Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Invinita Arga Putri
"Kematian perinatal masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Pada tahun 2017, angka kematian perinatal di estimasikan sebesar 21 per 1000 kelahiran. Di sisi lain, ibu yang melaksanakan persalinan masih dibayangi oleh komplikasi, dimana partus lama merupakan salah satu bentuk komplikasi yang paling sering terjadi. Apabila tidak ditangani secara tepat, partus lama dapat mengakibatkan luaran buruk bagi bayi. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan partus lama dan kematian perinatal di Indonesia. Desain penelitian ini ialah cross sectional dengan menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017. Sampel merupakan wanita usia subur (WUS) yang melahirkan bayi lahir hidup dan lahir mati dengan usia kehamilan ≥7 bulan dan merupakan anak terakhir dalam periode 5 tahun sebelum survei. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi kematian perinatal sebesar 1,3%. Partus lama dialami oleh sebagian besar ibu bersalin (40,4%). Namun, hal tersebut belum berdampak terhadap kematian perinatal. Besar asosiasi partus lama terhadap kematian perinatal sebesar aPOR 1,151 kali (95% CI 0,818-1,842 dan p-value 0,559) setelah dikontrol confounding dan variabel kovariat. Dapat disimpulkan bahwa partus lama tidak memberikan efek yang cukup signifikan terhadap kematian perinatal. Upaya dalam menurunkan kematian perinatal masih sangat dibutuhkan, salah satunya dengan memperkuat program audit kematian perinatal; meningkatkan kualitas pemeriksaan antenatal; serta mengevaluasi secara berkala kualitas ketersediaan pelayanan kesehatan.

Perinatal mortality remains a public health issue In Indonesia. The perinatal death rate was predicted to be 21 per 1000 births in 2017. On the other hand, complication during childbirth still overshadowed mothers, with prolonged labor being one of the most types of. Prolonged labor might harm the infant if it is not handled carefully. The purpose of this study is to ascertain the association between prolonged labor and perinatal mortality in Indonesia. Utilizing secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey, this study's design was cross-sectional (IDHS). Women who delivered liveborn or stillborn children with a gestational age of 7 months and more and who had the last birth in the 5 year period of survey were included in the sample. The results showed proportion of perinatal mortality was 1,3%. Proportion of prolonged labor was 40,4%. The association between prolonged labor and perinatal mortality was aPOR 1,151 (95% CI 0,818-1,842 and p-value 0,559) after controlled by confounding and covariates. It can be conclude that there is no significant effect between prolonged labour and perinatal mortality. It is still urgently necessary to make efforts to lower perinatal mortality, including by strengthening the perinatal death audit program, expanding the quality of antenatal care and made routine assessments quality of health service that are available."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dayati
"ABSTRAK
Angka Kematian Bayi di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan
target MDGs, maupun angka kematian negara-negara ASEAN lainnya. Kematian
bayi dapat dicegah dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). IMD sudah
dibuktikan oleh para ahli dapat menyelamatkan bayi baru lahir dari kematian dan
dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif. Bidan sebagai tenaga kesehatan
yang paling banyak menolong persalinan sangat berperan penting dalam
kesuksesan program IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktorfaktor
pada bidan yang berhubungan dengan pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) di wilayah Kecamatan Kendari, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara tahun
2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bersifat analitik,
menggunakan desain penelitian cross sectional dengan cara penyebaran kuesioner
dan wawancara terhadap 42 responden (bidan) yang bekerja di wilayah
Kecamatan Kendari, Kota Kendari. Dari hasil penelitian yang dilakukan,
sebanyak 61,9% dari keseluruhan responden telah melaksanakan Inisiasi Menyusu
Dini (IMD) dengan baik. Faktor-faktor pada bidan yang berhubungan dengan
pelaksanaan IMD adalah pengetahuan, sikap, sosialisasi, pelatihan, kebijakan
tempat kerja, dukungan ibu melahirkan dan dukungan keluarga ibu melahirkan

ABSTRACT
Infant Mortality in Indonesia is still high compared with the MDGs
targets, as well as mortality rates to other ASEAN countries. Infant deaths can be
prevented with the implementation of Early Initiation of Suckling. Early Initiation
of Suckling has been proven by experts to save newborns from death and may
increase the success of exclusive breastfeeding. Midwives as health professionals
who most helped birth a very important role in the success of Early Initiation of
Suckling. This research aims to determine midwife’s factors related to the
implementation of Early Initiation of Suckling (EIS) in the subdistrict of Kendari,
Kendari City, Southeast Sulawesi in 2011. This research is quantitative analytic
research, using cross-sectional research design by distributing questionnaires and
interviews of 42 respondents (midwives) who work in the subdistrict of Kendari,
Kendari City. Resulth of the research showed as much as 61,9% of all respondents
have implemented Initiation of Early Suckling (IES). Factors affecting the
implementation of the EIS are the knowledge, attitudes, socialization, training,
workplace policies, support of maternal and maternal family support"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Trisnawati
"Rendahnya cakupan pemberian ASI eksklusif menjadi ancaman serius meningkatnya angka kesakitan dan kematian pada bayi. Persepsi kurang cukup suplai ASI menjadi salah satu penyebab kegagalan pemberian ASI eksklusif. Status gizi ibu terutama selama hamil merupakan salah satu faktor penyebab ibu memiliki persepsi tersebut karena ibu dengan status gizi kurang akan mempengaruhi kemampuan ibu untuk mensintesisi air susu yang menyebabkan bayi tidak cukup ASI untuk pertumbuhan dan perkembangannya.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan status gizi ibu selama hamil dengan Persepsi Kemampuan Laktasi (PKL) setelah dikontrol oleh variabel umur, kenaikan berat badan selama hamil, pekerjaan, bimbingan laktasi prenatal, paritas, IMD, berat bayi lahir dan penggunaan kontrasepsi. Desain yang dipakai adalah Crossectional terhadap 87 ibu yang memiliki bayi umur >6-12 bulan diwilayah Kabupaten Karawang tahun 2010. Analisis data yang digunakan adalah uji chi square, Uji T independen dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 58,6% ibu memiliki PKL mampu laktasi. Hasil analisis bivariat yang terbukti berhubungan secara bermakna adalah status gizi selama hamil (0,009), kenaikan berat badan selama hamil (0,002), pekerjaan (0,034) dan berat bayi lahir (0,030). Hasil analisis multivariat menjelaskan bahwa status gizi selama hamil yang sesuai rekomendasi berpeluang 2,176 kali untuk memiliki PKL mampu laktasi dibanding dengan status gizi yang tidak sesuai rekomendasi setelah dikontrol oleh variabel kontrasepsi, umur, paritas, IMD, kenaikan berat badan selama hamil dan berat bayi lahir.
Disarankan untuk bidan/nakes agar memberikan konseling menyusui, mencatat dan memantau status gizi ibu, melatih ibu untuk menilai kondisi bayi yang cukup/tidak cukup ASI, mengajarkan cara penyediaan dan penyimpanan ASI bagi ibu yang bekerja. Bagi Dinas kesehatan mengadakan pelatihan konseling dan penilaian serta pengukuran status gizi, pemberian reward dan mengkaji ulang kebijakan pemberian ASI eksklusif sampai 6 bulan untuk ibu-ibu dengan status gizi kurang.

Low adequate supply of exclusive breastfeeding becomes a serious threatment of increasing number in infant mortality and morbidity. Perception of insufficient breastmilk supply in one of the causes on a failure of exclusive breastfeeding supply. Maternal nutrition status especially during pregnancy is one of the factors that causes mother has this perception, because mother who has insufficient nutritional status will influence her ability to synthesize breastmilk that causes infant doesn't have enough breastmilk for his growth and development.
The objectives of this study were to see the correlation of maternal nutrition status during pregnancy with perceived lactation ability after controlled by age variabel, increased body weight during pregnancy, occupation, counseling prenatal lactation, parity, early initiative breastfeeding, baby birth weigh, and the used of contraception. The design crossectional study on 87 mothers who have infants age >6-7 months in Karawang Regency-West Java, Indonesia 2010. The analysis data is used by Chi Sguare Test, T independent Test and Logistic Regression.
The Result study shows that 58,6% mothers who have perceived lactational ability. The Results of bivariate analysis that proved significant correlation are nutritional status during pregnancy (0,009), increased body weight during pregnancy (0,002), Occupation (0,034), and baby birthweight (0,030). The Result of multivariate analisys explains that nutritional status during pregnancy that meets breastfeeding recommendation, has an opportunity 2,176 times to have perceived ability then nutritional status that doesn't meet breastfeeding recommendation after controlled by contraception variable, age, parity, early initiative breastfeeding, increased body weight during pregnancy and baby birth weight.
Conclusions: suggested to health professional can give lactation counseling, record it, monitor maternal nutritional status, train mother to assess baby condition whether he has enough breastmilk or not. They can teach the mother how to provide and keep breastmilk if they work. For health service, they should give a training for counseling, assessment, nutrition status measurement, give reward and recite the policy in giving exclusive breastmilk for 6 month to the mothers who have insufficient nutritional status.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T28457
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Deddy Ferry Rachmat Santoso
"Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 memperlihatkan bahwa persalinan yang dilakukan di fasilitas kesehatan sebanyak 55,4%, sedangkan persalinan yang dilakukan di rumah ibu bersalin sebanyak 43,2%, dan sebagian besar ditolong oleh dukun bayi sebanyak 40,2%. Persalinan di rumah yang dilakukan oleh dukun bayi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingginya Angka Kematian Ibu. Di Kabupaten Karawang, JawaBarat masih terjadi kasus kematian pada ibu dan kematian pada bayi. Jumlah kematian ibu cenderung meningkat dari tahun ke tahun.
Dari laporan KIA Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang ada ibu bersalin yang meninggal dunia yang persalinannya ditolong oleh Dukun bayi. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Karawang yang melakukan kunjungan K4 mencapai 93,43%. Hal ini menunjukan terdapat 6,57% bumil yang melakukan kunjungan K4 tapi tidak bersalin oleh tenaga kesehatan. Masih banyaknya persalinan oleh dukun bayi menunjukkan kurangnya kemitraan antara bidan dan dukun bayi. Namun hingga kini masih ada saja dukun bayi yang enggan bermitra dengan bidan, dan terjadi juga di Kabupaten Karawang terutama di wilayah kerja Puskesmas TanjungPura dan Pedes.
Dari masalah tersebut sehingga tujuan umum dari penelitian ini adalah ingin mengetahui mengenai faktor-faktor yang menghambat dukun bayi untuk bermitra dengan bidan.Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 48 orang, yang merupakan jumlah dukun bayi yang berada di wilayah kerja Puskesmas Tanjungpura dan Pedes, Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variable pengetahuan, sikap dan pelatihan keterampilan dukun bayi yang berpengaruh terhadap kemitraan dukun bayi dengan bidan.Faktor yang paling dominan menghambat kemitraan dukun bayi dengan bidan adalah pengetahuan dukun bayi.
Saran pada penelitian ini adalah memberikan pembekalan dan pelatihan tentang Peran Dukun bayi dalam kemitraan dengan bidan kepada semua dukun bayi agar informasi yang diberikan dapat menyebar secara merata guna meningkatkan pengetahuan dukun bayi.

Health Research (Riskesdas) in 2010 showed that deliveries conducted at health facilities as much as 55.4%, while the delivery is done at maternal home as much as 43.2%, and mostly attended by traditional birth attendants as much as 40.2%. Home deliveries conducted by TBAs is one of the factors that affect the high maternal mortality rate. In Karawang regency, West Java still occur in cases of maternal mortality and infant mortality. Number of maternal deaths is likely to increase from year to year.
KIA of reports there Karawang District Health Office maternal childbirth who died were rescued by Shaman baby. Coverage of births by skilled health personnel in Karawang regency K4 visits reached 93.43%. It is revealed that there is 6.57% pregnant women who visited K4 but not delivery by health workers. Still many deliveries by traditional birth attendants showed a lack of partnership between midwives and TBAs. But until now there are still traditional birth attendants are reluctant to cooperate with the midwife, and occurs also in Karawangdistrict, especially in the Tanjungpura and Pedes Primary Health Centre.
Of the problem so that the general purpose of this research is to know about the factors that hinder traditional birth attendants to partner with midwives. This study uses cross-sectional design with a sample size of 48 people, which is the number of midwives who are in the Primary Health Center Tanjungpura and Pedes, Karawang regency, West Java.
The results showed that knowledge, attitudes and skills training TBAs affecting TBAs partnership with midwives. The most dominant factor inhibiting partnership with the midwife and TBAs is knowledge.
Suggestions on this research is to provide a soft skill and briefing on the role of healer baby in partnership with midwives to all traditional birth attendants to the information provided can be spread evenly in order to increase the knowledge of TBAs.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T34962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilida Fitriana
"Angka kejadian asfiksia neonatorum masih menjadi masalah serius di Indonesia. Salah satu penyebab tingginya kematian bayi di Indonesia adalah asfiksia neonatorum yaitu sebesar 33,6%. Salah satu faktor persalinan yang berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum adalah persalinan dengan sectio caesarea. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan persalinan tindakan dengan sectio caesarea dengan kejadian asfiksia neonatorum setelah di kontrol variabel kovariat. Penelitian ini menggunakan rancangan desain kasus control dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis ibu bersalin di RSIA Budi Kemuliaan, Jakarta pada tahun 2013. Sampel penelitian ini adalah neonatus asfiksia. Analisis menggunakan regresi logistic.
Hasil penelitian menunjukkan 66,2% bayi asfiksia dilahirkan dengan persalinan sectio caesarea. Selain didapatkan bahwa hubungan persalinan tindakan sectio caesarea dan kejadian asfiksia secara statistik mempunyai hubungan yang bermakna dengan p-value 0,042 dimana ibu yang melahirkan dengan persalinan tindakan sectio caesarea memiliki resiko 2 kali (95% CI 1,03-4,32) untuk terjadi asfiksia pada bayi yang dilahirkan dibanding ibu yang melahirkan dengan persalinan pervaginam (normal) setelah dikontrol dengan variabel kelainan letak, gawat janin, dan preeklamsi.

The incidence of neonatal asphyxia remains a serious problem in Indonesia. One of the causes of the high infant mortality in Indonesia is asphyxia neonatorum is equal to 33.6%. One of the factors associated with the incidence of birth asphyxia neonatorum is the Sectio Caesarea delivery. The purpose of this study was to determine the relationship of labor action by sectio Caesarea with the incidence of neonatal asphyxia after covariate control variables. This study used a case control design design using secondary data from maternal medical records in RSIA Budi Kemuliaan, Jakarta in 2013 samples of this study was neonatal asphyxia. Analysis using logistic regression.
The results showed 66.2% of babies born with birth asphyxia sectio Caesarea. In addition it was found that labor relations act sectio Caesarea and asphyxia events have statistically significant association with a p-value of 0.042 where the mother who gave birth to the labor action sectio Caesarea has 2 times the risk (95% CI 1.03 to 4.32) for the case of asphyxia in infants born to mothers who gave birth compared with vaginal delivery (normal) after controlled with variable layout abnormalities, fetal distress, and preeclampsia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Firdawati
"Penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan cenderung mengalami penurunan, sedangkan di pedesaan sebaliknya, disisi lain jumlah penduduk di wilayah perkotaan semakin banyak, dan lebih mudah memiliki akses terhadap informasi, fasilitas kesehatan, dan transportasi, selain tingkat pendidikan dan status ekonomi yang juga lebih tinggi dibanding pedesaan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan faktor penggunaan kontrasepsi modern dan faktor apa paling dominan serta menganalisis dan memberikan rekomendasi kebijakan berbasis bukti untuk meningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan data sekunder SKAP KKBPK tahun 2019 yang dilengkapi dengan penelitian kualitatif dengan menelaah dokumen kebijakan dan menganalisis kebijakan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern. Hasil penelitian menunjukkan hampir seluruh variabel independen berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan kecuali kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,370) untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB (p-value=0,066) dan kepemilikan jaminan kesehatan (p-value=0,347) untuk di pedesaan. Hampir seluruh variabel juga merupakan faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap penggunaan kontrasepsi modern baik di perkotaan dan pedesaan, kecuali keterpaparan sumber informasi melalui media dan institusi serta kepemilikan jaminan kesehatan untuk di perkotaan, dan variabel pengetahuan KB, keterpaparan sumber informasi melalui institusi dan kepemilikan jaminan kesehatan untuk di pedesaan. Hasil analisis kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern, pada perumusan kebijakan masih belum menggambarkan secara jelas kebijakan yang berdasarkan segmentasi sasaran dan wilayah terutama di perkotaan dan pedesaan yang memiliki karakteristik yang berbeda. Dalam pelaksanaanya juga masih ada kendala dalam pemenuhan kuantitas, persebaran dan kapasitas tenaga lini lapangan terutama penyuluh KB yang menjadi ujung tombak program KB. Disisi lain belum semua pihak dapat menerima program KB karena bervariasinya komitmen pelaksana kebijakan di wilayah tertentu dan masih adanya hambatan sosial dan budaya. Selain itu belum optimalnya pelaksanaan komunikasi kebijakan dan masih adanya anggapan program KB hanya tanggung jawab BKKBN mempengaruhi peningkatan penggunaan kontrasepsi modern di perkotaan dan pedesaan. Adapun rekomendasi kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah perlu merumuskan kembali pada beberapa kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan penggunaan kontrasepsi modern dan memperkuat strategi komunikasi yang efektif menurut segmentasi sasaran dan wilayah.

The use of modern contraceptives in urban areas tends to decrease, while in rural areas it is the opposite, on the other hand, the population in urban areas is more numerous, and has easier access to information, health facilities, and transportation, in addition to higher levels of education and economic status than rural areas. The purpose of this study was to determine the relationship between the factors of modern contraceptive use and the most dominant factors and to analyze and provide evidence-based policy recommendations to increase the use of modern contraceptives in urban and rural areas. This study is a quantitative study using secondary data from SKAP KKBPK in 2019 which is complemented by qualitative research by reviewing policy documents and analyzing policies to increase the use of modern contraceptives. The results showed that almost all independent variables were associated with modern contraceptive use in urban and rural areas except ownership of health insurance (p-value=0.370) for urban areas, and family planning knowledge variables (p-value=0.066) and ownership of health insurance (p-value=0.347) for rural areas. Almost all variables are also the most dominant factors affecting modern contraceptive use in both urban and rural areas, except exposure to information sources through media and institutions and ownership of health insurance for urban areas, and variables of family planning knowledge, exposure to information sources through institutions and ownership of health insurance for rural areas. The results of the analysis of policies related to increasing the use of modern contraceptives, in the formulation of policies still do not clearly describe policies based on target segmentation and areas, especially in urban and rural areas that have different characteristics. In its implementation, there are still obstacles in fulfilling the quantity, distribution and capacity of field personnel, especially family planning extension workers who are the spearhead of the family planning program. On the other hand, not all parties can accept the KB program because of the varying commitment of policy implementers in certain areas and the existence of social and cultural barriers. In addition, the implementation of policy communication has not been optimal and there is still an assumption that the family planning program is only the responsibility of BKKBN affecting the increase in the use of modern contraceptives in urban and rural areas. The policy recommendations based on the research results are the need to reformulate some policies related to increasing the use of modern contraceptives and strengthening effective communication strategies according to target segmentation and region."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathiyah Rizky
"Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) adalah suatu pendekatan terintegrasi dalam tatalaksana balita sakit secara menyeluruh. Bidan sebagai salah satu tenaga pelaksana MTBS sangat berperan dalam keberhasilan program MTBS, kinerja bidan dipengaruhi oleh faktor individu, psikologik dan organisasi. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kinerja bidan dalam pelaksanaan MTBS di puskesmas Kabupaten OKU tahun 2013 dengan menggunakan metode kualitatif dan desain RAP (Rapid Assesment Procedure). Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam kepada informan menggunakan pedoman wawancara. Hasil penelitian menyarankan kepada bidan untuk semakin meningkatkan kinerja dengan mengacu kepada standar baku MTBS.

Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) is an integrated approach to the overall management of childhood illness. Midwives as one of the executive power is very instrumental in the success of IMCI IMCI program, midwives' work is influenced by individual factors, psychological and organizational. This study was conducted to analyze the performance of midwives in IMCI implementation in district health centers in 2013 OKU using qualitative methods and designs RAP (Rapid Assessment Procedure). Data was collected through in-depth interviews using an interview guide to the informant. The results suggest the midwives to further improve the performance with respect to the gold standard IMCI."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivani Noor
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan indikator Pemberian Makan pada Bayi dan Anak (PMBA) umur 6-23 bulan dan faktor lainnya terhadap kejadian stunting di Posyandu Puskesmas Warung Jambu Kota Bogor Tahun 2015. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel pada penelitian ini berjumlah 152 bayi dan anak yang didapat dengan purposive sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan April hingga Mei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran panjang badan bayi dan anak, tinggi badan ibu, wawancara kuesioner dan lembar recall 24 jam.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi bayi dan anak stunting sebesar 11,8 %. Hasil penelitian menunjukkan bahwa panjang badan lahir sebagai faktor dominan kejadian stunting pada bayi dan anak umur 6-23 bulan, setelah dikontrol oleh Minimum Dietary Diversity, jumlah anggota rumah tangga, penyakit infeksi, dan usia bayi dan anak. Penelitian ini menyarankan agar meningkatkan penyuluhan terkait gizi ibu hamil serta pemberian makan bayi dan anak yang optimal hingga 2 tahun (1000 hari pertama kehidupan).

The objective of this research is to determine the association between Infant and Young Child Feeding (IYCF) indicators and other factors with stunting at Posyandu Community Health Center Warung Jambu Bogor in 2015. The method of this research is cross sectional design. The research was done to 152 children by purposive sampling. The research was held on April to May 2015. The database were collected by measuring length of the children, mother's height, interview on the questionaire and recall 24 hour sheet.
The result of the study shows that 11,8 % children are stunting. The analysis shows that birthlength is the most dominant factor associated with under-two stunting, after controlling Minimum Dietary Diversity (MDD), number of household members, infectious diseases and age of child. This study suggests to improve nutrition for pregnant women and also infant and young child feeding up to 2 years (first 1000 days of life).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T42750
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library