Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Irawan
Abstrak :
Kelainan rongga mulut sebagai manifestasi leukemia dapat disebabkan antara lain karena adanya penekanan sumsum tulang, efek dari kemoterapi dan infiltrasi sel-sel leukemia. Selain dari faktor tersebut kelainan rongga mulut dapat diperberat oleh faktor Iokal (dental plak don kalkulus). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kondisi status kebersihan mulut dan status hematologi terhadap timbulnya kelainan rongga mulut. Dari hasil penelitian terhadap 62 penderita leukemia baik akut maupun kronis ditemukan kelainan rongga mulut sebenyak 77,41 Z. Kelainan yang terbanyak ditemukan adalah perdarahan gusi dengan petekie don ekimosis diikuti pembesaran gusi, ulkus, gingivitis dan kelainan lain berupa pigmentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan status hemetologi (gambaran darah tepi) sangat berpengaruh terhadap timbulnya kelainan rongga mulut don Oral Hygiene memperbera t kelainan tersebut dan Pekerjaan merupakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya piutang. Karakteristik Piutang Dan Pasien Rawest Inap Bayar Sendiri adalah Pelunasan dan Angsuran Piutang Tanpa Tanggal Pembayaran dan Piutang Ragu-Ragu. Saran-saran yang bisa disampaikan adalah mengoptimalkan fungsi-fungsi yang terkait dengan manajemen piutang terutama Penataan Rekening dan Penagihan. Monitoring ketat atas pemilihan kelas, pelaksanaan prosedur tetap pasien masuk dan lepas rawat serta meningkatkan kemampuan dan motivasi kerja petugas melalui pendidikan, latihan dan Reward yang memadai. vii + 99 halaman : 9 tabel, 2 gambar, 12 lampiran.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniarosa Widya Kusuma
Abstrak :
Latar BelakangPrevalensi penyalahguna narkotika di Indonesia mencapai 3,8-4,2 juta jiwa. Derajat keasaman dan kapasitas dapar saliva dapat menjadi parameter kesehatan gigi dan mulut. Masih terbatasnya penelitian yang menggambarkan derajat keasaman dan kapasitas dapar saliva pada penyalahguna narkotika di Indonesia. Tujuan: Mengetahui profil derajat keasaman (pH) dan kapasitas dapar saliva pada penyalahguna narkotika. Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan desain penelitian deskriptif yang dilakukan melalui studi pada 203 orang residen di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Lido - Jawa Barat. Analisis saliva dilakukan dengan Saliva-check buffer kit merk GC. Hasil Penelitian: 69,0% residen memiliki pH saliva tanpa stimulasi normal, 95,6% residen memiliki pH saliva terstimulasi normal, dan 48,3% residen memiliki kapasitas dapar saliva rendah. Pembahasan: Penelitian ini memperlihatkan nilai pH saliva dengan rerata normal, namun kapasitas dapar saliva cenderung rendah, dimungkinkan karena kapasitas dapar saliva tidak hanya ditentukan oleh pH saliva saja. Berbagai faktor yang turut berperan dalam kinerja kapasitas dapar saliva diantaranya: sistem dapar protein, fosfat, dan karbonat, laju aliran saliva, aktivitas karbonik anhidrase VI, maupun kondisi kelenjar saliva. Hal ini membutuhkan penelitian lebih lanjut. Kesimpulan: Residen Balai Besar Rehabilitasi BNN memiliki profil pH saliva tanpa stimulasi dan terstimulasi kategori rerata normal, sedangkan profil kapasitas dapar saliva kategori rerata rendah. ......The prevalence of drug abuse in Indonesia reached 3.8 to 4.2 million people. The salivary pH and buffering are some of oral health parameters. There are limited research describing salivary pH and buffering capacity in drug abusers in Indonesia. Objective: To determine the salivary pH and buffering capacity in drug abusers. Methods: It was a cross-sectional study with descriptive research design through a study conducted in 203 residents of Rehabilitation Center of the National Narcotics Agency Lido - West Java. Salivary samples were analyzed using GC saliva-check buffer kit. Results: 69.0% of residents had normal unstimulated salivary pH, 95.6% of residents had normal stimulated salivary pH, while 48.3% of residents had a relatively low salivary buffering capacity. Discussion: This study showed that the BNN residents had normal salivary pH values, but tend to had low buffering capacity, possibly because the salivary buffering capacity not solely determined by the salivary pH. There are various factors that contribute to buffering capacity of saliva, including the protein, phosphate, and carbonate buffering system, salivary flow rate, the activity of carbonic anhydrase VI, and salivary gland condition. This still needs further research. Conclusion: Residents of Rehabilitation Center of the National Narcotics Agency Lido - West Java showed had normal unstimulated and stimulated salivary pH, while having low salivary buffering capacity.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasytha Vikarina
Abstrak :
Latar Belakang: Sumber infeksi dalam rongga mulut berasal dari periodontium, periapikal dan pulpa. Apabila bakteri tersebut masuk ke pembuluh darah, maka bakteri atau toksik yang dihasilkan bakteri tersebut dapat memasuki aliran darah dan mengikuti sirkulasi arteri menuju jantung. Tujuan: mengetahui fokus infeksi rongga mulut rujukan Divisi Jantung ke Divisi Penyakit Mulut Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo tahun 2010-2012 dengan melihat oral hygiene, DMF-T, kalkulus dan penyakit periodontal pada 227 rekam medik pasien. Metode: penelitian deskriptif menggunakan data sekunder. Hasil: 162 pasien memiliki oral hygiene buruk dan 124 pasien menderita gingivitis dan periodontitis. Kesimpulan: Bakteri pada rongga mulut dapat menjadi fokus infeksi pada pasien jantung ......Background: The source of infection in the oral cavity has come from the periodontium, periapical and pulp. When the bacteria enters into the bloodvessels, the bacteria or toxic substances which produced by bacteria may enter the bloodstream and follow the arterial circulation towards the heart. Objective: To recognize the focus of infection of the oral cavity referral from Division of Cardiovascular to Division Oral Medicine in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo between 2010-2012 to see oral hygiene, DMF-T, calculus and periodontal disease in 227 medical records of cardiac patients. Methodes: This descriptive study using secondary data, which is the medical records of cardiac patient. Results: 162 patients had poor oral hygiene and 124 patients suffered from gingivitis and periodontitis. Conclusion: Bacteria in the oral cavity could be a focus of infection in cardiac patients.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akrom Ibaad
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Kesehatan gigi merupakan salah satu hal yang penting dalam menunjang kesehatan umum, dimana penyakit gigi dan mulut dapat menyebabkan penyakit pada bagian tubuh yang lain ataupun dapat meningkatkan keparahan dari penyakit sistemik yang telah ada. Sebaliknya kesehatan sistemik dapat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut. Terdapat beberapa penyakit sistemik yang dapat ermanifestasi pada mulut, seperti Diabetes Melitus dan SLE yang merupakan kelainan sistem imun. Etiologi dari penyakit ini masih belum diketahui. Walaupun demikian terdapat faktor-faktor predisposisi yang sudah diketahui.. Faktor predisposisi yang ditemukan antara lain genetik, infeksi, hormonal, antibodi, kompleks imun, sinar matahari, makanan dan minuman, stress dan kelelahan fisik.
Tujuan: untuk mengetahui status kesehatan gigi dan mulut pada Orang Dengan Lupus (Odapus) yang berkunjung di Yayasan Lupus Indonesia(YLI). Dari 30 responden diketahui bahwa 26 orang adalah perempuan dan 4 orang laki-laki. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara dan pemeriksaan klinis kesehatan gigi dan mulut pada Odapus dengan Index OHIS untuk melihat status kebersihan gigi dan mulut, Index DMFT untuk mengukur kesehatan gigi ,dan Index CPITN untuk mengukur kesehatan jaringan periodontal.
Hasil: Rata-rata Odapus yang diteliti, 21 orang (70 %) memiliki tingkat kebersihan mulut sedang, 13 orang ( 44%) memiliki tingkat kesehatan gigi sedang dan 10 orang (34 %) memiliki kelainan periodontal dengan kedalaman poket antara 4-5 mm.
Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukan bahwa status kesehatan gigi dan mulut pada Odapus masih tergolong sedang. Hal ini dapat dipengaruhi dari tingkat pendidikan yang sebenarnya sudah baik, tetapi dari faktor perilaku yang masih kurang dan dari penyakit SLE yang dapat memperburuk kondisi kesehatan gigi dan mulut
ABSTRACT
Background: Oral health is one of the most important that supports general health. Oral diseases can cause systemic diseases or worsen the existent systemic diseases. On the revearse, systemic diseases can influence oral health. Etiology of this disease is still unknown. Nevertheless, several predisposition factors found, e.g. genetic, infection, hormonal factors, antibody, immune complex, sunburn, food, stress, and exhausted.
Pruposes: to know oral health status of SLE patient that visited Indonesian Lupus Organization. From 30 respondents, it is found that 26 patients are women and 4 patients are men. This research uses interview and clinical examination methods which the respondents are examined with Index OHIS to see oral hygiene status, Index DMFT to messure teeth health, and Index CPITN to meassure periodontal tissue health.
Results: The avarage of SLE patients examined, 21 patients (70%) have moderate oral hygiene, 13 patients (44%) have moderate teeth, and 10 patients (34%) have periodontal diseases with pocket depth between 4- 5 mm.
Conclusion: This research result shows that SLE patients have moderaten oral health status. This condition is influenced by bad behaviour factors, although their education status is good, and also the SLE which worsen their oral health.
2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ariani
Abstrak :

Latar belakang: Populasi lansia di Indonesia meningkat, sebagian ada yang hidup di PSTW binaan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Pemerintah memiliki wewenang untuk menjamin ketersediaan fasilitas kesehatan dan pendampingan bagi lansia. Namun hanya sedikit penelitian mengenai lesi mulut pada lansia di Indonesia. Tujuan: Untuk menganalisis kondisi rongga mulut dan penyakit sistemik pada lansia di PSTW DKI Jakarta. Metode: Subjek penelitian didapat melalui metode consecutive sampling pada populasi lansia di 5 PSTW di 3 wilayah DKI Jakarta. Dari 1185 penghuni PSTW diperoleh 273 yang memenuhi kriteria inklusi. Data sosiodemografi dan riwayat penyakit sistemik diambil dari rekam medis di panti. Semua subjek dilakukan pemeriksaan oral, yaitu Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Skor Indeks Mukosa Plak (MPS), dan pemeriksaan laju alir dan pH saliva, lesi mulut dan topografi lesi mulut. Subjek diwawancarai tentang kebiasaan yang berhubungan dengan kesehatan mulut. Hasil: Prevalensi lesi mulut terbanyak adalah gingivitis dan prevalensi penyakit sistemik terbanyak adalah hipertensi. Kategori OHI-S buruk, kategori PBI baik, kategori DMF-T sangat tinggi, kategori indeks MPS baik. Terdapat hubungan antara jenis kelamin dan jenis pekerjaan dengan penyakit sistemik pada lansia. Lansia dengan kebiasaan merokok, menyirih, dan minum alkohol cenderung memiliki penyakit sistemik. Lansia dengan penyakit sistemik cenderung memiliki lesi mulut. Kesimpulan: Kondisi mulut dan penyakit sistemik pada lansia yang tinggal di PSTW DKI Jakarta dalam keadaan tidak baik. 


Background: The population of elderly in Indonesia is increasing, some are living on government institutions in Jakarta. The government has the authority to ensure the availability of health facilities and assistance for the elderly. There are only a few studies on oral lesions of elderly in Indonesia. Objective: To analyze the condition of the oral lesion and systemic disease of elderly on government institutions in Jakarta. Method: Subjects were obtained through consecutive sampling method of elderly population in 5 governent institutions in 3 areas of Jakarta. Of the 1185 residents, 273 were obtained inclusion criteria. Sociodemographic data and history of systemic diseases were taken from medical records in the institution. All subjects had oral examinations, which are Simplified Oral Hygiene Index (OHI-S), Papilary Bleeding Index (PBI), Decay, Missing, Filling-Teeth (DMF-T), Mucosal Plaque Index Score (MPS), and examination of flow rate and salivary pH, oral lesions and oral lesions topography. Subjects were interviewed about oral health related habits. Results: The most common oral lesions was gingivitis and most common systemic diseases was hypertension. OHI-Scategory is bad, PBI category is good, DMF-T category is very high, MPS index category is good. There is a relationship between gender and type of work with systemic diseases in the elderly. Elderly with the habit of smoking, snacking, and drinking alcohol tend to have systemic diseases. Elderly with systemic diseases tend to have oral lesions. Conclusion: Oral conditions and systemic diseases in elderly who living in institution in Jakarta are not good.

2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudji Handayani
Abstrak :
Pendahuluan: Human Papillomavirus (HPV) tipe 16 dan 18 dapat terdeteksi pada saliva individu sehat dan dapat menimbulkan risiko transmisi bagi dokter gigi. Metode penelitian: Metode potong lintang menggunakan 27 butir pertanyaan kuesioner pengetahuan HPV dan kontrol infeksi serta deteksi PCR terhadap HPV 16 dan 18 pada saliva. Hasil penelitian: Dari total 152 kuesioner (98%) didapatkan median skor pengetahuan HPV 7 (3-10) dan kuesioner kontrol infeksi 38 (25-48). Tidak terdeteksi HPV 16 dan 18 dari 73 subjek. Kesimpulan: Tingkat pengetahuan HPV dan kontrol infeksi “cukup” dan tidak terdapat korelasi antar variabel. ......Introduction: HPV type 16 and 18 which can be detected in saliva of healthy individual, could poses a transmission risk to dentist. Research method: A cross-sectional study of 27-items questionaires on HPV knowledge and infection control as well as PCR detection of HPV type 16 and 18. Results: The median score of HPV knowledge was 7 (3-10) and the infection control was 38 (25-48) of the 152 eligible questionnaire (response rate 98%). No HPV type 16 and 18 were detected in 73 eligible subjects for PCR detection. Conclusion: The level of the dentists’s knowledge on HPV and control infection were “sufficient” and no correlation between variables.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library