Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Djamal Abdullah Hasan
Abstrak :
Untuk mencari variabel-variabel yang mempengaruhi keberhasilan resusitasi jantung paru di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, telah dilakukan penelitian secara cross sectional terhadap 37 penderita pada periode 1 Januari sampai 30 April 1992. Untuk melihat kondisi yang dapat pulang hidup, dilanjutkan dengan pengamatan sampai 31 Juli 1992. Dua puluh tiga (62,16%) penderita timbul sirkulasi spontan selama RJP, 15 (40,54%) penderita dapat dipertahankan tekanan darah minimal 1 jam (RJP berhasil). Pada umumnya kematian terjadi dalam 24 jam pertama, 9 penderita dapat hidup setelah 24 jam. Tujuh (18,9%) penderita berhasil pulang hidup dari Rumah Sakit. Satu penderita dengan cacat neurologis menetap. Lima orang masih hidup hingga akhir pengamatan, satu penderita (yang mengalami cacat neurologis pada saat pulang) meninggal dirumah karena CVD dan seorang lagi tidak diketahui alamat terakhir. Dari 55 variabel yang diteliti terhadap keberhasilan RJP dan kondisi penderita pada saat pulang dari RS (hidup/meninggal), diuji secara univariate Perbedaan bermakna bila p < 0,05. Adanya iskemi miokard, tekanan darah < 90 mmHg, kadar ureum > 50 mg/dl sebelum henti jantung merupakan prediktor negatif untuk dapat pulang hidup dari RS. Pada saat. henti jantung, aritmi (FV dan TV, yang sebagian tampak dengan gejala kejang) merupakan prediktor positif untuk keberhasilan RJP dan kemungkinan pulang hidup dari RS . Sedangkan lama henti jantung dengan resusitasi > 15 menit perlunya intubasi merupakan prediktor negatif untuk keberhasilan RJP dan kemungkinan pulang hidup dari RS. Gula darah < 90 atau > 200 mg/dl selama RJP merupakan faktor prediktor negatif untuk dapat pulang hidup dari RS. Setelah teratasi henti jantung, produksi urine < 300 mlj 24 jam pertama, hipotensi lama, RJP berulang, koma setelah RJP, merupakan prediktor negatif untuk dapat pulang hidup dari RS.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1993
T58001
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Darmoutomo
Abstrak :
Tujuan: (1) mengetahui perubahan komposisi cairan tubuh dalam 24 jam pasca bedah pintas koroner dengan pintas jantung paru (BPK+PJP); (2) mengetahui besarya katabolisme protein dalam 24 jam pasca PBK+PJP; (3) mengetahui hubungan antara perubahan cairan infra sal (OS) dengan katabolisme protein.
Tempat: Unit Terapi Intensif Rumah Sakit Jantung Harapan Kita
Metodologi: Setelah mendapat persetujuan etik dari komite etik penelitian medis NCC, Harapan Kita Hospital, diperoleh 20 pasien laki-laki dengan BPK terencana. Volume cairan tubuh diukur dengan multiple frequency bioelecirical impedance (Dietosystem, Italy) pada frekuensi 1, 50, dan 100 kHz dengan menggunakan formula Guricci. Impedans diukur, 1 kali pra bedah dan 3 kali pasca bedah setiap 8 jam. Perubahan komposisi cairan tubuh dinilai dengan uji-t untuk 2 kelompok berpasangan. Nitrogen urea urin (NUU), kreatinin urin dan imbang nitrogen digunakan sebagai indikator katabolisme protein dengan menampung urin 8 jam pada interval yang sama dengan pe ukuran MFBIA Imbang nitrogen diperoleh dengan menghitung asupan dan NUU 24 jam pasta bedah. Hubungan antara perubahan cairan infra sel (CIS) dengan indikator katabolisme dihitung dengan uji korelasi Spearman Rank
Hasil: Nilai ZI00 adalah 479 5l, indeks impedans 57,3 cm2/Q, dan volume cairan tubuh total (CM') 33,1 L terdiri dari 44,0% cairan ekstra sel (CES) dan 56,0% CIS. Pra bedah pasien termasuk euvolemia. Intra bedah terjadi imbang cairan +1744 (826-4312) mL. Delapan jam pertama terjadi peningkatan bermakna dari cairan tubuh. Dalam 24 jam pasca BPK+PJP terjadi peningkatan CTT 16,0%; CES 20,7%, dan CIS 13,0%. Peningkatan cairan masih dalam nilai euvolemia. Tidak terdapat hubungan bermakna antara perubahan volume cairan tubuh yang diukur dengan MFBIA dan imbang cairan. Median asupan selama 24 jam pasca bedah adalah 926 (127-1903) kkal dan 28 (0-69) g protein. Secara statistik terjadi peningkatan bermakna dari NUU pada 8 jam ketiga pasca BPK+PIP. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kreatinin urin pra bedah dan pasca bedah. Median imbang nitrogen -8{(-12,7) - (-1,6)} g. Terdapat korelasi negatif antara peningkatan volume CIS dan NUU (r - 0,57; p = 0,01).
Kesimpulan Penelitian ini menunjukkan kompartemen cairan tubuh meningkat dalam 24 jam pasca BPK+PJP. Katabolisme protein ringan terjadi dalam 24 jam pasca BPK+PTP. Terdapat korelasi negatif antara peningkatan volume CIS dengan NUU, namun diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan hubungan ini, terutama pada pasien BPK+PJP".
The Correlation Between Intra Cellular Water And Protein Catabolism After Coronary Artery Bypass Grafting: Using Multiple Frequency Bioelectrical Impedance
Objective: (1) to investigate the changes of body water compartment within 24 hours after elective coronary artery bypass grafting (CABG) surgery with extracorporeal circulation; (2) to observe protein catabolism within 24 hours after elective CABG with extracorporeal circulation, and (3) to correlate between the changes of intra cellular water (ICW) with protein catabolism indicators.
Location: Intensive Care Unit, Harapan Kita National Cardiac Center, Jakarta.
Subjects and Methods: Twenty male patients with coronary artery disease were recruited for the study. Impedance was measured at 1, 50, 100 kHz using multiple frequency bioelectrical impedance (Dietosystem, Italy) four times: at baseline, at the 1°, 2 and 3 8 hours after surgery. The volume of body water compartment was calculated using Guricci's formula. Urinary urea nitrogen (UUN) and urinary creatinine were assessed using 8-hour urine collection within 24-hour period. Nitrogen balance was calculated by subtracting nitrogen intake with urinary nitrogen. The correlation between the changes of ICW and protein catabolism indicators was tested with Spearman Rank Correlation.
Results: At the baseline, mean values of Ziw impedance and impedance index were 479 S~ and 57.3 cm21n, respectively. Mean total body water (TBW) was 33.1 ± 3.1 L or 48.8% of body weight, consist of 44.0% ECW and 56.0% ICW. This composition was classified as euvolemic. Median intra-operative fluid balance was 1744 (826-3412) mL. Significant increased in TBW, ECW, and ICW was observed at the 1' 8 hours. At the 3'a 8 hours after surgery, TRW, ECW, and ICW increased by 16.3%, 20.7%, and 12.8%, respectively, but the values were within desirable ranges. There was no correlation between TBW changes measured by MFBIA and calculated fluid balance. During 24 hours after surgery, median total energy intake was 926 (127-1903) kcal and protein intake was 28 (0-69) g. UUN increased significantly at the 3'd 8 hours after surgery. No significant difference in urinary creatinine was observed between before and after surgery. Nitrogen balance was -8 ((-12,7)-(-1.6)) g, and there was a negative correlation between ICW changes and NL-U (r = - 0.57; p = 0.01).

Conclusions: The current study indicates that changes of body water compartment occur during 24 hours after CABG, ICW increases within 24 hours after CABG. Mild protein catabolism occurs within 24 hours after CABG. ICW changes have negative correlation with NULL However further comprehensive study is needed to explain this association, especially in CABG patients.
2001
T1474
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library