Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
Randy Rizky Ramadhan
"Penelitian ini mengkaji kritik terhadap kondisi sistem ketenagakerjaan Jepang mutakhir yang dihadapi oleh angkatan kerja muda Jepang dalam novel Mushoku Tensei ~Isekai Ittara Honki Dasu~ (disingkat Mushoku Tensei) (2014) dan Slime Taoshite 300-nen, Shiranai Uchi ni Level MAX ni Nattemashita (disingkat Slime Taoshite 300-nen) (2017). Kedua karya ini termasuk dalam genre isekai-mono yang selama ini dianggap sebagai genre eskapis. Akan tetapi, penelitian ini berargumen bahwa “latar daerah terpencil” dan “mekanisme gim” dalam latar kedua karya tersebut mempunyai fungsi sebagai kritik terhadap struktur sosial masyarakat Jepang. Penelitian ini menempatkan kedua karya di bawah payung genre cerita fantastik yang didefinisikan Susan Napier (1996) sebagai penyimpangan dari konsensus realitas yang dilakukan penulisnya secara sadar. Berdasarkan analisis, penelitian ini menemukan bahwa “latar daerah terpencil” dan “mekanisme gim” dalam latar objek penelitian berperan sebagai alat bantu bagi tokoh protagonis untuk bertahan hidup di isekai pada kedua karya. Fungsi tersebut sekaligus merupakan bentuk kritik tersirat terhadap sistem ketenagakerjaan Jepang mutakhir yang tidak memberikan alat bantu untuk sukses dalam masyarakat dan hanya menuntut dedikasi karyawan.
This study examines hidden criticism of the current conditions of the Japanese labor system faced by the young Japanese workforce within the novels Mushoku Tensei ~Isekai Ittara Honki Dasu~ (abbreviated as Mushoku Tensei) (2014) and Slime Taoshite 300-nen, Shiranai Uchi ni Level MAX ni Nattemashita (abbreviated as Slime Taoshite 300-nen) (2017). Both works belong to the isekai-mono genre, which has commonly been viewed as merely an escapist genre. However, this study argues that the "remote areas” or “rural areas" and "game mechanics" in the setting of both works function as critiques of the social structure of Japanese society. This study treats the two works under the umbrella of the fantastic story genre which is defined by Susan Napier (1996) as “any conscious departure from consensus reality”. Based on the analysis, this study found that the "remote areas" and "game mechanics" in the works’ settings act as tools to assist the protagonists in surviving within the isekai in both works. This function also acts as a form of criticism of the current Japanese labor system, which does not provide members of society with tools for success and only demands employee dedication."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Fiqih Rusdy Zulkarnain
"Pada tahun 2013 International Olympic Committee (IOC) telah menetapkan Tokyo sebagai tuan rumah Olimpiade 2020. Tiga tahun kemudian Bank of Japan merilis laporan penelitian yang memproyeksikan pertumbuhan pariwisata Jepang pada tahun 2020. Namun laporan tersebut justru jauh dari proyeksinya dikarenakan adanya pandemi COVID-19 yang menghancurkan sektor pariwisata dan pariwisata terkait olimpiade di Jepang. Penelitian ini membahas mengenai krisis pariwisata dan dampak yang ditimbulkan akibat adanya pandemi COVID-19, khususnya pada pariwisata terkait Olimpiade Tokyo 2020. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan analisis tekstual yakni dengan membandingkan data jumlah wisatawan asing dan pengeluaran wisatawan asing sebelum dan saat pandemi COVID-19 menggunakan grafik. Berdasarkan data ditemukan bahwa pariwisata Jepang mengalami krisis pariwisata pada tahun 2020 yang dibuktikan dengan penurunan jumlah wisatawan asing hingga -87.09% dan penurunan jumlah pengeluaran wisatawan asing sebesar defisit 4.07 triliun Yen. Pariwisata terkait olimpiade juga turut mengalami krisis pariwisata dengan kehilangan potensi 24 juta wisatawan asing dan penurunan jumlah pemasukan hingga 2.3 triliun Yen.
In 2013 the International Olympic Committee (IOC) has designated Tokyo as the host of the 2020 Olympics. Three years later the Bank of Japan released a research report projecting Japan’s tourism growth in 2020. Nonetheless the research report far from the projection due to COVID-19 pandemic which ruin the tourism and tourism-related to the Olympic in Japan. This study examines the tourism crisis and the impact caused by the COVID-19 pandemic, particularly in the tourism-related to the 2020 Tokyo Olympic. Using qualitative methodology and textual analytics, this study comparing data on the number of foreign tourist and expenditure of foreign tourist before and during the pandemic using graphics charts. In accordance with the data, Japan’s tourism experiencing tourism crisis in 2020 as evidenced by the decrease on the number of foreign tourist by -87.09% and decrease on the tourist expenditure equal to 4.07 trillion Yen. Tourism-related to the Olympic also experiencing tourism crisis by losing the potential of 24 million foreign tourist and decreased the Olympic income up to 2.3 trillion Yen."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Farell Navarro Rustantara
"Penelitian ini membahas makna metafora yang terdapat dalam lirik lagu pada Extended Play “月 姫 –A piece of blue glass moon—" oleh Reona. Dengan menggunakan metode analisis metafora Knowles dan Moon, penelitian ini mengkaji dua puluh tujuh metafora dari sumber data lagu yang memiliki judul 生命線 (Seimeisen), ジュブナイル (Juvenile), dan Believer. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari tahu makna dan jenis-jenis metafora yang terdapat dalam lagu-lagu tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari semua metafora yang telah dianalisis menggunakan teori metafora Knowles dan Moon, jenis metafora yang paling sering digunakan adalah jenis metafora kreatif. Makna metafora yang terdapat di dalam lagu ini lebih mudah dipahami dengan menggunakan konteks Visual novel ‘Tsukihime –A piece of blue glass moon-“ karena banyaknya metafora kreatif yang terdapat dalam lagu-lagu tersebut.
This study discusses the metaphorical meaning contained in the song lyrics in the Extended Play “月姫 –A piece of blue glass moon-“ by Reona. By using Knowles and Moon's metaphor analysis method, this study examines twenty seven metaphors from the data source of songs that have the titles 生命線 (Seimeisen), ジュブナイル (Juvenile), and Believer. The purpose of this study is to find out the meaning and types of metaphors contained in the songs. The results of this study indicate that of all the metaphors that have been analyzed using Knowles and Moon's metaphor theory, creative metaphors are the most frequently used type of metaphor. The meaning of the metaphors contained in this song is easier to understand using the context of the Visual novel 'Tsukihime –A piece of blue glass moon-“ because there are many creative metaphors contained in these songs."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Rizki Adrian Krishnadi
"Penelitian ini membahas mengenai wacana kepahlawanan yang terdapat di dalam video gim Ryū ga Gotoku Kiwami 2. Kemudian, penelitian ini juga menganalisis bagaimana nilai- nilai tradisional dalam tindak kepahlawanan tipikal yakuza, seperti giri (tanggung jawab), ninjō (kemanusiaan), dan oyabun-kobun (loyalitas), yang ditampilkan dalam video gim tersebut berkorelasi dengan karya-karya bergenre yakuza lainnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan taksonomi kepahlawanan (taxonomy of heroism) yang dicetuskan oleh Franco et al. (2011). Penulis memfokuskan analisis terhadap tindakan serta dialog dari tokoh utama, tokoh antagonis, dan tokoh sampingan, yaitu Kiryū Kazuma, Gōda Ryūji, dan Kawara Jirō. Selain Ryūji, kedua tokoh yang disebutkan, digambarkan bukan anggota organisasi yakuza. Hasil analisis menunjukkan terdapat tindak kepahlawanan yang ditunjukkan oleh Kiryū, Ryūji, dan Kawara. Lebih jauh lagi, penelitian ini berargumen bahwa Ryū ga Gotoku Kiwami 2 menampilkan variasi tindak kepahlawanan yang berbeda dibandingkan karya bergenre yakuza lainnya yang pada umumnya menggambarkan tindak kepahlawanan tersebut sebagai sesuatu yang hanya dilakukan oleh anggota yakuza. Sementara itu, dalam Ryū ga Gotoku Kiwami 2, tindak kepahlawanan tipikal yakuza digambarkan tidak hanya dilakukan oleh anggota yakuza. Dengan demikian, Ryū ga Gotoku Kiwami 2 dapat dikatakan menampilkan narasi kepahlawanan tipikal genre yakuza tanpa memposisikan keanggotaan pada organisasi yakuza sebagai syarat yang esensial.
This study discusses the discourse of heroism in the video game Ryū ga Gotoku Kiwami 2. Additionally, this study analyzes how traditional values of typical yakuza heroism, such as giri (responsibility), ninjō (humanity), and oyabun-kobun (loyalty), as portrayed in the video game, correlate with other yakuza genre works. The analysis is conducted using the taxonomy of heroism proposed by Franco et al. (2011). This study focuses the analysis on the actions and dialogues of the main character, the antagonist, and the supporting character, namely Kiryū Kazuma, Gōda Ryūji, and Kawara Jirō. Besides Ryūji, both of the mentioned characters are potrayed as non-members of the yakuza organization. This study finds the presence of heroic acts displayed by Kiryū, Ryūji, and Kawara. Furthermore, this study finds that Ryū ga Gotoku Kiwami 2 presents a different variation of heroism compared to other yakuza genre works that generally depict heroism as something exclusively done by yakuza members. In Ryū ga Gotoku Kiwami 2, typical yakuza heroism is depicted as not limited to yakuza members only. Therefore, Ryū ga Gotoku Kiwami 2 can be said to portray a typical yakuza genre narrative of heroism without having yakuza membership as a requirement."
2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Shava Natasha Camila Mirzana
"Penelitian ini membahas mengenai romantisisasi perilaku kekerasan fisik dan seksual dalam anime bergenre reverse harem yaitu, Diabolik Lovers. Anime ini menunjukkan tema besar yang cenderung berbeda dibandingkan karya bergenre reverse harem lainnya. Tema yang ditampilkan oleh anime ini cenderung berpusat pada perilaku kekerasan, penyiksaan, dan penindasan yang terjadi pada tokoh protagonisnya. Maka dari itu, penelitian ini bermaksud untuk memaparkan bagaimana perilaku kekerasan fisik dan seksual diromantisisasi dalam anime Diabolik Lovers. Kemudian, penelitian ini juga berusaha untuk menujukkan bagaimana normalisasi kekerasan terhadap perempuan direpresentasikan melalui romantisisasi tersebut. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori representasi Stuart Hall (1977) kemudian data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan metode penelitian mise-en-scène milik Bordwell dan Thompson (2013). Melalui analisis yang dilakukan, penelitian ini berargumen bahwa: 1) terdapat romantisisasi kekerasan fisik dan seksual dalam anime Diabolik Lovers; 2) normalisasi kekerasan terhadap perempuan yang ditampilkan dapat dilihat sebagai bentuk budaya patriarki di Jepang. Secara tidak langsung anime Diabolik Lovers merupakan salah satu karya yang menggambarkan bahwa representasi normalisasi terhadap kekerasan mengindikasikan bahwa masih terdapat karya- karya yang mempertahankan budaya patriarki di dalam masyarakat Jepang. Pada akhirnya, penelitian ini berusaha untuk menawarkan cara pandang terhadap anime Diabolik Lovers dari perspektif normalisasi budaya patriarki. Karya-karya sejenis perlu untuk ditelaah secara kritis untuk menghindari konsekuensi normalisasi tersebut, seperti berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan.
This research discusses the romanticization of physical and sexual abuse in the reverse harem anime, Diabolik Lovers. This anime shows major themes that tend to be different compared to other reverse harem genre works. The theme displayed by this anime tends to center on abusive behavior, torture, and oppression that occurs to the protagonist. Therefore, this research intends to explain how physical and sexual abuse is romanticized in the anime Diabolik Lovers. Then, this research also seeks to show how the normalization of abuse against women is represented through this romanticization. The theory used in this research is Stuart Hall's representation theory (1977) and the data collected is analyzed using Bordwell and Thompson's (2013) mise-en-scène research method. Through the analysis, this study argues that: 1) there is a romanticization of physical and sexual abuse in the anime Diabolik Lovers; 2) the normalization of abuse against women shown can be seen as a form of patriarchal culture in Japan. Indirectly, the anime Diabolik Lovers is one of the works that illustrates that the representation of normalization of abuse indicates that there are still works that maintain patriarchal culture in Japanese society. In the end, this research seeks to offer a way of looking at the anime Diabolik Lovers from the perspective of normalizing patriarchal culture. Similar works need to be critically examined to avoid the consequences of such normalization, such as various forms of abuse against women."
2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Astrid Raissa Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas representasi perempuan dalam film Tsuda Umeko: Osatsu ni Natta Ryuugakusei serta menganalisis masalah yang dihadapi oleh Tsuda Umeko dalam film tersebut. Penelitian ini menggunakan dua teori sebagai kerangka analisis, yaitu feminisme liberal oleh Rosemarie Tong (2006, 2007) dan teori kode televisi John Fiske (2001) yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu realitas, representasi, dan ideologi. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis teks dan analisis visual. Dalam analisis tersebut, data yang ditemukan dibagi menjadi dua kategori, yaitu representasi perempuan tradisional yang mengikuti nilai budaya patriarki dan konsep ryousai kenbo, serta representasi perempuan baru yang dipengaruhi oleh feminisme. Ditemukan tujuh data yang menggambarkan representasi perempuan tradisional dan dua belas data yang menggambarkan representasi perempuan baru. Representasi perempuan tradisional menunjukkan perempuan yang bersikap pasif, patuh, tidak berbicara dengan tegas, dan bergantung pada pernikahannya. Sementara itu, representasi perempuan baru menampilkan sikap yang lebih gigih, berani mengutarakan pendapat, dan mengutamakan pendidikan dan karir. Temuan ini, bersama dengan masalah yang dihadapi oleh Tsuda Umeko dalam film, menunjukkan adanya dua ideologi yang bertentangan. Meskipun terdapat nilai-nilai yang sesuai dengan feminisme liberal, dominasi patriarki dalam masyarakat Jepang pada era Meiji masih sangat kuat. Budaya patriarki telah terinternalisasi baik pada laki-laki maupun perempuan, sehingga sulit untuk melakukan perubahan yang bertentangan dengan nilai-nilai tersebut.
This study aims to discuss the representation of women in the film Tsuda Umeko: Osatsu ni Natta Ryuugakusei and analyze the problems faced by Tsuda Umeko in the film. This research uses two theories as an analytical framework, namely liberal feminism by Rosemarie Tong (2006, 2007) and John Fiske's television code theory (2001) that consists of three levels, which is reality, representation, and ideology. The research method used is text analysis and visual analysis. In the analysis, the data found were divided into two categories, the representation of traditional women who follow patriarchal cultural values and the concept of ryousai kenbo, and the representation of new women who are influenced by feminism. Seven data were found describing the representation of traditional women and twelve data describing the representation of new women. The traditional female representation shows a woman who is passive, obedient, does not speak assertively, and is dependent on her marriage. Meanwhile, new female representations show a more persistent attitude, daring to express opinions, and prioritizing education and careers. These findings, along with the problems faced by Tsuda Umeko in the movie, suggest the existence of two conflicting ideologies. Although there are values that are in line with liberal feminism, the dominance of patriarchy in Japanese society during the Meiji era was still very strong. Patriarchal culture has been internalized in both men and women, making it difficult to make changes that contradict these values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library