. Ditemukan juga ada hubungan yang signifikan antara persepsi jender dengan pemilihan kanr. Sedangkan secara bersama-sama, pola asuh otoriter, otoritatif, permisif dan persepsi jender memberikan sumbangan yang bermakna terhadap pemilihan karir namun hanya pola asuh otoritatif yang memberikan sumbangan sedangkan dua pola asuh yang lain tidak. Temuan yang cukup menarik adalah tidak adanya perbedaan persepsi jender antara siswa perempuan dan laki-laki, hal ini mengindikasikan adanya pergeseran cara pandang kaum muda terhadap peran jender tradisonal.
Saran kepada orang tua agar lebih mengutamakan penggunaan pola asuh otoritatif daripada dua pola asuh yang lain. Berusaha menjadi sahabat dan mendengarkan keinginan anak adalah salah satu cara untuk membantu mengarahkan mereka dalam pemilihan karir. Disarankan kepada guru bimbingan konseling agar lebih proaktif membantu anak akselerasi, mengeksplorasi berbagai informasi karir baik melalui penjelasan langsung maupun melalui media cetak dan elektronik."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>