Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Supriyanto
Abstrak :
Ayah mempunyai peranan yang penting dan strategis yang menentukan keberhasilan ibu dalam proses menyusui. Ayah bisa menjadi pihak yang mendukung keberhasilan ibu menyusui atau justru malah menjadi faktor yang menghambat dan mencegah pemberian ASI. Dukungan emosional yang diberikan oleh ayah dapat secara langsung mempengaruhi keputusan ibu untuk menyusui. Penelitian ini ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran ayah tentang ASI dan menyusui serta meningkatkan perilaku ayah dalam memberikan dukungan emosional kepada pasangannya yang sedang dalam periode menyusui Desain penelitian menggunakan one group pre test ndash post test. Berdasarkan hasil analisis statistik diketahui bahwa setelah mengikuti workshop Appreciative Inquiry subyek penelitian lebih meningkat pengetahuannya tentang ASI dan menyusui. Meskipun pengetahuan subyek penelitian lebih meningkat namun hasil analisis statistik menunjukan tidak ada pengaruh workshop Appreciative Inquiry terhadap peningkatan skor dukungan emosional subyek penelitian kepada pasangannya yang menyusui. ......Fathers play an important and strategic role in determining the success of the mothers in the breastfeeding process. The father can be the one who supports breastfeeding mothers or even becomes the factors that inhibits and prevents breastfeeding process. Emotional support given by the father can be directly influence the mother s decision to breastfeed. This study aims to increase the father s knowledge and awareness about breastmilk and breastfeeding and to enhance the father s behavior in providing emotional support for breasfeeding mothers. The research design uses one group pre test post test. Based on the post test result the finding shows that the score of knowledge about breastmilk and breastfeeding is increased after the participants attending the Appreciative Inquiry workshop. Although the knowledge of the participant is increased the post test result indicates that there is no significant difference in providing emotional support after the participants attending the Appreciative Inquiry workshop.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karmaya Jozianna Ismuningsih
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendapatkan gambaran mengenai hubungan antara paparan kekerasan dan distres psikologis pada remaja laki-laki di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. Pengukuran distres psikologis menggunaan alat ukur Hopkins Symptom Checklist (HSCL-10) dan pengukuran paparan terhadap kekerasan menggunakan alat ukur Screen for Adolescent Violence Exposure untuk anak (KID-SAVE) yang sudah diadaptasi. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 110 remaja laki-laki yang berada di Lembaga Permasyarakatan Anak Tangerang. Hasil dari penelitian ini menunjukan terdapat hubungan yang signifikan antara paparan kekerasan dan distres psikologis pada remaja yang berada di Lembaga Pemasyarakatan (r=0.310, signifikan pada L.o.S (0.01). ......The purpose of this study is to find the correlation between exposure to violence and psychological distress in adolescent males in Tangerang Correctional Institute for Children. In this research, psychological distress is measured using Hopkins Symptom Checklist (HSCL-10) and exposure to violence is measured using Screen for Adolescent Violence Exposure for children (KID-SAVE). The participants in this research were 110 adolescent males from Tangerang Correctional Institute for Children. The results show that there is a significant correlation between exposure to violence and psychological distress in adolescent males in Correctional Institute for Children (r=0.310, significant at L.o.S 0.01).
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Hakim
Abstrak :
ABSTRAK
Tidak selamanya kecerdasan intelektual mampu menjamin kesuksesan seseorang. Kini, karyawan juga dinilai dari sebaik apa mereka mengelola dirinya dan hubungannya dengan orang lain atau yang disebut dengan kecerdasan emosional. Penelitian ini melihat hubungan antara kecerdasan emosional dan kinerja pada karyawan. Pengukuran kecerdasan emosional menggunakan alat ukur EII (Emotional Intelligence Inventory) (Lanawati, 1999), dan kinerja menggunakan skor kinerja dari perusahaan. Partisipan berjumlah 80 orang dengan karakteristik telah bekerja lebih dari dua tahun. Hasil menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang tidak signifikan antara kecerdasan emosional dan kinerja karyawan (r = 0.042; p = 0.709). Penelitian lebih lanjut sebaiknya memasukkan variabel IQ sebagai kontrol dalam penelitian dan melakukan penelitian pada sampel jenis pekerjaan tertentu.
ABSTRACT
IQ is no longer be the best predictor for success in workplace. Now, employees assessed also from how well they manage their self and their relationship with others, which is called emotional intelligence. This research was conducted to find the correlation between emotional intelligence and job performance among employee. Emotional intelligence was measured using Emotional Intelligence Inventory (EII) (Lanawati, 1999), and the measurement of job performance using the employee’s performance score produced by the company. The participants are 80 employee who have worked more than two years. The main result of this research shows that there is no significant correlation betweeen emotional intelligence and job performance (r = 0.482; p = 0.709). Further research should put IQ as a control variable of the research and conduct the research in a specific job.
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Ismal Saleh
Abstrak :
Sebanyak 5.131.100 keanekaragaman hayati di dunia, 15,3% nya terdapat di Indonesia. Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) adalah salah satu tanaman endemik Indonesia yang memiliki potensi dalam pengobatan. Pada daun mangkokan terdapat kandungan flavonoid. Flavonoid bekerja sebagai antioksidan. Salah satu metode ekstraksi modern yang sedang gencar dikembangkan adalah MAE (Microwave-assisted Extraction). Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kondisi optimum dari ekstraksi daun mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) dengan menggunakan metode MAE (Microwave-assisted Extraction) dengan mengubah beberapa variabel yaitu konsentrasi pelarut (etanol 0, 40, dan 80%), daya microwave (10, 30, dan 50%), waktu ekstraksi (3; 6,5; dan 10 menit), dan rasio simplisia-pelarut (1:7, 1:8, 1:9) untuk mendapatkan ekstrak daun mangkokan dengan kadar flavonoid tertinggi. Dari hasil penelitian, kondisi optimum MAE adalah dengan menggunakan pelarut etanol 80%, daya microwave 30%, rasio pelarut dengan sampel 1:8, dan waktu ekstraksi 6,5 menit dengan kadar flavonoid setara dengan kuersetin sebesar 14,496 mg/5 gram simplisia kering.
A total of 5,131,100 biodiversity in the world, 15.3% of them are in Indonesia. Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) is one of Indonesia endemic plants that have potential in the therapy. Mangkokan leaves rich of flavonoid. Flavonoids acts as an antioxidant. One of the modern extraction methods are being intensively developed is MAE (Microwave-assisted Extraction). This study aimed to obtain the optimum condition of extracting leaves mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.) by using the method of MAE (Microwave-assisted Extraction) by changing a few variables: concentration of solvent (ethanol 0, 40, and 80%), microwave power (10, 30, and 50%), extraction time (3, 6.5, and 10 minutes), and sample-solvent ratio (1: 7, 1: 8, 1: 9) to obtain an extract of leaves mangkokan with the highest levels of flavonoids. From the research, the optimum conditions MAE is to use 80% ethanol, 30% microwave power, the ratio of sample:solvent 1: 8, and extraction time of 6.5 minutes with the flavonoid content of 14.496 mg / 5 grams of dried weight.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61284
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditia Nakan
Abstrak :
Salah satu dampak buruk dari banyaknya tayangan kekerasan di televisi adalah terjadinya desensitisasi pada kekerasan.. Desensitisasi dapat terlihat dari banyak aspek, baik itu kognitif, afektif dan tingkah laku. Aspek yang diteliti dalam penelitian ini adalah kepekaan terhadap stimulus kekerasan dari sisi kognitif dan empati terhadap korban dari sisi afeksi.Tujuan penelitian ini, yaiyu untuk membuktikan bahwa paparan berita kekerasan dapat mengakibatkan kepekaan pada kekerasan berkurang dan empati pada korban yang rendah. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain dua kelompok between subject. Kelompok eksperimen mendapat paparan berita kekerasan dan kelompok kontrol mendapat berita yang tidak mengandung kekerasan. Temuan studi ini menunjukan paparan berita kekerasan tidak menyebabkan kepekaan pada kekerasan dan empati pada korban yang rendah. Justru sebaliknya, tingkat empati lebih tinggi justru terlihat pada kelompok yang melihat berita kekerasan. ......One of the bad effects of exposure violence in television is the occurrence of desensitization to violence. Desensitization can be seen from many aspects (cognitive, affective and behavioral). Aspects that was studied are sensitivity to violent stimuli and empathy towards victims. The purpose of this study was to prove that exposure of violent news can result in reduced sensitivity to violent stimuli and low empathy towards victims. This study used experiment method with two groups of between subject designs. The experimental group received exposure to violent news and control group received news that does not contain violence. The result showed exposure to violent news does not cause sensitivity and empathy for the victims are low. On the contrary, higher levels of empathy actually seen in the group who saw violent news.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Pratama Siantoro
Abstrak :
ABSTRAK
Hubungan antara keyakinan terhadap legitimizing myths, seperti ideologi peran gender, dan orientasi dominasi sosial pada anggota kelompok subordinat, seperti perempuan, berbeda dari anggota kelompok dominan. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan antara ideologi peran gender dan orientasi dominasi sosial pada mahasiswi, serta peran keterpaparan pendidikan tinggi terhadap hubungan tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi peran gender tradisional berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang tinggi, sedangkan idelogi peran gender egaliter berhubungan dengan orientasi dominasi sosial yang rendah, r (120) = 0.184, p < 0.05. Selain itu, keterpaparan pendidikan tinggi tidak memoderasi hubungan kedua variabel tersebut, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan tinggi kurang dapat berfungsi sebagai faktor pendobrak hierarki gender.
ABSTRACT
The relationship between belief in legitimizing myths, such as gender role ideology, and social dominance orientation in subordinates, such as females, are different from dominants. This research was conducted to investigate the relationship between gender role ideology and social dominance orientation in female college students, also the role of higher educational exposure to that relationship. The result showed that traditional gender role ideology is related to higher social dominance orientation, and egalitarian gender role ideology is related to lower social dominance orientation, r (120) = 0.184, p < 0.05. Furthermore, higher educational exposure does not moderate the relationship between those two variables, F (11, 101) = 1.51, p = 0.139. These results implied that higher education is less able to be functioned as a gender hierarchy-attenuating factor.
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Devi Virgina Mandawa
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara Leader Member Exchange (LMX) dan kinerja karyawan di perusahaan bidang industri manufaktur yang mengolah serta memproduksi besi dan baja. LMX didefinisikan sebagai hubungan dua arah yang dinamis antara pemimpin dan karyawan dimana pemimpin akan memperlakukan karyawan secara berbeda sesuai dengan waktu dan kemampuan yang dimiliki oleh atasan tersebut (Graen dan Cashman, 1975). LMX merupakan variabel multidimensional, memiliki empat dimensi yaitu kontribusi, loyalitas, afeksi dan respek terhadap profesi (Liden dan Maslyn, 1998) yang diukur melalui LMX-MDM dalam the Indonesian Quality of Work Life Questionnaire (IQWiQ) (Radikun, 2010). Kinerja adalah nilai total yang diharapkan oleh perusahaan dari pekerjaan yang dilakukan seseorang selama periode waktu tertentu yang diukur melalui alat ukur kinerja dari Casimir et al (2006) dan telah diadaptasi dalam the Indonesian Quality of Work Life Questionnaire (IQWQ) (Radikun, 2010). Sampel dalam penelitian ini mencakup 113 karyawan dari 13 divisi PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang terdiri dari 7 divisi lapangan dan 6 divisi back office. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara LMX dengan kinerja karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (r=+0.179, p>0.05, two tailed). Tetapi, hasil analisis menunjukan terdapat korelasi yang signifikan antara dimensi kontribusi dari LMX dan kinerja karyawan divisi lapangan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (r=+0.277, p<0.05).
Abstract
This research is to analyze the relationship between Leader Member Exchange (LMX) and employees? performance in iron and steel manufacturing industry. LMX is defined as the dynamic two-way relationship between the leaders and the employees in which the leaders will treat the employees diferently according to the time and competence of the respective leaders (Graen and Cashman, 1975). LMX is multi-dimentional variable with four dimensions which are contribution, loyalty, affection, and respect to their profession (Liedn and Maslyn, 1998) measured through LMX-MDM in Indonesian Quality of Work Life Questionnaire (IQWiQ) (Radikun, 2010). Performance is defined as the total expected value to the organization of the discrete behavioral episodes that an individual carries out over a standard period of time measured with work performance measuring tool from Casimir et.al (2006) which has been adapted to the Indonesian Quality of Work Life Questionnaire (IQWQ) (Radikun, 2010). The samples in this research are 113 employees from 13 divisions in PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, consis of 7 field divisions and 6 back office divisions. The results of the analysis show that there is no relationship between LMX and employees? performance in PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (r=+0.179, p>0.05, two tailed). But, The results of analysis show that there was significant relationship between contribution dimension of LMX and employees? performance in field division of PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. (r=+0.277, p<0.05).
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S43222
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Mala Ursila
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well being pada mahasiswa yang sedang berpacaran. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan alat ukur Relationship Assessment Scale (RAS) yang disusun oleh Hendrick (1988) untuk mengukur kepuasan hubungan romantis dan alat ukur Psychological Well-Being disusun oleh Ryff yang diadaptasi untuk menyesuaikan dengan kondisi mahasiswa di Indonesia. Partisipan dalam penelitian ini sejumlah 161 mahasiswa yang terdiri dari 97 perempuan dan 64 laki-laki dengan karakteristik berusia 18 ? 30 tahun dan sedang menjalin hubungan romantis dengan lama pacaran minimal 6 bulan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan dan positif antara kepuasan hubungan romantis dengan psychological well-being pada mahasiswa yang berpacaran. ...... This research was conducted to see the relationship between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating. This research used quantitative approach using Relationship Assessment Scale by Hendrick (1988) to measure satisfaction on romantic relationship and Psychological Well Being Scale by Ryff adapted to adjusting the conditions in Indonesia. The participants on this research were 161 college students which 97 females and 64 males with characteristics aged 18 - 30 years old and in a romantic relationships with long courtship at least 6 monts. The result shows that there is a significant and positive correlation between romantic relationships satisfaction and psychological well being in college students who are dating.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Azhari Mayondhika
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara komitmen beragama dan kesediaan berkorban untuk agama, serta juga untuk melihat dimensi-dimensi dalam komitmen beragama manakah yang memiliki hubungan dengan kesediaan berkorban untuk agama. Pengukuran komitmen beragama menggunakan alat ukur religiusitas (Zulhairi, 2005) yang diadaptasi dari alat ukur komitmen beragama milik Glock (dalam Robinson dan Shaver, 1980) dan pengukuran kesediaan berkorban menggunakan alat ukur willingness to engage in extreme behaviors (Swan, Gomez, Morales, Huici dan Hixon, 2010). Partisipan penelitian ini berjumlah 74 orang pemeluk agama Islam yang berdomisili di Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara komitmen beragama dan kesediaan berkorban untuk agama (R = 0.451; p = 0.007, signifikan pada L.o.S 0.01). Selain itu, dimensi ritual diketahui sebagai dimensi satu-satunya dalam komitmen beragama yang memiliki hubungan signifikan dengan kesediaan berkorban pada pemeluk agama Islam Islam (r = 0.303; p = 0.011, signifikan pada L.o.S 0.05).
The study was conducted to find the relationship between religious commitment and willingness to sacrifice for religion, and also to see in which dimension of religious commitment that has a relationship with a willingness to sacrifice for religion. Measurement of religious commitment using religiosity measuring instrument (Zulhairi, 2005), adapted from the measuring instrument's religious commitment of Glock (in Robinson and Shaver, 1980). Measurements of willingness to sacrifices using measuring instrument of willingness to engage in extreme behaviors (Swan, Gomez, Morales, Huici and Hixon, 2010). The participants of this research are 74 muslims who live in Jabodetabek. The results of this study showed a significant positive relationship exists between religious commitment and willingness to sacrifices for religion (R = 0451; p = 0.007, significant at the LoS 0.01). In addition, the dimensions of religious practice known as the only dimension in which religious commitment has a significant relationship with willingness to sacrifices for religion (r = 0303; p = 0011, significant at the LoS 0.05).
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fina Febriani
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara identifikasi sosial dan perilaku memaafkan dalam konteks hubungan antarkelompok agama sekaligus melihat kemungkinan adanya bias antarkelompok (intergroup bias) pada perilaku memaafkan. Pengukuran identifikasi sosial menggunakan alat ukur Leach dkk. (2008) dan pengukuran perilaku memaafkan menggunakan alat ukur Rye dkk. (2001). Penelitian ini dilakukan pada 90 partisipan Muslim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antara kontribusi identifikasi sosial pada perilaku memaafkan terhadap Muslim dan perilaku memaafkan terhadap non-Muslim.
This study is conducted to find the correlation between social identification and forgiveness in intergroup relationship context and to see the possibility of intergroup bias in intergroup forgiveness. Social identification is measured using the instrument constructed by Leach et al. (2008) and forgiveness is measured using the modification instrument constructed by Rye et al. (2001). The participants of this study are 90 Muslims. The results show that in general, there is no difference between contribution of social identification to forgiveness toward Muslim and forgiveness toward non-Muslims.
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library