Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuniar Pukuk Kesuma
"Latar belakang: Demensia adalah sindroma klinis ditandai dengan penurunan kemampuan kognitif dan defisit memori secara global. Pasien demensia 90% akan mengalami gejala perilaku dan psikologis. Pemberian obat psikotropika dipengaruhi oleh faktor dari pasien berupa gejalanya, faktor beban stres pelaku rawat, dan faktor tenaga kesehatan memberikan obat psikotropika jangka panjang.
Tujuan: Mengetahui pengaruh pemberian modul psikoedukasi tentang obat psikotropika pada pelaku rawat dapat meningkatkan pengetahuan, menurunkan dan menghentikan obat psikotropika, menurunkan gejala, dan menurunkan distres pelaku rawat.
Metode: Tahap persiapan dengan studi kualitatif untuk membuat modul psikoedukasi dan tahap kedua melakukan studi pre eksperimental (one grup pretes posttest study). Psikoedukasi diberikan dalam 2 minggu berturut-turut.
Hasil: Terdapat 40 pelaku rawat pasien demensia dengan usia 41,3 (± 9,72) tahun. Pemberian psikoedukasi secara bermakna berhubungan dengan penurunan gejala dan penggunaan psikotropika, meningkatkan pengetahuan dan penurunan beban pelaku rawat. Pada akhir studi, 23% pasien dapat menghentikan penggunaan psikotropika dan sebanyak 62% pasien menurunkan dosis dan/atau jumlah obat psikotropika yang digunakan.
Kesimpulan: Pemberian modul psikoedukasi pada pelaku rawat berhubungan dengan penurunan gejala pasien berhubungan dengan penurunan penggunaan obat psikotropika. Psikoedukasi juga meningkatkan pengetahuan pelaku rawat serta menurunkan beban pelaku rawat sehingga modul psikoedukasi ini dapat sebagai terapi tambahan pada pasien dengan demensia.

Background: Dementia is a clinical syndrome characterized by a decline in cognitive abilities and memory deficits globally. About 90% of patients experience behavioral and psychological symptoms. The use of psychotropic drugs is influenced by the patient symptoms, burden of the caregiver, and the habit of health workers.
Objective: To determine the effect of psychoeducation modules to caregivers to increase knowledge, decrease of psychotropic drugs, reduce symptoms and burden of caregivers.
Methods: There are 2 steps of studies. The first was a qualitative study to create psychoeducation module and the second was to conduct a pre-experimental study (one group pretest-posttest study). Psychoeducation is given in 2 consecutive weeks.
Results: Fourty caregivers of dementia patients aged 41.3 (± 9.72) years. The psychoeducation modules is associated with decreasing symptoms and the use of psychotropic drugs, increasing knowledge and decreasing the burden of caregivers. At the end, 23% of patients were able to stop using psychotropic drugs and 62% of patients reduced their dose and/or the amount of psychotropic drugs.
Conclusion: The psychoeducation modules to caregivers is associated with a decrease of patient symptoms and the use of psychotropic drugs. Psychoeducation also increases the knowledge of the caregiver and decreases the burden of the caregiver so that this psychoeducation module can be an additional therapy for patients with dementia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Profitasari K
"

Latar Belakang: Biaya kesehatan pasien delirium 2.5 kali lebih besar dibanding pasien tanpa delirium. Kuesioner Indeks Cadangan Kognitif(KICK) dapat menguantifikasi cadangan kognitif (CK) individu ke dalam indeks tunggal. Penelitian ini bertujuan melakukan uji validitas dan reliabilitas KICK serta mencari perbedaan rerata cadangan kognitif pasien delirium lansia dibanding kontrol di RSCM.

Metode: Penelitian dilakukan di RSCM pada Juni sampai September 2019. Tahap pertama merupakan uji validitas KICK, dengan 33 subyek di Poli Geriatri. Tahap kedua merupakan penelitian case controluntuk mengetahui peran cadangan kognitif yang diukur dengan KICK pada kasus delirium geriatri, dengan subyek 33 orangpasien delirium yang dirawat di Ruang Rawat Akut Geriatri Gedung A RSCMdan 33 pasien lain sebagai kontrol. 

Hasil: Uji validitas konstruksi dari ketiga subskala menunjukkan korelasi yang kuat dengan p<0,001. Uji reliabilitas konsistensi internal menunjukkan hasil Cronbach’s Alphasebesar 0,688. Ditemukan adanya perbedaan bermakna (p <0.01) hasil skor KICK pada kelompok delirium dibanding kelompok kontrol dengan OR sebesar 9 (95% CI 2.86 - 28.22). 

Simpulan: KICK valid dan reliabel mengukur CK pasien lansia di Indonesia.Pasien dengan cadangan kognitif rendah berpeluang mengalami delirium 9 kali lebih tinggi dibanding pasien dengan cadangan kognitif tinggi.

 

 


Background:Health costs for delirium patients are 2.5 times greater than non-delirium patients. Cognitive Reserve Index questionnaire (CRIQ) is aimed to quantify cognitive reserve (CR) into one single index. We conducted this study to test the validity and reliability of the Indonesian version of CRIQ and define mean differences of CR in geriatric delirium cases compared to controls in RSCM. 

Method:The study was conducted in Cipto Mangunkusumo Hospital (CMH) on June to September 2019. The first stage was validity testing of the CRIQ to 33 subjects in Outpatient Clinic. The second stage is a case control study to determine the role of cognitive reserve (CR) by CRIQ in geriatric delirium cases to 33 subjects with delirium treated in the Acute Geriatric Inpatient ward and 33 non-delirium patients as controls.

Result:The construct validity of 3 subscales showed significant correlation (p <0,001). Reliability test showedCronbach’s Alphaof 0,688. There’s a significant difference in CRI score of delirium versus non-delirium patients (p<0,01) with OR 9 (95% CI 2.86 to 28.22) of developing delirium.

Conclusion:CRIQ is valid and reliable to measure CR of elderly Indonesian patients. Patients with low CR score have 9 times higher chance of developing delirium compared to those with high CR.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Prasila Darwin
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas hubungan antara beban pramurawat pasien skizofrenia dan ekspresi emosi yang muncul pada mereka serta faktor-faktor yang mempengaruhi munculnya beban perawatan dan ekspresi emosi. Penelitian ini berbentuk studi potong lintang dengan jumlah subyek sebanyak 118, yang merupakan pramurawat pasien skizofrenia yang menjalani rawat jalan di RS Jiwa Islam Klender pada bulan Oktober 2012 – November 2012. Seluruh subyek penelitian diminta untuk mengisi lembar keusioner, instrument BAS untuk mengukur beban perawatan dan instrument FQ untuk mengukur ekspresi emosi, kemudian dilakukan analisis terhadap data yang sudah terkumpul. Hasil penelitian didapatkan sebanyak 67,8% merasakan adanya beban perawatan, 49,2% memiliki ekspresi emosi tinggi dan 50,8% memiliki emosi rendah. Beban perawatan memiliki hubungan yang bermakna terhadap ekspresi emosi (OR 5,093; CI 95% 2,128 -12,190; p=0,000). Ditemukan adanya faktor perancu terhadap penilaian beban perawatan dan ekspresi emosi.

ABSTRACT
This study examine the relation between schizophrenia patient's caregiver's burden and expression emotion that appear on them and the factors that affect the appearance of the burden and emotional expression. This research is a cross- sectional study with a number of subjects as many as 118 caregiver of schizophrenia patient who underwent outpatient at Klender Islamic Mental Hospital in October 2012 - November 2012. The entire study subjects were asked to fill out quesioner BAS instrument to measure the burden and FQ instrument to measure the expression emotion. The results are, as much as 67.8% caregiver feel the burden, 49.2% have a high emotional expression and 50.8% had low emotions. The burden has a significant association with the expression emotion (OR 5.093; 95% CI -12.190 2.128, p = 0.000). There is a confounding factor in assessment of the burden and emotional expression."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33179
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurike Cahyani
"Gejala depresi dapat dijumpai pada individu dengan skizofrenia. Namun demikian, gejala depresi tersebut seringkali tidak terdeteksi sehingga bisa membahayakan jiwa bagi individu dengan skizofrenia.
Tujuan: mendapatkan Calgary Depression Scale for Schizophrenia (CDSS) versi Bahasa Indoensia yang sahih dan andal untuk mendeteksi gejala depresi pada individu dengan skizofrenia.
Metode: uji diagnostik CDSS dengan menggunakan baku emas Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) pada 102 subyek di poli rawat inap RSJ. Soeharto Heerdjan. Cara pengambilan sample dengan acak sederhana. Analisis data dilakukan dengan program SPSS versi 17. Untuk menguji kesahihan dilakukan pengukuran validitas isi, validitas kriteria dengan baku emas HDRS, dan validitas konstruksi untuk nilai korelasi. Pada uji reliabilitas dilakukan penentuan Cronbach's α, uji rater-interrater dan reliabilitas test-retest yang dilakukan dengan jarak waktu 3 hari kemudian.
Hasil: usia rerata subjek penelitian adalah 36,2(SD 9,7) dan rasio proporsi jenis kelamin laki-laki : perempuan sebesar 3:1. Sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan SLTP dan SLTA (78%). Subjek penelitian sebagian besar tidak menikah (68%) serta bekerja pada sektor informal seperti tukang koran dan buruh harian. CDSS berbahasa Indonesia memiliki sensitivitas 0,71 dan spesifisitas 0.69 dengan nilai cut-off sebesar 5. Nilai Cronbach's α dari CDSS versi Bahasa Indonesia sebesar 0,74.
Kesimpulan: Uji diagnostik CDSS versi Bahasa Indonesia didapatkan hasil yang cukup baik terhadap validitas isi, face validity, validitas kriteria dan validitas konstruksi dengan konsistensi internal yang dapat diandalkan.

Depression symptoms can be found in people with schizophrenia. But however, the symptoms are often not detected and puts their lives at risk.
Goal: to get a valid and reliable Indonesian version of Calgary Depression Scale for Schizophrenia (CDSS) to detect depression symptoms in people with schizophrenia.
Method: diagnostic test of CDSS with Hamilton Depression Rating Scale (HDRS) as gold standard in 102 inpatient subjects in Soeharto Heerdjan hospital. Participants were recruited using simple random sampling and data analysis was done using SPSS program version 17. Validity is measured by measuring content validity, criterion validity with HDRS as gold standard, and construction validity for correlation score. Reliability test was done with measuring Cronbach's α, interratertest, and test-retest reliability within 3 days period.
Result: mean age for study subjects is 36,2 (SD 9,7) and gender proportion between male : female is 3:1. The majority of subjects have finished middle highschool and senior highschool (78%) and not married (68%) and work in informal fields such as newspaper deliveryman and daily labor. The Indonesian version of CDSS has sensitivity of 0,71 and specificity of 0,69 and cut-off score 5. Cronbach’s α score is 0,74.
Conclusion: there is a good result in content validity, face validity, criterion validity, construction validity, and reliable internal consistency.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wikan Ardiningrum
"Problem perawatan lansia dengan demensia dan kebutuhan dukungan yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan beban bagi caregiver keluarga lansia dengan demensia. Tujuan penelitian untuk mengetahui kebutuhan dan mengembangkan modul dukungan bagi caregiver keluarga lansia dengan demensia di Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Metode penelitian menggunakan desain cross-sectional dan metode Delphi 2 putaran. Problem perawatan yang berkorelasi bermakna dengan beban caregiver, antara lain: komunikasi dan konflik dengan pasien; tidak ada waktu untuk diri sendiri; isolasi sosial-konflik dengan keluarga; beban akibat problem perilaku pasien; penyakit fisik atau psikis pada caregiver; dan merasa burn-out. Kebutuhan dukungan yang tidak terpenuhi >50% antara lain: konseling dan psikoterapi; kelompok kerabat dipandu profesional; psikoedukasi kelompok; tersedianya informasi tercetak; nasihat menyesuaikan rumah dengan kebutuhan pasien; informasi layanan; pelatihan keperawatan sederhana; terapi keluarga; kelompok swabantu; psikoedukasi individu; dan pelatihan individu oleh perawat. Hasil Delphi putaran II didapatkan konsensus para ahli terhadap 50 butir isi modul psikoedukasi kelompok yang disusun dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa psikoedukasi kelompok merupakan salah satu kebutuhan caregiver keluarga lansia dengan demensia di Kabupaten Sleman yang belum terpenuhi. Modul psikoedukasi kelompok yang disusun dalam penelitian ini dapat direkomendasikan sebagai salah satu bentuk dukungan bagi caregiver keluarga lansia dengan demensia di Yogyakarta.

The caring problems of elderly with dementia and unmet support needs can create burden for the family caregivers of the elderly with dementia. The aims of the study was to determine the needs and develop a support module for family caregivers of elderly with dementia in Sleman Regency, Yogyakarta. The research method used a cross-sectional design and the 2-rounds Delphi method. The caring problems correlated with the caregiver burden were: communication and conflict with the patient; not enough time for oneself; the isolation of social-conflict within the family; burden due to patient behavior problems; physical and mental illness of the caregiver; and feeling burned-out. Support needs that are not met >50% include were: counselling and psychotherapy; relatives group guided by a professional; group psychoeducation; printed information; advice to adapt the house according to the patient needs; service information; simple nursing training; family therapy; self-help group; individual psychoeducation; and individual training by a nurse. The results of Delphi round II obtained the consensus of the experts on the 50 points of the contents of the group psychoeducation module compiled in this study. Based on the results of the study, it was concluded that group psychoeducation is one of the unmet needs for caregivers for elderly families with dementia in Sleman Regency. The group psychoeducation module compiled in this study can be recommended as a form of support for family caregivers of elderly with dementia in Yogyakarta"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silvia Erfan
"ABSTRAK
Dokter di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) kadang tidak mengenali adanya depresi pada seseorang. Pemberian pelatihan psikiatri untuk dokter di Puskesmas diperkirakan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan diagnosis terhadap masalah psikiatri. Divisi Psikiatri Komunitas Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia telah menyusun suatu modul pelatihan yaitu ADAPT (Advance in Depression and Psychosomatic Treatment). Modul bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dokter di Puskesmas dalam melakukan deteksi kasus gangguan jiwa yang sering di masyarakat. Modul merujuk pada PPDGJ III.
Tujuan: Mengetahui efektivitas pemberian pelatihan modul ADAPT dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mendiagnosis gangguan depresi pada dokter di Puskesmas.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah one group pre dan post test. Subjek penelitian adalah lima belas dokter umum yang bertugas di Puskesmas Wilayah Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Penelitian dilakukan dalam kurun waktu Juli 2012 ? Oktober 2012. Sampel diambil secara convenient. Seluruh subjek penelitian mengikuti pelatihan modul ADAPT selama satu hari. Pengetahuan dinilai sebelum pelatihan, segera, satu bulan dan tiga bulan setelah pelatihan dengan kuesioner pengetahuan yang diisi sendiri oleh subjek. Keterampilan diagnosis dinilai sebelum pelatihan, satu hari, satu bulan dan tiga bulan setelah pelatihan dengan cara peneliti dan subjek memeriksa pasien yang sama di ruang yang berbeda. Data diolah secara deskriptif.
Hasil: Segera setelah pelatihan, 100% subjek mengalami peningkatan pengetahuan. Penilaian satu dan tiga bulan setelah pelatihan hanya 66,7% subjek yang tetap mengalami peningkatan pengetahuan. Satu hari setelah pelatihan sebanyak 93,3% subjek mengalami peningkatan keterampilan diagnosis. Satu bulan setelah pelatihan 73,3% subjek mengalami peningkatan keterampilan diagnosis. Tiga bulan setelah pelatihan hanya 60% subjek yang tetap mengalami peningkatan keterampilan diagnosis.
Kesimpulan: Pemberian pelatihan modul ADAPT efektif dalam meningkatkan pengetahuan dokter Puskesmas mengenai gangguan depresi segera setelah pelatihan. Satu bulan dan tiga bulan setelah pelatihan <70% subjek yang masih mengalami peningkatan pengetahuan. Pemberian pelatihan modul ADAPT efektif dalam meningkatkan keterampilan dokter Puskesmas dalam mendiagnosis gangguan depresi satu hari dan satu bulan setelah pelatihan. Tiga bulan setelah pelatihan <70% subjek yang masih mampu mendiagnosis gangguan depresi.

ABSTRACT
Introduction: Physicians in Public Health Center (PHC) sometime do not recognize the existence of depression in a person. Provision of psychiatric training for physicians in PHC is expected to enhance the knowledge and skills of physicians to the problem of psychiatric diagnosis.. Division of Community Psychiatry Departement of Psychiatry School of Medicine University of Indonesia has developed a training module that is ADAPT (Advance in Depression and Psychosomatic Treatment). This module aims to enhance the skills of doctors in the health center in case of detection of mental disorders in the community frequently. The module refers to PPDGJ-III.
Objective: To assess the effectiveness of training module ADAPT toward physicians to enhance their knowledge and skills to diagnose depressive disorders.
Methods: The study design used was one group pre and post test. Subjects were fifteen general practitioner who served in Tebet Sub Regional Health Center in South Jakarta. The study was conducted in the period July 2012 - October 2012. Samples were taken at convenient. All recipients ADAPT training modules for one day. Knowledge assessed before training, immediately, one month and three months after training with the knowledge questionnaires filled by the subject. Skills diagnosis assessed before training, one day, one month and three months after the training of researchers and subjects by examining the same patient in a different room. Data processed descriptively.
Results: Immediately after training, 100% of subjects experienced an increase in knowledge. But one and three months after training only 66.7% of the subjects continued to experience an increase in knowledge. One day after training, 93.3% of subjects experienced an increase in diagnosis skills. One month after training 73.3% of subjects experienced an increase in diagnosis skills. But three months after training only 60% of subjects were still at increased diagnosis skills.
Conclusion: Providing ADAPT training modules effective to improve knowledge of physician about depressive disorders immediately after training. However, one month and three months after training <70% of subjects were still experiencing an increase in knowledge. Providing ADAPT training modules effective in improving the ability physician skills clinic to diagnose depressive disorder one day and one month after the training. But three months after the training <70% of subjects who are capable of diagnosing depressive disorders."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T33108
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library