Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 53 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fatimah Rahmatya Gita Isjwara
"Temulawak adalah tanaman unggulan Indonesia yang ekstraknya dapat mempertahankan pH biofilm S. mutans pada pH netral selama 4 jam dan memiliki efe antibakteri. Salah satu faktor risiko karies adalah biofilm Streptococcus pada permukaan gigi, yang dapat menimbulkan penurunan pH lingkungan hingga mencapai pH kritis. Pada pH kritis terjadi demineralisasi permukaan email gigi yang dapat mempengaruhi kekerasan mikro permukaan email gigi.
Tujuan: Membuat model biofilm Streptococcus dual species, serta menganalisis kekerasan mikro permukaan email dengan biofilm Streptococcus dual species setelah paparan ekstrak temulawak.
Metode: Membuat model biofilm dengan cara memaparkan S. sanguinis dan S. mutans (1:1) pada 24 well plate yang telah dilapisi pelikel dari saliva manusia, kemudian pH diukur dalam rentang waktu 1-24 jam. Dengan cara yang sama model biofilm dibuat pada sampel permukaan gigi manusia, kemudian dipaparkan ekstrak temulawak dan diinkubasi selama 4 jam. Kekerasan mikro permukaan email gigi diukur dengan alat Knoop Hardness Tester.
Hasil: Model biofilm Streptococcus dual species dapat mencapai pH kritis pada jam ke-16 dan bertahan sampai jam ke 24. Terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) pada selisih angka kekerasan kelompok perlakuan dengan kontrol 24 jam namun tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05) selisih angka kekerasan kelompok perlakuan dengan kontrol 20 jam.
Kesimpulan: Model biofilm Streptococcus dual species dapat mencapai pH kritis. Ekstrak temulawak tidak dapat mempertahankan kekerasan mikro permukaan email gigi dengan biofilm Streptococcus dual species.

Java Turmeric is one of Indonesia's prominent herbal plants which extract can maintain S. mutans biofilm pH on neutral level for 4 hours and has antibacterial effect. One of caries risk factors is Streptococcus biofilm on tooth surface, which can cause a drop of environment pH until reaching the critical pH. On critical pH, tooth surface will undergo demineralization that affects micro hardness of the tooth.
Purpose: Making Streptococcus dual species biofilm model, and analyzing tooth surface micro hardness after exposure of java turmeric ethanol extract.
Method: Making biofilm model by mixing S. sanguinis and S. mutans (1:1) on a well plate that has been coated with pellicle from human saliva, the pH is then measured between 1-24 hours of incubation. With the same method, biofilm model is made on human tooth surface sample and java turmeric extract is then added and incubated for 4 hours. Tooth surface micro hardness is measured by Knoop Hardness Tester.
Result: Streptococcus dual species biofilm model can reach critical pH on the 14th hour and stayed the same until the 24th hour. There are significant differences (p < 0,05) between control and exposure groups with incubation time of 24 hours but no significant differences between control and exposure groups with incubation time of 20 hours.
Conclusion: Streptococcus dual species biofilm model could reach critical pH. Java turmeric extract could not maintain micro hardness of tooth surface with Streptococcus dual species.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutauruk, Reina Lamtiur
"Ekstrak etanol temulawak memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri patogen rongga mulut Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis. Digunakan konsentrasi ekstrak etanol temulawak teridentifikasi sebesar 0.5-25%. Ekstrak etanol temulawak terhadap bakteri dipapar pada 96 well-plate diinkubasi selama 18 jam dengan suhu 37oC suasana anaerob. Uji kualitatif menggunakan kristal violet 0.5% dan nilai Optical Density dibaca (490nm). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi menghambat pembentukan biofilm S. sanguinis (KHBM50 0.5% KHBM90 15%) dan P. gingivalis (KHBM50 15%) tunggal dan kombinasi (KHBM50 0.5% KHBM90 15%). Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi memiliki potensi sebagai penghambat pembentukan biofilm Streptococcus sanguinis dan Porphyromonas gingivalis.

Java turmeric has antibacterial effect against oral pathogens. The concentration ranged from 0.5-25% were used. Biofilm formation inhibition assay was conducted on a 96 well-plate by using BHI enriched with 0.2% sucrose at 37oC for 18h. After staining with 0.5% crystal violet the optical density was read at 490nm. Java turmeric shows pontential to inhibit biofilm formation of S. sanguinis (IC50 0.5% IC90 15%) and P. gingivalis (IC50 15%) on single and dual species (IC50 0.5% IC90 15%). Java turmeric has potential to inhibit the biofilm formation of Streptococcus sanguinis and Porphyromonas gingivalis."
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grestyasanti Wimasan
"Latar Belakang: Rosela dilaporkan sebagai agen antiradang.
Tujuan: menganalisis efektivitas ekstrak etanol terstandar kelopak rosela terhadap penyembuhan ulser mukosa mulut.
Metode: Dua belas tikus dibagi dalam kelompok kontrol dan perlakuan. Ekstrak 3.75% dan 7.5% dioleskan 2 kali sehari pada mukosa mulut. Pengamatan dilakukan selama 3 dan 7 hari. Kemerahan dan pembengkakan jaringan sekitar diamati secara visual. Diameter ulser diukur satu hari setelah dibuat dan sebelum dikorbankan. Spesimen dibuat, diamati secara mikroskopis, dan dilakukan skoring.
Hasil: Diameter ulser dan skor radang menurun. Kemerahan dan pembengkakan jaringan sekitar tidak terlihat lagi.
Simpulan: Ekstrak 7.5% efektif terhadap penyembuhan ulser mukosa mulut tikus.

Background: Roselle is reported as anti-inflammatory agent.
Objectives: To analyze standardized roselle calyces ethanol extract efficacy`s towards oral mucous ulcer.
Methods: Twelve rats were divided into 2 groups; control and experimental group. The 3.75% and 7.5% extract were applied topically twice a day in oral mucous. Animals were observed for 3 and 7 days. Redness and swelling were observed visually. Ulcer diameter was measured a day after creation and before sacrifice. Specimens were observed microscopically and scored.
Results: Ulcer diameter and inflammation score were decreased. No redness and swelling observed.
Conclusions: The 7.5% extract is effective for the ulcer."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S44984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Jayantini
"Pendahuluan : Rosela dilaporkan memiliki efek antiinflamasi.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol terstandar kelopak bunga rosela oles terhadap penyembuhan ulser mukosa mulut.
Metode: Penelitian ini in vivo pada 12 tikus S-D dengan ulser mukosa mulut. Kelompok penelitian adalah kontrol dan perlakuan. Ekstrak 7.5% dan 15% dioleskan dua kali sehari, pada hari ke-4 dan ke-8, tikus dikorbankan. Parameter yang diobservasi adalah diameter, kemerahan dan pembengkakan di jaringan sekitar ulser, serta skor radang.
Hasil: Pada kelompok perlakuan, diameter ulser dan skor radang menurun, tidak terdapat bengkak dan merah pada jaringan di sekitar ulser.
Kesimpulan: Ekstrak 7.5% efektif menyembuhkan ulser mukosa mulut.

Background: Roselle has anti-inflammatory effect.
Objective: Analyze effectiveness of standardized ethanol extract of Roselle topical towards oral mucous ulcer.
Method: In vivo study was created with ulcer on 12 rats. Research group divided into control and test group. Standardized roselle 7.5% and 15% were applied topically twice a day. On the 4th and 8th days, rat were sacrificed. Parameters are ulcer diameter, reddish color and swollen membrane, and inflammation score of ulcer.
Result: Test group indicated ulcer diameter and inflammation score were reduce, no swelling and redness observed.
Conclusion: Standardized roselle 7.5% is effective for ulcer healing of oral mucous."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S44982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Erdiani
"Pendahuluan: Rosela memiliki khasiat antiinflamasi. Ulser merupakan keadaan inflamasi dalam rongga mulut.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol terstandar kelopak bunga rosela terhadap penyembuhan ulser.
Metode: Penelitian in vivo pada model ulser 12 tikus, dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan. Rosela diteteskan 2 kali sehari pada ulser, kemudian hari ke 3 dan 7 dikorbankan. Parameter yang diobservasi adalah kemerahan dan bengkak di sekitar jaringan ulser, diameter ulser, serta skor radang.
Hasil: Rosela 7.5% 7 hari dapat menghilangkan kemerahan, sedangkan 3.75% dan 7.5% menurunkan diameter ulser dan skor radang.
Kesimpulan: Aplikasi tetes ekstrak terstandar rosela efektif dalam mempercepat penyembuhan ulser.

Background: Roselle has antiinflammatory effect. Ulcer is an inflammatory condition in oral.
Objective: Analyze effectiveness of roselle in healing an ulcer.
Methods: This research in vivo on ulcer model 12 rats, divided into control and treatment group. Roselle drops were applied twice a day on ulcer, then day 3 to 7 was sacrificed. Healing process was observed by looking redness and swelling, ulcer diameter, and inflammation score.
Results: Roselle 7.5% 7 days can eliminate redness, while 3.75 % and 7.5% reduced ulcer diameter and inflammation score.
Conclusion: Application drops of standardized ethanol extract of roselle are effective in ulcer healing."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S45513
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lili Nur Indah Sari
"Latar Belakang: Rosela dilaporkan memiliki khasiat sebagai antiinflamasi.
Tujuan: mengetahui efektivitas rosela terhadap ulser mukosa mulut.
Metode: 12 tikus sprague-dawley dibagi dua; kelompok kontrol dan perlakuan. Triamcinolone diaplikasikan pada kelompok kontrol positif, kelompok perlakuan diberikan aplikasi tetes rosela 7.5% dan 15%, selama 3 atau 7 hari.
Hasil; Hilangnya kemerahan dan pengurangan diameter ulser pada rosela 7 hari (7.5% dan 15%), hilangnya bengkak pada rosela 7 hari (15%) dan penurunan skor radang pada rosela 3 hari (15%) dan 7 hari (7.5% dan 15%).
Kesimpulan: Efektivitas rosela setara Triamcinolone 0.1% pada kemerahan dan penurunan diameter ulser 7 hari.

Backgrounds: Roselle have effect as anti-inflammatory.
Objectives: To determine the effectiveness of roselle towards oral mucosa ulcer.
Methods: 12 sprague-dawley rats were divided into 2 groups; control and treatment. triamnicolone as positive control, treatment group was dropped by 7.5% and 15% roselle. Wound healing was observed in the third or seventh day.
Results; Redness disappearance and ulcer diameter decrease in seventh days (7.5% and 15%). Swelling disappearance in seventh days (15%). Inflammation score decrease in both third days (15%) and seventh days (7.5% and 15%).
Conclusions: roselle is effective for ulcer healing. the Effectiveness is equivalent to Triamcinolone 0.1% in redness disappearance and decreasing of ulcer diameter in seventh days."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S43942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yan Lewis
"Ulser sering ditemukan di mukosa mulut. Rosella dilaporkan dapat mempercepat penyembuhan ulser.
Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol kelopak bunga rosella teridentifikasi 3.75%.
Metode: sebanyak 36 ekor tikus dibagi 3 kelompok paparan saline, triamcinolone acetonide, ekstrak rosella 3.75%. Tikus dikorbankan pada harike 2, 4, 8, dan 15. Spesimen difiksasi dan dilakukan skoring pada sediaan mikroskopik.
Hasil: Pemaparan saline menunjukkan skor radang 3; pemaparan triamcinolone acetonidepada dua ekor tikus menunjukkan skor radang 1, satu ekor tikus menunjukkan skor radang 2; pemaparan ekstrak rosella 3.75% menunjukkan skor radang 2.
Kesimpulan: Pemaparan ekstrak rosella 3.75% kurang efektif menyembuhkan ulser mukosa mulut.

Ulcers are often found in oral mucosa. Roselle has been reported to accelerate wound healing.
Objectives: To analyze the effectiveness of identified ethanol extract of roselle calyx 3.75%.
Methods: A total of 36 rats were divided into 3 groups of application, saline, triamcinolone acetonide, and roselle extract 3.75%. Rats were sacrificed on 2nd, 4th, 8th, and 15th days. Specimens were made and microscopic slide were scored.
Results: Saline application showed inflammation score 3. Triamcinolone acetonide application showed inflammation score 1. Roselle extract application showed inflammation score 2.
Conclusion: Application of roselle extract 3.75% less effective to accelerate wound healing.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Putra
"Rosella berkhasiat anti-inflamasi dan anti-bakteri.
Tujuan : Mengetahui kondisi makroskopis, mikroskopis ulser mukosa yang diaplikasikan
ekstrak rosella.
Metode : Tiga puluh enam tikus sprague-dawley dibagi, Triamcinolone Acetonide 0.1% sebagai kontrol positif, saline 0.9% sebagai kontrol negatif, ekstrak rosella 7.5% sebagai kelompok perlakuan, selama 1, 3, 7, 14 hari.
Hasil : pada perlakuan 7 hari, selisih diameter awal dan akhir kelompok ekstrak rosella 7.5% lebih besar dibandingkan TA dan saline, skor radang ulser kelompok ektrak rosella 7.5% lebih rendah dibandingkan TA dan saline.
Kesimpulan : Aplikasi ekstrak rosella 7.5% efektif mempercepat penyembuhan ulser pada perlakuan 7 hari.

Roselle have anti-inflammatory, anti-bacteria effect.
Objectives : To determine macroscopic, microscopic condition of ulcers after application of roselle extract.
Methods : thirty six sprague-dawley rats were divided, TA 0.1% as positive control, saline 0.9% as negative control, roselle extract 7.5% as treatment group. healing was observed in the first, third, seventh, and fourteenth day.
Result : In 7 days, the diameter differences of ulcers applied with roselle extract 7.5% is bigger and inflammation score of ulcers is lower than TA and saline.
Conclusion : application of roselle extract 7.5% is effective in accelerating healing in 7 days.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Liza Noah Febriana
"Latar belakang: Temulawak memiliki efek antibakteri terhadap S.mutans dan P.gingivalis. Namun efektivitas pada biofilm butuh penelitian lanjutan.
Tujuan: Mengevaluasi efektivitas ekstrak etanol temulawak teridentifikasi (EETT) dalam menghambat pembentukan biofilm S.mutans dan P.gingivalis tunggal maupun kombinasi.
Metode: S.mutans ATCC 25175 dan P.gingivalis ATCC 33277 diuji untuk menetapkan KHM dan KBM menggunakan teknik microdilution. Efektivitas penghambatan biofilm diuji dengan crystal violet.
Hasil: Nilai KHM dan KBM EETT terhadap S.mutans adalah 5% dan 15%. Konsentrasi inhibisi biofilm minimum S.mutans 1%; P.gingivalis 15%; dan biofilm kombinasi 0,5%.
Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi efektif menghambat pembentukan biofilm S.mutans dan P.gingivalis tunggal maupun kombinasi.

Background: Java Turmeric had antibacterial effect against S.mutans and P.gingivalis but effectiveness for biofilm needed further research.
Objective: To evaluate the effectiveness of identified java turmeric ethanol extract (IJTEE) against S.mutans and P.gingivalis single and combination biofilm.
Methods: S.mutans ATCC 25175 and P.gingivalis ATCC 33277 were tested for MIC and MBC using microdilution technique and inhibition biofilm formation was analyzed using crystal violet assay.
Results: MIC and MBC of S.mutans is 5% and 15%. Minimum inhibition biofilm of S.mutans 1%; P.gingivalis 15%; and combination 0,5%.
Conclusion: IJTEE was effective inhibiting S.mutans and P.gingivalis single and combination biofilm.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Rosyana
"Tujuan: Menganalisis efektivitas ekstrak etanol temulawak teridentifikasi (EETT) dalam mengeradikasi biofilm S.mutans dan P.gingivalis tunggal maupun kombinasi.
Metode: Model biofilm S. mutans dan P. gingivalis pada fase perkembangan yang berbeda dipapar dengan EETT konsentrasi 0,5%,1%,5%, 10%,15%,20%,25% dan diinkubasi selama 60 menit. Efektivitas eradikasi biofilm diuji dengan MTT.
Hasil: Efektivitas EETT dalam mengeradikasi biofilm S.mutans bergantung pada konsentrasi, sedangkan pada biofilm P.gingivalis dan S.mutans-P.gingivalis tidak bergantung pada konsentrasi. Efektivitas EETT dalam mengeradikasi biofilm S.mutans, P.gingivalis, dan S.mutans-P.gingivalis juga bergantung pada fase perkembangan biofilm.
Kesimpulan: Ekstrak etanol temulawak teridentifikasi dapat mengeradikasi biofilm S.mutans dan P.gingivalis sebagai biofilm tunggal maupun kombinasi.

Objective: To analyze the effectivity of identified java turmeric ethanol extract (IJTEE) in eradicating S.mutans and P.gingivalis biofilm.
Methods: S.mutans and P.gingivalis biofilm at different phase of growth were exposed to IJTEE 0,5%,1%,5%,10%,15%,20%,25% for 60 minutes. Biofilm eradication was analyzed using MTT assay.
Results: The effectiveness of IJTEE in eradicating S.mutans biofilm was dependent on the concentration, while on P.gingivalis and S.mutans-P.gingivalis biofilm wasn’t. The effectiveness of IJTEE in eradicating S.mutans, P.gingivalis, and S.mutans-P.gingivalis biofilm was also dependent on the phase growth of biofilm.
Conclusion: The IJTEE can eradicate S.mutans and P.gingivalis as single and dual species biofilm.
"
Lengkap +
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>