Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hamin Usman
"Padangan Beth Roberts terhadap Bentuk
Sastra pasca kolonial di manapun keberadaannya, pada umumnya mempunyai kesamaan penggambaran, yaitu perlawanan masyarakat yang dijajah terhadap penjajahnya. Namun di Australia bentuk sastra pascakolonial tersebut menjadi unik. Di Australia, perlawanan masyarakat yang dijajah yaitu perlawanan suku Aborijin melawan pemerintah Australia mendapatkan simpati dan bantuan dari masyarakat kulit putih penjajahnya. Melalui media maupun karya tulis, mereka turut menunjukkan sikap yang ditujukan kepada pemerintah Australia atas kebijakankebijakan yang diberlakukan bagi suku Aborijin yang dirasakan tidak sesuai, bahkan terkesan represif.
Beth Roberts, dengan karyanya, Magpie Boy (1989) adalah bagian dari fenomena ini. Di dalam karyanya tersebut, si pengarang kulit putih ini selain menggambarkan kehidupan suku Aborijin dan orang kulit putih, tampak pula memberikan pandangannya terhadap suatu bentuk rekonsiliasi.
Salah satu bagian dari gambaran kehidupan suku Aborijin dan orang kulit putih yang diangkat ke dalam cerita yang dianalisis dalam tesis ini adalah nilai-nilai kemanusiaan mereka. Dari nilai-nilai kemanusiaan yang dikaji melalui tokoh dan penokohan sebagai elemen dalam fiksi, kedua kelompok tersebut dicoba pertemukan dalam bentuk rekonsiliasi.
Namun pada akhirnya terlihat bagaimana penggambaran rekonsiliasi yang dari awal telah diupayakan oleh pengarang, tidak mendapatkan bentuk yang hakiki melalui caranya menghadirkan simbol-simbol yang metaforis. Simbol-simbol tersebut pada dasarnya adalah pesan pengarang kepada pemerintah Australia atas cara mereka menyikapi upaya proses rekonsiliasi di dalam negeri."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T9510
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Mahesa Alam
"YouTube adalah platform sosial media terkenal dan digunakan oleh banyak orang. Di dalam YouTube, para pembuat konten dapat mengunggah konten yang bervariasi seperti konten tentang memasak, olahraga, edukasi, hiburan, dan konten-konten lainnya. Salah satu tipe konten yang telah menarik banyak penonton adalah konten dengan format acara kencan. Format ini telah digunakan oleh beberapa saluran YouTube dan telah berhasil menarik audiens dengan jumlah banyak. Di dalam beberapa video dengan format acara kencan, dapat dilihat bahwa YouTuber laki-laki menjadi bintang utama dari acara kencan di dalam video tersebut dan diberikan beberapa wanita yang akan menjadi objek observasi oleh para YouTuber laki-laki di dalam video tersebut. Fenomena ini menghasilkan sebuah pertanyaan yaitu jika video-video ini dapat dianalisa dari lensa objektifikasi dan memiliki kemungkinan untuk menunjukkan bahwa bagaimana video-video tersebut dibuat dengan ideologi male chauvinism yang bersifat dominan. Karya tulis ini menganalisa video YouTube dengan format acara kencan dari kelompok-kelompok YouTube yang didominasi oleh laki-laki untuk mengobservasi keberadaan objektifikasi dan menemukan motivasi dibalik objektifikasi yang hadir.

YouTube is a social media platform that is well-known by many in the world. In the platform, every content creator can upload any type of content to their liking, whether it be cooking, sports, educational, entertainment, and many other types of content. One of the types of content that has amassed massive amounts of viewers is content using the format of dating shows. This format has been used by multiple YouTube channels and has resulted in obtaining a great quantity of audience. In several videos using the format of dating shows, it is seen that the male YouTubers are the main stars of the show and have the right to play the game while being presented by multiple women who will be the objects of observation of the YouTube creators. This raises the question if videos as such can be analyzed through the lens of objectification and may even possibly reveal how the videos are made with the dominant perspective of male chauvinism. The paper analyzes YouTube dating shows videos from male-dominated YouTube groups to observe the presence of objectification in the videos and discovering the motivation behind the objectification."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elaine Mischa Amadeus
"Although frequently dismissed as mere entertainment, popular music can be utilized as a site for constructing and representing identities. This is exemplified by Indonesian R&B/hip-hop singer Agnez Mo who aspires to, among others, represent Indonesia through her English works. This study explores the Indonesian identity Mo portrays in the lyrics and images of her music video Long As I Get Paid (2017). Carlsson’s (1999) theory on music video textual analysis is utilized in this study. Results are then understood in relation to Orientalism and self-Orientalism. This study finds that Mo constructs the identity of a feminine, strange, exotic, and sexually assertive Eastern woman who willingly sells herself to a Western man for money. Moreover, she is depicted ignoring the criticisms she receives for it. Such portrayal is a reiteration of classic Orientalist stereotypes. Furthermore, Mo being the one to Orientalize herself ultimately makes her actions fall under self-Orientalism. This study’s findings indicate that the concept of self-Orientalism is relevant not only to the realms of advertising and tourism– which are what a large number of previous studies on self-Orientalism focus on – but also popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library