Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 45 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ita Yuanita
"Penjadwalan kerja salah satu aspek dari fungsi manajemen, dan kepuasan kerja adalah cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaaannya. Berdasarkan tinjauan kepustakaan Young & Hayene (1988) bahwa model penjadwalan kerja desentralisasi ini dapat memberi kepuasan karena perawat pelaksana diberikan kesempatan untuk memberikan masukan sehingga mendorong peningkatan otonomi dan fleksibelitas, akan tetapi tidak demikian yang terjadi di RSGM, berdasarkan pengamatan peneliti ternyata model desentralisasi tidak memberikan kepuasan kerja. Fenomena ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang analisis hubungan penjadwalan kerja dengan kepuasan kerja perawat pelaksana.
Penelitian ini bersifat deskriptif korelatif dengan pendekatan potong lintang yang dilakukan pada tanggal 21 - 25 Agustus 2003 terhadap 94 perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap R.S Graha Medika Jakarta.
Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara fleksibilitas penjadwalan kerja dan kepuasan kerja(p-value = 0,000), sedangkan model penjadwalan kerja dengan kepuasan kerja tidak mempunyai hubungan (p-value = 0,711) dan pendekatan penjadwalan kerja berputar tidak memiliki hubungan dengan kepuasan kerja (p-value = 0,419)
Rekomendasi untuk direktur & manajemen keperawatan RS. Graha Medika Jakarta, adalah model desentralisasi dapat terus diterapkan dengan modifikasi pendekatan berputar dan memperhatikan kebutuhan pribadi perawat pelaksana.

Correlation Analysis between Staff Scheduling and Nurse's Job Satisfaction in Graha Medika Hospital JakartaStaff scheduling is one aspect of the management functions, and job satisfaction is a reflection of employee's feeling to their work. Base on study literature, model decentralized scheduling can satisfy the nurse because they have opportunity to give their suggestion and could enhance the autonomy and flexibility. Unfortunately this situation does not happened in Graha Medika Hospital. According to my observation, model decentralization does not satisfy the nurse. This phenomena motivated researcher to study the relationship between staff scheduling and nurse satisfaction to their work in Graha Medika Hospital Jakarta.
This is correlation research with cross sectional approach done on 21st ? 25th August 2003 to 94 staff nurses in patient unit Graha Medika Hospital.
The result was there are significant correlation between flexibility scheduling and staff nurse satisfaction (p-value < 0,001), but there was no correlation between model scheduling and staff nurse's satisfaction (p-value = 0,711) either between cycle scheduling approach and staff nurse's job satisfaction (p-value = 0,419) Recommendation for director and nursing manager in Graha Medika Hospital is to continue implementing the model decentralized and being combined with cycled approach and focused on personnel?s need of the staff nurse."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2003
T 11056
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suwarly Mobiliu
"Irina D dan Irina G RS Prof.Dr.H.Aloei Saboe Gorontalo merupakan ruangan rawat inap kelas III untuk kasus penyakit dalam dan bedah, yang memiliki BOR masing-masing 85% dan 54%; LOS masing-masing 4 hari dan 6 hari; GDR masing-masing 60% dan 17%. perawat merasa kurang mempunyai waktu untuk membuat dokumentasi keperawatan yang baik dan lengkap. Kedudukan dokumentasi keperawatan sangat penting dalam pelayanan keperawatan.
Tujuan penelitian adalah untuk membuktikan hubungan beban kerja perawat setiap waktu jaga (shift) dengan kualitas dokumentasi keperawatan. Penelitian ini merupakan deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional di Irma D dan Irma G. Sampel penelitian ini adalah 21 orang perawat pelaksana. Data beban kerja dengan dokumentasi keperawatan dikumpulkan dengan cara observasi sedangkan data tingkat pendidikan didapatkan dari data sekunder. Analisis data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment dan Uji T.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan perawat pelaksana di Irma D dan Irma G mayoritas D III Keperawatan. Beban Kerja yang besar pada waktu jaga pagi di Irma D (359,58) dan Irma G (300,44) dan kualitas dokumentasi keperawatan pada waktu jaga sore 66,50% dan 62,34% lebih tinggi dari waktu jaga pagi dan malam. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara beban kerja pada waktu jaga pagi dengan p value 0,001, begitu pula beban kerja tidak langsung mempunyai hubungan yang signifikan dengan kualitas dokumentasi keperawatan dengan p value 0,000 sedangkan beban kerja dengan kualitas dokumentasi keperawatan pada waktu jaga sore dan malam tidak ada hubungan dengan p value 0,344 dan 0,125.Untuk tingkat pendidikan dengan menggunakan uji T didapatkan hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan kualitas dokumentasi keperawatan baik waktu jaga pagi, sore atau malam.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kualitas dokumentasi keperawatan pada setiap waktu jaga pada umumnya sudah bisa dikatakan cukup baik karena dokumentasi yang ada adalah dari tahap pelaksanaan sampai dengan catatan asuhan keperawatan mencapai nilai yang tertinggi 66,50%. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan perlu pemantauan dari bidang keperawatan terhadap kualitas dokumentasi keperawatan, perlunya peningkatan peningkatan pendidikan formal dan memanfaatkan tenaga yang ada khususnya DIII Keperawatan kaitannya dengan penkajian, perumusan diagnosa keperawatan dan perencanaan.

The ward of IRINA D & G of Prof. Aloei hospital is the 3rd class of in-patient unit, which is provided for medical & surgical adult cases. These wards have bed occupation rate (BOR) of 85% & 54% and the length of stay 4 & 6 days, where the gross death rate 6096o & 1796o. In general the staff nurses in these wards do not have enough time to do the nursing document.
The goal of this study was to know the correlation between the staff nurse workload on every shift & their educational background with the quality of nursing documentation in the wards. This study was using the descriptive correlation design with cross sectional. The sample of this study was 21 staff nurses on those wards. The workload and documentation data were collected by observation and the educational background was collected from secondary data. The analyze process of this study was using Pearson Product Moment Correlation test and T test.
The result of this study shows that the educational background of the staff nurses in those wards were Diploma Nursing. The result of the workload implies that the workload in the IRINA D (359.58) higher than G (300.44) & the quality of the nursing documentation in the late shift (10) was more than the morning & the night shift. From the bivariate analyze shows the significant correlation between the workload and the quality of the nursing documentation in the late shift (p=0,001). There was no significant correlation in the morning (pl.344) and the night shifts (p=).125), but there was significant correlation between indirect workload and the quality of nursing documentation in every shifts (p=0,000), where there was a strong correlation between educational backgrounds with the quality of nursing documentation.
The conclusion of this study imply that the quality of nursing documentation in every shifts were fairly good where the result of morning shift 9, late shill 10 and night shift 7, and these was a strong correlation between educational background with the quality of nursing documentation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2005
T18689
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nieniek Ritianingsih
"ABSTRAK
PPOK merupakan penyakit yang mengarah kepada adanya beberapa gangguan yang
mempengaruhi keluar masuknya udara paru-paru. Pemenuhan kebutuhan dasar manusia
terutama kebutuhan oksigen dapat terganggu dengan adanya PPOK, sehingga untuk
mengoptimalkan kesehatan pasien kembali diperlukan tindakan keperawatan yang tepat.
Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi ventilasi paru
adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan
perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap fungsi ventilasi
paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M. Goenawan Partowidigdo
Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi eksperimental dengan pendekatan
pre test post test group design. Sampel berjumlah 36 orang yang diambil secara
purposive sampling. Pasien diberikan tindakan pengaturan posisi high fowler dan
orthopneic. Hasil penelitian menunjukkan posisi high fowler dan orthopneic dapat
meningkatakan fungsi ventilasi paru (p=0,0005), tetapi posisi orthopneic dapat
meningkatkan fungsi ventilasi paru lebih baik dibandingkan high fowler (p=0,0005).
Usia berhubungan terhadap peningkatan fungsi ventilasi paru pasien PPOK baik pada
posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan
(p=0,453 dan p=0,456), berat badan (p=0,385 dan p=0,411), dan jenis kelamin (p=0,240
dan 0,164) tidak mempengaruhi peningkatan fungsi ventilasi paru baik pada posisi high
fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan
posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan

ABSTRACT
Fungsi ventilasi paru dapat terganggu dengan adanya penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK). Salah satu tindakan mandiri keperawatan guna mempertahankan fungsi
ventilasi paru adalah mengatur posisi pasien PPOK. Penelitian ini bertujuan untuk
menjelaskan perbedaan pengaruh posisi duduk high fowler dan orthopneic terhadap
fungsi ventilasi paru pada asuhan keperawatan pasien PPOK di RS Paru Dr. M.
Goenawan Partowidigdo Bogor. Desain penelitian menggunakan metoda kuasi
eksperimental dengan pendekatan pre test post test group design. Sampel berjumlah 36
orang yang diambil secara purposive sampling. Pasien diberikan pengaturan posisi high
fowler dan orthopneic. Hasil penelitian frekuensi nafas memiliki nilai yang sama. Posisi
high fowler dan orthopneic dapat meningkatkan nilai APE (p=0,0005), tetapi posisi
orthopneic dapat meningkatkan nilai APE lebih baik dibandingkan high fowler
(p=0,0005). Usia berhubungan terhadap peningkatan nilai APE pasien PPOK baik pada
posisi high fowler (p=0,0048) maupun pada orthopneic (p=0,0005). Tinggi badan, berat
badan, dan jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi ventilasi paru baik pada posisi high
fowler maupun orthopneic. Rekomendasi hasil penelitian adalah perawat dalam
memberikan asuhan keperawatan pasien PPOK dengan dispnea sebaiknya memberikan
posisi orthopneic sehingga fungsi ventilasi paru pasien dapat ditingkatkan
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T24772
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leli Mulyati
"ABSTRAK
Neuropati sensori dan perubahan perfusi perifer merupakan jenis komplikasi jangka
panjang pasien DM tipe 2. Kedua masalah ini menyebabkan pasien berisiko
mengalami trauma pada kaki. Gejala neuropati dapat berupa perubahan sensasi
proteksi dan nyeri sedangkan perfusi perifer berupa perubahan akle brachial index
(ABI). Berbagai upaya dilakukan untuk mengurangi gejala neuropati sensori dan
perubahan perfusi perifer, salah satu diantaranya adalah masase kaki secara manual
yang sampai saat ini belum ditemukan penelitian terkait. Penelitian ini bertujuan
untuk mengidentifikasi pengaruh masase kaki secara manual terhadap sensasi
proteksi, nyeri dan ABI pada pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan penelitian
quasi eksperimen dengan kelompok kontrol dan pengambilan sampelnya dengan
cara consecutive sampling. Hipotesis yang dibuktikan dalam penelitian ini adalah
ada perbedaan sensasi proteksi, nyeri dan ABI setelah dilakukan masase kaki secara
manual. Sampel penelitian terdiri dari 30 responden kelompok intervensi dan 30
responden kelompok kontrol. Hasil uji independent t test menunjukan ada
perbedaan yang bermakna pada sensasi proteksi dan nyeri setelah dilakukan masase
kaki secara manual (p= 0.000), tetapi tidak ada perbedaan yang bermakna pada
ABI setelah dilakukan masase kaki secara manual (p= 0.440). Kesimpulan yang
didapat adalah masase kaki secara manual berpengaruh terhadap peningkatan
sensasi proteksi dan penurunan nyeri pasien DM tipe 2. Rekomendasi untuk
perawat spesialis adalah perlunya menerapkan dan mengembangkan masase kaki
sebagai suatu intervensi mandiri perawat khususnya dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien DM tipe 2.

ABSTRACT
Neuropathy sensory and impaired peripheral perfusion are the long complication on type 2 DM patient. Both problems placed the patient at risk for foot injury. Neuropathy symptoms included loss of protection sensation and pain otherwise peripheral perfusion is change of ankle brachial index (ABI). There are modalities to reduce neuropathy sensory symptoms and impaired peripheral perfusion, one of them is manually foot massage that until this time was not yet being researched. This research aimed to identify influence of manually foot massage on protection sensation, pain and ankle brachial index. The design of this research was a quasi experimental research with control group and the sample was recruited by consecutive sampling. This research try to identify differences between protection sensation, pain and ABI of type 2 diabetes mellitus patient after manual foot massage intervention. That consisted of 30 sample for each group (intervention and control group) in this research. Independent t test indicated that there were significant differences between protection sensation and pain after performing manually foot massage (p= 0.000), however there were no significant differences of ABI after manually foot massage intervention (p= 0,440). The conclusion of this research is manually foot massage had effect on increasing protection sensation and reducing pain level on type 2 DM patient. The recommendation of this study is the importance of implementation and development manually foot massage as an independent nursing intervention for taking care of type 2 DM patient."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sahat, Camalia S.
"Pasien asma akan terjadi bronchospasme dan bronchokontriksi ini dapat menyebabkan otot pernapasan mengalami kelemahan dan penurunan fungsi paru. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru pasien asma di perkumpulan senam asma RSU Tangerang. Desain penelitian ini Kontrol Group pretest-postes desain. Sampel berjumlah 50 pasien (25 pasien kelompok intervensi dan 25 pasien kelompok kontrol). Teknik pengambilan sampel secara Purposive sampling. Kelompok intervensi melakukan tindakan senam asma selama 8 minggu, frekuensi 3 kali seminggu pada hari Rabu, Jum?at dan Minggu. Hasil penelitian, rata-rata nilai kekuatan otot pernapasan (P=0.0005) dan fungsi paru (P=0.0005) berbeda bermakna antara sebelum dan sesudah intervensi senam asma. Rata-rata nilai kekuatan otot pernapasan (P=0.0005) dan fungsi paru (P=0.0005) setelah intervensi antara kelompok intervensi dan kontrol berbeda bermakna secara signifikan. Terdapat hubungan berat badan terhadap kekuatan otot pernapasan (P=0.05) dan fungsi paru (P=0.03). Terdapat hubungan senam asma terhadap peningkatan kekuatan otot pernapasan (P=0.0005) dan fungsi paru (P=0.0005) pasien asma di perkumpulan senam asma RSU Tangerang, setelah dikontrol berat badan dan tinggi badan. Rekomendasi penelitian ini adalah senam asma sebaiknya menjadi program intervensi keperawatan pada manajemen asma untuk meningkatkan peningkatan kekuatan otot pernapasan dan fungsi paru pasien asma.

Patient with asthma will experience bronchospasme and bronchocontriction condition. It will cause reduction of lung function ability and breathe muscles fatigue. This research aimed to identify the influence of asthma gymnastics to lung function and breathe muscles power improvement of patien with asthma in Asthma Gymnastics Group in Tangerang State Hospital. Design of the research in control group, pre test ? post test. A 50 sample ( 25 patient of intervention group and 25 patient of control group) is chosen by using purposive sampling method. The intervention group experience asthma gymnastic for 8 weeks, three times a week on Wednesday, Friday, and Sunday. The research show that the average values of breathe muscle power (p=0.0005) and lung functions (p=0.0005) between before asthma gymnastic intervention and after asthma gymnastic intervention is significant difference (p=0.0005). Average value of breathe mucles power (p=0.0005) and average value of lung function (p=0.0005) after intervention between weight and breathe muscles power (p=0.0005) and between asthma gymnastics and lung functions and breathe muscles power improvement for patient with asthma in Asthma Gymnastics Group in Tangerang State Hospital, controlled by weight and height. Base on the research , it is recommended that asthma gymnastic become nursing intervention program for asthma treatment management to improve breathe muscles power and lung function."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Handayani
"Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk memahami berbagai pengalaman ILWHA (Injecting Drug User Living with HIV/AIDS) dalam menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang telah menjalani terapi ARV lebih dari 3 bulan dan sedang menjalani terapi rumatan metadon. Partisipan dipilih dengan cara purposive sampling. Pengumpulan data adalah dengan wawancara mendalam dan analisis serta sintesis menggunakan metode ?Colaizzi?s?. Hasil penelitian menunjukan pengalaman ILWHa dalam menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon yang diungkapkan secara mendalam dengan berbagai penjelasan yang penuh emosi dan digambarkan dengan pernyataan-pernyataan tematik. Penelitian ini menyimpulkaan setiap ILWHA mengalami kebuaran dan lebih fungsional dalam hidup. Setiap ILWHA mengalami: 1)beban fisik akibat efek ARVdan gejala putus obat, 2)beban psikologi, yaitu ketidakberdayaan, kecemasan dan gangguan mood, 3)beban sosial, yaitu stigma dan diskriminasi serta kehilangan kesempatan bekerja. Menjalani terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon merupakan proses pembelajaran dan dijalani dengan kepasrahan. Terdapat berbagai kebutuhan pelayanan kesehatan yaitu pelayanan yang terintegrasi antara ARV dan metadon, informasi penanggulangan efek ARV dan gizi serta informasi HIV, ARV dan emtadon bagi masyarakat. . Berdasarkan hal tersebut, perawat medikal bedah perlu memahami aspek fisik, psikologis, dan sosial serta kedinamisan ILWHA dalam terapi ARV pada saat terapi rumatan metadon selain itu juga perlu mengidentifikasi dan mengembangkan lebih lanjut kebutuhan pelayanan kesehatan pada ILWHA yang sedang menjalani terapi ARV.

This is a qualitative research with phenomenological approach which was aimed to understand ILWHA experiences in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy. Six participants who have had received ARV therapy for more than 3 months and were undergoing methadone maintenance therapy were chosen using purposive sampling. Data was collected with a deep interview and further was analyzed and synthesized with Colaizzi?s. The results showed ILWHA experiences in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy were expressed in depth with various emotional explanations and were described with thematic statements. The conclusion of this research was every ILWHA experiences fitness and more functional in live. Every ILWHA experiences: 1) physical burden as the effect of ARV and drug withdrawal, 2) psychological burden, including helplessness, anxiety and mood disturbance, 3) social burden, such as stigma, discrimination and losing opportunity to work. Receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy is a learning process and should be through in a sincere heart. There are health service needs such as integrated service between ARV and methadone, information of ARV effects, nutrition, and knowledge related to HIV, ARV and methadone for community. Based on this fact, medical surgical nurses need to understand physical, psychological and social aspects and ILWHA dynamicity in receiving ARV therapy during methadone maintenance therapy. The nurses are also necessary to identify and develop a further nursing care needs among ILWHA who are receiving ARV."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tampubolon, Lindawati Farida
"Masukan cairan yang tidak adekuat merupakan salah satu penyebab konstipasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi air terhadap proses defekasi pasien konstipasi di RSU Sembiring Delitua Deli Serdang. Penelitian menggunakan desain quasi-experimental dengan post-test only with control group. Responden berjumlah 50 orang (25 orang untuk masing-masing kelompok). Kelompok intervensi mendapat terapi air melalui pemberian minum 1,5 liter air putih pada pagi hari segera setelah bangun tidur, dilanjutkan dengan minum sesuai kebutuhan cairan per hari (50cc/kg/BB), waktunya sesuai dengan keinginan pasien. Kelompok kontrol tidak mendapatkan terapi air 1,5 liter, tetapi diberi minum seperti biasa sesuai keinginan pasien dengan jumlah masukan cairan minimal per hari sebanyak 50cc/kg/BB. Hasil penelitian menunjukkan terapi air berpengaruh terhadap frekuensi defekasi pasien konstipasi (P=0,022, α=0,05) dan waktu terjadinya defekasi (P=0,000, α=0,05). Pasien kelompok intervensi berpeluang 4,750 kali mengalami defekasi dibanding kelompok kontrol (OR=4,750), kelompok intervensi juga berpeluang 34 kali mengalami defekasi yang lebih cepat dibandingkan kelompok kontrol (OR=34,000). Peneliti menyarankan penggunaan terapi air sebagai salah satu intervensi keperawatan untuk mencegah dan mengatasi konstipasi pada pasien di RS maupun di komunitas.

Inadequate fluid intake is one of causes of constipation. The purpose of this research was to identify the effect of water therapy over the process of defecation for patient with constipation in RSU Sembiring Delitua Deli Serdang. This research used quasi-experimental design with post-test only with control group. Respondents were 50 patients with constipation (25 patients for each group). Intervention group was administered water therapy by drinking 1,5 litre of water at once after waking in the morning and then respondents were administered freely with minimum amount of water intake per day is 50cc/kg/BW. Control group didn?t get water therapy, but respondents could drink freely with minimum amount of water 50cc/kg/BW per day. The results showed that the water therapy had significant effect over the defecation frequency of patient with constipation (P=0,022, α=0,05) and the happening of defecation (P=0,000, α=0,005), those who got the water therapy tended to experience defecation 4,750 times than who didn?t get water therapy (OR=4,750), and the happening of defecation 34,000 times was faster than who didn?t get water therapy (OR=34,000). Researcher suggests the using of water therapy as one of nursing intervention to prevent and overcome constipation both in hospital and community."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Renny Wulan Apriliyasari
"ABSTRAK
Stroke merupakan cedera otak yang disebabkan adanya obstruksi dengan gejala Stroke Iskemik merupakan cedera otak yang disebabkan adanya obstruksi dengan gejala awal gangguan memori jangka pendek. Stimulasi auditori diberikan melalui pendekatan budaya dengan instrumen gamelan. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian terapi musik gamelan terhadap memori jangka pendek pada pasien stroke iskemik. Penelitian ini menggunakan desain RCT dengan rancangan pretest-posttest with control group. Sampel yang digunakan sebanyak 19 responden kelompok intervensi dan 15 responden kelompok kontrol yang dibagi dengan cara randomisasi blok. Hasil penelitian ini dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan memori jangka pendek sebelum dan sesudah diberikan terapi musik gamelan, dengan p value 0,000 (α =0,05). Akan tetapi pada uji beda dua kelompok didapatkan hasil tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Pada penelitian ini direkomendasikan bahwa penerapan terapi musik efektif digunakan sebagai stimulasi auditori pada pasien stroke iskemik.

ABSTRACT
Stroke is a brain injury caused by obstruction, one of the symptoms is short-term memory impairment. Auditory stimulation is given through a cultural approach with gamelan instruments. The purpose of the research was to know the effect of Gamelan music therapy to short-term memory in Ischemic stroke patients. RCT with using pretest-posttest with control groups design was used in this study. The number of respondents that used in the research was 19 respondents as intervention groups and 15 respondents as control group that used blok randomised. The result of the study show that there was significantly differences short-term memory between before and after Gamelan music therapy with a p-value .000 (α=.005). However, on two different test groups showed no significant difference in the intervention group and the control group. This study is recommended that the application of music therapy is effective as auditory stimulation in patients with ischemic stroke."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Dwi Hartanti
"Penilaian keefektifan dari tindakan hemodialisis diketahui dari nilai adekuasi hemodialisis. Exercise intradialisis merupakan latihan fisik dengan pergerakan terencana dan terstruktur, yang dapat meningkatkan bersihan ureum sehingga meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh exercise intradialisis terhadap adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal.
Desain penelitian ini menggunakan randomized control trial (RCT) dengan menggunakan rancangan pretest-postest with control group. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode consecutivesamplingdengan randomisasi alokasi menggunakan randomisasi blok. Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 26 responden pada kelompok intervensi dan 25 responden pada kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai adekuasi hemodialisis pada kelompok intervensi setelah diberikan exercise intradialisis, (p value = 0,0001). Penelitian ini merekomendasikan penerapan exercise intradialisis untuk membantu meningkatkan nilai adekuasi hemodialisis pada pasien penyakit ginjal terminal dengan hemodialisis.

The assessment of effectiveness of hemodialysis can be identified by measuring adequacy of hemodialysis. Intradialisis exercise is physical exercise with a planned and structured movement, which can increase the clearance of urea thus increasing the value of hemodialysis adequacy. This study aims to determine the effect of exercise intradialisis the adequacy of hemodialysis in patients with end stage renal disease.
This research used randomized control trial (RCT) design with pretest-posttest design with control group. The samples in this study using a consecutive sampling method with randomized allocation using block randomization. The sample size used in this study were as many as 26 respondents in the intervention group and 25 respondents in the control group.
The results showed that there were significant differences between the value of adequacy of hemodialysis in the intervention group after exercise intradialisis given, (p value = 0.0001). The study recommends intradialisis exercise for increase the value of adequacy of hemodialysis in patients end stage renal disease with hemodialysis.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35061
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deni Yasmara
"Pasien dengan gangguan sistem muskuloskeletal mengalami keterbatasan gerak yang menyebabkan penurunan peristaltik usus sebagai pemicu terjadinya konstipasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian air putih 500 ml pada pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskeletal.
Metode penelitian yang digunakan adalahQuassy eksperiment, dengan desain post test only non equivalent control group. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 24 responden kelompok perlakuan dan 24 responden kelompok kontrol. Alat ukur yang digunakan adalah bowel score yang diobservasi setiap hari selama tiga hari.
Terdapat pengaruh yang signifikan minum air putih 500 ml di pagi hari terhadap kejadian konstipasi pada pasien dengan imobilisasi akibat gangguan sistem muskuloskeletal dengan nilai p = 0,002 (p < 0,05).

Patient with musculoskeletal disorder has been moving limitation and caused decreasing of gut peristaltic.The aimed of this study to find out the influence of drinking plain water 500 ml on the morning to constipation Incident of Immobilize Patient with musculoskeletal system disorder.
The methode of this study were Quasi-eksperiment with post test only non equivalent control group design. The number of sample was 24 respondents as intervention group, and 24 respondent as controll group. The instrument that be used were Bowel Score that have been observed everyday for three days.
The result shows significant influences of drinking plain water on the morning to constipation incident of immobilize patient musculoskeletal system dysorder ( p value = 0,002 ; α= 0,05).
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35827
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>