Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vida Handayani
"Mempelajari keterampilan dalam area bantu diri seperti keterampilan berpakaian mempakan hal yang penting bagi anak yang mengaiami keterbelakangan mental, tcmtama jika keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan usia kronologisnya (Lent, 1975; Westling & Murden, |977 dalam Westling & Fox, 2000). Dengan keterbatasan limgsi inteligensi yang dimiliki maka dibutuhkan suatu cara untuk meningkatkan keterampilan berpakaian yang dirniliki agar anak dapat semakin mandiri dan mengurangi ketcrganlungan akan bantuan dari orang lain pada area bantu diri yang dimiliki.
Selama empat dekade terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan kesuksesan pengaplikasian behavioral techniques untuk mclatih individu yang mengalami keterbelakangan mental. Secara spesitik, penggunaan tcknik fora! task presentation chaining dalam moditikasi perilaku dapat memaksimalkan kemandirian yang dimiliki anak sedari awal pelatihan, terutamajika bebcrapa tahapan merupakan hal yang familiar bagi anak (Martin & Pear, 2003). Melalui teknik rcilal laskpresenralion chaining anak mencoba keseluruhan rangkaian mulai dari awal sampai akhir rangkaian pada setiap percobaan yang dilakukan dan tems melakukannya sampai setiap langkah yang ada dikuasai.
Penggunaan teknik total task presentaiion chaining dalam tugas akhir ini bertujuan meningkatkan keterampilan berpakaian anak Iaki-laki usia 4 tahun 11 bulan yang mengalami keterbalakangan mental ringan. Hasil dari program modifikasi perilaku ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam kctcrampilan berpakaian yang dimiliki anak. Anak mampu untuk bemakaian, yaitu mcngenakan I-shin dan oclana berelastis hanya menggunakan verbal prompx saja.

Leaming self-help skills like dressing is considered to be important for child with mental retardation, especially if the child have not acquired the skills to a degree that correspond to his chronological age (Lent, 1975; Westling & Morden, 1977 in Westling & Fox, 2000). With limitations in his cognitive functioning, special procedures must be applied so that his dressing skills can be enhance, and reducing the amount of assistance from others.
For the last four decades, many studies showed the success of applying behavioral techniques to teach child with metal retardation. Specifically, the used of total task presentation chaining in behavior modification can maximize child's independence early in training, especially if some steps are already familiar to child (Martin & Pear, 2003). With this technique, child attemps all the steps from the beginning to the end ofthe chain on each trial until all steps are mastered.
The purpose of using total task presentation chaining in this final assignment is enhancing dressing skills in a boy with mild mental retardation age 4 years l I months. This program showed improvement in child's dressing skills. The child can wear t-shirt and pants using verbal prompt only.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34181
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vida Handayani
"ABSTRAK
Mempelajari keterampilan dalam area bantu diri seperti keterampilan berpakaian
merupakan hal yang penting bagi anak yang mengalami keterbelakangan mental,
terutama jika keterampilan yang dimiliki tidak sesuai dengan usia
kronologisnya (Lent, 1975; Westling & Murden, 1977 dalam Westling & Fox,
2000). Dengan keterbatasan fungsi inteligensi yang dimiliki maka dibutuhkan
suatu cara untuk meningkatkan keterampilan berpakaian yang dimiliki agar anak
dapat semakin mandiri dan mengurangi ketergantungan akan bantuan dari orang
lain pada area bantu diri yang dimiliki.
Selama empat dekade terakhir, banyak penelitian yang menunjukkan
kesuksesan pengaplikasian behavioral techniques untuk melatih individu yang
mengalami keterbelakangan mental. Secara spesifik, penggunaan teknik total task
presentation chaining dalam modifikasi perilaku dapat memaksimalkan
kemandirian yang dimiliki anak sedari awal pelatihan, terutama jika beberapa
tahapan merupakan hal yang familiar bagi anak (Martin & Pear, 2003). Melalui
teknik total task presentation chaining anak mencoba keseluruhan rangkaian
mulai dari awal sampai akhir rangkaian pada setiap percobaan yang dilakukan dan
terus melakukannya sampai setiap langkah yang ada dikuasai.
Penggunaan teknik total task presentation chaining dalam tugas akhir ini
bertujuan meningkatkan keterampilan berpakaian anak laki-laki usia 4 tahun 11
bulan yang mengalami keterbalakangan mental ringan. Hasil dari program
modifikasi perilaku ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dalam keterampilan
berpakaian yang dimiliki anak. Anak mampu untuk berpakaian, yaitu mengenakan
t-shirt dan celana berelastis hanya menggunakan verbal prompt saja."
2007
T37814
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Margaretha T. Kuera
2008
T37627
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ami Pusparini
"ABSTRAK
Marah merupakan emosi yang paling sering terlibat di dalam suatu konflik
(Johnson, 1997). Dengan demikian, kemarahan seringkali dianggap negatif karena
berhubungan dengan agresi dan kekerasan, yang dianggap negatif pula oleh
masyarakat (Strongman, 2003). Namun, jika ekspresi kemarahan dapat
dikendalikan, justru dapat memperkuat hubungan pihak-pihak yang terlibat (Izard
dalam Strongman, 2003).
Untuk mengendalikan kemarahan, dibutuhkan suatu keterampilan sosial.
Keterampilan sosial ini bukanlah sesuatu yang dibawa sejak lahir atau muncul
tiba-tiba ketika dibutuhkan, namun bisa dipelajari (Johnson, 1997, ’’Anger
Management”, 2005). Ekspresi kemarahan, sebagai salah satu bentuk
keterampilan sosial, juga dapat dipelajari, misalnya dengan cara modeling.
Seseorang dengan tingkat inteligensi borderline memiliki kesulitan untuk
melakukan abstraksi, tidak mampu memodifikasi suatu konsep, dan kesulitan
untuk mempertimbangkan suatu masalah dari sudut pandang yang berbeda (Masi,
Marcheschi, &Pfanner, 1998), sehingga mereka seringkali mengalami kesulitan
dalam membangun hubungan sosial. Dengan demikian, anak borderline perlu
diberi semacam program pelatihan khusus untuk mengajarinya keterampilan
sosial yang tepat. Dalam program intervensi ini, keterampilan sosial yang
dilatihkan akan dikhususkan pada pengendalian kemarahan, agar ekspresinya
tepat dan tidak menjadi agresi, terutama bagi orang di sekelilingnya.
Menurut Hershom (2003), ada empat langkah dalam menangani
kemarahan remaja, yaitu Decide, Recognize, Activate, dmHalt. Pada intinya,
pada program intervensi ini, peneliti berusaha mengubah pemikiran yang salah
dari subjek mengenai kemarahan dan ekspresinya, memberikan informasi
tambahan, serta mengajarkan relaksasi.
Hasilnya cukup positif. Subjek mengalami perubahan. Berdasarkan hasil
evaluasi dan penilaian dari orang terdekat (nenek), subjek sudah memiliki
perbedaan pemikiran mengenai ekspresi kemarahan, dan dari perilakunya pun
sudah terlihat dapat lebih mengendalikan dirinya Subjek tidak lagi membanting
atau merusak barang, ataupun menyakiti orang lain ketika sedang marah."
2007
T38042
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rachmawati R
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh iklan pelangsing tubuh di televisi terhadap citra tubuh remaja putri. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Televisi merupakan salah satu bentuk media yang banyak diminati. Hal ini terbukti bahwa hampir semua keluarga memiliki televisi. Munculnya berbagai iklan di televisi yang diantaranya kerap menayangkan iklan pelangsing tubuh dan juga adanya respon teman-teman sebaya akibat interaksi dan sosialisasi dengan lingkungan menyebabkan munculnya kesenjangan antara citra tubuh ideal dengan keadaan tubuh yang sebenarnya. Citra tubuh merupakan konsep multidimensional yang meliputi perasaan, pikiran dan perilaku seseorang terhadap tubuhnya (Thompson et al, 1999 dalam Botta, 2003). Apabila seseorang terlalu memperhatikan citra tubuhnya, maka ia akan melebih-lebihkan ukuran tubuhnya dari ukuran yang sebenarnya dan dapat melakukan diet atau olahraga secara berlebihan (Botta, 1999). Penelitian ini terdiri dari 98 remaja putri berusia 15-18 tahun dan berdomisili di Depok. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala iklan pelangsing tubuh, citra tubuh dan objektifikasi diri. Berdasarkan penghitungan regresi, adjusted R square sebesar 0,25 menunjukkan bahwa varian iklan pelangsing tubuh di televisi memiliki pengaruh terhadap citra tubuh remaja putri sebesar 25% saja. Namun demikian dapat dikatakan secara umum sebagian besar remaja putri SMA mempunyai citra tubuh negatif (52%) karena mereka memberikan atensi yang cukup besar pada iklan pelangsing tubuh di televisi (56,1%).

The aim of this study was to see the impact of losing weight advertising on television to adolescent girl?s perception of body image. This research used quantitative approach. Nowadays, television is one of the common and favorite media, especially for adolescent girls. There are many losing weight advertising which emphasize the important of physical attractiveness. This fact has also made various responses to adolescent girls and her peers because of their interaction and socialization. Neverthless, it is possible that adolescent females would have a discrepancy between their ideal and real body image. Body image is multidimensional self-attitude toward one?s evaluations and affective experiences regarding their own bodies (Thompson et al, 1999 in Botta, 2003). According to Botta (1999), someone who always pays attention about body image may overestimate the shape and size of the body. Dieting and exercising are often viewed as the way to lose weight. Participants were 98 adolescent girls recruited from two senior high school in Depok. At baseline, these students were in 10th to 12th grade and ranged in age from 15 to 18 years. The data collected by using Losing Weight Advertising on Television Scale, Body image and Self-objectification Scale. This research based on regression counting found (adjusted R square 0,25, l.o.s= 0.05) that 25% variances of losing weight advertising on television impact how adolescent girls perceive their body image. Even though, the overall results indicate a tendency of having the negative body image of participants (52%) and 56 % participants give their higher attention toward losing weight advertising on television."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Rosalia
"Melakukan hubungan seksual pranikah dapat dilakukan dengan teman lawan jenis. Dalam konteks hubungan pertemanan orang dewasa, faktor attachment memegang peranan yang cukup besar. Walaupun adult attachment style tidak selalu berhubungan dengan perilaku seksual, tetapi gaya attachment pada orang dewasa turut mewarnai perbedaaan perilaku seksual mereka. Ada empat model adult attachment yang dikemukakan oleh Bartholomew dan Horowitz (1991) yaitu secure attachment style, preoccupied attachment style, dismissing attachment style, dan yang terakhir adalah fearful attachment style. Diantara keempat gaya adult attachment tersebut terdapat perbedaan karakteristik perilaku seksual dalam berhubungan dengan pasangan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat gambaran adult attachment style dalam hubungan seksual pranikah dengan teman lawan jenis.
Peneliti menggunakan desain kualitatif dengan wawancara sebagai metode pengumpulan data utama untuk menggali gambaran attachment style. Subjek dalam penelitian ini adalah wanita dewasa muda yang melakukan hubungan seksual pranikah dengan teman lawan jenisnya. Dari hasil wawancara didapatkan bahwa subjek dan pasangan seksualnya terlibat dalam casual relationship yaitu hubungan secara fisik dan emosional antara dua orang yang tidak menikah yang melakukan hubungan seksual tanpa adanya tuntutan atau mengharapkan hubungan formal. Wanita yang terlibat dalam hubungan ini adalah individu dengan secure attachment style. Hal ini dapat terjadi karena individu dengan secure attachment style sehingga mereka terbuka terhadap eksplorasi seksual, tapi biasanya dengan satu pasangan yang telah lama berhubungan dan ditandai dengan adanya aktivitas seksual dan kesenangan kontak fisik (Davis, Follette & Lesbo, 2001).

Premarital sex can be done with opposite sex friend. In adult friendship, attachment holds a big role. Although adult attachment style is not always related to sexual behavior, this aspect also contributes the variety of human?s sexual behavior. There are four model of adult attachment style from Bartholomew (1997), they are secure attachment style, preoccupied attachment style, dismissing attachment style, and the last one is fearful attachment style. Every adult attachment style has different characteristic related to their sexual behavior in a relationship with their spouse. Therefore, researcher is interested in finding the adult attachment style in young adulthood women who practice premarital sex with her opposite sex friend.
Researcher uses qualitative design with interview as the main method to collect data about attachment style. The subjects in this research is young adulthood women who practice premarital sex with her opposite sex friend. The interview shows that subjects and their spouses are involved in a casual relationship, a physical and emotional relationship between two unmarried couple who have sex outside a formal relationship. The women in this relationship is those with secure attachment style. This could happen because people with secure attachment style is open with sexual exploration but usually with one long term couple and this relationship is marked with the existance of sexual activity and the pleasure of pshysical contact (Davis, Follette & Lesbo, 2001)."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library