Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 48 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lina Jusuf
"Kemajuan di bidang medis yang sangat pesat lebih banyak memberi perhatian pada kesehatan fisik, sementara kesehatan mental tidak mendapat porsi yang sama. Padahal dengan berbagai bencana dan kesulitan hidup yang terjadi belakangan ini banyak sekali trauma psikologis yang dialarni masyarakat. Diperkirakan, 1% dari penduduk Indonesia atau sebanyak 2.000.000 (dua juta) orang menderita skizofrenia. Sepertiganya memerlukan perawatan di rumah sakit jiwa, padahal tempat yang tersedia kurang dari 20.000 (dua puluh ribu). Akibatnya, tugas perawatan dan pengawasan jatuh kepada keluarga atau caregiver di rumah.
Gangguan kesehatan yang diderita salah satu anggota keluarga dapat menimbulkan stres bagi anggota keluarga lain, khususnya caregiver utama. Untuk itu, caregiver perlu menguasai coping skills untuk mengatasi beban yang dialami dalam menjalankan perannya Diantara berbagai aspek yang berperan untuk tercapainya suatu coping yang efektif, pengetahuan dan informasi memegang peran panting karena hal tersebut diperlukan dalam proses pemecahan masalah dan menentukan reaksi emosional yang timbul. Artinya, caregiver skizofrenia perlu mempunyai inforniasi yang cukup mengenai gangguan skizofrenia itu sendiri serta beban yang ditanggung keluarga penderita serta bagaimana cara mengatasinya.
Penelitian yang mendasari penulisan thesis ini adalah sebagai upaya untuk mendapatkan cara yang ramah dan bersahabat serta mudah didapat bagi para caregiver dalam membantu penanganan dan menghadapi penderita. Selain itu tujuan Dari penelitian diharapkan pula dapat memberi pertolongan bagi caregiver sehingga pada akhimya dapat juga memberi penanganan yang tepat guna bagi penderita. Dimulai dengan suatu asesmen kebutuhan caregiver skizofrenia, dengan cara penelitian terhadap beberapa responden yang sangat dekat dengan permasalahan, dihasilkan sebuah rangkuman kesimpulan dan saran serta alat Bantu berupa buku panduan yang dapat digunakan dalam keseharian."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Harkati Anggraheni
"Konflik merupakan haI yang wajar terjadi dalam sebuah hubungan karena dua orang tidak mungkin selamanya sepaham dalam segala hal. Konflik tidak selamanya berarti negatif karena konflik juga dapat memberikan dampak positif seperti meningkatkan pemahaman satu sama lain. Sebagai agen sosialisasi utama dan pertama dari seseorang, keluarga memegang peranan penting dalam melatih kemampuan seseorang untuk menghadapi konflik. Kemampuan ini antara lain dibentuk dari pengalaman anak melihat pola kedua orangtuanya berkonflik. Menurut teori observational learning, di sini orangtua berfungsi sebagai model bagi anak untuk mempelajari bagaimana cara orang menghadapi konflik. Oleh karena itu mempelajari konflik sangatlah panting karena jika tidak seseorang akan cenderung mengulang pola penanganan konflik yang merusak yang terjadi di lingkungan rumahnya dan menerapkannya kepada orang lain.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data menggunakan metode wawancara dan observasi. Wawancara terdiri dari 3 sesi yaitu wawancara pribadi kepada masing-masing partisipan dan dilanjutkan dengan wawancara berdua dengan pasangan. Sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 2 pasang yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling dan incidental sampling. Kriteria sampel adalah dewasa muda berusia 20-30 tahun yang sudah menjalani hubungan pacaran selama lebih dari 6 bulan. Lokasi penelitian dilakukan di daerah Jobodetabek.
Hasil penelitian menujukkan bahwa keempat partisipan melakukan observational learning dari pola konflik orangtuanya. Keempat partisipan tersebut meniru gaya dan respon orangtua ketika sedang berkonflik dan menerapkannya ketika berkonflik dengan pacarnya. Selain gaya dan respon konflik, ada kesamaan lain yang ada pada pasangan dewasa muda dan orangtua mereka yaitu faktor pendukung dan penghambat penyelesaian konflik yang terjadi. Sama seperti orangtua mereka, pasangan I menjadikan konflik sebagai ajang untuk saling melawan. Berbeda dengan pasangan I, pasangan II justru menggunakan konflik sebagai sarana untuk saling melengkapi dan memperbaiki dirt. Hal yang menarik pada pasangan ini adalah bahwa meski salah satu pihak meniru pola konflik orangtuanya yang berkompetisi, namun adanya pasangan yang tenang dan memiliki pola konflik yang berlawanan ternyata dapat meredam emosi dan keinginan berkompetisi pihak tersebut sehingga alchirnya keduanya dapat menyelesaikan konflik secara konstruktif dan memperoleh solusi yang memuaskan kedua belah pihak."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T18624
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rena Latifa
"Humor sebagai bagian dari kualitas insani memiliki dampak positif bagi kesehatan fisik dan mental manusia. Banyak temuan penelitian yang membuktikan manfaat humor. Humor dapat mengurangi tingkat kecemasan dan sores individu, meningkatkan kesehatan mental, serta berkaitan erat dengan kreativitas dan kepribadian matang. Perhatian ahli-ahli ilmu sosial, khususnya psikologi, terhadap fenomena humor ternyata juga cukup besar. Terlihat dan adanya berbagai teori dan penelitian tentang humor dalam kaitannya dengan kehidupan manusia. Termasuk penelitian mengenai pengembangan alat ukur rasa humor guna menelusuri tingkat dan jenis rasa humor yang terdapat pada individu.
Salah satu penelitian yang berkaitan dengan alat ukur rasa humor ini adalah penelitian Thorson & Powell (1991) yang mencoba menggabungkan berbagai konsep dan definisi rasa humor dari penelitian terdahulu, sehingga dihasilkan konsep yang multidimensional dalam memaknai rasa humor. Konsep Thorson & Powell ini dituangkan pada sebuah alat ukur rasa humor yang diberi nama Multidimensional Sense of Humor Scale (MSHS). Dalam perjalanannya, alat ukur ini sudah digunakan secara Iuas oleh banyak peneliti di seluruh dunia serta menunjukkan angka reliabilitas dan validitas yang sangat baik.
Penelitian ini ingin mengetahui: (1) Koefisien reliabilitas dan validitas hasil adaptasi item-item Multidimensional Sense of Humor Scale pada kelompok sampel masyarakat umum di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. (2) Gambaran tingkat sense of humor pada kelompok sampel masyarakat umum di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi berdasarkan kategori penormaan yang dibuat.
Sampel diambil dengan cara accidental pada beragarn responden yang tersebar di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi sejumlah 210 orang.
Hasil pengujian reliabilitas didapatkan nilai alpha sebesar 0.8674 (N of cases = 210, N of items = 24). Hasil uji validitas per item didapatkan skor validitas di atas 0.2 pada tiap item. Hanya terdapat 2 item yang memiliki skor < 0.2 yakni item nomor 19 dan 20.
Berkaitan dengan kategori penormaan, terdapat sejumlah 27 orang subyek yang skornya berada antara 28 - 53 dikategorikan pada kelompok yang memiliki tingkat rasa humor yang rendah, 124 responden yang rasa humomya berada pada taraf sedang (rentang skor 54-70), 59 responden dikategorikan memiliki tingkat rasa humor yang tinggi dengan rentang skor antara 71 sampai 96.
Hasil adaptasi alat tes ini tidak berbeda jauh dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti aslinya (Thorson & Powell, 1993). Dan penelitian terhadap 426 orang di Nebrasaka didapatkan penyebaran skor dari nilai 31 hingga 96, sementara pada penelitian ini (N = 210) skornya terdistribusi secara normal dari angka 28 hingga 96. Sementara itu, berkaitan dengan data kontrol, Thorson & Powell juga tidak menemukan perbedaan siginfikan pada tingkat usia dan jenis kelamin (Thorson & Powell, 1993), sama halnya dengan hasil pada penelitian ini. Mengenai 2 item yang memiliki validitas rendah (item nomor 19 dan 20) yakni kemungkinan karena tidak dapat diterjemahkan secara baik dari bahasa aslinya (keterbatasan kosa kata Bahasa Indonesia). Keterbatasan sebuah hasil adaptasi skala memang banyak dipengaruhi oleh terbatasnya jumlah dan jenis kosa kata dari masing-masing negara tempat suatu alat tes diadaptasikan. Hal ini pernah terjadi saat Thorson & Powell (1991) melakukan adaptasi skala Svebak's Sense of Humor Questionnaire. Hasilnya menunjukkan tingkat validitas dan reliabilitas yang sangat rendah (0.512), yang menurut penelitian Thorson & Powell tak lain disebabkan karena alat ukut ini tidak dapat diterjemahkan secara baik dari bahasa aslinya Norwegia (Thorson & Powell, 1991). Salah satu dimensi dari alat ukur ini (uses of humor for coping) terbukti cukup baik untuk mengaitkan humor dengan kemampuan menghadapi situasi sulit dalam hidup dan selanjutnya dapat berperan untuk setting klinis (Thorson & Powell, 1991).
Untuk penelitian lebih lanjut dapat dicermati pengalihbahasaan secara lebih teliti dan menghindari ambiguitas makna pada tiap-tiap item, gunanya untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas skala. Pada data kontrol, ada baiknya jika pilihan rentang usia dipersempit guna melihat ragam karakteristik usia yang lebih spesifik. Saran praktis: skala ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi rasa humor pada klien dengan gangguan klinis. Rasa humor ada kaitannya dengan kepribadian matang, dan jika diketahui adanya rasa humor pada klien, maka dapat berguna bagi perkembangan kepribadian klien selanjutnya, terutama juga berguna dalam menangani masalah yang sedandihadapinya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
S. Zuraeny H.
Jakarta: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1980
S2202
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Natalia Kunti Handayani
1999
S2429
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Agustina M. Indrawati
"Adanya kesesuaian peran suami isteri dalam perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan perkawinan. Secara uiaum, kepuasah perkawinan lebih bergantung pada kesesuaian antara harapan suami terhadap perilaku isterinya dibandingkan dengan kesesuaian antara harapan isteri terhadap perilaku suaminya. Hal ini disebabkan oleh pengertian budaya yang mengatakan bahwa wanita lebih toleran dan memiliki tingkat penyesuaian diri yang lebih tinggi daripada pria. Namun, pengertian ini kemungkinan tidak berlaku lagi seiring dengan adanya perubahan-perubahan peran wanita.
Fenomena isteri yang bekerja diduga akan membawa dampak bagi aspirasi dan harapan mereka, termasuk harapan terhadap peran suami isteri dalam kehidupan perkawinan yang dijalaninya. Penelitian ini hendak melihat apakah ada perbedaan harapan terhadap peran suami, perbedaan kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami, serta perbedaan kepuasan perkawinan antara isteri yang bekerja dan isteri yang tidak bekerja. Selain itu, hendak ditelaah bagaimanakah pengaruh kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami terhadap kepuasan perkawinan pada isteri yang bekerja dan isteri yang tidak bekerja. Subyek dari penelitian ini adalah 38 isteri yang bekerja dan 33 isteri yang tidak bekerja dengan usia perkawinan maksimal 2 tahun, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dengan pengambilan sampel secara accidental sampling.
Dari penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara kepuasan perkawinan dengan kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami pada kelompok isteri. Masing-masing aspek kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami ternyata juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan perkawinan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek pengurus rumah tangga, pencari nafkah, hubungan seksual, hubungan kekerabatan, pelaksanaan rekreasi, diikungan emosional, pengambilan keputusan, hubungan interpersonal, komunikasi, dan partisipasi dalam bidang keagamaan.
Dari penelitian ini diketahui pula bahwa status pekerjaan, yaitu bekerja dan tidak bekerja, tidak berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan, kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami, serta harapan terhadap peran suami. Hasil lain dari penelitian ini adalah bila ditinjau dari aspek-aspek kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami, aspek dukungan emosional merupakan faktor yang memberikan pengaruh terbesar bagi kepuasan perkawinem, baik pada isteri yang bekerja maupxin isteri yang tidak bekerja. Meski demikian, isteri yang bekerja juga beranggapan bahwa aspek pencari nafkah adalah juga faktor yang paling tinggi memberikan pengaruh terhadap kepuasan perkawinan dibandingkan aspek-aspek lainnya.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya metode kuesioner ditunjang dengan wawancara untuk mendapat hasil yang lebih kaya dan mendalam. Selain itu, disarankan pula untixk diadakan penelitian pada kelompok usia perkawinan dari beberapa tahapan daur kehidupan berkeluarga, serta melibatkan keloiapok isteri dengan posisi manajerial di pekerjaannya atau yang memiliki penghasilan lebih tinggi daripada suaminya- Untuk melengkapi hasil penelitian ini, dapat pula dilakukan penelitian mengenai pengaruh kesesuaian antara harapan dan perilaku peran isteri terhadap kelompok suami yang memiliki isteri yang bekerja dan kelompok suami yang memiliki isteri yang tidak bekerja."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Metty Karuni Devi Pendit
"Dalam kehidupan sehari-hari terutama di kota Jakarta, semakin banyak ditemukan wanita yang bekerja di luar rumah. Wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki keluarga ini menjalankan peran ganda sebagai ibu, istri, ibu rumah tangga dan peketja. Semakin banyak peran yang dijalankan maka semakin banyak kesulltan yang dialami. Kesulitan yang dialami dalam memenuhi kewajiban peran disebut sebagai role strains (Johnson & Johnson dalam Mattlin. 1987). Role strains merupakan salah satu stresor. Pearlin & Schooler (1978) mengemukakan bahwa ada 4 kategori strains yaitu parental strains, occupational strains, marital strains dan household economics strains.
Untuk mengatasi kesulitan ini diperlukan adanya suatu upaya yang disebut dengan coping. Dalam penelitian ini. akan dibahas mengenai coping pada wanita berperan ganda. Klasifikasi coping yang digunakan adalah menurut Pearlin & Schooler (1978) dan Hall (dalam Unger & Crawford, 1992). Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran tentang role strains yang dialami oleh wanita berperan ganda; bagaimana perasaan yang dirasakan sebagai akibat dat^t'fole strains] dan bagaimana coping yang dilakukan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan wawancara dan direkam. Penulis menggunakan pedoman wawancara sebagai kerangka berpikir dalam melakukan wawancara. Metode pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling terhadap subyek dengan karakteristik: wanita bekerja yang telah menikah dan memiliki suami yang beketja; berusia sekitar 30 tahun; memiliki anak balita; pendidikan terakhir minimal SLA; waktu beketja lebih dari 40 Jam dalam seminggu; dan tinggal bersama suami. Penulis melakukan wawancara terhadap 33 orang, namun hanya 25 orang yang dapat dianalisis lebih lanjut.
Penelitian ini menghasilkan bahwa parental strains dan occupational strains paling banyak dialami oleh subyek penelitian ini. Kesulitan ini banyak dialami oleh subyek karena wanita berperan ganda ingin memberikan perhatian dan kasih sayang kepada anak balitanya namun ia Juga ingin mempertahankan karir yang telah dibina sejak sebelum menikah (Cardozo, 1986). Sedangkan marital strains dan household economics strains sedikit dialami oleh wanita berperan ganda. Penulis menduga bahwa sedikitnya marital strains yang dialami karena wanita telah lama terikat dalam hubungan perkawinan dengan suami dibandingkan dengan anak. Anak diasumsikan sebagai orang yang belum dapat mandiri/ masih tergantung pada ibu. Household economics strains yang rendah terjadi karena adanya ketergantungan pada pembantu di masyarakat Indonesia (terutama Jakarta). Perasaan yang banyak dirasakan oleh wanita berperan ganda sebagai akibat dari strains yang dihadapi adalah takut, khawatir, rasa bersalah dan bingung.
Coping menurut Pearlin & Schooler yang paling banyak digunakan adalah self-reliance, optimistic action, seeking of advice or help dan negotiation in marriage. Sedangkan coping menurut Hall yang paling banyak digunakan adalah reactive role behavior dan personal role redefinition."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>