Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dini Andriani Pramitasari
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Dini Andriani PramitasariProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul : Analisis Waktu Tunggu Pada Pasien yang Menjalani Radioterapidi Rumah Sakit Dr. Mohammad Hoesin PalembangLatar Belakang: Peningkatan jumlah kanker menyebabkan peningkatan akankebutuhan pelayanan kanker. Tatalaksana pada waktu yang tepat akanmemberikan hasil pengobatan yang optimal. Waktu tunggu radioterapi dapatmenggambarkan kualitas pelayanan rumah sakit.Tujuan: Mengetahui waktu tunggu radioterapi pada pasien kanker serviks, kankerpayudara, dan kanker nasofaring serta faktor pasien dan manajemen yang dapatmempengaruhi.Metode: Studi kohort retrospektif dengan mengumpulkan data melalui rekammedik pasien kanker serviks, kanker payudara, dan kanker nasofaring yangdirujuk ke Sub Radioterapi RSMH sejak Januari 2015. Waktu tunggu dihitungsejak ada hasil patologi anatomi hingga mulai radioterapi. Studi dilanjutkandengan analisis kualitatif pada faktor manajerial yaitu sarana prasarana, sumberdaya manusia, rencana perbaikan, regulasi/ kebijakan, dan anggaran terhadapadanya waktu tunggu radioterapi.Hasil: Terdapat 180 pasien kanker yang dimasukan dalam penelitian, denganmasing-masing kanker berjumlah 60 pasien. Median waktu tunggu radioterapikanker serviks adalah 131 hari. Median waktu tunggu radioterapi kanker payudaraadalah 144,5 hari. Median waktu tunggu radioterapi kanker nasofaring adalah 224hari. Analisis bivariat dilakukan terhadap variabel-variabel pasien dan didapatkantidak ada hubungan yang bermakna secara statistik terhadap waktu tunggu p>0,05 . Hasil observasi, wawancara mendalam dan telaah dokumen/ teorididapatkan bahwa keterbatasan sarana prasarana, kurangnya jumlah sumber dayamanusia, ketiadaan regulasi, dan keterbatasan anggaran mempengaruhi adanyawaktu tunggu radioterapi.Kesimpulan: Waktu tunggu radioterapi masih panjang dan belum memilikistandar, baik untuk kanker serviks, kanker payudara, dan kanker nasofaring.Diperlukan koordinasi dari berbagai profesi terkait onkologi untuk mendiskusikandan memutuskan waktu optimal pelayanan kanker, khususnya dalam bentuk timmultidisiplin kanker. Pemenuhan kesenjangan antara kebutuhan dan ketersediaanalat radiasi dan sumber daya manusia dapat menjadi solusi untuk mengurangiwaktu tunggu radioterapi.Kata kunci:Faktor Demografi, Kanker Nasofaring, Kanker Payudara, Kanker Serviks,Radioterapi, Waktu Tunggu
ABSTRACT
Name Dini AndrianiStudy Program Healthcare AdministrationTitle Analysis of Waiting Time in Patients UndergoingRadiotherapy at Dr. Mohammad Hoesin PalembangGeneral HospitalBackground Increasing number of cancers caused an increase in the need forcancer services. Treatment in the appropriate time will give an optimal result.Radiotherapy waiting time can describe the quality of hospital services.Aim to describe radiotherapy waiting time in cervical cancer, breast cancer, andnasopharyngeal cancer and to examine patient factors and managerial factorsassociated with waiting time.Methods restrospective cohort study conducted by collecting data from medicalrecord for cervical cancer, breast cancer, and nasophryngeal cancer which arereferred to Radiotherapy unit since January 2015. Wait time is define as sinceanatomical pathology confirmed of cancer until start of the first radiotherapy. Thisstudy then continued using qualititative analysis in managerial factors, such asinfrastructure, human resources, plan of improvement, regulation, and funding.Result there was 180 cancer patients, with each cancer is 60. The medianRadiotherapy waiting time for cervical cancer, breast cancer, and nasopharyngealcancer is 131 days, 144,5 days, and 224 days consecutively. There is noassociation between patients demographic characteristics age, education, workingstatus, stage of cancer, domicile, and comorbidities with wait time. From indepthinterviews, observation, and literature review, it is known that shortage ofinfrastructure and medical equipment, human resources, no regulation, andlimitation of budgeting influenced the wait time.Conclusion radiotherapy wait time is still too long and have no standard forcervical cancer, breast cancer, and nasopharyngeal cancer. Coordination betweenall oncologists is needed to discuss the optimal time for cancer services. One ofthe solutions to decrease wait time is by fulfillment between needs and demand ofradiotherapy tools and human resources.Key words Breast Cancer, Cervical Cancer, Demographic Factor, Nasopharyngeal Cancer,Radiotherapy, Waiting time
2017
T47236
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Imakulata Wahyo
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Maria Imakulata WahyoProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul Tugas Akhir : Pengembangan Prosedur Tetap dan Kriteria Clinical MeetingDalam Rangka Upaya Pelaksanaan Tata Kelola Klinis Yang Baikdi Rumah Sakit Santo Borromeus Kriteria clinical meeting yang telah disusun tahun 2011 di Rumah Sakit Santo Borromeuskurang disosialisasikan, sementara potensi komplain menjadi tuntutan bertambah banyak.Tujuan penelitian menganalisis kriteria dan menyusun prosedur tetap pelaksanaanclinical meeting. Metode penelitian adalah kualitatif dengan wawancara pertanyaanterbuka kepada dua belas informan yang ditentukan dengan mekanisme purposif dandilakukan analisis konten. Kecukupan informan diperoleh dengan mekanisme ldquo;snowballing rdquo;. Langkah terakhir dilakukan Fokus Grup Diskusi bersama manajemen untukmendapatkan saran atau rekomendasi yang sahih. Penelitian ini menemukan bahwakriteria yang telah disusun sulit dalam penerapannya dan tidak sederhana denganmenggunakan bobot dan skor. Rekomendasi penelitian setelah case manager melakukanevaluasi kepada pasien, bila didapatkan skor penapisan lebih dari sepuluh, melakukanpenilaian ulang empat aspek yaitu usia dan tingkat kesadaran, prognosa dubia dan atauad malam, gagal organ dua atau lebih dan tindakan berisiko tinggi, apabila ditemukansalah satunya kecuali usia dan tingkat kesadaran maka clinical meeting akan diusulkankepada Komite Medik melalui Direktur Medis. Komite medik dalam menyelenggarakantata kelola klinis yang baik melalui pelaksanaan clinical meeting, akan menerima usulandari case manager dan Biro Pemasaran dan Pengelolaan Pelanggan. Case manajer yangberkualitas diharapkan sebagai alat perwakilan manajemen mampu menyelenggarakan clinical meeting.
ABSTRACT
Developing A Permanent Clinical Meeting Procedure In St. Borromeus HospitalAbstractIn 2011, St. Borromeus Hospital has composed a criteria for clinical meeting, but is not well socialized, while facing the increasing potention of medical law suit. The purpose of this research is to analyze the existing criteria and establish a permanent clinical meeting procedure. The method is qualitative with open questionnaire interview to twelve informants sorted with purposive mechanism, snow balling mechanism and content analysis. The final step is by performing a Focused Group Discussion to get valid advice and reccomendation. We found that all informants expressed that the earlier clinical meeting criteria is difficult to aplly due to it rsquo s complicated scoring. The new criteria involves the role of Case Manager that will screen the patients. We suggested that all patients with score eleven or higher is further evaluated using four criterias age and level of consciousness, prognosis dubia and or ad malam, organ failure involving two or more organs, high risk procedures. Any criterias other than age and level of consciousness, the case manager will propose a clinical meeting to medical committee with the acknowledgement of Medical director. Medical Committee will also receive suggestion from customer management. A qualified Case Manager is expected to represent the management in holding clinical meeting. Keyword case manager clinical meeting
2017
T49261
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewa Ngakan Gde Wahyu Mahatma Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang dari penelitian ini adalah adanya waktu tunggu antrian pasien OK yang cukup lama hingga 21 hari dan angka utilisasi beberapa ruangan OK yang masih di bawah standar utilisasi. Waktu tunggu antrian OK yang lama dan angka utilisasi yang belum optimal salah satunya disebabkan oleh metode penjadwalan operasi yang belum akurat. Penelitian bertujuan untuk mengetahui utilisasi ruangan OK IBS dan mengetahui hubungannya dengan akurasi waktu mulai operasi, jumlah operasi, dan jenis operasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode telaah dokumen. Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan metode Spearman. Berdasarkan 320 data sampel yang diteliti diperoleh rata-rata utilisasi ruangan OK IBS pada bulan Januari-Maret 2018 adalah 53,36%. Total pemakaian ruangan OK adalah 555 jam 24 menit. Terdapat dua faktor yang berhubungan dengan utilisasi kamar operasi yaitu akurasi waktu mulai operasi (p-value=0,012) dan jumlah operasi (p-value=0,015) dengan hubungan positif. Sedangkan jenis operasi (p-value = 0.373) tidak memiliki hubungan dengan utilisasi kamar operasi. Faktor lain yang mempengaruhi utilisasi kamar operasi adalah hari efektif jam buka ruangan OK setiap bulannya.
ABSTRACT
The background of this research is the high number of OK patients queue and delayed operation schedule due to the high utilization rate in the OK room in Central Surgery Installation Sanglah General Hospital. The study aims to find out the utilization of OK IBS room and to know its relation to the accuracy of the starting time of operation, the number of operation, and the type of operation. This research uses quantitative approach with document review method. The correlation test is done by using Spearman method. Based on the 320 sampled data obtained, the average utilization of OK IBS room in January-March 2018 is 53.36%. The total usage of OK room is 555 hours 24 minutes. There are two factors related to operating room utilization that is accuracy of starting time of operation (p-value = 0,012) and number of operation (p-value = 0,015) with positive relation. While the type of operation (p-value = 0.373) has no relationship with operating room utilization. Another factor affecting operating room utilization is the effective day open room hours OK in every month.
Depok: Universitas Indonesia, 2018
T50558
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tjokorda Istri Anom Saturti
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Tjokorda Istri Anom SaturtiProgram Studi : Kajian Administrasi Rumah SakitJudul :Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelengkapan InformedConsent Tindakan Bedah Di Ruang Rawat Inap Bedah RSUPSanglahDenpasar Tahun 2017Pembimbing : Prof. DR. Dr. Adik Wibowo,MPH.Informed consent bukanlah suatu pemberian tandatangan pada formulir,melainkan sebuah proses komunikasi di mana pasien diberi informasi tentangpilihannya untuk tes kesehatan, perawatan, atau prosedur, dan kemudian memilihopsi yang paling sesuai untuk tujuan dan nilainya. Informed consent sangatpenting untuk hubungan terapeutik antara dokter dan pasien. Proses inimemungkinkan pasien, atau mereka yang bertanggung jawab secara hukum atasperawatan mereka, untuk membuat keputusan berdasarkan informasi tentangperawatan atau prosedur yang dimaksud. Di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun2016, tingkat kepatuhan pengisian informed consent masih rendah yaitu 58 ,tingkat ketidakpatuhan penulisan singkatan sebanyak 42 . Tujuan dari penelitianini adalah untuk mengetahui gambaran kelengkapan terhadap persetujuan setelahpenjelasan informed consent pada tindakan bedah secara menyeluruh di ruangrawat inap bedah RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2017. Metode penelitian inimerupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan retrospektifdan crossectional. Jumlah sampel dokter bedah yang menjadi subjek penelitianterdiri dari 57 dokter bedah, 647 informed consent dan tiga orang informan untukpengumpulan data secara kualitatif. Dari penelitian ini didapatkan bahwakelengkapan informed consent tindakan bedah di ruang rawat inap bedah RSUPSanglah pada tahun 2017 hanya mencapai 30 . Hasil penelitian ini menunjukkanadanya hubungan signifikan antara jumlah kasus yang ditangani dan prosespemberian informed consent yang baik dengan kelengkapan pemberian informedconsent tindakan bedah dengan p-value berturut-turut 0,02 dan 0,01. Daripenelitian ini dapat disimpulkan bahwa kelengkapan pemberian informed consentberhubungan dengan jumlah kasus yang ditangani dan proses pemberian informedconsent yang baik.Kata kunci: faktor-faktor, kelengkapan, informed consent,
ABSTRACT
Name Tjokorda Istri Anom SaturtiStudy Program Kajian Administrasi Rumah SakitTitle Factors Influencing Completeness of Surgery InformedConsent in Sanglah Surgical Ward 2017Consellor Prof. DR. Dr. Adik Wibowo,MPHInformed consent is not a signature on a form, but a communication process inwhich patients are informed of their choice for a health, care, or procedure test,and then choose the option that is most appropriate for its purpose and value.Informed consent is essential for therapeutic relationships between physiciansand patients. This process allows patients, or those who are legally responsiblefor their care, to make informed decisions about the treatment or procedure inquestion. In RSUP Sanglah Denpasar in 2016, compliance level of informedconsent is still low ie 58 , non compliance rate of writing abbreviation as muchas 42 . The purpose of this study was to know the description of the completenessof informed consent to the overall surgical procedure in surgical hospitalizationof Sanglah Hospital Denpasar in 2017. This research method was a quantitativeand qualitative research with retrospective and crossectional approach. Thenumber of samples of surgeons who were the subjects of the study consisted of 57surgeons, 647 informed consents and 3 informan for qualitative study. From thisresearch it is found that the completeness of informed consent of surgery insurgical hospitalization of Sanglah Hospital in 2017 only reach 30 . The resultsof this study indicate a significant relationship between the number of caseshandled and the process of providing good informed consent with thecompleteness of the surgical informed consent provision with p value 0,02 and0,01. From this study it can be concluded that the completeness of the informedconsent provision relates to the number of cases handled and the process ofproviding good informed consent.Keywords factors, completeness, informed consent,
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50038
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Armenda
Abstrak :
Kanker serviks merupakan jenis kanker terbanyak ke-4 yang didiagnosis pada wanita di dunia. Kanker seviks utamanya disebabkan oleh infeksi virus Human Papilloma Virus (HPV) tipe high risk. Merokok merupakan salah satu kofaktor yang menyebabkan perkembangan infeksi HPV berkembang menjadi lesi prakanker dan kanker serviks. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan merokok dengan terjadinya lesi prakanker serviks pada wanita usia 25-64 tahun di daerah perkotaan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder dari Riset PTM 2016, dengan jumlah sampel 37.972 responden. Hasil analisis multivariat menggunakan regresi logistik setelah dikontrol variabel kovariat menemukan bahwa pada wanita perokok aktif didapatkan POR 0,862 (95% CI: 0,687– 1,083) dan pada wanita mantan perokok didapatkan POR 0,927 (95% CI; 0,719-1,119) dengan pvalue > 0,05, yang dapat diartikan bahwa pada penelitian ini tidak terdapat hubungan bermakna secara statistik antara merokok aktif dan riwayat dulu pernah merokok dengan terjadinya lesi prakanker serviks. Hasil penelitian ini masih dipengaruhi oleh bias temporal sehingga penggunaan data dari desain cross sectional tidak bisa menjelaskan hubungan kausalitas antara merokok dengan lesi prakanker serviks. ...... Cervical cancer is the 4-th most common type of cancer diagnosed in women in the world. Cervical cancer is mainly caused by high risk infection of Human Papilloma Virus (HPV). Smoking is one of the cofactors that cause the development of HPV infection into precancerous lesions and cervical cancer. The purpose of this study was to determine the relationship between smoking and the occurrence of cervical precancerous lesions in women aged 25-64 years in urban areas in Indonesia. This study used a cross-sectional study design using secondary data from the 2016 NCD’s Research, with total 37,972 subjects. The results of multivariate analysis using logistic regression shows that there was no significant assosiations between smoking and cervical precancerous lesions, with adjusted POR = 0.862 (95 % CI: 0.687–1.083) in current smoker and adjusted POR = 0.927 (95% CI; 0.719-1.119) for former smoker with a p-value > 0.05, which means that there is no relationship between current active smoking and former smoking with cervical precancerous lesions. This study was still influenced by temporal bias because of using data from a cross-sectional study is not valid to explain the causal relationship between smoking and cervical precancerous lesions.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartono Sriwandoko
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang : Kematian ibu hamil tahun 2018 di RSUD Sultan Imanudin Pangkalan Bun sebanyak 15 kasus kematian ibu hamil, dimana standar indikator mutu pelayanan PONEK RS adalah zero tolerance pada kematian ibu hamil. Kematian ibu hamil ini berkaitan dengan kinerja PONEK RS yang tidak optimal. Upaya memperbaiki kinerja PONEK di RS dilakukan dengan evaluasi implementasi PONEK yang dikaitkan dengan standar indikator mutu kinerja dan mutu pelayanan PONEK berdasarkan teori mutu pelayanan Donabedian. Penyelenggaraan dan keberhasilan PONEK perlu dilakukan monitoring dan evaluasi, sehingga dapat menjadi dasar untuk pengembangan dan peningkatan mutu pelayanan PONEK. Harapannya dengan pencapaian standar mutu kinerja dan pelayanan PONEK yang optimal dapat dimanfaatkan untuk menurunkan kejadian kematian ibu hamil. Tujuan : Evaluasi implementasi PONEK dan kejadian kematian ibu hamil di RSUD Sultan Imanudin tahun 2018. Metode : Cros sectional study, yakni dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien dan dokumen PONEK RS, mulai Januari - Desember 2018. Pengambilan sampel dilakukan secara total sampling. Evaluasi implementasi PONEK dilakukan untuk mengetahui mutu kinerja dan mutu pelayanan PONEK dilakukan dengan analisis quality of care Donabedian. Hasil implementasi PONEK di analisis dengan Failure Mode Effect Analysis (FMEA) untuk melihat faktor utama dari kelemahan sistem PONEK. Analisis kinerja juga dilakukan dengan alat bantu elemen penilaian SNARS edisi 1. Hasil : Waktu tanggap kamar bedah (rpn=392), waktu tanggap kamar bersalin (rpn=343) dan waktu tanggap pelayanan darah cito (rpn=294) sebagai faktor utama penyebab kegagalan sistem PONEK dengan risk priority number sangat tinggi dan sebagai prediktor kuat yang berkaitan dengan kematian ibu hamil. Analisis kinerja pelayanan PONEK menurut standar elemen penilaian SNARS edisi 1 menunjukkan adanya pemenuhan sebesar 76,92 %. Kesimpulan : Implementasi PONEK RSUD Sultan Imanudin tidak konsisten menjalankan perannya sebagai RS rujukan yang mampu PONEK karena tidak sesuai dengan indikator mutu pelayanan PONEK yaitu zero tolerance terhadap kematian ibu hamil. Mutu kinerja pelayanan PONEK RSUD Sultan Imanudin tidak optimal disebabkan pemenuhan kinerja PONEK hanya mencapai 76,92 %. Mutu penyelenggaraan kinerja pelayanan PONEK yang tidak optimal karena masih ditemukan kelemahan kinerja PONEK yang tidak memenuhi standar mutu kinerja pelayanan PONEK. Faktor-faktor utama penyebab kelemahan PONEK berdasarkan analisis FMEA yang mempunyai risk priority number tinggi adalah waktu tanggap kamar bedah dan kamar bersalin lebih dari 30 menit, waktu tanggap pelayanan darah cito lebih dari 60 menit dan AMP internal RSUD hampir tidak pernah dilakukan.
ABSTRACT
Background : Pregnant women died in 2018 at Sultan Imanudin Pangkalan Bun Regional Hospital as many as 15 cases of maternal mortality, where the standard indicator for quality of PONEK Hospital services was zero tolerance for maternal mortality. The death of pregnant women is related to the non-optimal performance of the PONEK Hospital. Efforts to improve the performance of PONEK in hospitals are carried out by evaluating the implementation of PONEK that is associated with the performance quality standard indicators and PONEK service quality based on Donabedian service quality theory. The implementation and success of PONEK need to be monitored and evaluated, so that it can be the basis for the development and improvement of the quality of PONEK services. It is hoped that by achieving optimal quality standards of performance and PONEK services it can be utilized to reduce the incidence of maternal mortality. Objective : Evaluation of the implementation of PONEK and the incidence of maternal mortality in Sultan Imanudin Regional Hospital in 2018. Method : Cros sectional study, using secondary data from patient medical records and PONEK hospital documents, from January to December 2018. Sampling was done in total sampling. Evaluation of the implementation of PONEK is carried out to determine the quality of performance and the quality of PONEK services is carried out by analyzing the quality of care Donabedian. The results of the PONEK implementation are analyzed with the Failure Mode Effect Analysis (FMEA) to see the main factors of the weaknesses of the PONEK system. Performance analysis was also carried out with the SNARS assessment element 1 edition. Results : Operating room response time (rpn = 392), delivery room response time (rpn = 343) and cito blood service response time (rpn = 294) as the main factors causing PONEK system failure with very high risk priority number and as a strong predictor related to death of pregnant women. An analysis of the performance of PONEK services according to the SNARS assessment element standard edition 1 shows the fulfillment of 76.92%. Conclusion : The implementation of PONEK Sultan Imanudin Regional Hospital is inconsistent in carrying out its role as a referral hospital that is capable of PONEK because it is not in accordance with the PONEK service quality indicators, namely zero tolerance for maternal mortality. The quality of PONEK Sultan Imanudin Hospital services performance is not optimal due to the fulfillment of PONEK performance only reaching 76.92%. Quality of carrying out PONEK service performance is not optimal because there are still weaknesses in PONEK performance that does not meet PONEK service quality service standards. The main factors causing PONEK weakness based on FMEA analysis which has a high risk priority number are the operating room and delivery room response time is more than 30 minutes, cito blood service response time is more than 60 minutes and internal RSUD AMP is almost never.
2020
T54962
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulianto
Abstrak :
Latar Belakang : Di era digitalisasi 4.0, Angka Kematian Ibu masih cukup tinggi, penyebabnya adalah kehamilan risiko tinggi yang belum dapat ditangani dengan baik, salah satu cara mengatasinya adalah dengan peningkatan pengetahuan ibu hamil,  dimana ibu hamil membutuhkan informasi yang mudah dan dapat dipercaya mengenai kehamilannya serta merencanakan metode persalinannya. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan sebuah aplikasi, dimana aplikasi ini dapat menjawab kebutuhan informasi ibu hamil selain itu juga aplikasi ini bisa digunakan oleh RS Harapan Insani sebagai platform telemedicine dalam memberikan kesempatan ibu hamil untuk bertanya mengenai informasi yang didapat. Tujuan : Pemanfaatan aplikasi dalam mempermudah ibu hamil mendapatkan informasi tentang kehamilannya. Metode : Penelitian ini menggunakan metode design thinking untuk membuat prototipe aplikasi, dimana design thinking melalui  lima tahapan yaitu: Empathize, Define, Ideate, Prototype, dan Test Hasil : Setelah dibuat aplikasi yang bernama Hi Mom di lakukan testing pada 68 ibu hamil dengan System Usability Scale (SUS) dengan nilai 76,28, berarti aplikasi ini tergolong baik (good), sehingga dapat diterima oleh ibu hamil. Dan Evaluasi User Experience Questionnaire yang melebihi nilai rata rata. Kesimpulan : Aplikasi Hi Mom dapat menjadi solusi dalam meningkatkan pengetahuan bagi ibu hamil di RS Harapan Insani ......Background: In the digitalization era 4.0, the Maternal Mortality Rate is still quite high, the cause is high risk pregnancies that cannot be handled properly, one way to overcome this is to increase the knowledge of pregnant women, where pregnant women need easy and reliable information about their pregnancy. and planning the method of delivery. One way to overcome this is to use an application, where this application can answer the information needs of pregnant women, besides that this application can be used by Harapan Insani Hospital as a telemedicine platform in providing opportunities for pregnant women to ask about the information obtained. Purpose: Utilization of the application in making it easier for pregnant women to get information about their pregnancy. Methods: This study uses the design thinking method to create an application prototype, where design thinking goes through five stages, namely: Empathize, Define, Ideate, Prototype, and Test. Results: After an application called Hi Mom was made, testing was carried out on 68 pregnant women with the System Usability Scale (SUS) with a value of 76.28, meaning this application is classified as good, so it can be accepted by pregnant women. And User Experience Questionnaire Evaluation that exceeds the average value. Conclusion: The Hi Mom application can be a solution in increasing knowledge for pregnant women at Harapan Insani Hospital
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library