Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zulkarnaen
"Berdasarkan data tahun 2019-2022 tercatat 17 kecelakaan kerja dilaporkan di dalam PT. XYZ, dari 17 kecelakaan, 14 terjadi di bagian produksi. Tujuan umum penelitian adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kecelakaan kerja pada pekerja bagian produksi di PT. XYZ. Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Populasi dan sampel 152 pekerja menggunakan  teknik sampling jenuh. Data yang digunakan yaitu data primer berasal dari kuesioner dan observasi serta data sekunder perusahaan. Analisis data menggunakan uji chi- square. Hasil penelitian  40,1% pekerja pernah mengalami kecelakaan kerja dengan jenis kecelakaan terbanyak adalah terjepit, sebagian besar pekerja memiliki umur dewasa, laki-laki, pendidikan menengah, masa kerja ≤ 5 Tahun, pola kerja shift, memiliki sikap positif, sering/sangat sering melakukan tindakan tidak aman, kelelahan rendah/menengah, kondisi fisik baik, pengawasan kurang baik, pelatihan baik, sosialisasi baik, sering/sangat sering mendapatkan APD tidak tepat, housekeeping kondusif dan sering/sangat sering bersinggungan dengan kondisi tidak aman. Kemudian ada hubungan antara pengetahuan, tindakan tidak aman, kondisi fisik, pelatihan dan kondisi tidak aman dengan kecelakaan kerja (p value < 0,05). Maka berdasarkan hasil penelitian diharapkan PT. XYZ selalu dapat melakukan perbaikan yang berkelanjutan dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja.

Based on data for 2019-2022, 17 work accidents were reported at PT. XYZ, out of 17 accidents, 14 occurred in production. The general objective of this research is to analyze the factors associated with work accidents in production workers at PT. XYZ. The research design used is cross sectional. The population and sample of 152 workers used saturated sampling technique. The data used are primary data derived from questionnaires and observations as well as secondary company data. Data analysis used the chi-square test. The results of the study 40.1% of workers had experienced work accidents with the most types of accidents being pinched, most workers were of mature age, male, secondary education, working period ≤ 5 years, shift work pattern, had a positive attitude, often/very often perform unsafe actions, low/medium fatigue, good physical condition, poor supervision, good training, good socialization, often/very often get inappropriate PPE, conducive housekeeping and often/very often intersect with unsafe conditions. Then there is a relationship between knowledge, unsafe actions, physical conditions, training and unsafe conditions with work accidents (p value <0.05). So based on the research results it is expected that PT. XYZ can always make continuous improvements in work accident prevention efforts."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfi Adytra
"Pembangunan infrastruktur di Indonesia saat ini sedang banyak berkembang, khususnya pembangunan gedung yang dapat memfasilitasi kebutuhan berbagai sektor industri maupun pemerintahan. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan tersebut, aspek keselamatan dan kesehatan kerja juga naik sebagai isu utama yang menjadi perhatian dan memicu penelitian ini dilakukan. Hal ini juga didasari bahwa dalam dekade terakhir terjadi sederetan insiden dan kecelakaan kerja dengan berkaitan dengan kelelahan yang terjadi di sektor konstruksi gedung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja subyektif di proyek gedung PT X di DKI Jakarta dan wilayah satelitnya. Penelitian ini didesain secara potong lintang dan dilakukan terhadap 124 orang responden melalui pengisian kuesioner yang dikelola sendiri untuk menilai karakteristik individu dan status gizi. Kelelahan subyektif diukur dengan kuesioner Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) Jepang yang berisi 30 butir pertanyaan. Kondisi tidur diukur menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk kualitas tidur dan kuesioner Sleep Hygiene Index (SHI) untuk sleep hygiene. Faktor psikososial diukur menggunakan kuesioner Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku merokok, jenis pekerjaan, Indeks Massa Tubuh, kualitas tidur, sleep hygiene, dan faktor psikososial terhadap kelelahan kerja subyektif. Akan tetapi, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelelahan kerja subyektif dengan usia, status pernikahan, riwayat penyakit, perilaku olahraga, masa kerja, perilaku konsumsi air putih, perilaku konsumsi kopi, perilaku konsumsi gorengan, dan perilaku konsumsi minuman energi.

The construction of infrastructure in Indonesia has been developing lately, especially building construction which support the needs of various industrial and governmental sectors. Furthermore, alingside that development, occupational safety and health rise up to be one of the main issues of concern which prompts this research to be done. This is also based on the fact that in the last decade there has been a lot of work incidents and accidents related to worker fatigue that happened in building construction. This research aims on finding the factors associated with subjective work fatigue of PT X in DKI Jakarta and its satellite areas. The design of this research was cross sectional on 124 individuals through self-administered baseline questionnaire to measure individual characteristics and nutritional status. Subjective work fatigue was measured by Japanese Industrial Fatigue Research Committee (IFRC) 30-item questionnaire. Sleep condition was measured using Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) questionnaire to measure sleep quality and Sleep Hygiene Index (SHI) questionnaire to measure sleep hygiene. Psychosocial factors were measured using the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) III. Results showed that there was a significant relationship between subjective work fatigue and each of smoking behavior, type of work, Body Mass Index, sleep quality, sleep hygiene, and psychosocial factors. However, there was no significant relationship between subjective work fatigue and age, marital status, disease history, exercise habit, length of work, water consumption habit, coffee drinking habit, fried food consumption habit, and energy drink consumption habit."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rysha Dwi Septerini
"Program 'Behavior Based Safety' dirancang untuk melindungi pekerja dari risiko bahaya dan mencegah kecelakaan kerja. Meskipun tujuannya positif, implementasi program ini sering dihadapkan pada tantangan, termasuk kurangnya partisipasi dan penolakan oleh beberapa pekerja. Kajian ini bertujuan untuk mengkaji berbagai aspek yang berkaitan dengan program 'Behavior Based Safety' dari Penerapan program, analisis tren kecelakaan, pengaruh sikap dan perilaku pada penerapan program 'Behavior Based Safety' terhadap Kejadian Kecelakaan Kerja. Penelitian ini dilakukan di PT. X dengan lokasi di beberapa wilayah di Indonesia, antara April hingga Juli 2023. Studi melibatkan 299 karyawan dari berbagai jenis layanan di 35 lokasi PT. X. program dinilai dengan menganalisis data kecelakaan selama periode FY15-FY16 dan FY18-FY20. Studi ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dengan melibatkan data primer yang diperoleh melalui kuesioner, mengukur sikap dan perilaku terkait program ini. Data sekunder juga digunakan untuk mendukung penelitian ini. Data dianalisis menggunakan berbagai metode statistik, termasuk analisis univariat dan analisis bivariat dengan uji chi-square. Dalam penerapan program ‘Behavior Based Safety’, responden memiliki beberapa sikap dan perilaku baik/kurang baik yang tidak berbeda secara signifikan maupun yang berbeda secara signifikan. Sebagian besar responden memiliki sikap yang baik terhadap safety walk, safety observation dan nearmissed report serta sebagian besar responden memiliki perilaku yang baik terhadap risk assessment, safe system of work serta training & supervision. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa program Behavior Based Safety secara statistik berpengaruh terhadap angka kecelakaan kerja, namun sikap dan perilaku pekerja penerapan program tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap kejadian kecelakaan kerja. Maka perlu meningkatkan program Behavior Based Safety dan memastikan pekerja konsisten dalam penerapan program Behavior Based Safety.

The 'Behavior Based Safety' program is designed to protect workers from hazards and prevent work accidents. Despite the positive goals, implementation of these programs has often been met with challenges, including lack of participation and resistance by some workers. This study aims to examine various aspects related to the 'Behavior Based Safety' program from program implementation, analysis of accident trends, the influence of attitudes and behavior on the implementation of the 'Behavior Based Safety' program for Occupational Accidents. This research was conducted at PT. X with locations in several regions in Indonesia, between April and July 2023. The study involved 299 employees from various types of services in 35 locations of PT. X. program was assessed by analyzing accident data during the period FY15-FY16 and FY18-FY20. This study uses a descriptive analysis approach involving primary data obtained through questionnaires, measuring attitudes and behavior related to this program. Secondary data is also used to support this research. Data were analyzed using various statistical methods, including univariate analysis and bivariate analysis with the chi-square test. In implementing the 'Behavior Based Safety' program, respondents had several good/bad attitudes and behaviors that were not significantly different or significantly different. Most of the respondents had a good attitude towards safety walk, safety observation and near-missed report and most of the respondents had good attitude towards risk assessment, safe system of work and training & supervision. The results of this study prove that the Behavior Based Safety program statistically has an effect on the number of work accidents, but the attitude and behavior of workers implementing the program has no significant effect on the occurrence of work accidents. Therefore, it is necessary to enchance the Behavior Based Safety program and ensure that employees are consistent in implementing the Behavior Based Safety program."
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Ferlian Kamil
"Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan K3 dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif. Namun seiring perkembangan K3 tidak dibarengi dengan peningkatan K3. Banyak faktor yang mempengaruhi efektivitas penerapan SMK3. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan keberhasilan manajemen K3 di perusahaan melalui tinjauan pustaka yang sistematis. Penelitian ini mereview literatur yang diterbitkan antara tahun 2011-2021 dari 2 portal pencarian, yaitu ScienceDirect dan googlescholar. Dari hasil pencarian didapat 10 literatur yang sesuai dengan kriteria inklusi. Hasil penelitian ini menemukan terdapat 2 faktor utama yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang berhubungan dengan keberhasilan manajemen K3 adalah komitmen manajemen, kebijakan K3, partisipasi pekerja, budaya K3, perilaku keselamatan pekerja, aturan dan prosedur K3, promosi K3, pengendalian risiko K3. Sedangkan faktor eksternal meliputi praktik peraturan K3, lingkungan, sosial masyarakat, kebijakan pemerintah, dan teknologi.

The Occupational Health and Safety Management System (SMK3) is part of the overall management system covering the organizational structure, planning, responsibilities, implementation, procedures, processes, and resources needed for the development, implementation, assessment, and maintenance of OHS policies in risk control related to work activities in order to create a safe, efficient and productive workplace. However, as the development of K3 is not accompanied by an increase in K3. Many factors affect the effectiveness of the implementation of SMK3. The purpose of this study is to find out what factors are related to the success of OHS management in the company through a systematic literature. This study reviews the literature published between 2011-2021 from 2 search portals, namely ScienceDirect and Googlescholar. From the search results obtained 10 literatures that match the inclusion criteria. The results of this study found that there are 2 main factors, namely internal factors and external factors. Internal factors related to the success of K3 promotion are management commitment, K3 policy, worker participation, OSH culture, worker safety behavior, OSH rules and procedures, OHS control, OHS risk control. While external factors include the practice of K3 regulations, the environment, social community, government policies, and technology."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wawan Sasongko
"Pembangunan Depo Light Rail Transit (LRT) Jabodebek memiliki luas sekitar 12 ha yang mana 80% areanya merupakan area terbuka (terpajan panas). Mekanisme terjadinya heat stress terjadi karena kombinasi dari faktor lingkungan, faktor pekerjaan, dan karakteristik pekerjaan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional yang telah dilakukan pada bulan Agustus 2021 dengan 185 responden (126 pekerja outdoor dan 59 pekerja indoor). Hasil penelitian menunjukan indeks WBGT outdoor berada pada kisaran 25,9º C - 33,1º C dengan rata-rata 29,4º C dan WBGT indoor yaitu berada diantara 25,9º C - 35,3º C dengan rata-rata 30,4º C. Setelah dilakukan observasi dan perhitungan antara beban kerja, pola kerja dan faktor koreksi pakaian yang merujuk dari Peraturan Menteri Kesehatan nomor 70 Tahun 2016, diketahui bahwasannya 100% responden penelitian mengalami kejadian tekanan panas. Pada pekerja outdoor terdapat 56,35% merasakan keluhan ringan dan 43,65% merasakan keluhan berat. Persentase keluhan/gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan yaitu jarang buang air kecil (98,41%), lemas (88,89%), dan banyak keringat (85,71%). Sedangkan untuk pekerja indoor terdapat 67,80% merasakan keluhan ringan dan 32,20% merasakan keluhan berat. Persentase keluhan/gangguan kesehatan tertinggi yang dirasakan yaitu kurang konsentrasi (62,71%), kram otot tungkai bawah (57,63%) dan kram otot lengan (55,93%). Berdasarkan hal tersebut, perlu dilakukan berbagai upaya pengendalian terhadap pajanan panas yang terdapat di proyek pembangunan depo LRT Jabodebek agar dapat meminimalisir dampak keluhan/gangguan kesehatan pada pekerja sehingga pekerja tidak menderita Heat Related Symptoms.

The construction of the Jabodebek Light Rail Transit (LRT) Depo has an area of ​​about 12 ha of which 80% of the area is an open area (exposed to heat). The mechanism of heat stress occurs due to a combination of environmental factors, job factors, and job characteristics. This research is a quantitative study with a cross-sectional study design that was conducted in August 2021 with 185 respondents (126 outdoor workers and 59 indoor workers). The results showed that the outdoor WBGT index was in the range of 25.9º C - 33.1º C with an average of 29.4º C and indoor WBGT was between 25.9º C - 35.3º C with an average of 30.4º C. After observing and calculating the workload, work patterns and clothing correction factors referring to the Regulation of the Minister of Health number 70 of 2016, it is known that 100% of research respondents experienced heat stress events. In outdoor workers, 56.35% felt mild complaints and 43.65% felt severe complaints. The highest percentage of perceived health complaints/disorders were infrequent urination (98.41%), weakness (88.89%), and a lot of sweating (85.71%). Meanwhile, for indoor workers, 67.80% felt mild complaints and 32.20% felt severe complaints. The highest percentage of perceived health complaints/disorders were lack of concentration (62.71%), lower leg muscle cramps (57.63%) and arm muscle cramps (55.93%). Based on this, it is necessary to carry out various efforts to control heat exposure in the Jabodebek LRT depot development project in order to minimize the impact of complaints/health problems on workers so that workers do not suffer from Heat Related Symptoms."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shafa Salsabila
"Penelitian ini membahas tentang hubungan antara tekanan panas dengan fatigue atau kelelahan pada pekerja di Depo LRT Jabodebek tahun 2021. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross-sectional. Bidang konstruksi merupakan salah satu sektor industri yang memiliki risiko fatigue. Penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2021 dengan melibatkan 185 Pekerja Depo LRT Jabodebek. Variabel independen dalam penelitian ini adalah tekanan panas dengan faktor risiko, yaitu faktor lingkungan, faktor pekerjaan (masa kerja dan beban kerja), faktor pakaian kerja, dan faktor individu (usia dan status gizi). Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tekanan panas dan fatigue.

This research discusses the correlation between heat stress and fatigue among workers at Depo LRT Jabodebek in 2021. This study is a quantitative study with a cross- sectional design. Construction is one of the industrial sectors that has the risk of fatigue. The study was conducted in August 2021 involving 185 Depo LRT Jabodebek workers. The independent variable in this study is heat stress with risk factors, environmental factors, work factors (work period and workload), work clothes factors, and individual factors (age and nutritional status). The results showed that there was a correlation between heat stress and fatigue."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Suci Rahmawati
"Pembangunan infrastruktur dan kegiatan konstruksi menjadi salah satu cara bagi pemerintah Indonesia untuk membangun perekonomian nasional. Namun disisi lain proses kerja kegiatan konstruksi memiliki bahaya dan risiko, salah satunya bahaya fisik yang menjadi bahaya paling tinggi salah satunya adalah unsafe condition seperti lingkungan kerja panas yang merupakan kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara, kecepatan udara, dan suhu radiasi. Apabila kombinasi tersebut dihubungkan dengan produksi panas tubuh maka akan menyebabkan tekanan panas (heat stress). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan tekanan panas (heat stress), dan faktor individu (usia, indeks massa tubuh, riwayat keturunan hipertensi, dan status hidrasi) dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada Agustus-Desember 2021 pada pekerja konstruksi proyek Depo Light Rail Transit (LRT) Jabodebek Jatimulya, Jawa Barat. Pendekatan menggunakan kuantitatif observasional deskriptif analitik dengan studi cross sectional dan melibatkan 185 responden yang diambil menggunakan cluster proporsional random sampling. Hasil penelitian menunjukkan 67% pekerja mengalami tekanan panas, 69,7% berusia < tahun, 76,8% memiliki IMT tidak berlebih, 73% tidak memiliki riwayat keturunan hipertensi, 91,9% mengalami dehidrasi tidak berat. Berdasarkan hasil analisis, variabel yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian hipertensi adalah variabel tekanan panas (heat stress), usia, dan riwayat keturunan hipertensi (P value= 0,05).

Infrastructure development and construction activities are one way for the Indonesian government to develop the national economy. On the other hand, the process of construction activities has dangers and risks, that physical hazard that is the highest, one of which is unsafe conditions such as a hot work environment which is a combination of air temperature, humidity, air velocity, and radiation temperature. If this combination is associated with the production of body heat, it will cause heat stress. This study aims to determine the description and relationship of heat stress (heat stress) and individual factors (age, body mass index, history of hereditary, and hydration status) with the incidence of hypertension. This research was conducted in August-December 2021 on construction workers of the Depo Light Rail Transit (LRT) project in Jabodebek Jatimulya, West Java. The approach with descriptive-analytic quantitative a cross-sectional study involving 185 respondents that was taken using cluster proportional random sampling. The results showed that 67% of workers experienced heat stress, 69.7% were aged < years, 76.8% had a moderate BMI, 73% had no history of hereditary disease, and 91.9% had mild dehydration. Based on the results of the analysis bivariate, the variables that had significant relationships with the incidence of hypertension were heat stress, age, and history of hereditary (P-value = 0.05)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desy Fitria Ilriyanti
"Pekerja konstruksi merupakan profesi dengan tingkat risiko yang tinggi, seringkali dijumpai pekerja mengalami kejadian stres akibat pekerjaan. Faktor yang berkontribusi pada kejadian stres kerja ini yaitu faktor bahaya fisik dan faktor psikososial, namun tidak menutup kemungkinan pengaruh dari karakteristik individu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tekanan panas dan faktor psikososial di tempat kerja dengan tingkat stres kerja pada pekerja konstruksi proyek pembangunan Depo LRT Jabodebek, Jatimulya, Bekasi Timur tahun 2021. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross-sectional. Faktor-faktor yang diteliti diantaranya yaitu faktor bahaya fisik berupa tekanan panas, faktor psikososial meliputi konten pekerjaan (beban kerja, jadwal kerja, dan desain tugas) dan konteks pekerjaan (peran dalam organisasi, hubungan interpersonal, dan kepuasan kerja), serta karakteristik individu yang dihubungkan dengan tingkat stres kerja. Sebanyak 185 pekerja konstruksi berpartisipasi dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 155 pekerja konstruksi (83,8%) mengalami tingkat stres sedang dan 145 pekerja (78,4%) mengalami kejadian tekanan panas. Ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor jadwal kerja, beban kerja, desain tugas, peran dalam organisasi, hubungan interpersonal, dan status pernikahan dengan tingkat stres kerja. Berdasarkan hasil yang didapatkan, maka perlu dilakukan upaya pengendalian terhadap pajanan panas dan faktor psikososial yang terdapat pada proyek pembangunan Depo LRT Jabodebek supaya dapat meminimalisir terjadinya stres pada pekerja.

Construction workers are professions with a high level of risk since it is often found that workers experience work-related stress. Factors which contribute to the occurrence of work stress are physical hazard factors and psychosocial factors, but it does not rule out the influence of individual characteristics. The aim of this study is that to analyze the relationship between heat stress and psychosocial factors in the workplace to work stress levels on construction workers at the Jabodebek LRT Depot development project, Jatimulya, East Bekasi in 2021. Furthermore, this study was a quantitative study with a cross-sectional study design. The factors studied including physical hazard factors in the form of heat stress, psychosocial factors including work content (workload, work schedule, and task design) and work context (role in the organization, interpersonal relationships, and job satisfaction), as well as individual characteristics associated with work stress levels. A total of 185 construction workers participated in this study. The result shows that 155 construction workers (83.8%) experience moderate stress levels and 145 workers (78.4%) experience heat stress events. Moreover, there is a significant relationship between work schedule, workload, task design, role in the organization, interpersonal relationships, and marital status with work stress levels. In addition, based on the result it is necessary to control the heat exposure and psychosocial factors in the Jabodebek LRT Depot development project to minimize stress on workers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhelina Zulfiana, autho
"Industri manufaktur merupakan salah satu sektor industri yang pekerjanya berisiko mengalami fatigue. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan fatigue pada pekerja wanita di PT. X. Penelitian dilakukan pada bulan Juni – Juli 2021 dengan melibatkan 5 orang responden yang terdiri dari pekerja wanita di PT. X yaitu 2 orang pekerja di bagian manajemen dan 3 orang pekerja di bagian produksi di PT. X. Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah desain studi deskriptif kualitatif dengan pengambilan data berupa data primer yang dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan data sekunder yang didapatkan dari PT. X. Faktor risiko fatigue yang diteliti terdiri dari faktor risiko terkait kerja dan faktor risiko tidak terkait kerja. Faktor risiko terkait kerja terdiri dari shift kerja, waktu istirahat, jam kerja lembur, commuting time, beban kerja, jenis pekerjaan, pekerjaan sampingan, dan stress kerja. Faktor risiko tidak terkait kerja terdiri dari usia, status kesehatan, kualitas dan kuantitas tidur, status kehamilan dan menyusui, peran dan tanggung jawab dalam keluarga, stress dan konflik peran ganda, kebiasaan konsumsi alkohol dan kafein. Hasil penelitian menunjukkan seluruh responden mengalami kelelahan dengan keluhan kelelahan fisik dan emosional atau mental. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian lebih lanjut dalam mencegah dan menangani masalah fatigue di PT. X.

The manufacturing industry is one of the industrial sectors whose workers are at risk of experiencing fatigue. The purpose of this study was to identify and analyze the factors associated with fatigue in female workers at PT. X. The research was conducted in June – July 2021 involving 5 respondents consisting of women workers at PT. X, namely 2 workers in the management section and 3 workers in the production section at PT. X. The research design used in this study is a qualitative descriptive study design with data collection in the form of primary data conducted by in-depth interviews and secondary data obtained from PT. X. The fatigue risk factors studied consisted of work-related risk factors and non-work-related risk factors. Work-related risk factors consist of work shifts, rest periods, overtime hours, commuting time, workload, type of work, side work, and work stress. Non-work related risk factors consist of age, health status, sleep quality and quantity, pregnancy and lactation status, roles and responsibilities in the family, stress and dual role conflict, alcohol and caffeine consumption habits. The results showed that all respondents experienced fatigue in physical and mental fatigue. Therefore, it is necessary to carry out further control in preventing and dealing with fatigue problems at PT. X.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rasyid Ardi Rahmana
"Pekerjaan di area perkantoran terkenal akan faktor risiko postur dan kerja statis dalam waktu yang lama. Di sisi lain, sektor manufaktur terkenal akan faktor risiko postur janggal khususnya dalam aktivitas manual materian handling. Dari masing-masing sektor memiliki faktor risiko terkait pekerjaan yang berbeda-beda yang mana bisa menuntun terjadinya gangguan otot rangka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan faktor pekerjaan yang paling berpengaruh serta mengetahui prevalensi kasus gangguan otot rangka di kedua sektor. Variabel yang digunakan adalah faktor pekerjaan serta kejadian gangguan otot rangka di kedua sektor tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisa 29 literatur penelitian yang telah diseleksi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan oleh peneliti. Hasil penelitian ini ditemukan bahwa rentang prevalensi kasus gangguan otot rangka di manufaktur lebih luas, yaitu 15,1%-00% dibandingkan sektor perkantoran yaitu 25,3%-95,3%. Di kedua sektor, melaporkan bahwa bagian tubuh pinggang, leher dan bahu sama-sama menjadi kasus gangguan otot rangka yang paling sering terjadi. Dua di antara tiga faktor risiko yang paling sering berhubungan dengan gangguan otot rangka ditemui sama, yaitu durasi dan postur. Faktor risiko yang berbeda adalah desain alat kerja pada sektor perkantoran dan beban fisik pada sektor manufaktur.

Work in an office area that is known for its risk factors which are posture and static work for a long time. On the other hand, the manufacturing industry is known for the risk factor for awkward postures, especially in manual material handling activities. Each industry has different work-related risk factors which can lead to skeletal muscle disorders. This study aims to determine the differences in the most influential occupational factors and to determine the prevalence of musculoskeletal disorders in the two industries. The variables used are occupational factors and the incidence of musculoskeletal disorders in both industries. This research was conducted by analyzing 29 research literature that had been selected based on the criteria determined by the researcher. The results of this study found that the prevalence range of musculoskeletal disorders in manufacturing was wider, it was 15.1%-100% compared to the office industry, which was 25.3%-95.3%. In both industries, it was reported that the lower back, neck and shoulders were the most common cases of musculoskeletal disorders. Two of the three risk factors most often associated with musculoskeletal disorders were found to be the same, those are duration and posture. The different risk factors are the tools design in the office industry and work load in the manufacturing industry. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>