Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurcholis Al-Anwary
Abstrak :
Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain sandang dan pangan. Tetapi di sisi lain rumah juga dapat menjadikan sumber penularan penyakit jika kondisi sanitasi dan lingkungannya diperlakukan secara tidak higienis. Desa Pongangan Gresik merupakan salah satu desa yang mendapatkan paket binaan Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman melalui program magang siswa Sekolah Perawat Kesehatan Gresik tahun 1995/1996 sampai 1998/1999. Untuk mengetahui adanya pengaruh positif terhadap penerapan paket program binaan Penyehatan Lingkungan Pemukiman tersebut perlu dilakukan penelitian terhadap perubahan perilaku masyarakat dalam mengkondisikan sanitasi perumahannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya peningkatan perilaku sanitasi perumahan di antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi paket binaan program Penyehatan Lingkungan Pemukiman, mengetahui skor perilaku sanitasi pada KK-Binaan lebih baik daripada skor perilaku sanitasi pada KK-Kontrol, serta untuk mengetahui faktor karakteristik (pendidikan, umur, pengetahuan,tanggungan keluarga, penghasilan, dan status kepemilikan rumah) yang paling dominan pengaruhnya terhadap peningkatan perilaku sanitasi perumahan di Desa Pongangan Gresik. Disain penelitian ini adalah Kuasi Eksperimental (Non Randomized Pretest-Posttest Control Group Design) dengan pengumpulan data dilakukan melalui survei serta pengamatan langsung terhadap out come perilaku sanitasi pada masing-masing responden. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang kepala keluarga binaan dan 50 orang kepala keluarga kontrol. Hasil penelitian pada analisis Bivariat menunjukkan ada peningkatan perilaku sanitasi yang bermakna antara sebelum dan sesudah dilakukan intervensi binaan program PLP. Dalam analisis ini juga diketahui perilaku sanitasi KK-Binaan lebih baik daripada perilaku sanitasi pada KK-Kontrol. Pada analisis Multivariat diketahui, bahwa karakteristik yang paling dominan mempengaruhi perilaku KK-Binaan adalah tingkat pengetahuan dengan (p-value = 0,015) dan koefisien korelasi 0,341 sementara pada KK-Kontrol adalah tingkat penghasilan dengan (p-value = 0,023) dan koefisien korelasi 0,321. Untuk mengembangkan model penerapan paket binaan program PLP ini selanjutnya disarankan agar dilakukan pembinaan yang lebih intensif dari institusi terkait dengan melibatkan peran-serta masyarakat untuk membiasakan dan melembagakan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) melalui wadah organisasi Desa seperti PKK, Dasa Wisma dan kegiatan Getok Tular dengan group leader pada KK-Binaan. Demikian sehingga diperoleh hasil pembangunan yang efektif dan efisien bagi masyarakat.
The Impact of Implementation Program Promotion Package on Living Environment Improvement Towards Improving Living Sanitation Behavior at The Village of Pongangan Gresik, 2001Home is one of the main needs of human being, besides cloth and food, but in other side home is also become source to communicating the disease, if the condition of its sanitation and environment applied unhygenicly. The village of Pongangan, Gresik was one the villages that having package on living environment improvement through job training program of students Health Nursing School, Gresik in 1995/1996 to 1998/1999. Toidentify there is a positive impact to the application of that program, it should be conducted a study on community behavior change in conditioning its living sanitation. The objective of this study was to determine the improvement of behavior living sanitation before and after conducting intervention of the program, to know the score of sanitation behavior to KK-Program and KK-Control. It also to know the characteristic factors (education, age, knowledge, family responsibility, income and the status of house ownership) that the most dominant has impact to the improvement of living sanitation behavior at the village of Pongangan, Gresik. The design of this study used Non Randomized Pretest-Posttest Control Group. The data was collected through survey and direct observation to out come sanitation behavior to each respondent. The sample of this study is 50 families head program and 50 families head control. The result of this study showed that on multivariate analysis there was the most dominant characteristic that influence to behavior of family head program is the education level with p-value = 0,015 and correlation coefficient 0,341. While on family head control was income level with p-value = 0,023 and correlation coefficient 0,321. To develop the implementation model, it is recommended to do promoting intensively of related institution by involving the Community Health Education. In generating and socializing the health and clean living behavior through village organization such as Family Life Education (PKK), Dasa Wisma and Getok Tular activities with leader group on family head program. So it can be obtained the result of building effectively and efficiently to community.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T585
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Komalasari
Abstrak :
Peraturan Menkes Rl No.416 tahun 1990 dalam standar kualitas Air Minum menyatakan bahwa air minum tidak boleh terdapat bakteri Eschericia coli dalam 100 ml contoh air. Adanya bakteri Coliform merupakan indikasi air tercemar kuman pathogen, sehingga bakteri Coliform merupakan indikator pencemaran air secara mikrobiologis. Bakteri E. Coli dapat menyebabkan Gastroenteristis. Salah satu cara mengurangi bakteri bakteri E. coli pada proses pengolahan air adalah dengan proses koagulasi (penggumpalan) yang diikuti proses flokulasi (pembentukan flok) dan sedìmentasi (pengendapan flok). Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan koagulan adalah penggunaan koagulan yang tepat untuk tingkat kekeruhan air baku yang sudah ditentukan (dalam hal ini kekeruhan tinggi). Koagulan yang umum digunakan adalah AI2(SO4)3 yang biasa disebut tawas atau alum, karena cukup murah dan mudah didapat dipasaran. Kenyataan menunjukkan tingkat kekeruhan air baku (dalam hal ini sungai Ciliwung) semakin tinggi sehingga diperlukan koagulan alternatif yang lebih efektif. Penggunaan koagulan PAC (Poly Aluminum Chiorida) sebagai koagulan alternatif yang lebih efektif untuk air baku kekeruhan tinggi. Metode penelitian ini adalah true eksperimental. Sebagai kelompok eksperimen adalah sampel air baku yang diberi koagulan PAC, sedangkan kelompok pembanding adalah sampel air baku yang diberi koagulan Alum atau Tawas. Penelitian ini dilakukan dalam skala taboratorium, yaitu melalui analisa jartes untuk menentukan dosis optimum koagulan. Percobaan dilakukan di laboratonum pusat PAM Jaya dengan mengambil sampel air baku kekenihan tinggi (100 - 500 NTU) dan melakukan lima kali percobaan dengan total sampel 30. Dosis koagulan yang digunakan adalah 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm. Hasil yang diperoleh adalah Reduksi Eschericia coli rata-rata oleh PAC adalah 88.3166 dengari reduksi maksimum 99.97 % dan oleh Alum adalah 73.30 % dengan reduksi maksimum 96.67%. Secara statistik beda reduksi PAC terhadap Mum adalah perbedaan bermakna dengan nilai p <0,05. Dosis optimum rata-rata PAC adalah 20 ppmdengan rata-rata reduksi 89.01 %. Dosis optimum rata-rata Alum adalah 30 ppm dengan rata-rata reduksi 81.60 %. Melihat kualitas air yang dihasilkan terhadap parameter pH, kekeruhan, dan E. coil Iebih baik menggunakan PAC. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum PAC adalah : kekeruhan 7,2 NTU, pH akhir 7.08 dan reduksi E. coil 97.29%. Nilai rata-rata kualitas air pada pemberian dosis optimum Alum adalah: kekeruhan 16.2 NTU, pH 6.8 dan reduksi E. coil 95.06%.

Secara ekonomis didapat penghematan yang cukup besar, yaitu dengan pemakaian PAC dapat dihemat biaya Rp 47.740.400 / bulan untuk Instalasi I PAM DKI Jaya. Perhitungan ini diambil dan penghematan penggunaan dosis koagulan dan dosis kapur tohor, dimana dengan PAC tidak diperlukan pemakaian kapur tohor untuk menaikkan pH.

Dari hasil ini disarankan untuk air baku kekeruhan tinggì PAC dapat dijadikan koagulan pengganti Alum, karena dari segi teknis Iebih menguntungkan, yaitu tidak perlu penambahan kapur tohor untuk menetralkan pH dan mengurangi dosis Kaponit pada proses desinfeksi serta waktu digunakan lebih pendek, dari segi biaya lebih hemat, dan dari segi kualitas air yang dihasilkan lebih baik.

......In general, raw water which comes from the river has been contaminated by human or animal feces which is shown by the existing of an organism society called Coliform such as Bacterium coli, Bacilus coil or Eschericia coli which are the ones of microbiologie parameter. The existent of Coliform bacteria is an indicator of pathogenic bacteria, so the Coliform bacteria is an indicator of microbiological water contamination. Ministry of health regulation no.416 1990 for standardization of drinking water states that the drinking water mustn’t contain the Eschericia coil bacteria in 100 ml the sample of water.

The E. coil bacteria may cause Gastroenterist. One way of reducing E. coli bacteri in the water treatment is by coagulation process which is followed by floculation and sedimentation, One factor which determined the succes of coagulation is the use of the right coagulant for determined standard turbid raw water (in high tu bid level matter). The most commonly used coagulant is the AI2(SO4)3 called “Tawas” or “Alum”, it is quite cheap and can be found easily. The fact shows that the high turbid level of raw water (in Ciliwung river matter) is getting higher, so an alternative of more effective coagulant is needed. Lise of the PAC (Poly Aluminum Chloride) coagulant is more effective for high turbid level raw water.

Method used in this research is true experimental. The experiment group consists of samples of raw water with the PAC coagulant, compared with samples of raw water with Tawas or Alum coagulant Research was done in an laboratory scale, through jartest analysis to decide the optimum dose of coagulant. The experiment was done at the PAM Jaya Laboratory by taking samples of high turbid of raw water (100-500 NTU) and doing 5 times experiment with total samples of 30. The coagulant doses used of are 20, 25, 30, 35, 40, 45 ppm.

Average reduction of E. coli by the PAC is 88,32%, with maximum reduction of 99.97%, and by the Alum is 73.3% with the maximum reduction of 96.67%. Statistically, the reduction difference between PAC and Alum is (15.02 ± 5.33)% With P <0.05 in CI 95% of significant difference. The avarage optimum dose of PAC is 20 ppm with average reduction of 89 %. The average optimum dose of Alum is 30 ppm with average reduction of 81.6%. If we see the produced water quality the parameters Like: pH, turbidity, and E.coli, it would be better for us to use the PAC. The average values of water quality with PAC optimum dose given are : the turbidity is 7.2 NTU, the last pH is 7.08 and the E. coli reduction is 97.29%. Condition with Alum are: the turbidity is 16.2 NTU, the PH is 6.8 and the E.coli reduction is 95.06%.

Economically, by using the PAC we can save costs for about Rp 47.740.000/month. This calculation was done by savings in coagulant dose and in quick lime dose, which by using the PAC we do not need the quick-lime to increase the pH anymore.

Using the results obtained, it’s recomended , for the high level turbidity of the raw water, to use the PAC as a substitution of Alum. Technically, it gives more revenues by not using the quick-lime addition to neutralize the pH, reduces the “Kaporit” dose in the dissinfection process, and shortens the process time. We can also reduce costs, because it’s cheaper, and we can get better water quality than before.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1996
T3644
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library