Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liva Wijaya
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik skor prabedah dan prosedur potong beku pada pasien keganasan ovarium usia muda. Selain itu, penelitian ini ingin mengetahui apakah potong beku menambah nilai prediksi skor prabedah. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data RSCM dari tahun 2006-2010. Kami mendapatkan 437 pasien dengan diagnosis neoplasma ovarium kistik. Seratus lima puluh tujuh pasien berusia dibawah 40 tahun. Nilai diagnostik skor GP pada keganasan usia muda berturut turut sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan akurasi sebesar 77%, 49%, 61%, 68%, dan 63% sedangkan RMI memberikan nilai diagnostik berturut-turut 69%, 49%, 58%, 45%, dan 59%, hasil yang tidak jauh berbeda dengan skor GP. Nilai diagnostik prosedur potong beku pada keganasan usia muda dengan skor GP >4 berturut turut sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, dan akurasi sebesar 81.7%, 87.2% , 90.7%, 75.6%, dan 83%, sedangkan untuk RMI >200 nilai diagnostik berturut-turut adalah 81%, 87%, 89%, 77%, dan 83%. Potong beku menambah 6% dari prediksi prabedah skor GP dan 12% dari prediksi prabedah RMI.

The aim of this paper is to know the diagnostic value of scoring system that taken before surgery and frozen section in the young age patient suspected malignancy. Using that result, we can also know whether the frozen section give additional value to clinical scoring system or not. This research was undergone by using RSCM’s medical record from 2006-2010. From 437 patients suspected ovarian malignancy, we took only 157 patients due to their age. Diagnostic value of GP score are 77%, 49%, 61%, 68%, 63%, while RMI are 69%, 49%, 58%, 45%, 59%, (sensitivity, spesifity, positive prediction value, negative predictive value, and accuracy respectively). Diagnostic value of frozen section in patient suspected malignancy using GP score >4 are 81.7%, 87.2%, 90.7%, 75.6%, 83%, while in patient with RMI > 200 are 81%, 87%, 89%, 77%, 83% (sensitivity, spesifity, positive prediction value, negative predictive value, and accuracy respectively). Frozen section only gave 6% additional value for GP score and 12% for RMI score."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riska Nyutan Hadji Putri
"ABSTRAK
Latar belakang: Penanganan nyeri pada kanker menjadi tantangan tersendiri dalam meningkatkan kualitas hidup pasien kanker serviks. Untuk mencapai optimalitas, salah satu hambatan yang dihadapi adalah miskonsepsi antara pengetahuan dan keyakinan pasien terhadap penanganan nyeri pada kanker.Tujuan: Mengetahui dan meningkatkan pengetahuan pasien kanker serviks terhadap nyeri dan penanganannyaMetode: Quasi-Experimental, Pretest-Postest Design,Hasil: Kami mengambil subjek 34 pasien kanker serviks multisenter dari 2 RS Rumah Sakit Ciptomangunkusumo dan Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan yang diambil secara consecutive sampling. Dari hasil studi ini terdapat peningkatan pengetahuan, sikap dan perilaku pasien kanker serviks terhadap nyeri dan penanganannya sebelum dan sesudah dilakukan komunikasi, informasi, dan edukasi. Sebagian besar pasien memiliki pemahaman dan keyakinan bahwa 1 Obat pereda nyeri dapat menyebabkan ketergantungan dan menimbulkan komplikasi hati dan ginjal, meskipun diberikan dengan dosis dan cara yang tepat 55,9 , 2 Parasetamol tidak dapat dijadikan obat pereda nyeri pada kanker 70,6 , c Tidak bersedia mengkonsumsi morfin 73,5 , d Tidak perlu meminum obat anti nyeri sesuai jadwal 67,6 Kesimpulan : Terdapat miskonsepsi yang terjadi di masyarakat mengenai nyeri pada kanker dan penanganannya. Pengetahuan dan pengalaman pasien dipengaruhi oleh multifaktorial. Dengan memahami pengetahuan, sikap dan perilaku pasien diharapkan dapat menjembatani permasalahan penanganan nyeri pada kanker, sehingga meningkatkan keberhasilan terapi, dengan tujuan bebas nyeri dan tercapainya kualitas hidup yang optimal.Kata kunci : kanker serviks, miskonsepsi, penanganan nyer
i
ABSTRACT
ABSTRACT BACKGROUND Cancer pain management becomes our challenge to improve the quality of life, especially on cervical cancer. To achieve the optimality of management, the barrier is misconception about knowledge and belief of the patient about pain and its management AIM Acknowledge and improve the patient rsquo s knowledge about pain and its management DESIGN AND METHODOLOGY Quasi Experimental, Pretest Postest Design RESULTS We took 34 subjects of cervical cancer patient in multicenter hospital Cipto Mangunkusumo Hospital and Persahabatan Hospital, Jakarta by consecutive sampling. From our study there was improving of knowledge and attitude based on questionnaire form before and after we gave communication, information, and education. Most of patients had knowledge and belief that 1 Pain relief drug can cause addiction and damage the liver and renal even given in a correct dosage 55,9 , 2 Paracetamol can rsquo t be the pain relief drug for cancer treatment 70,6 , 3 Refuse to consume morfin opiate for the treatment 73,5 , 4 No need to consume pain relief routinely 67,6 . CONCLUSION Misconception happened in community, especially among the patient about cancer pain. Acknowledge and experience were influenced by multifactorial. By knowing about knowledge and attitude, might overcome the barrier of misconception about cancer pain management, to improve the outcome, to achive free of pain condition to develop the optimal quality of life. Keywords Cervical cancer, misconception, pain management "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58871
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Leonanta Mahardika
"ABSTRAK
Latar Belakang: Satu pertiga kehamilan di negara berkembang merupakan kehamilan yang tidak diinginkan. Akibat upaya terminasi kehamilan baik dilakukan oleh tenaga medis maupun tenaga non medis dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu. Metode efektif untuk menanggulanginya ialah Kontrasepsi Darurat Kondar . Namun belum ada penelitian yang mengevaluasi pengetahuan tenaga kesehatan, khususnya bidan sebagai lini terdepan terhadap kondar. Oleh karena itu, perlu diketahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku bidan terhadap kondar di IndonesiaTujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku bidan terhadap kondar. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang. Dengan Consecutive sampling. peneliti mengambil semua subjek yaitu bidan yang bekerja di wilayah Kecamatan Cipondoh Kabupaten Tangerang sampai jumlah subjek minimal terpenuhi sebesar 97 orang. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tertulis yang dibuat oleh peneliti berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu dengan tema serupa. Data yang diperoleh akan dilaporkan secara deskriptif untuk variabel kategorik. Hasil analisis disajikan dalam bentuk jumlah n dan persentase proporsi . Penyajian data deskriptif dibuat dalam bentuk tabel maupun grafik. Hasil: Dari 100 responden, 83 bidan mempunyai pengetahuan yang baik terhadap kondar. Sikap bidan yang baik terhadap kondar di puskesmas dan di praktek swasta adalah 84,62 dan 85,06 , berturut-turut. Sejalan dengan itu, perilaku yang baik ditunjukkan oleh bidan di puskesmas dan di praktek swasta adalah sebesar 100 dan 94,25 . Namun dari pertanyaan secara kualitatif tingkat pengetahuan , sikap dan prilaku bidan masih tergolong kurang. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku bidan terhadap kontrasepsi darurat dikatakan masih kurang. Masih dibutuhkan pelatihan tentang kondar pada bidan agar penggunaannya efektif di masyarakat. Kata Kunci: Kontrasepsi darurat, bidan, kehamilan tidak diinginkan, Alat kontrasepsi dalam rahim ABSTRACT
Background One third of pregnancies in developing countries is an unwanted pregnancy. Due to pregnancy termination efforts performed by both medical personnel and non medical personnel can cause maternal morbidity and mortality. The effective method for dealing with them is Emergency Contraception EC . However, there is no research that evaluates the knowledge of health workers, especially midwives as the leading line of condar. Therefore, it is necessary to know the level of knowledge, attitudes, and behavior of midwives to EC in IndonesiaAim This study aims to determine the level of knowledge, attitudes, and behavior of midwives to EC. Methods This study used cross sectional design. With Consecutive sampling. Researchers took all the subjects of the midwife who worked in the District Cipondoh Tangerang, Banten , Indonesia until the number of subjects is met at least 97 people. The data were collected by using written questionnaires made by researchers based on previous studies with similar themes. The data obtained will be reported descriptively for categorical variables. The analysis results are presented in the form of sum n and percentage proportion . The presentation of descriptive data is made in the form of tables and graphs. Result Of the 100 respondents who answered the questionnaire, 83 of the midwives had a good knowledge of the condition. Good midwife attitudes toward condar in puskesmas and in private practice were 84.62 and 85.06 , respectively. Accordingly, the good behavior shown by midwives in puskesmas and in private practice is 100 and 94.25 . But from the question qualitatively the level of knowledge, attitude and behavior of midwives is still classified as less. Conclusion The level of knowledge, attitudes and behavior of midwives towards emergency contraception is said to be lacking. Training on EC on midwives is still needed for effective use in the community. Keywords Emergency contraception, midwife, unwanted pregnancy, uterine contraception. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Nadhira
"Latar belakang: Penggunaan kontrasepsi yang efektif merupakan salah satu upaya untuk menurunkan angka kematian ibu. Rendahnya tingkat penggunaan alat kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) yang merupakan metode kontrasepsi jangka Panjang (MKJP) yang sangat efektif antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai metode tersebut. Konseling kontrasepsi antenatal dianggap sebagai faktor potensial dalam meningkatkan penggunaan AKDR pascapersalinan. Akan tetapi, meskipun telah menjadi bagian dari layanan rutin, efektivitas konseling kontrasepsi antenatal di center pendidikan kami masih jarang dipelajari.
Metode: Tujuh puluh subjek yang menjalani pelayanan antenatal pada trimester ketiga di rumah sakit kami diikutkan dalam penelitian ini. Konseling kontrasepsi diberikan secara terintegrasi dalam kunjungan antenatal. Kuesioner yang mengukur pengetahuan, sikap dan pilihan kontrasepsi diberikan sebelum dan sesudah konseling kontrasepsi diberikan. Penggunaan metode kontrasepsi pascapersalinan dievaluasi setelah subjek melahirkan.
Hasil: Lima puluh delapan subjek dimasukkan dalam analisis akhir. Sebelum konseling hanya 39,7 persen subjek yang memiliki tingkat pengetahuan baik, dan hanya 36,2 persen subjek memiliki tingkat sikap yang baik. Sedangkan setelah penyuluhan 75,9 persen subjek memiliki tingkat pengetahuan baik dan 72,4 persen subjek memiliki tingkat sikap baik. Sebelum konseling, AKDR hanya dipilih oleh 15,5 persen subjek, sedangkan pasca konseling 77,6 persen subjek memilih dan menggunakan AKDR sebagai metode kontrasepsi pascapersalinan.
Kesimpulan: Konseling kontrasepsi yang diberikan antenatal dapat meningkatkan penggunaan AKDR pascapersalinan.

Background: Effective contraceptive use is one of a measure in decreasing maternal mortality rate. The low contraceptive prevalence rate of IUD as a LARC is partly caused by a lack of knowledge regarding the method. Antenatal contraceptive counselling is considered a potential factor in increasing the use of postpartum IUD. Though it has been a part of routine service, the effectiveness of antenatal contraceptive counselling in our center was seldom studied.
Methods: Seventy women who underwent antenatal care in the third trimester in our center were enrolled in the study. Contraceptive counselling was given integrated with antenatal care visits. A questionnaire for measuring knowledge, attitude, and contraceptive choice was given before and after contraceptive counselling. Postpartum contraceptive method usage was evaluated after birth.
Results: Fifty eight women were enrolled and included in the final analysis. Before counselling, only 39.7 percent of subjects had a good level of knowledge, and 36.2 percent subjects had a good level of attitude. While after counselling 75.9 percent of subjects had good level of knowledge and 72.4 percent subjects had a good level of attitude. Before counselling, IUD uptake was only 15.5 percent, while post-counselling, 77.6 percent of subjects chose and used IUD as their post-partum contraceptive method.
Conclusion: Contraceptive counselling given antenatal can increase postpartum IUD use.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yanto Kusnawara
"Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Tahun 2019 belum mencapai 2 target yakni, peningkatan penggunaan kontrasepsi modern dan menurunkan tingkat unmet need. Hal ini menjadi dasar dari peneliti untuk mengambil sampel di Jakarta Utara. tingkat kemiskinan yang tinggi dan laju pertumbuhan penduduk di Jakarta Utara yang tinggi 1.03% dibandingkan dengan target 0.75%. Penelitian ini menggunakan metode potong lintang secara kuantitatif untuk mencari faktor yang berhubungan dengan perilaku keluarga yang tinggal di pemukiman kumuh Jakarta Utara tentang program keluarga berencana dan metode wawancara mendalam secara kualitatif untuk memperoleh penyebab perilaku keluarga. Jumlah sampel diteliti dalam penelitian ini
adalah 70 orang. Didapatkan hasil terdapat hubungan antara kegiatan sosial dengan perilaku keluarga tentang program KB di pemukiman kumuh Jakarta Utara (nilai P <0.05). Perilaku keluarga yang tinggal di pemukiman kumuh Jakarta Utara tentang program KB adalah rendah dan faktor yang berhubungan hanya kegiatan sosial. Hasil wawancara mendalam mendapatkan kegiatan sosial yang berpengaruh adalah interaksi warga membagikan pengalaman saat kegiatan.

Two indicators of Population and Family Planning Development Year 2019, have not reached the target, namely, increasing modern contraceptive use and reducing unmet need. This is the basis for researchers to take samples in North Jakarta. slums have high poverty rates and high rates of population growth. This study use a quantitative cross-sectional method to find the factors related to family behaviour in slum settlements in North Jakarta on family planning program in 2019 and in-depth interview method to find the cause of family behaviour. The number of samples examined in this study were 70 people. Results obtained are there is a relationship between social activities and family behavior on family planning program in North Jakarta slum settlements in 2019 (p value <0.05) It is known that the family behaviour in slum settlements in North Jakarta on family planning program in 2019 are low and the only factor related to it is social activities. From in-depth interview, communication among them by sharing their experience affected their social activities."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Dokumentasi  Universitas Indonesia Library
cover
Bintari Puspasari
"Latar Belakang : Pandemi COVID-19 merupakan sebuah kejadian dengan dampak luar biasa terutama pada populasi berisiko seperti ibu hamil. Indonesia sebagai salah satu negara dengan jumlah pasien COVID-19 tertinggi di dunia memiliki banyak kasus kehamilan dengan luaran maternal dan perinatal yang buruk akibat infeksi COVID-19. Namun, hingga saat ini belum terdapat studi yang secara komprehensif menilai faktor klinis dan non-klinis yang berpengaruh terhadap luaran buruk pada pasien hamil dengan COVID-19.
Tujuan : Mengetahui faktor klinis dan non-klinis yang berhubungan dengan luaran buruk maternal dan perinatal pada ibu hamil dengan COVID-19.
Metode : Penelitian kohort retrospektif dilakukan pada perempuan hamil yang terinfeksi COVID-19 yang dirawat Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto selama periode Januari 2021 - April 2022. Pasien dengan data tidak lengkap dieksklusi dari penelitian. Faktor klinis yang dinilai adalah usia maternal, usia gestasi, beratnya gejala COVID-19 saat admisi, status obstetrik, status vaksinasi COVID-19, lama rawat instalasi gawat darurat, lama rawat inap biasa, lama rawat inap intensif, dan komorbiditas. Fakotr non-klinis yang dinilai adalah lama waktu sejak gejala hingga datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, keengganan datang ke fasilitas pelayanan kesehatan, tingkat pendapatan, dan tingkat pendidikan.
Hasil : Didapatkan sebanyak 79 subjek penelitian yang diikutsertakan dalam penelitian. Sebanyak 9 subjek mengalami luaran buruk berupa kematian ibu (n = 1), janin meninggal (n = 5), dan gejala COVID-19 berat (n = 6). Faktor klinis yang berpengaruh terhadap luaran yang buruk adalah usia maternal yang lebih tua, usia gestasi yang lebih muda, gejala COVID-19 yang lebih berat, serta durasi perawatan di instalasi perawatan intensif yang lebih lama (p < 0,05). Faktor non-klinis yang berpengaruh terhadap luaran yang buruk adalah lama gejala awal yang lebih lama, keberadaan kendala mencari pertolongan, dan pendapatan yang lebih rendah (p < 0,05).
Kesimpulan : Luaran maternal dan perinatal yang lebih buruk pada kehamilan dengan COVID-19 terjadi akibat interaksi dari faktor klinis dan non-klinis. Diperlukan edukasi terhadap klinisi maupun masyarakat guna meningkatkan luaran pada kehamilan dengan COVID-19.
Kata Kunci : COVID-19, infeksi, kehamilan, maternal, perinatal.

Background: The COVID-19 pandemic is an event with a tremendous impact, especially on higher risk populations such as pregnant women. Indonesia as one of the countries with the highest number of COVID-19 patients in the world has many cases of pregnancy with adverse maternal and perinatal outcomes due to COVID-19 infection. However, there have been no studies that have comprehensively assessed clinical and non-clinical factors that influence adverse outcomes in pregnant patients with COVID-19.
Objective: To determine clinical and non-clinical factors associated with adverse maternal and perinatal outcomes in pregnant women with COVID-19.
Methods: A retrospective cohort study was conducted on pregnant women infected with COVID-19 who were treated at the Gatot Soebroto Army Central Hospital (RSPAD) during the period January 2021 - April 2022. Patients with incomplete data were excluded from the study. The clinical factors assessed were maternal age, gestational age, severity of COVID-19 symptoms upon admission, obstetric status, COVID-19 vaccination status, length of stay in the emergency department, length of regular hospitalization, length of intensive hospitalization, and comorbidity. The non- clinical factors assessed were the length of time from symptoms to arrival to health care facilities, reluctance to come to health care facilities, income level, and education level.
Results: There were 79 research subjects who were included in the study. A total of 9 subjects experienced adverse outcomes in the form of maternal death (n = 1), fetal death (n = 5), and severe COVID-19 symptoms (n = 6). Clinical factors that influenced poor outcomes were older maternal age, younger gestational age, more severe COVID-19 symptoms, and longer duration of treatment in intensive care (p < 0.05). The non- clinical factors that influenced the poor outcome were a longer duration of initial symptoms, the presence of obstacles in seeking help, and lower income (p < 0.05).
Conclusion: The worse maternal and perinatal outcomes in pregnancies with COVID-19 occur due to the interaction of clinical and non-clinical factors. Education for clinicians and the public is needed to improve outcomes in pregnancies with COVID- 19. Keywords: COVID-19, infection, maternal, perinatal, pregnancy
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Syarif
"Luaran ibu dengan infeksi Covid-19 dikaitkan dengan tingkat keparahan penyakit dan peningkatan risiko komplikasi kehamilan. Penyebab mortalitas ibu dengan Covid-19 sangat bervariasi dan terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab kematian ibu dengan infeksi Covid-19 di RSUD Pasar Rebo.
Penelitian terdiri dari 2 tahap. Tahap 1 merupakan systematic review untuk mendapatkan data penyebab kematian ibu dengan infeksi Covid-19. Tahap 2 merupakan studi deskriptif retrospektif dengan mengambil data rekam medis ibu dan wawancara pada keluarga ibu dengan infeksi Covid-19 yang meninggal di RSUD Pasar Rebo.
Penelitian tahap 1 menemukan etiologi kematian ibu dengan infeksi Covid-19 adalah pneumonia, kegagalan multiorgan, serangan jantung dan DIC. Penelitian tahap 2 menemukan ibu dengan infeksi Covid-19 yang meninggal rerata berusia 29,25 tahun dengan masa gestasi 24-39 minggu dengan gejala klinis demam, batuk dan sesak. Komorbiditas adalah obesitas (2 dari 4 kasus), hipertensi (1 dari 4 kasus) dan preeklampsia (1 dari 4 kasus). Hampir semua kasus dirawat di ICU. Semua ibu dengan infeksi Covid-19 meninggal karena ARDS. Sumber infeksi ditemukan pada 2 dari 4 kasus. Seluruh kasus mengalami kesulitan dalam mencari fasilitas Kesehatan tempat rawat khusus Covid-19 untuk ibu hamil di beberapa tempat sebelum datang ke RSUD Pasar Rebo.
Simpulan : Penyebab kematian ibu dengan infeksi Covid-19 adalah ARDS. Perlu mengidentifikasi ibu dengan infeksi Covid-19 yang memiliki komorbiditas atau komplikasi medis untuk penanganan lebih ketat dan memperbaiki sistem rujukan.

Maternal outcomes with COVID-19 infection were associated with disease severity and an increased risk of pregnancy complications. The etiology of maternal mortality with Covid-19 are varied and limited. This study aimed to determine the etiology of maternal death with Covid-19 infection at Pasar Rebo Hospital.
The research consisted of 2 phases. Phase 1 was a systematic review to obtain data on etiology of maternal death with Covid-19 infection. Phase 2 was a retrospective descriptive study by taking maternal medical records and interviewing with the families of maternal with Covid-19 infection who died at Pasar Rebo Hospital.
Phase 1 research found the etiology of maternal death with Covid-19 infection was pneumonia, multiorgan failure, heart attack and DIC. Phase 2 research found mothers with Covid-19 infection who died an average age of 29.25 years with a gestation period of 24-39 weeks with clinical symptoms of fever, cough and shortness of breath. Comorbidities were obesity (2 out of 4 cases), hypertension (1 out of 4 cases) and preeclampsia (1 out of 4 cases). Almost all cases are admitted to the ICU. All mothers with Covid-19 infection died of ARDS. The source of infection was found in 2 out of 4 cases. All cases had difficulty finding health facilities for Covid-19 special care for pregnant women in several places before coming to Pasar Rebo Hospital
Conclusion : The cause of maternal death with Covid-19 infection is ARDS. It is important to identify mothers with Covid-19 infection who have comorbidities or medical complications for stricter treatment and improve the referral system.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Tejabaswara
"Latar belakang: Menars merupakan kondisi ketika seorang remaja putri mengalami menstruasi pertama kali. Di Indonesia, usia menars diketahui mengalami tren penurunan. Menars dini dapat meningkatkan berbagai risiko terjadinya masalah- masalah kesehatan, di antaranya masalah reproduktif dan psikologis. Perubahan gaya hidup hingga asupan nutrisi diyakini menjadi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi usia menars baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara indeks massa tubuh, aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua.
Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional. Pengukuran berat badan dan tinggi badan, pengisian kuesioner, dan wawancara 24 hour recall dilakukan dalam pengumpulan data. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji Kruskal- Wallis dan Mann-Whitney. Uji post-hoc Mann-Whitney juga dilakukan untuk variabel yang signifikan.
Hasil: Didapatkan 352 sampel yang sudah menstruasi dari sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Jakarta, Depok, Bandung dan Tegal. Rerata usia menars berada pada usia 12 tahun. Berdasarkan analisis data, didapatkan terdapat hubungan antara indeks massa tubuh dan usia menars (p < 0,000). Namun, tidak didapatkan adanya hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua terhadap usia menars (p > 0,05).
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) dan usia menars, sedangkan aktivitas fisik, pekerjaan orang tua dan pendapatan orang tua tidak berhubungan dengan usia menars.

Background: Menstruation is a condition when a young woman experiences her first menstruation. In Indonesia, the age of menstruation is known to be experiencing a decreasing trend. Early menstruation can increase the risk of various health problems, including reproductive and psychological problems. Changes in lifestyle and nutritional intake are believed to be factors that can influence the age of menstruation both directly and indirectly. For this reason, this study aims to analyze the relationship between body mass index, physical activity, parental employment, and parental income.
Methods: This research was conducted with a cross-sectional design. Measurement of body weight and height, filling out questionnaires, and 24-hour recall interviews were carried out in data collection. Data analysis in this study used the Kruskal-Wallis and Mann-Whitney tests. Mann-Whitney post-hoc tests were also performed for significant variables.
Result: There were 352 menstruating samples from elementary and junior high schools in Jakarta, Depok, Bandung and Tegal. The average age of menstruation is 12 years. Based on data analysis, it was found that there was a relationship between body mass index and age at menarche (p < 0.000). However, there was no significant relationship between physical activity, parental employment, and parental income on menstrual age (p > 0.05).
Conclusions: There is a relationship between body mass index (BMI) and age at menarche, while physical activity, parental occupation and parental income are not related to age at menarche.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chakti Ari Swastika
"Latar belakang: Salah satu aspek penting dalam upaya menurunkan angka
kematian dan morbiditas Ibu adalah sistem rujukan yang efektif. Pandemi
COVID-19 memberikan tantangan tersendiri dalam pelaksanaan sistem rujukan.
Belum pernah dilakukan penilaian terhadap penerapan sistem rujukan obstetri di
era pandemi COVID-19.
Metode: Penelitian deskriptif-analitik berdesain potong lintang yang
membandingkan efektivitas rujukan sebelum (Juli-Desember 2019) dan saat di era
pandemi COVID-19 (Maret-Agustus 2020) di Rumah Sakit Umum Pusat
Nasional dr. Cipto Mangunkusumo. Efektivitas rujukan dinilai berdasarkan dua
kriteria, yakni kesesuaian diagnosis rujukan dan ketepatan prosedur yang meliputi
komunikasi melalui sistem penanggulangan gawat darurat terpadu (SPGDT),
pengantaran dengan ambulans, dan pelampiran surat rujukan.
Hasil: Penelitian menemukan 198 kasus rujukan dari 464 kasus obstetri (42,67%)
sebelum pandemi dan 231 kasus rujukan dari 486 kasus obstetri (47,53%) di era
pandemi. Kesesuaian diagnosis dan ketepatan prosedur rujukan di era pandemi
COVID-19 secara signifikan lebih tinggi. Kesesuaian diagnosis meningkat dari
57,58% sebelum pandemi menjadi 71,00% di era pandemi (p = 0,004). Ketepatan
prosedur rujukan meningkat dari 28,28% sebelum pandemi menjadi 45,45% di era
pandemi (p < 0,001). Berdasarkan kriteria tersebut, efektivitas rujukan di Rumah
Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo pada era pandemi COVID- 19 ditemukan lebih tinggi secara signifikan, yakni sebelum masa pandemi sebesar 21,72% dan di era pandemi sebesar 40,26% (p < 0,001).
Kesimpulan: Terdapat peningkatan efektivitas rujukan ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo berdasarkan kesesuaian diagnosis dan
ketepatan prosedur di era pandemi COVID-19 hingga 2x dibanding sebelum masa pandemi COVID-19."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Doddy F P
"ABSTRAK
Latar belakang: Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Neonatal merupakan tolak ukur untuk menilai keberhasilan pemeriksaan kesehatan terhadap ibu hamil disuatu negara. Setiap tiga menit, dimanapun di Indonesia, satu anak balita meninggal dunia. Selain itu setiap jam, satu perempuan meninggal dunia ketika melahirkan atau karena sebab yang berhubungan dengan kehamilan. Sistem rujukan adalah salah satu yang mempengaruhi keadaan di atas. Rujukan yang terlambat dan penanganan yang tidak tepat dapat menghasilkan luaran yang buruk. RSUD Tarakan, Jakarta Pusat merupakan salah satu RS rujukan propinsi.Tujuan: : Untuk menganalisa serta mendapatkan informasi mendalam terhadap luaran maternal dan neonatal dari kasus rujukan dibandingkan dengan kasus bukan rujukan Rancangan penelitian: Metode penelitian gabungan mixed methods . Populasi penelitian adalah pasien rujukan dan bukan rujukan yang dilakukan seksio sesarea di RSUD Tarakan Jakarta Pusat mulai Oktober 2015 hingga September 2016 Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan chi square test. Kajian Kualitatif mengenai kejadian morbiditas maternal dan kematian neonatal serta upaya menurunkannya terhadap subyek terkait. Kajian kualitatif dilakukan dengan metode indepth interview dan dilakukan analisis secara deskriptif, disajikan dalam bentuk narasi.Hasil : Sejak Oktober 2015 sampai September 2016, terdapat 440 kasus yang memenuhi kriteria, yang terdiri dari 220 kasus rujukan dan 220 kasus bukan rujukan didapatkan hasil pada luaran ibu yaitu adanya hubungan yang bermakna secara statistika pada pendidikan yang rendah dengan nilai p value 0,00 < a, sementara umur ibu, penghasilan tetap, paritas, dan indikasi seksio sesarea tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistika dengan kasus rujukan,Adanya hubungan bermakna kasus infeksi terhadap kasus rujukan p value 0,032.Lama perawatan lebih panjang pada kasus rujukan p value < ? sedangkan pada luaran neonatus, tidak didapatkan hubungan yang bermakna secara statistika antara APGAR 1 menit dan 5 menit terhadap kasus rujukan dan bukan rujukan dan kematian neonatus tidak memiliki hubungan yang bermakna secara statistika dengan kasus rujukan. Terdapat beberapa kasus kematian neonatal.Hasil kajian kualitatif menunjukkan bahwa kematian maternal dan neonatal dipengaruhi berbagai faktor seperti keterlambatan rujukan, terutama keterlambatan pertama, rendahnya tingkat pendidikan ibu, rendahnya tingkat pendapatan keluarga..Kesimpulan: Infeksi maternal lebih tinggi pada kasus-kasus rujukan. Angka infeksi dipengaruhi oleh pendidikan pasien dan infeksi menyebabkan lama perawatan memanjang. Asfiksia neonatal pada menit pertama lebih tinggi pada kasus-kasus rujukan. Sistim rujukan sudah baik namun perlu evaluasi dan perbaikan secara berkala.

ABSTRACT
Background Maternal Mortlity Rate MMR and Neonatal Death Rate NDR are indicators to measure performance of antenatal care for countries. Every three minutes in Indonesia, One children under five died and every hour one women died during delivery or any cause related to pregnancy. Refferal system is one of factors contributing to those condition. Delay in referral system and unproper management may lead into poor outcomes. RSUD Tarakan, Jakarta Pusat is one of province referral hospital.Objective To analyze and to obtain information due to the maternal and neonatal outcomes of referred cases compare to non referred cases.Design of study Mixed methods. The study of population was referred and non referred patients who underwent caesarean section from October 2015 until September 2016 at RSUD Tarakan Jakarta Pusat. The exposed group was those who was referred cases while the control was those who was not referred. Data were analyzed by univariat analysis,bivariat analysis with chi square test .Qualitative study was done by the method of indepht interview and were analyzed by descriptive analysis and presented in narration.Results From Oktober 2015 to September, 2016, there were 440 cases meeting the eligibility criteria, consisting of 220 referred cases and 220 controls indicates in mother outcome there is statistical significance low education with P value 0,00 a. In terms of age, parity, education, income, and caesarean section indication were no statistically significance to reffered cases .Infection cases significance to reffered cases p value 0,032. Prolonged Length of stay to reffferd cases P value . In order to Neonatal Outcome there is no statistically significance to 1 minute APGAR and 5 minutes APGAR scores with P value . There are several neonatal mortality were found. Qualitative research indicate that Maternal and neonatal mortality infuenced of delayed refferal, lower education, lower family income Conclusion Maternal infection was higher in the referred cases. Rate of infection was influenced by patient education and infection caused prolonged hospital stay. The rate of first minute asphyxia was higher in the referred cases. Refferal system already in good track but need periodic evaluation and improvement Keywords Referral cases, caesarean section, maternal infection, neonatal aasphyxia and neonatal death"
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>