Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pusparani Hasjim
Abstrak :
PIA Ardhya Garini adalah organisasi istri Angkatan Udara yang lahir di Bandung tanggal 25 November 1956, merupakan organisasi di bawah pembinaan TNI Angkatan Udara dan berinduk pada organisasi Dharma Pertiwi. Pada struktur organsiasi TNI Angkatan Udara, kedudukan PIA Ardhya Garini merupakan kedudukan non-struktural, artinya PIA Ardhya Garini tidak memiliki garis komando di dalam kedinasan TNI Angkatan Udara, organisasi PIA Ardhya Garini hanya mendukung tugas pokok TNI Angkatan Udara dalam meningkatkan kesejahteraan anggota TNI Angkatan Udara dan keluarganya. Anggota PIA Ardhya Garini saat ini berjumlah ± 25000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia, berdomisili di pangkalan-pangkalan udara tipe A, B, C, D dan sekitarnya. Istri perwira berjumlah 5382 (Penyebaran anggota PIA Ardhya Garini terdapat pada lampiran 1). Seorang wanita yang menikah dengan anggota TNI Angkatan Udara secara otomatis akan menjadi anggota PIA Ardhya Garini. Artinya apabila ia mempunyai profesi atau keahlian tertentu ia akan menyandang peran tambahan, selain sebagai istri dari seorang suami yang TNI Angkatan Udara, ia juga mempunyai peran tambahan lain sebagai anggota organisasi PIA Ardhya Garini dan peran anggota masyarakat dengan profesi tertentu. Apabila ia mernpunyai anak maka tambahan peran lainnya adalah seorang ibu, mengurus suami, anggota organisasi PIA Ardhya Garini, anggota masyarakat dan mempunyai profesi tertentu, dan seterusnya. Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah tertangkap keluhan :
  1. Anggota PIA mengalami konflik internal tentang peran ganda dalam kapasitas sebagai isteri prajurit. Di satu sisi sebagai istri yang dinikahi oleh prajurut TNI-AU secara otomatis terikat dengan "kebiasaan" dalam organisasi TNI-AU sebagai anggota dari isteri prajurit (PIA). Di sisi lain sebagai seorang istri, tambahan peran yang merupakan konsekuensi dari tambahan status baru sebagai seorang wanita mungkin kurang dihayati dan ditangkap sebagai hal yang positif, sehingga yang bersangkutan merasakannya "kebingungan" untuk mengelola peran yang menimbulkan konflik internal.
  2. Seorang prajurit, terutama perwira TNI-AU yang menetapkan untuk berkeluarga, memperoleh wanita pendamping dalam perjalanan hidup dan karir di TNI-AU, mungkin kurang mampu membayangkan konsekuensi-konsekuensi yang akan dialami pasangannya sejak mereka terikat dalam status perkawinan. Mereka (suami) lebih mengenal dengan baik peran yang akan diembang pasangannya sebagai isteri dalam tata cara kebiasaan budaya yang ada di Indonesia (isteri dikenal sebagai ?kanca wingking?). Dengan konsep yang demikian dapat dimengerti bila anggota TNI-AU bersikap kurang supportif terhadap peran istri dalam organisasi isteri prajurit, khususnya sebagai pengurus. Sikap yang kurang supportif kemungkinan menggambarkan terjadinya disonansi kognitif (pembenturan kognitif) pada perwira yang pada gilirannya memperkuat gejala di butir pertama tentang : terdapat kerancuan tentang peran ganda isteri (sebagai istri dari pasangan dan sebagai istri perwira yang otomatis menjadi anggota PIA).
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T18255
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pusparani Hasjim
2006
T34049
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chempaka Syahbuddin
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini berfokus pada intervensi yang dilalcukan oleh manajemen di PT KOE untuk mcmbcntuk perilaku hemat energi pada karyawan meialui program carpooling. Pada saat ini ketersediaan energi BBM semakin berkurang. Menurut UU Konsewasi Encrgi no.30 tahun 2007 adalah tanggungjawab semua pihak untuk melakukan konservasi energi. Karena pemakaian BBM di Indonesia terbanynk dikonsumsi oleh sektor industrl, dengan perincian sebagai berikut : yaitu sektor rumah tangga sebesar 21,5%, sektor transportasi 37,9% serta sektor industri sebesar 40,6%, maka sektor indushi sangat mcnaruh perhatian khusus untuk menghemat energi. Disinilah perusahaan dapat berpanisipasi. Energi dalam arti spcsifik yang dipakai industri adalah energi listrik yang menggunakan bahan bakar minyak untuk pembangkilnya. Dalam rangka ikut berpartsisi dalam melakukan pcnghematan energi di perusahaan, managemen PT KOE mcncari program konservasi energi yang sesuai dengan keseharian karyawannya. ' Melalui observasi dan wawancara yang dilakukan penulis, tergambarkan pola keseharian karyawan di PT KOE yang mengakibatkan pemakaian listrik yang melebihi semestinya di dalam kantor. Hal ini menyebabkan membengkaknya biaya listrik yang harus dibayarkan oleh perusahaan. Untuk menimbulkan perilaku konscrvasi cnergi, penul is mengusulkan kepada perusahaan untuk melakukan program kompetisi carpooling, yaitu sebuah perilaku dimana karyawan menggunakan satu mobil beramai-ramai sewaklu berangkat dan pulang kerja. Bertujuan untuk melihat intensi karyawan dalam melakukan carpooling, penulis melakukan intervensi di perusahaan dengan menyebarkan informasi selama tiga hari benurut-turut kcpada kclompok yang terdiri dari 30 orang dengan kritcria mcmiliki mobil pxibadi dan berdomisili di luar Jakarta. Dilakukan juga pengukuran intensi, sebelum dan sesudah intervensi. Hasil yang didapat adalah teljadi kcnaikan intcnsi untuk melakukan cmpooling puda karyawan setelah diadakan intervensi. Berdasarkan hasil intervensi ini, pcnulis mengusulkzm kepada pemsahaan untuk mclaksanakan kompetisi carpooling antar karyawan untuk membentuk perilaku melakukan carpooling sewaktu berangkat dam pulang kantor bcrsama rekan sekerja.
ABSTRACT
Today, the supply of energy from fossil fuel is depleting, white the demand is increasingly higher. Consequently, the price is also rising higher every day. The Conservation Bill no.30 year 2007 (Undang-undang Konservasi no.30 tahun 2007) has stated that it is the responsibility ot' all involved in society such as the industry, the transportation and the households sector to conserve energy. The statistics shows that the industrial sector has consumed 40,6% ot? all energy consumption, followed by the transportation sector that reaches 37% and the household sector is 21 ,5%. Therefore, the industry is the sector most conccmcd to safe energy a way to cut energy cost. Energy in industrial term means electricity; as such electric power plant to be able to operate needs fossil fuel as the energy. The intervention in corporation done by PT KOE company toward its employees is done because the company is seeking a solution, a way to conserve energy meaning to cut electricity cost. From observation and interviews, the writer finds out the routines of the everyday life of the employees of PT KOE company which eventually effects the consumption of electricity which is higher than it should be. The management of PT KOE has agreed to a proposal submitted bythe writer to conduct intervention within corporation which is the carpooling, a behavior in which employees to go to work and go home together sharing one car with fellow employees. The writer conducts intervention in corporation by spreading infonnation to a group of 30 employees in a three days? time in sequence, with the following criteria: each has a private car, each lives in outer J akarta. Intention measurement is also done before and after intervention. The result is the raise of intention of the employees atier the intervention conducted. Based on the result of the intervention, the writer proposes to the management of PT KOE to conduct carpooling competition to develop carpooling behavior to go to work and to go home together with colleague by sharing a car.
2008
T34106
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evi Nofita
2008
T37644
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Emmalia Sutiasasmita
Abstrak :
Berbagai cara pendekatan manusia kepada Allah SWT., dapat dilakukan meialui banyak jalan yang dapat dipilih, salah satunya dengan jalan menjadi penari whiriing yang masih terlihat fenomenal di sekitar rnasyarakat Islam, khususnya di Jakarta. Untuk itu akan menjadi sebuah wawasan yang baik untuk dikaji, maka tesis ini bertujuan untuk mengetahui kécerdasan spiritual pada penari whirling yang berada dalam sebuah kelompok pengajian, yaitu Rumi Cafe, dengan memakai metode kualitatil§ dan mcnggunakan pendekatan studi kasus pada empat penari whirling. Menari whirling adalah kegiatan ritual kelornpok sufi yang melibatkan kekuatan fisik dan non fisik atau mistisismc pada para penarinya, gemkan tariannya adalah berputar, diiringi oleh musik spesifik para Sufi, dengan mengambil acuan dari tarian whirling Jalaluddin Rumi, di mana dalam seluruh penampilannya terdapat arti yang khusus sebagai persembahan kepada Illahi Rabb, dengan tujuan meridekatkan dirinya kepada Allah SWT. Oleh karenanya diperlukan kecerdasan spiritual untuk mcnjadi seorang darwis. Kcccrdasan spiritual adalah suatu pemahaman yang ccpat dan tepat terhadap sesuatu yang immaterial, yang ditandai dengan adanya makna, nilai-nilai, transcndcn, yang cliscbut juga sebagai landasan pemaknaan mclalui bergimgsinya IQ dan EQ, terhadap segala sesuatu yang dihadapi clalam kelangsungan kehidupan setiap manusia. Untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual pada penari whirling, dalam penelitian ini, dengan mengeksplorasi seluruh aspek-aspck keccrdasan spiritual, yaitu: Meaning, Values, Transcendence, Connecting dan Becoming. Sedangkan manfaat yang diperoleh dari seorang darwis yang telah mempunyai kecerdasan spiritual, dilihat dalam perilaku keseharian dan kcadaan/perasaan batiniahnya dengan menggunakan pcndckatan psikologi Ilinnspersonal, yang meliputi: kesadamn ruh dan aktualisasi, kesadaran kosmis, pengalaman mistik, pengalaman puncak dan ekstase. Kescluruhan aspek-aspek dan manfaar yang diperoleh para penari whirling tersebut terkait erat dengan faktor-faktor yang berada disekelilingnya yaitu, Allah SWT. Diri sendizi, orang lain dan dunia fisik hasil pcnelitian tentang kecerdasan spiritual yang ada pada para penari whirling dj Rumi Cafe, mcnunjukkan bahwa seluruh faktor kecerdasan spiritual telah dapat dipahami dan diternpatlcan sesuai dengan tuntutan masing-masing serta diterapkan atau disesuaikan kc dalam scluruh aspek kecerdasan spiritual, sehingga manfaatnya dapat rnernaknai kehidupan para penaxi whirling, serta hidupnya lebih bermakna, terlihat dari perilaku dan disiplin dalam kesehariannya. Dengan demildan dapat disimpulkan bahwa kecerdasan spiritual merupakan sebuah dasar bagi kchidupan scorang penaii whirling.
Many ways can be done to bring humans closer to Allah SWT., one is becoming a whirling dervish dancer - which seems to be a phenomenon in the moslem society, especially in Jakarta. That would make a good insight to be assessed, therefore this thesis Mves to discover the spiritual intelligence of the whirling dervish dancers in Rumi Café Jakarta, using qualitative methodology and case-study approach on four of it`s dancers. "Whirling dervish" is a spiritual rite of the sufi which includes physical and non-physical (mysticism) powers. The moves are whirling, accompanied by a specific music of the sufi, referring to the whirling dance of Jalaluddin Rumi, in which every perlbrmances has a special meaning to bring oneself closer to Allah SWT. That`s why spiritual quotient is needed to be a dervish dancer. Spiritual intelligence is a quick and right understanding of immaterial matters, marked by meaning, values, transcendenoe , or the bases of meaning through the functioning of IQ and EQ, to face every happenings in every human beings lives. To found out the spiritual intelligence level of the dancers, the whole aspects of spiritual quotients - Meaning, Values, T ranscendence. Connecting and Becoming were explored. While the benefits of high spiritual quotient level of a dancer were observed in daily manners and emotions, using Transpersonal psychology which includes: Spirit Awareness and Actualization, Cosmic Awareness, Mystic Experience, Peaking and Ecstasy. These whole aspects and benefits gained by the dancers are tightly related with surrounding factors like God Seyf Other People, and Physical Worlds. The result shows that the spiritual intelligence has been understood and applied at all designated place in every aspects of spiritual intelligence, and the benefits give more meanings to the lives of the dervish, as reflected in their daily manners and disciplines. Thereby it can be concluded that spiritual intelligence is a base for the life ofa whirling detvish dancer.
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T33422
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Siti Rachmadani
Abstrak :
Kepuasan kerja adalah variabel sikap yang merefleksikan bagaimana perasaan evaluatif individu mengenai pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan salah satu variabel pekerjaan yang penting karena berkontribusi besar terhadap efektifitas perusahaan dan pada pekerja itu sendiri. Kepuasan kerja dipengaruhi faktor lingkungan pekerjaan dan faktor karakteristik pribadi. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi kepuasan kerja adalah Locus Of Control (LOC), yakni keyakinan umum individu pada kemampuannya untuk mengontrol penguatan (reinforcement) positif serta negatif dalam hidupnya. Individu dengan LOC eksternal merasa hidupnya dikontrol oleh nasib dan keberuntungan. Sedangkan individu dengan LOC internal merasa dirinya mengontrol setiap peristiwa. Penelitian sebelumnya memperlihatkan individu dengan LOC internal merasa lebih puas dengan pekerjaannya dibanding yang eksternal. Diantaranya penelitian tersebut dilakukan pada subyek mahasiswa dan karyawan teknis. Untuk melihat lebih jauh hubungan LOC dengan kepuasan kerja pada subyek berbeda, yakni karyawan pabrik, maka dilakukan penelitian ini. Subyek penelitian adalah karyawan pabrik berjumlah 125 orang, dengan metode pengambilan sampel nonprobability-incidental sampling. Tipe penelitian berbentuk ex-post facto field study dengan correlational design. Alat ukur penelitiannya adalah skala adaptasi Work Locus Of Control Scale dan skala adaptasi The Job Satisfaction Survey. Untuk memperoleh gambaran LOC dan kepuasan kerja digunakan mean average, dan untuk melihat korelasi keduanya digunakan teknik Pearson's product-moment. Hasil penelitian adalah koefisien korelasi LOC dengan kepuasan kerja yakni sebesar -0.512 yang signifikan pada LOS 0.05 dan 0.01. Sehingga kesimpulan penelitian ini adalah semakin internal LOC, subyek semakin puas terhadap pekerjaannya, dan sebaliknya, semakin eksternal LOC, subyek semakin tidak puas terhadap pekerjaannya. ......Job satisfaction is an attitude variable that represent an individual's evaluative feelings toward his or her job. Job satisfaction is on of a job variable that is important because it contribute a lot to the company effectiveness and the individual itself. Job satisfaction is influenced by work environmental and personal characteristic factors. Personal characteristic that influence job satisfaction is locus of control (LOC). LOC is an individual's generalized belief in his or her ability to control positive and negative reinforcement in life. Individual with external LOC feel that his or her life is controlled by fate and luck. On the other hand, individual with internal LOC feel that he or she can control their life. Others research that has been done before shows that individual with internal LOC feels more satisfied with his or her job compared to the external LOC. Some of the research used college students and technical employees as the subject. To see more about the correlation between LOC and job satisfaction on different subject, with factory workers as the subject, so this research is held. Research was held among 125 factory workers using nonprobabilityincidental sampling method. The type of this research was ex-post facto field study with correlational design. The measurement that was used are Work Locus of Control and The Job Satisfaction Survey adaptation scale. Mean average was used to get description of LOC and job satisfaction, and pearson-product moment was used to see correlation between them. The result showed that coefficient of correlation between LOC and job satisfaction is - 0.512 which is significant at LOS 0.05 and 0.01. The conclusion of this research is the more internal subject's LOC, the more satisfied they feel about their job. On the other hand, the more external subject's LOC, the more dissatisfied they feel about their job.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Nuzululhayati
Abstrak :
Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh iklim untuk berinovasi terhadap perilaku inovatif terkait dengan Sosialisasi Objektif 2013 PT IA dengan tema ?Synergy for Operational Excellence?. Berdasarkan hasil wawancara dan focus group discussion untuk mengetahui permasalahan organisasi, diketahui bahwa terdapat kebutuhan untuk berinovasi pada organisasi. Hal ini dikarenakan perubahan kondisi eksternal yang menyulitkan organisasi. Karyawan di organisasi khususnya di kantor pusat perlu menunjukkan perilaku inovatif dalam mendukung organisasi untuk mencapai operational excellence dalam proses kerja mereka. Perilaku inovatif pada karyawan dipengaruhi antara lain oleh iklim organisasi yang dirasakan oleh karyawan. Iklim untuk berinovasi diukur dengan menggunakan alat ukur dari Panuwatwanich (2008) yang terdiri dari 36 item ( = 0,944) dan perilaku inovatif dengan menggunakan alat ukur dari Janssen (2000) yang terdiri dari 9 item ( = 0,895). Hasil penelitian pada 65 karyawan di kantor pusat menunjukkan bahwa iklim untuk berinovasi mempengaruhi perilaku inovatif secara signifikan (R2 = 0,218). Berdasarkan hasil penelitian, peneliti kemudian merancang intervensi yaitu pelatihan iklim untuk berinovasi untuk dapat meningkatkan iklim untuk berinovasi sehingga perilaku inovatif pada responden dapat meningkat. Responden intervensi berjumlah 8 orang yang berasal dari divisi dengan iklim untuk berinovasi yang rendah. ...... This research aims to determine the influence of climate for innovation on innovative behavior related to PT IA?s Objective Socialization themed "Synergy for Operational Excellence". Based on interviews and focus group discussions known that there was a need on organization to innovate. It was related to the changing of external situation burdened the organization. The employees, specially in head office, need to improve innovative behavior in order to support organization in achieving operational excellence in their work processes. Employee innovative behavior influenced by climate for innovation. Climate for innovation was measured using Climate for Innovation Scale by Panuwatwanich (2008) consists of 36 items (( = 0,944) whereas innovative behavior was measured using Innovative Behavior Scale by Janssen (2000) consists of 9 items ( = 0,895). The result of 65 respondents from head office's employees showed that climate for innovation influenced innovative behavior significantly (R2 = 0,218). Based on the result, researcher designed the training as intervention to enhance climate for innovation so it predicts to enhance innovative behavior, too. The intervention conducted to 8 employees from division with low score on climate for innovation.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T36025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosemary, Ariana
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh peningkatan pemberdayaan psikologis (psychological empowerment) terhadap perilaku inovatif (innovative behavior). Berdasarkan hasil diagnosis permasalahan organisasi berupa wawancara dan FGD, ditemukan bahwa secara umum terlihat bahwa karyawan PT ED belum menunjukkan perilaku inovatif secara optimal. Kondisi ini dianggap kurang selaras dengan keadaan PT ED yang sedang mengalami masa krisis. Perilaku inovatif karyawan yang belum maksimal antara lain disebabkan oleh pemberdayaan psikologis yang belum tinggi. Hal ini dibuktikan dengan mengukur pengaruh pemberdayaan psikologis terhadap perilaku inovatif. Pemberdayaan psikologis karyawan diukur melalui kuesioner Psychological Empowerment yang dikembangkan oleh Spreitzer (1995) sejumlah 12 item (α = .779) dan perilaku inovatif diukur dengan kuesioner Innovative Work Behavior Scale yang dikembangkan oleh Janssen (2000) sejumlah 9 item (α = .901). Hasil penelitian pada 64 orang karyawan di Kantor Pusat menunjukkan pemberdayaan psikologis terbukti secara signifikan mempengaruhi perilaku inovatif (R2 = .287, p<0.01). Artinya, peningkatan pada pemberdayaan psikologis dapat memunculkan terjadi peningkatan perilaku inovatif. Peneliti kemudian merancang intervensi yang dapat meningkatkan pemberdayaan psikologis, berupa kegiatan pelatihan Empowerment for Innovation kepada karyawan dan atasannya, yang diharapkan dapat meningkatkan perilaku inovatif karyawan. ......This research aims to determine the influence of psychological empowerment enhancement on employees' innovative behavior. Based on diagnose of organizational problems by conducting interview and FGD, it been estimated that employees' innovative behavior at PT ED should be increased. These condition do not in line with PT ED situations during company's crisis. Low level of employees' innovative behavior could be predicts by low level of employees' psychological empowerment. The influence of psychological empowerment on employees' innovative behavior is proven by quantitative measurement. Level of psychological empowerment is measured by 12-item Psychological Empowerment Questionnaire, which developed by Spreitzer (1995) (α = .779); meanwhile level of employees' innovative behavior is measured by 9- item Innovative Work Behavior Scale by Janssen (2000) (α = .901). Research on 64 Head Office Employees found the influence of psychological empowerment on innovative behavior (R2 = .287, p<0.01). Therefore, the enhancement of psychological empowerment will increase employees' innovative behavior. Researcher then design intervention program, that is Empowerment for Innovation Training for employee and their supervisor to increase employees' psychological empowerment.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35930
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Yulifah
Abstrak :
Motivasi belajar merupakan faktor psikologis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat. Dengan demikian seorang siswa yang memiliki motivasi belajar yang kuat akan tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi tantangan, dan menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah. Penelitian ini berupaya melihat apakah ada hubungan antara pola asuh, religiusitas, dan iklim sekolah dengan motivasi belajar, penelitian ini dilakukan dengan mengambil 93 sampel siswa siswi di SMA Fatahillah, MA PUI, dan SMK Cyber di Kecamatan Pancoran Jakarta Selatan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kuantitatif dengan metode survey yang bersifat deskriptif. Hubungan antara variabel dianalisa menggunakan analisa statistik path analysis dan pengolahan data mengunakan program SPSS 10.0. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dimensi dari pola asuh, religiusitas, dan iklim sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi belajar sebesar 10%. Sedangkan sisanya sebesar 90% disebabkan faktor lain. Dan variabel iklim sekolah dapat menjadi variabel mediator dengan nilai penguatan pola asuh sebesar 0,078 dan religiusitas sebesar 0.099. ......Motivation to learn is a psychological factor that is non-intellectual. Typical role is growing in terms of passion, feeling happy and spirit. Thus a student who has a strong motivation to learn will diligently to the task, tough challenge, and showed interest in a variety of problems. This study seeks to see if there is a relationship between parenting style, religiosity, and school climate and motivation to learn, the study was conducted by taking a sample of 93 high school students in Fatahillah, MA PUI, and vocational Cyber Jewel in the District of South Jakarta. Methods This study uses a quantitative approach to the analysis of the descriptive survey method. Relationships between variables were analyzed using statistical analysis and data processing path analysis using SPSS 10.0. The results of this study concluded that the dimensions of parenting, religiosity, and school climate jointly positive and significant effect on motivation to learn by 10%. While the remaining 90% attributable to other factors. And school climate variables can be a mediator variable with a value of 0.078 strengthening parenting and religiosity of 0.099.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>