Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 69 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syifa Fauziah Fadhly
"Sebagai negara tropis, Indonesia memiliki flora yang beragam yang memperkaya sumber daya alamnya. Dari beragam jenis flora tersebut, terdapat juga tanaman yang dapat dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan. Salah satu jenis tanaman yang biasa digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai tanaman obat adalah tanaman Amomum cardamomum yang umumnya dikenal sebagai tumbuhan kapulaga. Tanaman ini diyakini memiliki kegunaan dalam bidang medis yang dipercaya dapat berperan dalam pengobatan berbagai jenis penyakit, seperti untuk meredakan gangguan pencernaan, saluran kencing, pernapasan, dan sistem saraf. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan kimia, khususnya fenol dan minyak atsiri, pada benih tanaman Amomum cardamomum yang nantinya dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan manfaat dari ekstrak biji tanaman tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian deskriptif seperti uji ekstrak, kromatografi lapis tipis, dan uji spektrofotometri. Dari berbagai tes tersebut, diperoleh hasil bahwa ekstrak biji Amomum cardamomum mengandung senyawa fenol dan minyak esensial. Dengan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa Amomum cardamomum biji mengandung minyak atsiri dan fenol yang dapat digunakan sebagai pengobatan beberapa penyakit.

As a tropical country, Indonesia has diverse floras that enrich the natural resources. Among a variety of flora, there are also plants that can be used as a medicinal plant. One type of plant commonly used by Indonesian society as a medicinal plant is a Amomum cardamomum plant commonly known as cardamom plants. These plants are believed that they are able to cure various diseases, such as to relieve digestive disorders, urinary, repiratory, and even nervous system problem. Therefore, this study was conducted to identify the chemical contents of, particularly phenols and volatile oil, the seeds of Amomum cardamomum plants that later can conduct further research to determine the benefits of this plant seed extract. This research was done by using descriptive study design such as extract test, thin layer chromatography, and spectrophotometry test. These tests obtained results that Amomum cardamomum seed extract contains phenol compounds and essential oils. By these results, it is concluded that the Amomum cardamomum seed contains phenol and volatile oil that can be used as the treatment of some diseases.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prinindita AD
"Obat obatan tradisional sering digunakan oleh masyarakat Indonesia karena harganya yang terjangkau dan bisa menyembuhkan penyakit Biji dari Amomum cardamomum kapulaga adalah salah satu contoh dari obat tradisional yang dipakai sebagai bumbu pada beberapa masakan tertentu Riset ini bertujuan untuk mengidentifikasi kandungan alkaloid dan saponin pada ekstrak Amomum cardamomum Pertama tama ekstrak biji Amomum cardamomum dibuat dengan cara direbus Lalu alkaloid dan saponin diidentifikasi secara kualitatif menggunakan tes kimia thin layer chromatography TLC dan spektrofotometri
Hasil dari tes kimia menunjukkan bahwa ekstrak biji Amomum cardamomum tidak mengandung alkaloid dan saponin TLC dan spektrofotometri juga menunjukkan hasil negatif Namun kandungan minyak atsiri ditemukan di ekstrak biji Amomum cardamomum pada tes spektrofotometri Kesimpulannya adalah alkaloid dan saponin tidak terdapat pada ekstrak biji Amomum cardamomum tetapi minyak atsiri terdapat pada ekstrak biji Amomum cardamomum Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi kandungan alkaloid saponin dan minyak atsiri pada bagian lain dari tanaman Amomum cardamomum.

Traditional medicine frequently used as an alternative medicine by Indonesian citizens due to low-cost and have a healing effect. Amomum cardamomum (cardamom) seed is one of the example of traditional medicine which is used as spice in certain cuisines. This research aims to identify alkaloid and saponin compounds in Amomum cardamomum seed extract. Initially, Amomum cardamomum seed extract was made by boiling technique. Then, alkaloid and saponin compounds were identified qualitatively by using chemical test, thin layer chromatography (TLC) and spectrophotometry.
The end result was chemical test showed that there were no alkaloid and saponin compounds in Amomum cardamomum seed extract. Negative result was also shown in Thin Layer Chromatography (TLC) dan spectrophotometry tests. However, in spectrophotometry test, volatile oil was contained in Amomum cardamomum seed extract. In conclusion, alkaloid and saponin compounds were not contained in Amomum cardamomum seed extract while volatile oil was present. Further research is required to investigate the presence of alkaloid, saponin and volatile oil in other parts of Amomum cardamomum plant
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fajar Syafruddin
"

Penelitian ini membahas pemanfaatan Titanium Dioxide Nanorods (TNRs) yang disintesis melalui metode hidrotermal, sebagai fotoanoda dalam pemecah air fotoelektrokimia yang dimodifikasi melalui reduksi elektrokimia untuk meningkatkan kinerjanya. TiO2 dikenal memiliki stabilitas kimia yang tinggi, mudah dibuat, dan biaya produksi yang relatif rendah. Namun, karena celah pita yang cukup lebar dan rekombinasi cepat dari pembawa muatan terfotogenerasi, kondisi ini menyebabkan efisiensi pemisahan muatan yang tidak efektif dan penyerapan cahaya yang tidak optimal, sehingga membatasi efisiensi kinerjanya dalam pemecahan air fotoelektrokimia. Melalui proses reduksi elektrokimia, kekosongan oksigen terbentuk ketika Ti4+ direduksi menjadi Ti3+ didalam struktur TiO2, yang berguna untuk meningkatkan efisiensi pemisahan muatan dan mengurangi rekombinasi elektron dan hole. Hasil karakterisasi menunjukan, TNRs yang terbentuk memliki fasa TiO2 rutile dan tidak terjadi perubahan fasa setelah diberikan perlakuan reduksi elektrokimia, namun perlakuan tersebut menyebabkan perubahan morfologi yang menunjukkan penipisan. Penipisan ini dapat meningkatan sedikit penyerapan cahaya dan perubahan celah pita dari 3,02 eV menjadi 3,00 eV. Pengujian fotoelektrokimia menunjukkan hasil, bahwa perlakuan dari reduksi elektrokimia memiliki pengaruh pada sifat konduktivitas, dimana konduktivitas material menjadi jauh lebih baik dengan bentuk grafik Cyclic Voltammetry (CV) menyerupai persegi panjang. Peningkatan konduktivitas tersebut didukung juga oleh penurunan hambatan Rct dari 2812 Ω menjadi 1396 Ω. Sehingga, dihasilkan rapat arus tertinggi sebesar 0,55 mA/cm2 pada 1,23 V vs RHE dan nilai Applied Bias Photon-to-current Efficiency (ABPE) tertinggi sebsar 0,12%. Hasil menunjukkan TNRs yang diberikan perlakuan reduksi elektrokimia dapat meningkatkan kinerja pemecahan air fotoelektrokimia.


This research discusses the use of Titanium Dioxide Nanorods (TNRs) synthesized through the hydrothermal method as photoanodes in a photoelectrochemical water splitting system, which is modified via electrochemical reduction to enhance its performance. TiO2 is known for its high chemical stability, ease of fabrication, and relatively low production cost. However, due to its wide band gap and rapid recombination of photogenerated charge carriers, these conditions lead to ineffective charge separation efficiency and suboptimal light absorption, thus limiting its performance efficiency in photoelectrochemical water splitting. Through the electrochemical reduction process, oxygen vacancies are formed when Ti4+ is reduced to Ti3+ within the TiO2 structure, which helps improve charge separation efficiency and reduce electron-hole recombination. Characterization results show that the formed TNRs have a rutile TiO2 phase and no phase change occurs after the electrochemical reduction treatment, although the treatment causes morphological changes indicating thinning. This thinning can slightly enhance light absorption and change the band gap from 3.02 eV to 3.00 eV. Photoelectrochemical testing shows that the electrochemical reduction treatment affects the conductivity properties, making the material's conductivity significantly better, with the Cyclic Voltammetry (CV) graph resembling a rectangle. This conductivity improvement is also supported by a decrease in Rct resistance from 2812 Ω to 1396 Ω. Thus, the highest current density achieved is 0.55 mA/cm2 at 1.23 V vs RHE and the highest Applied Bias Photon-to-current Efficiency (ABPE) is 0.12%. The results indicate that electrochemically reduced TNRs can enhance the performance of photoelectrochemical water splitting."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mario Firmansyah A.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S28767
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Oktavinta
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S28810
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benyamin Heryanto Rusanto
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2004
S28813
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hakimah Dharwisyah Ramli
"Penelitian ini didasarkan pada studi eksperimental yang menggunakan tanaman kapulaga sebagai item utama. Jenis tanaman kapulaga yang terpilih adalah dari Malaysia bernama Elettaria cardamomum. Pilihan tertentu dilakukan berdasarkan kriteria pilihan untuk mendapatkan kapulaga terbaik untuk digunakan dalam percobaan ini. Beberapa tes yang dilakukan pada ekstrak benih tanaman ini seperti alkaloid, uji saponin, kromatografi lapis tipis dan uji spektrofotometri. Uji coba dilakukan untuk membuktikan keyakinan kami bahwa kapulaga yang telah digunakan secara luas sebagai bumbu dalam makanan orang Asia juga dapat bermanfaat dalam pengobatan karena telah digunakan sebagai obat tradisional juga. Kami mencoba untuk memastikan adanya alkaloid, saponin dan minyak atsiri di kapulaga sebagai zat yang berharga dalam kedokteran modern.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa senyawa minyak atsiri ditemukan di Elettaria cardamomum berdasarkan uji spektrofotometri. Sebaliknya, semua tes lainnya tidak bisa menemukan jejak alkaloid atau saponin di Elettaria cardamomum. Berdasarkan pembahasan, uji alkaloid dan uji saponin dapat menjadi negatif karena faktor eksternal dan internal. Kami tidak bisa menyimpulkan bahwa unsur-unsur ini tidak terdapat dalam Elettaria cardamomum hanya dengan tes ini. Tes canggih lanjut dengan teknologi tinggi harus dilakukan untuk mengkonfirmasi adanya alkaloid dan saponin. Kami tidak bisa melanjutkan dengan tes lain karena kurangnya dana. Senyawa seperti Olleum foeniculli ditemukan di Elettaria cardamomum. Temuan ini mendukung saran bahwa Elettaria cardamomum mengandung minyak atsiri.

This research is based on experimental study that used cardamom plant as the main item. The type of cardamom plant chosen was from Malaysia named Elettaria Cardamomum. Specific selection was done based on our selection criteria to get the best cardamom to be used in this experiment. Few tests were conducted repeatedly on the plant such as alkaloid test, saponin test, thin layer chromatography and spectrophotometry test. The trials were done to prove our belief that cardamom which has been used widely as spices in food among Asians can also be beneficial in medicine since it has been used as traditional medicine too. We tried to ascertain the presence of alkaloid, saponin and volatile oil in cardamom as those substances are valuable in modern medicine.
The results obtained showed that the compound of volatile oil was found in Elettaria Cardamomum based on spectrophotometry test. On the contrary, all the other tests couldn`t find any traces of alkaloid nor saponin in Elettaria Cardamomum. Based on the discussion, alkaloid test and saponin test can be negative due to many external and internal factors. We can`t conclude that those elements are absent in Elettaria Cardamomum only by these tests. Further advanced tests with high technology should be done to confirm the absence of alkaloid and saponin. We could not proceed with other tests due to lack of funds. Few compounds of Olleum Foeniculli were found in Elettaria Cardamomum. These findings support the suggestion that Elettaria Cardamomum contains volatile oil.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Hajija Rumaru
"Konversi energi surya ke panas merupakan metode penting untuk pembangkit listrik, pemurnian air dan desalinasi dengan menggunakan material fototermal. Sistem evaporasi fototermal memanfaatkan material fototermal yang dapat mengkonversikan sinar matahari menjadi panas untuk menguapkan air. Penguapan air yang digerakkan oleh tenaga surya adalah teknologi yang menjanjikan untuk pemurnian air dengan efisiensi tinggi dengan menyerap energi matahari dan diubah menjadi panas, dimana uap air ini akan mengalami kondensasi untuk menghasilkan air bersih. Disini, digunakan Molibdenum disulfida (MoS2) sebagai material fototermal karena karakteristiknya yang memiliki spektrum penyerapan yang luas pada daerah cahaya tampak. Dalam upaya pengembanganya, diketahui bahwa MoS2 menunjukkan kinerja fototermal yang sangat baik dan dapat dihasilkan melalui metode sintesis hidrotermal yang relatif sederhana, melalui metode sintesis hidrotermal yang relatif sederhana, MoS2 dengan tingkat kemurnian yang tinggi dapat diperoleh. Di samping melakukan pengembangan melalui berbagai metode sintesis, pendekatan lain dapat dilakukan dengan meningkatkan sifat dari MoS2 itu sendiri melalui perlakuan doping Cobalt. Di sini, kami mengamati pengaruh doping Co terhadap mikrostruktur, morfologi, sifat optik, dan kinerjanya dalam proses evaporasi air. Hasil pengujian kinerja evaporasi sistem fototermal menunjukkan bahwa sampel Co:Mo 1:10 memiliki laju evaporasi tertinggi, yaitu sebesar 2,65 kg/m2h. Laju evaporasi sampel Co:Mo 1:10 memiliki nilai 1,6 kali lebih tinggi apabila dibandingkandengan laju evaporasi matriks ALP dan 1,1 kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan sampel MoS2 tanpa doping Cobalt. Berdasarkan hasil ini, dapat disimpulkan bahwa doping Cobalt dapatmeningkatkan kinerja MoS2 sebagai material fototermal yang dapat menyerap cahaya matahari dengan baik sehingga dapat dimanfaatkan dalam upaya pemerolehan air bersih.

Converting solar energy to heat is an important method for power generation, water purification and desalination using photothermal materials. Photothermal evaporation systems utilize photothermal materials that can convert sunlight into heat to evaporate water. Solar powered evaporation is a promising technology for high-efficiency water purification by absorbing solar energy and converting it into heat, where this water vapor condenses to produce clean water. Here, Molybdenum disulfide (MoS2) is used as a photothermal material because of its characteristic which has a broad absorption spectrum in the visible light region. In its development efforts, It is known that MoS2 exhibits very good photothermal performance and can be produced by a relatively simple hydrothermal synthesis method, MoS2 with a high level of purity can be obtained. In addition to developing through various synthesis methods, another approach can be taken by improving the properties of MoS2 itself through Cobalt doping treatment. Here, we observe the influence of Co doping on its microstructure, morphology, optical properties and performance in the water evaporation process. The results of the photothermal system evaporation performance test showed that the Co:Mo 1:10 sample had the highest evaporation rate, which was 2,65 kg/m2h. The evaporation rate of the Co:Mo 1:10 sample has a value of 1,6 times higher when compared to the evaporation rate of the ALP matrix and 1,1 times higher when compared to MoS2 samples without Cobalt doping. Based on these results, it can be concluded that Cobalt doping can improve MoS2 performanceas a photothermal material that can absorb sunlight well so that it can be used in efforts to obtain clean water.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alief Maulana Shiddiq
"Penelitian ini mengkaji kinerja UV detektor berbasis ZnO nanorods. ZnO dipilih sebagai material utama karena sifat-sifatnya yang unggul seperti band gap energi yang lebar, mobilitas elektron yang tinggi, dan sensitivitas terhadap sinar UV. Pengembangan UV detektor berbasis ZnO NRs dilakukan untuk mendapatkan material yang terbaik. Pengaruh radiasi UV/Ozone dilakukan untuk memodifikasi sifat-sifat material. Perlakuan UV/Ozone menghasilkan perubahan yang signifikan pada ZnO NRs, seperti modifikasi morfologi, peningkatan kristalinitas, dan efisiensi emisi PL. UV detektor berbasis ZnO NRs dengan UV/Ozone menunjukkan responsivitas yang signifikan dari 0.13 A/W menjadi 0.64 A/W. Peningkatan responsivitas ini juga menyebabkan peningkatan detektivitas dari 0.99×10^10 Jones menjadi 4.46×10^10 Jones. Selain itu sensitivitas dan efisiensi konversi foton ke listrik juga meningkat, dengan hasil terbaik menunjukkan peningkatan sensitivitas dari 25% menjadi 100% dan EQE 43.26% menjadi 216.28%. Hasil ini memberikan wawasan mendalam tentang potensi penerapan radiasi UV/Ozone dalam meningkatkan kinerja detektor UV berbasis ZnO NRs. Implikasinya adalah pengembangan UV detektor yang lebih responsif, sensitif, dan stabil untuk berbagai aplikasi, termasuk pengukuran radiasi UV, sensor lingkungan, dan teknologi fotovoltaik.

This research examines the performance of UV detectors based on ZnO nanorods. ZnO is chosen as the primary material due to its superior properties such as wide band gap energy, high electron mobility, and sensitivity to UV light. The development of UV detectors based on ZnO NRs is carried out to obtain the best material. The influence of UV/Ozone radiation is applied to modify the material properties. UV/Ozone treatment results in significant changes in ZnO NRs, such as morphological modifications, increased crystallinity, and enhanced PL emission efficiency. UV detectors based on ZnO NRs treated with UV/Ozone showed a notable increase in responsivity from 0.13 A/W to 0.64 A/W. This increased responsivity also led to an improvement in detectivity from 0.99×10^10 Jones to 4.46×10^10 Jones. Additionally, the sensitivity and the efficiency of converting photons to electricity also improved, with the best results showing an increase in sensitivity from 25% to 100% and EQE from 43.26% to 216.28%. These results provide valuable insights into the potential application of UV/Ozone radiation in enhancing the performance of UV detectors based on ZnO NRs. The implications include the development of more responsive, sensitive, and stable UV detectors for various applications, such as UV radiation measurement, environmental sensors, and photovoltaic technology."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faiz Adela
"ABSTRAK
Nanopartikel logam memiliki sifat optik unik yang disebut Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) yaitu peristiwa resonansi antara cahaya datang dengan elektron di permukaan logam yang mengakibatkan serapan dan hamburan cahaya di permukaan nanopartikel menjadi sangat kuat. Sifat ini berpotensi kuat untuk diaplikasikan dalam berbagai keperluan seperti devais optoelektronika dan biomedis. Untuk beberapa keperluan, diperlukan nanopartikel emas yang tumbuh langsung di permukaan substrat secara merata dengan ukuran yang homogen dan biaya yang rendah. Untuk keperluan tersebut, maka dalam penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel emas di atas permukaan substrat ITO dengan metode seed mediated growth. Dalam penelitian ini dikaji pengaruh konsentrasi bahan precursor yaitu trisodium sitrat, asam askorbat dan CTAB serta waktu penumbuhan terhadap morfologi dan sifat plasmonik nanopartikel emas.. Morfologi nanopartikel emas dikarakterisasi menggunakan FESEM, struktur kristal dikarakterisasi menggunakan XRD dan sifat plasmonik dikarakterisasi dengan mengukur nilai serapan optiknya menggunakan spektrometer UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nanopartikel emas yang tumbuh sebagian besar berstruktur Face Centered Cubic (FCC) dengan orientasi (111). Peningkatan konsentrasi trisodium sitrat dalam larutan pembenihan dari 10, 25 hingga 50 mM memicu terjadinya aglomerasi nanopartikel emas, sehingga konsentrasi trisodium sitrat yang optimum adalah 10 mM. Peningkatan konsentrasi asam askorbat dari 0.05 hingga 0.1 M meningkatkan diameter nanopartikel dari 36 nm menjadi 42 nm dan penggunaan konsentrasi 0.4 M menghasilkan aglomerasi nanopartikel. Penggunaan CTAB sebagai surfaktan yang paling optimum adalah 0.1 M karena menghasilkan nanopartikel berdiameter 44 nm dengan tingkat keseragaman yang paling tinggi. Peningkatan waktu pertumbuhan dari 2, 8 hingga 16 jam telah meningkatkan jumlah nanopartikel yang terbentuk dari 671, 710 menjadi 868 nm yang menyebabkan intensitas serapan optik meningkat tajam dari 0.1 menjadi 0.28.

ABSTRACT
Localized Surface Plasmon Resonance (LSPR) is a unique properties from metal nanoparticles which caused by resonance between incident light and electron on metal surface and inflict absorption and scattered light become extremely strong on metal nanoparticles’ surface. This properties could be applied to optoelectronic device and biomedic. For some reason, gold nanoparticles needed to grown directly on the substrate surface evenly with a homogenous size and low cost. For that reason, gold nanoparticles synthesized on ITO substrate with seed-mediated growth method. This research intend to study the effect of trisodium citrate, ascorbic acid, CTAB and growth time for plasmonic, morphology dan crystal structure characteristic and looking for an effective amount of precursor for the gold nanoparticles grown on the substrate ITO. The plasmonic characterization measured by UV-Vis spectrophotometer to quantify absorbance value of gold nanoparticles. The morphology characterization measured by FESEM to quantify diameter and distribution of gold nanoparticles. The crystal structure characterization measured by XRD. The results show that gold nanoparticles are grown mostly structured Face Centered Cubic (FCC) with orientation (111). Increasing concentrations of trisodium citrate in the sedding solution from 10, 25 to 50 mM triggering agglomeration on nanoparticles, so the optimum concentration of trisodium citrate is 10 mM. Increasing concentrations of ascorbic acid from 0.05 to 0.1 M increase the diameter of nanoparticles from 36 nm to 42 nm and the use concentration 0.4 M produce agglomeration of nanoparticles. The use of CTAB as the most optimum consentration is 0.1 M, produce nanoparticles with diameter 44 nm with the highest level of uniformity. Increasing growth time from 2 to 16 hours increasing amount of nanoparticles with increased absorpsion intensity.
"
2015
S59546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>