Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Robin Martilo Djajadi
"Pendahuluan: Peningkatan kadar kolesterol didalam plasma darah atau hiperlipidemia merupakan faktor predisposisi terjadinya aterosklerosis. Faktor risiko diet tinggi lemak amat mempengaruhi tingginya kadar kolesterol darah. Permasalahan kepatuhan dalam perubahan diet dan efek samping obat penurun kolesterol menjadi alasan perlunya terapi pilihan lain yang aman dan efektif. Penelitian menunjukkan bahwa elektroakupunktur pada titik ST40 Fenglong dapat digunakan sebagai terapi untuk memperbaiki kadar kolesterol darah. Salah satu modalitas akupunktur yang sedang berkembang adalah laser akupunktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas laser akupunktur dibandingkan dengan elektroakupunktur pada titik ST40 Fenglong dalam memperbaiki kadar kolesterol otal, indeks aterogenik, dan berat lemak dinding abdomen pada tikus model diet tinggi lemak.
Metode: Desain studi ini adalah studi eksperimental dengan randomised control group posttest only. Dua puluh empat tikus Wistar jantan, usia 10 minggu dengan berat badan 200–250 gram dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: kelompok diet normal, kelompok diet tinggi lemak tanpa perlakuan akupunktur, kelompok diet tinggi lemak dengan elektroakupunktur dan kelompok diet tinggi lemak dengan laser akupunktur. Elektroakupunktur dan laser akupunktur dilakukan 3 kali seminggu dengan total 12 sesi. Dilakukan pengukuran kadar kolesterol total, indeks aterogenik, dan berat lemak dinding abdomen setelah 12 sesi.
Hasil: Rerata kadar kolesterol total, indeks aterogenik, dan berat lemak dinding abdomen pada kelompok tikus model diet tinggi lemak yang mendapat laser akupunktur lebih rendah dibandingkan pada kelompok tikus model diet tinggi lemak yang mendapat elektroakupunktur, namun tidak berbeda bermakna secara statistik (p > 0,05).
Kesimpulan: Laser akupunktur memiliki kecenderungan lebih baik dalam mencegah peningkatan kolesterol total, indeks aterogenik, dan peningkatan berat lemak dinding abdomen akibat konsumsi diet tinggi lemak dibandingkan dengan elektroakupunktur
Introduction: Hyperlipidemia is an increased concentration of fat in blood plasma and is a predisposing factor for atherosclerosis. Risk factor such as high-fat diet greatly affect blood cholesterol levels. The problem of adherence to diet changes and cholesterol medication side effects are reasons to look for other alternative therapies that are safe and effective. Research shows that electroacupuncture at the ST40 Fenglong point can be used as a therapy to improve blood cholesterol levels. One of the acupuncture modalities is laser acupuncture. The purpose of this study was to determine the effectiveness of laser acupuncture compared to electroacupuncture at the ST40 Fenglong point for improving total cholesterol levels, atherogenic index, and abdominal wall fat weight in high fat diet model rats.
Methods: This study was an experimental study with posttest only randomized control group. Twenty-four male Wistar rats, aged 10 weeks with a body weight of 200–250 grams were divided into 4 groups: the normal diet group, the high-fat diet without acupuncture treatment group, the high-fat diet with electroacupuncture group and the high-fat diet with laser acupuncture group. Electroacupuncture and laser acupuncture treatments were performed 3 times a week for a total of 12 sessions. Total cholesterol levels, atherogenic index, and abdominal wall fat weight were measured after 12 sessions.
Results: The mean total cholesterol levels, atherogenic index, and weight of abdominal wall fat in the high-fat diet model group which received laser acupuncture treatment was lower than that in the high-fat diet group which received electroacupuncture group, but did not significantly differ (p> 0.05).
Conclusion: Compared to electroacupuncture, laser acupuncture has a better tendency at preventing increases in total cholesterol level, atherogenic index, and abdominal wall fat weight due to high-fat diet consumption."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Feliani
"Pendahuluan: Emesis gravidarum merupakan keluhan yang umum dirasakan wanita hamil trimester pertama dengan angka kejadian mencapai 50-80% dari seluruh populasi di dunia dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Terapi farmakologis untuk emesis gravidarum telah banyak digunakan namun memiliki beberapa efek samping dan banyak ketakutan dari ibu hamil mendapatkan pengobatan saat kehamilan akan mempengaruhi janin. Superficial needlingmerupakan salah satu modalitas akupunktur dengan melakukan penusukan dangkal yang minimal invasif dan aman serta telah terbukti efektif pada beberapa penelitian klinis. Akupresur juga telah direkomendasikan untuk mengendalikan mual muntah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran efek terapi dengan kombinasi superficial needling dengan press tack needle dan akupresur pada wanita dengan emesis gravidarum
Metode: Desain studi ini adalah serial kasus yang dilakukan Juni sampai dengan September 2020 didapatkan 6 kasus. Seluruh subjek serial kasus ini mendapatkan perlakuan yang sama, yaitu akupunktur kombinasi press tack needle dan akupresur pada titik PC6 Neiguan bilateral selama 7 hari perlakuan dan di follow up sampai 7 hari paska terapi. Dilakukan pengukuran skor PUQE sebelum terapi, pada hari ke-7, hari ke-10, dan hari ke-14; dan pemberian buku diari mual muntah yang diisi selama 7 hari terapi serta pengukuran laboratorium kadar hCG kuantitatif, kadar B6, SGOT, SGPT, ureum, kreatinin, hematokrit, elektrolit darah, keton urin sebelum dilakukan pemasangan press tack needle.
Hasil: Terjadi penurunan skor PUQE pada keenam kasus pada hari ke-7 dibandingkan sebelum terapi dan terjadi penurunan hari ke-14 dibandingkan sebelum terapi pada 5 dari 6 kasus. Penurunan sub skala skor PUQE paling tinggi pada sub skala rasa ingin muntah. Variasi frekuensi akupresur harian yang dilakukan sampai hari ke-7 tidak berpengaruh dengan penurunan skor PUQE. Tidak terdapat perubahan yang signifikan pada hasil laboratorium sebelum dan pada hari ke-7.
Kesimpulan: Kombinasi superficial needling dengan press tack needle dan akupresur pada wanita emesis gravidarum dapat berguna dengan sangat baik dalam mengurangi keluhan mual muntah.

Introduction: Emesis gravidarum is a common complaint experienced by pregnant women in the first trimester with an incidence of 50-80% of the world's population and can interfere with daily activities. Pharmacological therapy for emesis gravidarum has been widely used but it has several side effects and a lot of fear of pregnant women getting treatment when pregnancy will affect the fetus. Superficial needling is one of the acupuncture modalities by performing shallow puncturing which is minimally invasive and safe and has been proven effective in several clinical studies. Acupressure has also been recommended for controlling nausea and vomiting. The purpose of this study was to describe the effect of therapy with a combination of superficial needling with a press tack needle and acupressure in women with emesis gravidarum.
Methods: The design of this study is a case series conducted from June to September 2020, obtained 6 cases. All subjects of this case series received the same treatment, namely the combination acupuncture press tack needle and acupressure at the PC6 Neiguan bilateral point during 7 days of treatment and followed up until 7 days after therapy. PUQE score was measured before therapy, on day 7, day 10, and day 14; and provision of a nausea and vomiting diary that was filled in for 7 days of therapy as well as laboratory measurements of quantitative hCG levels, B6 levels, SGOT, SGPT, urea, creatinine, hematocrit, blood electrolytes, urine ketones before placing a press tack needle.
Results: There was a decrease in PUQE score in the six cases on day 7 compared to before therapy and there was a decrease in day 14 compared to before therapy in 5 of 6 cases. The decline in the PUQE score subscale was highest on the retching subscale. The variation in the frequency of daily acupressure performed until day 7 had no effect on the decrease in PUQE scores. There were no significant changes in laboratory results before and on day 7.
Conclusion: The combination of superficial needling with press tack needle and acupressure in women with emesis gravidarum can be very useful in reducing complaints of nausea and vomiting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisma Perdana Harja
"Nyeri merupakan salah satu permasalahan yang banyak dialami populasi geriatri di dunia dan menimbulkan penurunan kualitas hidup, fungsionalitas, serta beban sosioekonomi yang besar. Polifarmasi, tingginya angka kejadian demensia dan gangguan kognitif lain, serta meningkatnya sensitivitas terhadap obat analgesi menyebabkan rentannya populasi geriatri mendapatkan penanganan nyeri yang tidak adekuat. Penanganan nyeri yang tidak adekuat ini disertai berbagai perubahan fisiologis pada populasi geriatri meningkatkan risiko terbentuknya nyeri kronik, kerentaan, depresi dan ansietas, peningkatan morbiditas, serta penurunan kualitas hidup dan fungsionalitas. Populasi geriatri diperkirakan terus meningkat tiap tahunnya baik di Indonesia dan dunia; hal ini disertai dengan sulitnya pemberian analgesi yang adekuat menyebabkan perlunya penanganan nyeri yang efektif dan aman. Berbagai penelitian menunjukkan akupunktur dapat menurunkan nyeri pada populasi geriatri. Studi berupa telaah sistematis ini bertujuan untuk memaparkan peran akupunktur dalam menurunkan skala nyeri pada pasien geriatri dengan nyeri akut. Dilakukan pencarian literatur secara sistematis pada sumber data Google Scholar dan PubMed menggunakan kata kunci acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, dan acute pain. Setelah studi yang didapatkan disingkirkan duplikasinya serta dipilah berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan tujuh studi yang digunakan dalam pembahasan; dengan skala nyeri yang digunakan mencakup Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), dan Brief Pain Inventory (BPI). Dilakukan penilaian kualitas studi menggunakan Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2, dan metode Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE) dan didapatkan secara umum studi yang didapatkan memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan hasil dari ketujuh studi tersebut didapatkan bahwa pemberian akupunktur dapat menimbulkan penurunan skala nyeri VAS, NRS, MPQ, dan BPI yang signifikan baik secara statistik maupun klinis. Selain itu, didapatkan pula akupunktur dapat menurunkan kebutuhan obat-obat analgesi terutama opioid, serta aman untuk digunakan pada pasien geriatri dengan nyeri akut.

Pain is one of the problems commonly found in geriatric population in the world; pain caused reduction in quality of life and functionality, and increase in socioeconomic burden. Polypharmacy, increase in dementia and other cognitive impairments, and increased sensitivity to analgesics side effects made the geriatric population vulnerable to inadequate analgesia. Inadequate analgesia coupled with various physiological changes in geriatric population increase the risk of forming chronic pain, frailty, depression and anxiety; increase morbidity, and reduce quality of life and functionality. It is estimated that the number of geriatric population will continue to increase in the future, whether in the world or in Indonesia. With the continuously increasing population and difficulty in giving an adequate analgesia, a form of pain management that is effective and safe for geriatric patients with acute pain is required. Many studies showed that acupuncture is effective and safe in the pain management of geriatric patients. This systematic review was done in order to explain the role of acupuncture in reducing pain scale scoring in geriatric patients with acute pain. Systematic literature searching was done using the keyword acupuncture, manual acupuncture, electroacupuncture, laserpuncture, laser acupuncture, ear acupuncture, battlefield acupuncture, pain, and acute pain. with Google Scholar and PubMed as database. After eliminating duplications and applying the inclusion and exclusion criteria, seven studies was found and used for analysis. The studies used in the analysis used Visual Analog Scale (VAS), Numeric Rating Scale (NRS), McGill Pain Questionnaire (MPQ), and Brief Pain Inventory (BPI). Quality assessment of the studies used in analysis was done using Cochrane Risk of Bias Tool ver. 2 and Grading of Recommendations, Assessment, Development, and Evaluations (GRADE); it was found that overall the quality of the studies used was good. Based on the analysis acupuncture was found to reduce pain scale scoring of VAS, NRS, MPQ, and BPI significantly, whether statistically or clinically. Acupuncture was also found to reduce analgesic requirements, especially opioids, and is safe to be given in geriatric patients with acute pain."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diana Oei
"Insufisiensi laktasi merupakan salah satu penyebab tidak tercapainya target pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di Indonesia. Akupunktur merupakan salah satu terapi yang telah terbukti dapat meningkatkan produksi ASI dengan efek samping yang minimal. Namun, terapi akupunktur memerlukan compliance yang tinggi dari pasien. Oleh sebab itu, akupunktur press tack needle (PTN) dikembangkan untuk meningkatkan compliance pasien dengan mengutamakan efisiensi waktu dan biaya terapi. Penelitian ini merupakan uji klinis acak tersamar ganda dengan kontrol sham pertama yang bertujuan untuk menilai efektivitas akupunktur PTN dalam meningkatkan produksi ASI pada pasien dengan insufisiensi laktasi. Subjek dialokasikan secara acak ke dalam kelompok akupunktur PTN (n = 18) dan kelompok akupunktur sham (n = 18). Titik akupunktur yang dipilih adalah SI1 Shaoze dan CV17 Danzhong. Penilaian peningkatan produksi ASI dilakukan dengan menilai volume ASI dan sensasi kepenuhan payudara yang dirasakan oleh pasien sebelum terapi, hari ketujuh terapi dan hari ketiga setelah terapi selesai. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna peningkatan produksi ASI pada hari ketujuh terapi (p < 0,001) dan hari ketiga (p = 0,018) setelah terapi selesai pada kelompok akupunktur PTN dibandingkan dengan kelompok akupunktur sham. Tidak didapatkan perbedaan yang bermakna pada peningkatan sensasi kepenuhan payudara antara kedua kelompok (p = 0,680). Kesimpulan penelitian ini adalah akupunktur PTN dapat meningkatkan produksi ASI pada pasien dengan insufisiensi laktasi dan efek tersebut dapat bertahan selama tiga hari setelah terapi selesai sehingga akupunktur PTN dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif terapi yang efektif, efisien dan aman dalam tatalaksana insufisiensi laktasi.

Lactation insufficiency is one of the reason for the failure in achieving exclusive breastfeeding target in Indonesia. Acupuncture is one of the proven treatment in improving breast milk production with minimal side effects. However, acupuncture therapy needs a high compliance from the patient. Therefore, we developed an acupuncture therapy using press tack needle (PTN) to improve patient’s compliance that prioritize treatment time efficiency and treatment cost. This is the first double-blind randomized controlled trial that aims to assess the effectiveness of PTN acupuncture in improving breast milk production in patient with lactation insufficiency. Subjects were randomly allocated to the PTN acupuncture group (n = 18) and sham acupuncture group (n = 18). The acupuncture points used in this study were SI1 Shaoze and CV17 Danzhong. Assessment of the improvement in breast milk production was done by measuring the volume of breast milk production and breast fullness sensation felt by the patient before the therapy, on day seven of therapy and on day three after the therapy was completed. The results of this study showed a significant improvement in breast milk production on day seven of therapy (p < 0,001) and on day three after the therapy was completed (p = 0,018). There was no difference in the breast fullness sensation between the two groups (p = 0,680). In conclusion, PTN acupuncture can be recommended as an effective and efficient treatment in treating lactation insufficiency and the effect can last for at least three days after the therapy is completed. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Arlene
"Pendahuluan: Nyeri pada lansia masih merupakan tantangan yang besar bagi tenaga kesehatan. Tatalaksana nyeri akut menjadi penting karena penanganan nyeri akut yang inadekuat telah dihubungkan dengan luaran yang lebih buruk selama hospitalisasi, termasuk nyeri persisten, waktu perawatan yang lebih lama, hambatan pada terapi fisik, keterlambatan ambulasi, dan delirium. Penggunaan farmakoterapi harus lebih berhati-hati karena kelompok lansia lebih rentan terhadap efek samping dan interaksi obat, adanya polifarmasi dan komorbiditas yang lebih banyak. Akupunktur telah diketahui efektif untuk menangani berbagai macam nyeri pada geriatri. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh satu sesi akupunktur dalam penurunan skala nyeri pada pasien geriatri dengan nyeri akut.
Metode: Desain studi ini adalah studi uji klinis acak terkontrol tersamar tunggal. Empat puluh lansia > 60 tahun dengan nyeri yang dialami ≤ 6 bulan atau perburukan dalam ≤ 6 bulan terakhir dan NRS ≥ 4 dibagi menjadi 2 kelompok yaitu: kelompok terapi standar dan kelompok kombinasi terapi standar dan akupunktur. Perlakuan akupunktur dilakukan 1 sesi pada titik Battlefield Acupuncture. Seluruh subyek tetap menerima terapi standar yang ditentukan oleh dokter penanggungjawab pasien. Penilaian skor NRS dan VAS dilakukan 30 menit, 1 jam, dan 2 jam setelah menerima perlakuan.
Hasil: Rerata penurunan skor NRS dan VAS pada kelompok yang menerima kombinasi terapi standar dan akupunktur pada ketiga waktu pengukuran lebih baik secara bermakna dibandingkan dengan kelompok terapi standar (p<0,001).
Kesimpulan: Pemberian satu sesi akupunktur dapat mempengaruhi kecepatan penurunan skala nyeri pada pasien lansia dengan nyeri akut.

Introduction: Pain management in elderly still become problematic for health workers. Adequate acute pain treatment is important because ineffective management for acute pain is associated with poorer outcomes throughout hospitalization, such as persistent pain, longer hospitalization period, delayed ambulation, and delirium. The use of pharmacotherapy in this group should be more cautious because elderly is more susceptible to drug interaction and side effects, polypharmacy, and comorbidities. Acupuncture has been found to be effective and safe in treating various kinds of pain in elderly. The aim of this study was to determine the effect of one session acupuncture on pain scale reduction in geriatric with acute pain.
Methods: This was a single blinded, randomized controlled trial of 40 elders with pain experienced ≤ 6 months or worsening in the last 6 months, with NRS ≥ 4. The subjects were divided into 2 groups: the standard therapy group and the combination of standard therapy and acupuncture group. Acupuncture treatment was performed one time using Battlefield Acupuncture points. All subjects continued to receive standard therapy as determined by the doctor in charge of the patient. NRS and VAS scores were assessed 30 minutes, 1 hour, and 2 hours after receiving treatment to evaluate patient’s outcome.
Results: Both NRS and VAS scores showed significant differences between 2 groups at all measurement times (p<0,001), with the mean reduction of pain scales in the group receiving combination of standard therapy and acupuncture was better than in standard therapy group.
Conclusion: The administration of one session acupuncture can affected pain scale reduction in elderly with acute pain
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irman
"Pendahuluan: COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus SARS-CoV-2. Gejala klinis COVID-19 yang paling sering dialami adalah demam dan batuk. Infeksi SARS-CoV-2 ke dalam tubuh pejamu akan menimbulkan respon imun dari pejamu yang akan menyebabkan terjadinya inflamasi sistemik. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan berbagai penanda inflamasi, salah satunya adalah C-Reactive Protein (CRP). Saat ini belum ada terapi spesifik yang efektif untuk mengatasi COVID-19. Akupunktur yang merupakan modalitas terapi non-farmakologi yang telah terbukti dapat memberikan efek anti-inflamasi. Saat ini belum ada penelitian uji klinis akupunktur yang meneliti penanda inflamasi terhadap pasien COVID-19 yang telah dipublikasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas akupunktur dalam menurunkan kadar CRP dan memperbaiki gejala batuk yang dialami pasien COVID-19 gejala ringan-sedang.
Metode: Sebuah penelitian pilot dengan desain studi uji klinis acak tersamar tunggal. Dua puluh dua pasien COVID-19 terkonfirmasi melalui pemeriksaan RT-PCR yang memiliki gejala ringan-sedang yang sedang dirawat inap di rumah sakit dikelompokan dalam dua kelompok: kelompok perlakuan yang mendapat terapi standar dan intervensi akupunktur manual dan kelompok kontrol yang mendapat terapi standar. Intervensi akupunktir manual dilakukan setiap 2 hari dengan total 6 sesi terapi. Sebelum intervensi dilakukan pengukuran kadar CRP dan penentuan onset batuk dan setelah 6 sesi akupunktur dilakukan dilakukan pengukuran kadar CRP dan penentuan periode lama batuk.
Hasil: Terjadi penurunan rerata kadar CRP pada kedua kelompok (p=0,397). Penurunan kadar CRP pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan kelompok kontrol. Gejala batuk lebih singkat pada kelompok perlakuan dibandingkan pada kelompok kontrol dan perbedaan ini bermakna secara statistik (p = 0,01).
Kesimpulan: Kombinasi akupunktur manual dan terapi standar menurunkan kadar CRP dan penurunannya lebih besar dibandingkan dengan terapi standar. Namun, penurunan kadar CRP tidak bermakna secara statistik. Dan mempersingkat gejala batuk yang dialami pasien COVID-19 gejala ringan-sedang secara bermakna.

Introduction: COVID-19 is a disease that caused by infection of SARS-CoV-2. The most common clinical symptoms of COVID-19 are fever and cough. SARS-CoV-2 infection into the host's body will cause an immune response which will cause systemic inflammation. This can be seen from the increase in various inflammatory markers, one of which is C-Reactive Protein (CRP). Currently there is no specific therapy that is effective for curing COVID-19. Acupuncture is a non-pharmacological therapeutic modality that has been shown to provide anti-inflammatory effects. Currently, there are no published studies of acupuncture clinical trials examining inflammatory markers in COVID-19 patients. The purpose of this study was to determine how effective acupuncture in reducing CRP levels and improving cough symptoms experienced by COVID-19 with mild-moderate symptoms patients.
Methods: A pilot study with an experimental study design single blind randomized clinical trial. Twenty-two COVID-19 patients confirmed by RT-PCR examination who had mild-moderate symptoms who were being hospitalized were divided into two groups: the treatment group who received standard therapy and manual acupuncture intervention and the control group who received standard therapy. Manual acupuncture intervention was performed every 2 days for a total of 6 therapy sessions. Before the intervention, the CRP level was measured and the onset of the cough was determined and after 6 acupuncture sessions, the CRP level was measured and the period of cough was determined.
Results: There was a decrease in the mean of CRP levels in both groups (p = 0.397). The decrease in CRP levels in the treatment group was greater than the control group. Cough symptoms were shorter in the treatment group than in the control group and this difference was statistically significant (p = 0.01).
Conclusion: The combination of manual acupuncture and standard therapy reduced CRP levels and the decrease was greater than that of standard therapy. However, the reduction in CRP levels was not statistically significant. And shorten the cough symptoms experienced by mild-moderate COVID-19 patients significantly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library