Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 23 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Simbolon, Ramly Amin
"TESIS ini berisi temuan lapangan berupa realitas kasus-kasus bunuh diri di tanah air
sejak Januari 2005 sampai Desember 2008 sebagaimana diberitakan surat kabar Kompas.
Bunuh diri sebagai perilaku menyimpang, layak mendapat perhatian masyarakat dan negara, terutama yang terjadi karena tekanan ckonomi, yang dalam serius dari penelitian ini angkanya mencapai 22,30 persen. Dilihat dari jenis kelamin, 72,26 persen kasus dilakukan kaum pria yang di dalam keluarga Indonesia adalah sebagai pencari nafkah utama. Sementara 71,94 persen pclaku berusia antara 16 - 45 tahun atau mereka
yang berada pada usia produktif, dan 10,07 persen dilakukan anak di bawah 16 tahun.
Umumnya, pola-pola bunuh diri dilakukan dengan cara-cara klasik, menggantung diri.
Mctodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, dengan
menggunakan analisis framing sebagai alat bantu. Dari sudut pandang jumalistik,
Kompas memberitakan kasus-kasus bunuh diri dengan sangat baik, proporsional, dan
sesuai kaidah-kaidah umum jurnalistik. Demikian juga dipandang dari sudut kajian
newsmaking criminology sebagaimana diintrodusir Gregg Barak yang mempersoalkan proporsionalitas berita, berdasarkan telaahan terhadap 9 kasus bunuh diri anomik yang diberitakan Kompas, frame yang disajikan Kompas cukup menunjang. Implikasi yang diharapkan dari bingkai berita Kompas adalah munculnya kepedulian negara dan
masyarakat setiap kali terjadi kasus bunuh diri. Gunanya adalah untuk pengendalian dan pencegahan bagaimana agar kasus-kasus bunuh diri tidak selalu terulang, terutama kasus
bunuh diri karena himpitan ekonomi. Demikian
The thesis have substance the fact of commited suicide reality cases in Indonesia which ccured since Januari 200S untill December 2008 that are reported newspaper Kompas. Suicide as an anomalous behaviour, properly have to get se attention by society and the govemment, especially for its economic pressure that take
jor prosentation up to 22,30%. If we seen form gender, 72,26% cases take by ma Indoncsia family that play role as a houschold. Mcanwhile 71,94 % those who commited cide have range between 16-45 years old or in productive ages. And 10,07%
done by children under 16 years.
Generaly, suicide pattern have been done in classic way, hang them selves.
The methodology has been run in these research is quantitative approach, with analysis
framing as a hands tools. From jurnalistic views, Kompas has been reported suicide cases
in a good way, proporsional, and surely going with jurnalistic general practices. We could
also see from newsmaking criminology which is introduce by Gregg Bank that news propotion is one thing to be clear, base on 9 suicide cases anomic in Kompas Daily Newspaper, the frame is quite supported. Hope, from the frame of the news, could show the implication that govemment and society cares of suicide cases. So, that is good for preventing and controlling how to avoid suicide cases, especially those with economic
preassure Thus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Yuliana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang mempengaruhi kredibilitas program berita televisi di mata khalayaknya dan sejauh mana pengaruhnya. Permasalahan yang terjadi adalah adanya perubahan era reformasi yang mengelukan kebebasan pers sementara krisis ekonomi belum berakhir. Komunikator berada pada keadaan dualisme dimana mereka dituntut untuk memberikan informasi yang lebih berkualitas namun tetap dapat bertahan menghadapi krisis. Sehingga terjadi persaingan yang ketat antara stasiun televisi dalam menyajikan program berita, bahkan cenderung homogen. Lalu bagaimanakah dengan kepercayaan khalayak terhadap kredibilitas program, apakah tetap percaya dan apa yang menyebabkan mereka untuk tetap memilih salah satu program berita?. Setelah melakukan kajian literatur, penulis memutuskan untuk menggunakan teori Uses and Effects yang menyatakan bahwa pengaruh media yang timbul pada khalayak disebabkan oleh faktor media dan faktor khalayaknya itu sendiri. Dengan menggunakan teori ini dapat diketahui apakah keyakinan khalayak terhadap kredibilitas tetap dipengaruhi media karena kualitasnya meskipun orientasinya untuk berjuang lebih keras menghadapi krisis atau lebih karena faktor dari dirinya sendiri yaitu pola penggunan terhadap media. Selain itu juga penulis mengasumsikan bahwa sikap politik akan memberikan pengaruh mengingat kondisi politik saat ini yang sangat kondusif bagi perkembangan sikap politik khalayak dan dominannya berita-berita politik dan sosial. Penelitian dilakukan dengan menggunakan sampel 100 responden dengan populasi penduduk Jakarta dan pengambilan sampel dilakukan dengan multistage random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang berisikan indikator-indikator yang telah melalui prosodur operasionalisasi konsep yang diturunkan pada tingkat variabel lalu dimensi baru kemudian indikator-indikator yang sifatnya sangat riil. Sebelum dilakukan uji regresi dan uji multivariat, semua indikator diuji validitas dan reliabilitasnya. Semua indikator pada semua variabel lulus uji reliabilitas namun ada beberapa yang dieliminir karena tidak lulus uji validitas. Hasil analisa dan interpretasi menunjukkan bahwa terbukti bahwa karakteristik program berita menimbulkan kredibilitas untuk semua program. Sedangkan pola penggunaan berpengaruh pada program Dua Jam Saja, Fokus Pagi dan Halo Indonesia. Selain itu, pola penggunaan juga terbukti berperan sebagai variabel intervening pada variabel karakteristik dan kredibilitas program berita. Sikap politik tidak terbukti mempengaruhi kredibilitas program berita, harapan dan kebutuhan terhadap program berita juga tidak mempengaruhi pola penggunaan khalayak."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S4215
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teyar Rifki Gustama
"Peristiwa penabrakan gedung World Trade Center (WTC) dan Pentagon pada tanggal 11 September 2001 lalu telah menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan bangsa — bangsa di dunia. Tidak hanya dalam aspek ekonomi politik, tapi juga aspek budaya bahkan dalam praktek jurnalisme. Kebijakan politik dan strategi perang terhadap terorisme global telah menimbulkan banyak implikasi pada kehidupan masyarakat AS dan masyarakat dunia. Penelitian ini berusaha melihat bagaimana mekanisme hegemoni media barat termanifestasi dalam level lokal dalam konteks historis masyarakat kapitalisme global yang ditandai adanya globalisasi informasi dan komunikasi global. Untuk mengetahui bagaimana bentuk hegemoni tersebut, maka dilihat bagaimana pengaruh media — media barat tersebut bagi harian di Indonesia (Kompas dan Republika) dalam mengkonstruksikan realita tentang penabrakan WTC dan Pentagon dan faktor apa yang mempengaruhi konstruksi tersebut, dalam kaitannya dengan isu Islam dan Kekerasan. Proses pengkonstruksian sebuah realita akan dilihat dengan menggunakan beberapa konsep — konsep dalam teori the Social Construction of Reality. Konsep dari teori Social Construction of Reality ini mengatakan bahwa sebuah realita yang muncul di media adalah hasil dari pengkonstruksian agen — agen yang ada di sekitar media. Interaksi agen —agen di dalam sebuah struktur masyarakatlah yang kemudian akan membentuk sebuah reality. Sedangkan dalam melihat posisi media di Indonesia terhadap media barat, maka digunakan teori hegemoni yang dikemukakan oleh Antonio Gramsci. Perlu diperjelas perbedaan antara konsep yang dikemukakan oleh Gramsci dengan Marx. Gramsci tidak menyebutkan bahwa ekonomi merupakan faktor utama yang menyebabkan sebuah hegemoni. Lebih jauh, Gramsci menempatkan faktor politik sebagai faktor yang paling dominan dalam menciptakan hegemoni. Faktor ekonomi dan politik lokal dan global setelah adanya kebijakan global terhadap terorisme inilah yang kemudian menjadi konteks dari penelitian ini. Perlu diperjelas bahwa fenomena tentang hasil temuan penelitian ini bukanlah hasil dari proses dominasi, melainkan hegemoni. Hal ini dikarenakan secara sadar media di Indonesia mengakui dominasi dari media barat (dominated by consent). Media — media di Indonesia selalu memiliki alasan mengapa mereka mengikuti apa yang digambarkan oleh media barat. Walaupun mereka (media di Indonesia) memiliki pilihan untuk mengambil angle atau topik yang berbeda, ternyata mereka selalu saja mengikuti apa yang digambarkan oleh media — media barat. Metode penelitian yang digunakan adalah Crifical Discourse Anal ysi.v yang dikemukakan oleh Norman Faircloguh yang dikombinasikan dengan tcori Framing olch Tam van Dijk untuk menganalisa teks. Tcmuan dari penelitian ini yaitu masih kuatnya pengaruh media barat dalam realita yang dikonstruksi media di Indonesia. Media Indonesia menganggap bahwa apa yang dikemukakan oleh media barat sebagai fakta — fakta yang paling benar dan memiliki nilai berita yang tinggi. Media di Indonesia bahkan tidak berusaha untuk kritis terhadap penggambaran dari media — media barat. Faktor ekonomi berupa keunggulan sumber Jaya ekonomi dan teknis, menjadi penyebab utama mengapa realita yang digambarkan oleh media asing tampak direSonanSi olch media di Indonesia (media di Indonesia tidak memiliki perspektif lain). Latar belakang dan praktek rutinitas media tentu saja tidak dapat diabaikan sebagai faktor yang juga mempengaruhi proses konstruksi sebuah realita. Hal ini disebabkan apa yang dianggap sebagai berita oleh media di Indonesia pada dasarnya adalah sesuatu yang ditampilkan oleh media — media barat. Apa yang tidak ditampilkan oleh media barat, dianggap bukan lah sebuah berita. Media di Indonesia juga secara sadar mengakui keunggulan praktik dan kaidah jurnalistik barat dan memandangnya sebagai sebuah bentuk yang sempurna dan layak untuk ditiru. Kondisi sosial budaya yang terjadi di Indonesia, khususnya tentang politik Islam dan hubungannya dengan Pemerintah menjadi variabel berikutnya yang juga mempengaruhi realitas media tentang kelompok — kelompok Islam. Kurangya akses, penurunan kualitas perjuangan, dan juga stereotype yang telah berlangsung lama terhadap kelompok Islam adalah salah satu faktor yang mempengaruhi pertimbangan media dalam mengkonstruksikan realita tentang kelompok Islam. Faktor kebijakan barat tentang perang terorisme global dimana didalamnya terdapat banyak varian kebijakan seperti pre emptive strike, stick and carrot, jurnalism patriotic, j uga memberi pengaruh pada jalannya operasi media di Indonesia. Untuk melihat bagaimana proses hegemoni ini muncul sampai pada level lokal, selanjutnya dapat digunakan teori dan konsep tentang reading dan reception. Dengan melihat bagaimana audiens menginterpretasikan teks, maka manifestasi hegemoni itu akan semakin jelas."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Yani
"Peranan surat kabar dalam kehidupan manusia modem tidak dapat dihindarkan. Kita membaca surat kabar untuk mendapatkan informasi, hiburan dan juga mengetahui opini dari penulis dan juga surat kabar bersangkutan. Dengan semakin majunya masyarakat, maka yang dibutuhkan oleh pembaca bukan hanya berita saja yang menyajikan fakta atau peristiwa yang terjadi. Masyarakat menjadi kritis dan ingin mengetahui ulasan apa yang terjadi dibalik suatu peristiwa, seperti : apa yang melatarbelakangi terjadinya suatu peristiwa, bagaimana dampak dari kejadian tersebut, bagaimana pendapat atau opini surat kabar terhadap suatu isu yang kesemuanya tidak dapat disajikan dalam suatu berita. Karena sudah memasukkan opini surat kabar yang bersangkutan, maka tulisan itu pastinya membawa visi dan misi dari surat kabar yang bersangkutan. Sehingga suatu peristiwa, dapat saja dianalisa secara berbeda oleh masing-masing surat kabar karena perbedaan yang ada. Dan tulisan yang sudah memasukkan opini dewan redaksi surat kabar tersebut dituangkan dalam rubrik yang disebut tajuk rencana. Dipilihnya topik bom Bali oleh surat kabar untuk dijadikan tajuk dalam kurun waktu relatif lama tentunya atas berbagai pertimbangan. Dan hal yang menjadi lebih penting dari peristiwa bom bali adalah bagaimana pemerintah menangani kasus tersebut. Disinilah fungsi tajuk rencana sebagai suatu wadah untuk mengkritisi kinerja pemerintah untuk dapat segera menuntaskan kasus ini, dalam fungsinya sebagai wadah kontrol sosial. Untuk dapat mengkaji fungsi kontrol sosial tajuk rencana khususnya terhadap kinerja pemerintah dalam menangani peristiwa bom Bali maka perlu adanya dua pendekatan penelitian. Pertama, pendekatan kuantitatif yaitu dengan pengelompok kan kategori-kategori yang dibuat ke dalam tabel distribusi frekwensi. Kedua, dengan pendekatan kualitatif yaitu interpretasi terhadap tajuk rencana, dengan memperhatikan pilihan kata dan gaya bahasa. Dari penelitian yang dilakukan, ditemukan bahwa surat kabar Kompas dan Republika cukup peduli terhadap topik bom Bali. Keduanya memiliki haluan negatif terhadap kinerja pemerintah. Tajuk rencana Kompas dan Republika sebagian besar memakai jenis argumentatif dan sebagian besar pilihan kata untuk kinerja pemerintah adalah negatif. Sedangkan dalam gaya bahasa yang dipakai keduanya lebih banyak menggunakan gaya bahasa repetisi. Kompas dan Republika sudah mencoba untuk menerapkan fungsi kontrol sosial mereka terhadap pemerintah melalui rubrik tajuk rencananya. Dalam menyampaikan kritiknya terhadap pemerintah terlihat bahwa Kompas lebih berhati-hati dalam pilihan katanya, karena ia lebih banyak menggunakan kata ganti jabatan atau institusi daripada menyebutkan nama orang. Sementara Republika relatif lebih terbuka dan berani untuk menunjuk kepada seseorang berkaitan dengan kritik yang dilontarkannya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Yetri Kasri
"Sejak didirikannya televisi di Indonesia pada tahun 1962, isu kepentingan daerah selalu muncul dan menjadi ajang konflik. Berbagai kelompok berusaha memasukkan agenda dan kepentingannya dalam regulasi penyiaran. Dalam penelitian ini kelompok yang dimaksud akan dibagi tiga, yaitu kelompok pemerintah, kelompok pemodal, dan kelompok masyarakat. Selama 40 tahun (1962-2002), dominasi di bidang penyiaran bergeser dari satu kelompok ke kelompok yang lain. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana agen-agen penyiaran televisi di Indonesia berjuang menempatkan dominasi dan posisinya dalam struktur penyiaran televisi di Indonesia. Untuk melihat tarik-menarik kepentingan yang dikaitkan dengan pengakomodasian kepentingan daerah, terutama dalam kesempatan dan legitimasi pendirian televisi swasta di daerah (lokal) dalam regulasi penyiaran, penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah komunikasi (historical method of Communicationi) dengan pendekatan kritis. Model sejarah yang digunakan adalah model sistematis yang lebih menekankan pada perubahan-perubahan yang terjadi selama periode sejarah dibandingkan pada data-data dan detail-detail sejarah yang berkaitan dengan orang, waktu, dan tempat secara spesifik. Oleh karena itu, perubahan-perubahan dan hubungan antara kondisi sosial politik dan ekonomi masyarakat Indonesia selama 40 tahun menjadi penting. Dan untuk menganalisis hasil temuan yang ada, penelitian ini menggunakan konsep ekonomi politik komunikasi, khususnya konsep ekonomi politik Mosco, dan konsep strukturasi Giddens. Penelitian yang menjadikan cumber pustaka dan wawancara sebagai basis data terbesarnya ini menemukan bahwa selama 40 tahun (1962-2002) dominasi penyiaran televisi bergeser dari sentralisme pemerintah (1962-1987) menuju sentralisme pemodal (1987-1997) dan menuju kepada desentralisme dengan penguatan dominasi masyarakat (1997-2002). Penelitian ini menemukan bahwa pada masa sentralisme pemerintah, isu kepentingan daerah diakomodasi tidak lebih dari upaya untuk menjaga hegemoni pemerintah. Di masa dominasi pemodal, isu ini hanya muncul di awal untuk memudahkan pihak pemodal terjun ke dalam dunia penyiaran. Di masa penguatan dominasi masyarakat, isu ini muncul untuk menempatkan kembali kepentingan daerah dan masyarakat dalam dunia penyiaran televisi di Indonesia. Akhirnya bisa dikatakan, penelitian ini berhasil menjelaskan bagaimana agen-agen penyiaran televisi membentuk struktur penyiaran televisi di Indonesia. Penelitian ini juga berhasil menunjukkan bahwa kepentingan daerah selalu ada dan mempengaruhi kebijakan penyiaran televisi di Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4235
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atin Parihatin
"Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah keingintahuan penulis bagaimana sebuah majalah perempuan Islam merepresentasikan peran dan kedudukan seorang perempuan Islam. Selama ini pendapat yang berkembang, menjadikan agama sebagai salah satu faktor di balik ketimpangan relasi gender yang dialami seorang perempuan. Sebagai bagian yang besar dalam ummat, mestinya perempuan menjadi aset berharga bagi kelangsungan kebangkitan Islam. Tujuan penelitian ini adalah bagaimana Ummi menerjemahkan kedudukan dan peran perempuan Islam dan ideologi apa yang mempengaruhinya Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini antara lain berupa realitas bahwa media memiliki fungsi yang signifikan dalam masyarakat sebagai sumber dominan bagi masyarakat untuk memperoleh tidak hanya gambaran, melainkan juga citra realitas sosial. Penulis juga menyoroti faktor-faktor yang mempengaruhi isi media untuk melihat bagaimana proses yang terjadi, sehingga Ummi menghasilkan wacana mengenai peran dan kedudukan perempuan Islam sedemikian rupa. Metode yang digunakan adalah analisis isi kualitatif dan analisis wacana. Analisis isi kualitatif diarahkan untuk menjawab pertanyaan yang pertama dan analisis wacana ditujukan untuk menjawab pertanyaan yang kedua. Berkaitan dengan tujuan pertama, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Majalah Ummi merepresentasikan peran perempuan Islam dalam dua kerangka besar, yaitu peran perempuan di ruang domestik meliputi perannya sebagai ibu dan istri, dan perannya di ruang domestik sebagai pelaku dakwah (da'i) di masyarakat. Sementara dalam kedudukannya dalam Islam, terepresentasikan dengan melihat bagaimana Ummi menerjemahkan konsep kepemimpinan laki-laki. Penulis sendiri kemudian menemukan turunan dari tiga kerangka besar itu menjadi frame-frame turunan yang menunjukkan ibu, istri, da'i macam apa yang dikonstruksikan oleh Majalah Omni. Berkaitan dengan tujuan kedua, dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai yang mengarah pada ideologi revivalisme Islam yang relatif tampak menonjol. Secara rinci, indikasi-indikasi tersebut muncul pada dalam analisis praktek wacana dan praktek sosial budaya. Kedua analisis tersebut menunjukkan bahwa majalah Ummi lahir dengan dilandasi misi berdakwah kepada masyarakat, untuk merepresentasikan nilai-nilai ajaran Islam dengan merujuk kepada kemurnian Al Quran dan Sunnah, dengan pendekatan pada kondisi dan realitas yang ada namun tetap menjadikan kehidupan Nabi SAW, sahabat, tabi'in, dan salafussalih sebagai teladan. Dalam analisa ini terbaca bahwa Ummi memiliki keyakinan bahwa Islam memberikan posisi dan kedudukan yang mulia pada seorang perempuan, meliputi apapun peran yang dijalaninya. Kemunculan Majalah Ummi seiring dengan bergeliatnya pergerakan kebangkitan Islam di Indonesia pada akhir kekuasaan Orba sebagai sebuah unintended consequences dan perubahan kebijakan pemerintahan Soeharto. Temuan-temuan dalam penelitian ini, menekankan arti penting penafsiran ajaran agama dengan kesesuaian konteks dan realita sehingga tidak menghasilkan bias yang merugikan salah satu bagian masyarakat yang mestinya mendapatkan apa yang semestinya mereka miliki."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tracy Yoanna
"Penelitian ini ingin melihat kultur yang berada di balik proses produksi pembuatan artikel The Most Powerful Businesswomen in 2001 pada majalah Swasemabada yang mereka terbitkan sebagai edisi khusus di tahun 2002. Penulis ingin melihat bagaimana tarik menarik berbagai kepentingan di dalam media, yaitu antara kepentingan media sebagai organisasi yang mencari keuntungan dan idealisme jurnalis, pada saat mereka menulis mengenai kelompok marjinal yaitu perempuan. Penulis menggunakan kerangka pemikiran cultural production yang membongkar kultur di balik setiap keputusan yang dilakukan pekeija media. Kultur ini yang mempengaruhi setiap keputusan dan kultur ini dihasilkan dari rutinitas media sehari-hari. Sedangkan Shoemaker dan Reese digunakan untuk melihat faktor-faktor yang mempengaruhi dalam proses produksi media yang pada akhirnya mempengaruhi isi media. Jika Shoemaker dan Reese berguna untuk melihat hal-hal yang bersifat normatif dalam proses produksi sebuah artikel, maka cultural production adalah alat yang mengupas apa sebenarnya kultur yang bermain di balik proses produksi sebuah artikel yang membahas perempuan. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir feminis sosialis yang percaya bahwa ketidakadilan penggambaran perempuan yang selalu diletakkan pada sektor domestik merupakan hasil konstruksi sosial. Dengan metode penelitian case study tentunya data didapatkan dengan wawancara, dan observasi. Wawancara dilakukan dengan tiga orang redaktvsr penulis artikel serta seorang redaktur eksekutif dan kepala bidang riset. Hasilnya, terlihat bahwa kognisi sosial jurnalis cukup berpengaruh dalam keputusan penulisan yang mereka lakukan. Informan pertama yang hidup dengan kebudayaan Jawa, terbiasa dengan peran perempuan yang terutama adalah di rumah tangga. Maka pada saat ia menulis tentang perempuan yang aktif berkarir, ia selalu menceritakan bagaimana kehidupan keluarga mereka yang tetap harmonis. Informan kedua, sebagai laki-laki ia melihat bahwa perempuan berkarir adalah hebat karena mereka berhasil di rumah dan di karir. Ia juga terbiasa dengan pembagian tugas di rumah yang dilakukannya bersama istri. Sebagai lak-laki ia hanya mengurusi keuangan serta masalah pendidikan anakanak.. Sedangkan untuk urusan keseharian ia percayakan sepenuhnya pada istri. Maka pada saat ia menulis tentang perempuan ia tetap menekankan bahwa perempuan berkarir harus tetap feminin dan memiliki jiwa keibuan. Sedangkan informan ketiga yang telah memegang konsep kesetaraan gender ternyata harus kalah pada saat berhadapan dengan kepentingan media. Di saat ia menolak untuk menulis sebauh artikel yang menurutnya meletakkan perempuan dalam porsi tak adil, temyata ia harus kalah dengan keputusan rapat sebagai pemegan wewenang di majalah Swasembada. Penelitian ini juga melihat bahwa rapat penentuan isi, yang diikuti para pemegang wewenang dan tidak mengikutsertakan jurnalis temyata menjadi pemegang keputusan terutama sehingga jika ada pembahan atau ketidaksetujuan dari para jurnalis, jurnalis tak bisa berbuat apa-apa dan tetap harus bisa menerima hasil rapat. Dan ideologi yang dipegang para anggota rapat tersebut, yaitu redaktur eksekutif dan kompartemen, adalah bahwa perempuan berkarir yang sukses adalah mereka yang berhasil mencapai posisi puncak pada perusahaan besar dan tetap memiliki keluarga yang harmonis. Maka ideologi inilah yang akhirnya menang dan tertulis pada majalah Swasembada."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mira Khairunnisa
"Media massa seringkali menampilkan realitas yang lebih "nyata" dibandingkan dengan realita yang ada. Terlebih lagi pada televisi, yang telah menjadi "the second god" bagi masyarakat kapitalis. Akhir-akhir ini program andalan yang sering ditampilkan stasiun-stasiun televisi di Indonesia adalah paket sinetron. Sinetron sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Salah satu sinetron yang pernah booming adalah sinetron Dewi Fortuna yang ditayangkan di SCTV. Representasi mengenai perempuan yang muncul dalam sinetron ini sarat dengan pembentukan sebuah realitas mengenai perempuan ideal. Secara sadar maupun tidak sadar, sinetron ini telah membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal. Hal ini terungkap lebih lanjut karena dapat dilihat dari pembingkaian yang dilakukan terhadap perempuan yang menjadi tokoh utama dalam cerita ini, yang dapat dilihat dari berbagai sisi, seperti fisik, pikiran, sosial, pekerjaannya, pembagian kerja, dan politik. Secara keseluruhan dapat diambil benang merahnya, yaitu pembentukan citra ini merupakan sebuah produk kapitalisme. Akibatnya kebanyakan perempuan Indonesia saling bersaing untuk menjadi yang paling ideal, sesuai dengan gambaran ideal yang dilihat dalam sinetron. Didukung pula dengan program-program televisi lain, seperti iklan dan berita. Analisis yang dilakukan untuk mengungkap tentang pembentukan citra perempuan ideal, seperti dalam sinetron ini adalah discourse analysis, sociocultural analysis, order of discourse yang terangkai dalam critical discourse analysis, dan juga analisis teks dan interteks dengan metode framing pada dua episode sinetron Dewi Fortuna. Diperoleh kesimpulan bahwa kepentingan komersil lebih menonjol dari pada kepentingan idealisme untuk menentukan representasi yang akan dimunculkan dalam sinetron. Salah satu hasilnya adalah konstruksi realitas pada cerita Dewi Fortuna mengenai perempuan ideal, sehingga hal tersebut membentuk sebuah citra tentang perempuan ideal dalam masyarakat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S4268
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrianus Indra Juwono
2004
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Triana Dewi Arumtyasari
"Humas bertujuan mendapatkan dan menambah penilaian itikad baik (goodwill) suatu organisasi atau badan dari publiknya, maka diperlukan publisitas sebagai alat public relations dalam menjalankan fungsinya yang merupakan kegiatan penyebaran informasi kepada masyarakat. Media massa sebagai alat penghubung massa dalam suatu kegiatan humas sangat besar. Baik sebagai information press yang membawakan beritaberita dan keterangan-keterangan kepada pembacanya, maupun sebagai opinion press yang membawakan pendapat-pendapat kepada masyarakat. Kehidupan politik dan kenegaraan secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kehidupan rakyat, karena itu setiap orang akan tertarik dengan berita-berita politik. Meskipun keberpihakan media tidak menutup kemungkinan pembaca untuk memberikan analisis dan interpretasi yang berbeda, muatan informasi melalui publisitas ini dapat mempengaruhi pembentukan citra partai. Publisitas apapun sifatnya dapat menunjukkan the current image organisasi (citra yang berlaku masih hangat), yaitu citra yang terdapat pada publik eksternal, yang berdasarkan pengalaman atau menyangkut miskinnya informasi dan pemahaman publik eksternal. Citra ini bisa saja bertentangan dengan mirror image yaitu bagaimana dugaan (citra) pihak internal terhadap publik eksternal terhadap organisasinya. Penelitian ini menemukan adanya kecenderungan dominasi publisitas negatif yang diperoleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) selama bulan Juni, Juli, dan Agustus 2002, dengan memperhatikan esensi isi berita dan opini dalam mengekspose PDIP yang terkait dengan masalah-masalah pemerintahan, DPR, MPR, PEMILU dan Partai politik non PDIP, terutama masalah internal PDIP. Sinyalemen kemerosotan moralitas, etika berpolitik, dan idealisme perjuangan di sejumlah kader terjadi di PDIP. Hal ini disebabkan oleh lemahnya disiplin dan kepatuhan pada aturan bermain partai. Dalam PDIP, beda pendapat diperbolehkan selama tidak melanggar garis partai. Dewan Pimpinan Pusat (DPP) akan mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran-pelanggaran, terutama menyangkut moral. Konflik internal yang meruncing hanya wacana beda pendapat, dan bagian dari proses meskipun tidak menutup kemungkinan adanya unsur beda kepentingan Menanggapi buruknya publisitas yang diperoleh PDIP menurut Rakyat Merdeka, merupakan cerminan fenomena yang sedang terjadi di masyarakat. Rakyat Merdeka hanya sebagai saluran komunikasi masyarakat, dan berupaya bersikap netral karena Rakyat Merdeka tidak memiliki keterikatan pada partai politik manapun. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menilai dominasi publisitas negatif yang diterimanya selama periode penelitian tidak berpengaruh dengan citra PDIP, terutama dalam pemilihan umum mendatang. Meskipun ada (mengingat oplah dan segmentasi wilayah distribusi Rakyat Merdeka) , pengaruhnya relatif kecil. Hal ini disebabkan adanya variabel-variabel lain yang masih dimiliki PDIP, misalnya interaksi intensif terutama pada masyarakat bawah. Image building harus terus dibangun dalam partai dan konsisten dengan visi misi partai karena citra merupakan aset terpenting. Hal ini perlu diupayakan untuk mencapai tujuan organisasi melalui peningkatan hubungan baik dengan media maupun internal partai."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
S4298
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>