Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Clara Emily Jessica
"Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan perkembangan kebijakan mengenai aborsi di Prancis pada masa pemerintahan Nicolas Sarkozy dan François Hollande. Aborsi atau yang dalam Bahasa Prancis disebut dengan LInterruption Volontaire de Grossesse, secara resmi adalah tindakan legal di mata hukum yang ditandai dengan deklarasi Hukum Veil tahun 1975 pada masa pemerintahan Valery Giscard dEstaing. Pelegalan aborsi ini menjadi salah satu momentum bersejarah bagi Republik Kelima di Prancis. Pelegalan aborsi menandai bahwa pemerintah mengakui hak para wanita untuk dapat memilih akan pilihan yang diambil terhadap tubuhnya. Dalam perkembangan dan praktiknya di masyarakat, hukum aborsi mengalami beberapa perubahan dan perkembangan. Perkembangan hukum aborsi ini memiliki karakteristik yang berbeda antara pemerintah yang satu dengan yang lainnya berdasarkan pengaruh ideologi politik dan kepentingan otoritas publik pada masa kedua pemerintahan.
Dengan menggunakan metode penelitian kebijakan dan teknik studi kepustakaan, penelitian ini memaparkan perkembangan kebijakan aborsi pada masa pemerintahan Nicolas Sarkozy dan Francois Hollande dan kondisi sosial masyarakat pada kedua masa untuk menguraikan keterkaitan ideologi politik kedua pemerintahan. Kebijakan yang dibuat keduanya akan berdampak pada praktik aborsi di masyarakat. Melalui analisis dengan konsep ideologi politik dan konteks pada masa kedua pemerintahan, hasilnya adalah bahwa ideologi politik dan kondisi sosial budaya mempengaruhi keduanya dalam membuat kebijakan dan kebijakan aborsi. Kebijakan yang diterapkan dalam masa pemerintahan Nicolas Sarkozy lebih mempersulit wanita melakukan aborsi dibandingkan dengan pada masa Francois Hollande."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rio Jayusman
"Data Badan Pusat Statistik menunjukan angka rasio gini Indonesia selama periode 2011-2015 berada diangka rata-rata sebesar 0.41, walaupun masih mengindikasikan tingkat kesenjangan distribusi pendapatan dalam kategori menengah, namun rasio ini cenderung menunjukan tren peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Salah satu kebijakan yang dilakukan pemerintah dalam upaya menurunkan angka kesenjangan pendapatan adalah dengan memberikan bantuan subsidi kepemilikan rumah kepada masyarakat berpenghasilan rendah MBR yakni melalui subsidi Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan FLPP . Saat ini FLPP adalah subsidi kepemilikan rumah terbesar yang digunakan pemerintah untuk mengurangi backlog perumahan sekaligus kesenjangan distribusi pendapatan dimasyarakat. Total penyaluran subsidi yang ditujukan untuk masyarakat berpenghasilan rendah ini, selama periode tahun 2011-2015 mencapai hingga 429.637 unit. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara subsidi FLPP dengan peningkatan rasio kepemilikan rumah dan kesenjangan distribusi pendapatan. Dengan menggunakan model data panel selama periode 2011-2015 terhadap 32 provinsi di Indonesia, ditemukan bahwa ternyata penyaluran subsidi FLPP tidak signifikan dalam meningkatkan rasio kepemilikan rumah, sehingga pada akhirnya tidak berpengaruh terhadap penurunan kesenjangan distribusi pendapatan di Indonesia. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya adalah kelemahan dalam pemetaan alokasi distribusi dan permasalahan kelembagaan yang menyebabkan tingginya potensi kesalahan penyaluran.

Data from The Central Statistics Agency indicated that the Indonesia rsquo s gini ratio within 2011 2016 is at average 0.41, although it is still in the moderate category but this ratio shows an upward trend compared to the previous period. In the effort to reduce the income inequality in Indonesia, the government provides a policy assistance through homeownership subsidy for low income earners, which is called as The Housing Financing Liquidity Facility FLPP . FLPP is the largest homeownership subsidy system that has been used by the government in order to reduce the high number of housing backlog in Indonesia and to reduce income inequality. This low income earners facility has disbursed 429.637 house units during 2011 2015. This research aims to identify relationship between FLPP and homeownership ratio as well as income inequality in Indonesia. By using the regression panel data model of 32 provincial data in Indonesia during 2011 2015, this research shows that the distribution of FLPP subsidies did not significantly increase homeownership ratio, nor did it reduce gini ratio. Several factors resulting in this are the inaccurate distribution of allocation and institutional issues which increase the potential problems of inaccurate distribution. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T49597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bagas Anugrah Perdana
"ABSTRAK
Penyair pada masa awal romantisme sering mengangkat tema seperti kebebasan dan individu dengan menggunakan unsur alam. Seri ketiga La Légende des Siècles merupakan buku puisi terakhir sebelum Victor Hugo meninggal. Ocean merupakan salah satu contoh puisi di dalam seri itu yang memiliki pertentangan ruang antara kecil dan besar, pembatasan dan perluasan. Artikel ini akan mengaitkan makna dan fungsi metafora serta struktur puisi yang digunakan oleh Victor Hugo dalam puisi Ocean dengan kehidupan pribadi Hugo serta konteks sejarah pada masa itu. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik studi kepustakaan. Melalui analisis fungsi metafora Camp (2003) dan struktur puisi Schmitt & Viala (2015), ditemukan bahwa puisi Ocean mencerminkan Hugo sebagai penyair romantis yang berinovasi sehingga berbeda daripada aturan klasisisme dan menempatkan lautan dan manusia di dalam puisi sebagai representasi Napoleon III secara khusus dan sistem monarki secara umum dan masyarakat Prancis pada masa itu. Metafora digunakan untuk menggambarkan sifat pemerintah Prancis saat itu.

ABSTRACT
Poets in the early days of romanticism often raised themes such as freedom and individuals using natural elements. The third series of La Legende des Siecles is the last poetry book before Victor Hugo died. Ocean is one of the examples of poems in the series that has spatial contradictions, restrictions and expansion. This article will link the meaning and function of the metaphor and the structure of poem used by Victor Hugo in Ocean with Hugos personal life and historical context at that time. This study uses qualitative methods with library study techniques. Through the analysis of the function of metaphor from Camp (2003) and the structure of the poem from Schmitt & Viala (2015), it was found that Ocean reflected Hugo as a romantic poet who innovated so that his poem was different from the rules of classicism and put the ocean and humans in the poem as representations of Napoleon III and the monarchy system in general and French society at that time. Metaphor is used to describe the nature of the French government at that time."
Depok: Sastra Prancis, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Tamba, Nokiamy Sesena
"Mei 1968 adalah salah satu peristiwa yang penting di Prancis pada periode setelah Perang Dunia II. Gerakan tersebut dimulai sejak tanggal tiga Mei oleh para mahasiswa dan mampu mengajak masyarakat berbagai golongan hingga bulan Juni 1968. Hal tersebut ditandai dengan aksi 13 Mei 1968 yang melibatkan para buruh untuk ikut berdemonstrasi bersama mahasiswa. Keberhasilan tersebut tidak dapat dilakukan tanpa adanya tract sebagai media komunikasi untuk mengajak dan menggerakkan masyarakat untuk melakukan demonstrasi. Akan tetapi, pembuatan tract harus memerhatikan dengan baik pemilihan kata dan kalimat karena keterbatasan media kertas dalam menyampaikan informasi. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik studi kepustakaan, artikel ini memaparkan struktur kalimat korpus tract seruan aksi berlandaskan teori struktur kalimat Le Querler (1994). Kerterbatasan media kertas dan kebebasan pembuat tract dalam menyajikan kalimat menyebabkan adanya perbedaan struktur pada setiap tract yang menjadi korpus. Akan tetapi, penyusunan kalimat-kalimat tetap memudahkan dua kelompok masyarakat dalam aksi 13 Mei 1968 dalam memahami alasan dan tujuan aksi yang akan dilaksanakan.

May 1968 was one of the important events in French History on the period after World War II. The movement began on May 3 with students and was able to invite various groups of people until June 1968. This was marked by the action on May 13, 1968 involving workers to participate in demonstrations with students. This success cannot be done without a tract as a communication medium to invite and mobilize the community to conduct demonstrations. However, making tracts must pay attention to the selection of words and sentences because of paper limitations in conveying information. Using qualitative methods with library study techniques, this article outlines the sentence structure of the corpus tract call-to-action based the sentence structure theory of Le Querler (1994). The paper limitations of the media and the freedom of tract makers in presenting sentences led to the structural differences in each tract that became the corpus. However, the compilation of fixed sentences made it easier for two groups of people in the action on May 13, 1968 in understanding the reasons and objectives of the action to be implemented.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alvia Putri Shafyra
"Artikel ini berfokus pada dampak islamofobia terhadap perempuan muslim pada bidang pekerjaan di Prancis, khususnya saat mencari kerja dan saat bekerja di perusahaan. Populasi muslim yang berkembang secara pesat di Prancis setiap tahunnya menyebabkan rasa kekhawatiran muncul di kalangan masyarakat Prancis. Ditambah lagi, banyaknya aksi-aksi terror yang dilakukan oleh para ektrimis Islam semakin membuat masyarakat Prancis takut akan keberadaan muslim. Pada 2011, pemerintah Prancis menetapkan Undang-undang larangan penggunaan burqa yang menandai meningkatnya diskriminasi yang didasarkan oleh islamofobia. Perempuan muslim menjadi target utama diskriminasi. Salah satu tindakan diskriminasi yang sering dilakukan adalah diskriminasi pada bidang pekerjaan. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik studi pustaka, tulisan ini hendak menguraikan fenomena islamofobia dan dampaknya terhadap kondisi perempuan muslim pada bidang pekerjaan di Prancis. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep islamofobia Erik Bleich dan Multiple Discrimination Dermana Seta. Hasil dari penelitian ini adalah perempuan muslim mengalami diskriminasi, baik pada tahap pencarian kerja maupun saat bekerja di perusahaan. Pada saat pencarian kerja, diskriminasi terjadi pada dua tahap yaitu tahap penyeleksian CV dan tahap wawancara kerja. Kebanyakan dari perempuan muslim tidak mendapatkan pekerjaan karena identitas keagamaan mereka yang terlihat dari nama dan penggunaan jilbab. Ketika perempuan muslim bekerja di perusahaan, mereka mendapatkan perlakuan diskriminasi yang meliputi upah yang sedikit, jumlah kerja yang dua kali lebih banyak dibandingkan karyawan lainnya dan sulit untuk naik jabatan. Bahkan, perempuan muslim yang menggunakan jilbab seringkali harus menerima hukuman berupa pemecatan yang dilakukan oleh pemimpin perusahaan.

This article focuses on the impact of islamophobia towards muslim women at French work field, especially when they look for jobs and when they work in a company. Muslim population which is growing rapidly every year in France starts to cause a sense of concern to emerge among French society. Furthermore, the large number acts of terror carried out by Islamic extremists has increased the fear towards muslim. In 2011, French government has decreed la loi contre burqa which marked the increase of islamophobia. Muslim women became a main target of the acts of islamophobia. The form of acts islamophobia which perform oftenly by people according to ENAR is discrimination in work field. Using a qualitative method and literature study, this article aims to explain the phenomenon of islamofobia in France and its impact towards muslim women in French work field. The concept that will be used in this article is the concept of islamophobia by Erik Bleich and Multiple Discrimination concept by Dermana Seta. The result of this article is Muslim women is discriminated at the stage of CV selection and job interview, meanwhile when they work in a company, they get less wages, have to work twice as much as other employees, and have a difficulty to get an excecutive position. Moreover, muslim women who wear headscarves often have to accept punishments in the form of dismissals carried out by employers."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atalia Dewi Febrianne
"Pada awal masa Republik Kelima, pengaruh bahasa Inggris terhadap bahasa Prancis atau Anglisisme semakin kuat akibat perluasan kebudayaan serta superioritas teknologi dan ekonomi Amerika Serikat usai Perang Dunia II. Sebagai reaksi terhadap situasi ini, Prancis mengambil tindakan resistensi untuk mempertahankan kemurnian bahasa Prancis melalui penerapan kebijakan bahasa. Meski demikian, sikap Prancis terhadap Anglisisme senantiasa berubah seiring dengan pergantian masa pemerintahan. Perkembangan sikap Prancis terhadap Anglisisme terwujud dalam pembentukan berbagai badan regulator bahasa pada masa pemerintahan Charles de Gaulle dan Georges Pompidou, pengesahan Undang-Undang Bas-Lauriol pada masa pemerintahan Valéry Giscard dsstaing, pengesahan Undang-Undang Toubon pada masa pemerintahan François Hollande, dan dilakukannya berbagai upaya untuk menerima pengaruh bahasa Inggris setelah pengesahan Undang-Undang Toubon. Dengan menggunakan metode kualitatif dan teknik studi kepustakaan, penelitian ini memaparkan kebijakan bahasa yang diterapkan sejak awal masa Republik Kelima hingga tahun 2015 untuk menguraikan keterkaitan perkembangan ideologi politik dan sikap Prancis terhadap Anglisisme pada periode itu. Melalui analisis terhadap perkembangan kebijakan bahasa pada masa Republik Kelima, terungkap bahwa perubahan ideologi pemerintah Prancis pada masa Republik Kelima menjadi faktor pembentuk sikap Prancis terhadap Anglisisme dari satu masa pemerintahan ke masa pemerintahan berikutnya.

At the beginning of the French Fifth Republic, Anglicism flourished in France due to the growing cultural expansion and economic power of the United States. In order to preserve the purity of the French language, France began the national resistence against Anglicism through its language policies. The development of the French attitude towards Anglicism throughout the Fifth Republic was manifested in the formation of various linguistic organizations during de Charles de Gaulle and Georges Pompidous government, the ratification of the Bas-Lauriol Law during Valéry Giscard dsÉstaings government, the ratification of the Toubon Act under François Hollande, and the growing acceptance of the English linguistic influence after the ratification of the Toubon Act. This study discusses the language policies implemented since the beginning of the Fifth Republic until 2015 to analyze the relationship between the development of political ideology and the French attitudes towards Anglicism. Through the analysis of the development of language policy during the Fifth Republic, it is revealed that the change of ideology of the French government during the Fifth Republic is the main factor that dictates Frances attitude towards Anglicism from one government to the next.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Razita Inayah Kiasatina
"Kehadiran imigran dimulai pada pasca Perang Dunia II karena Prancis sedang mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga merekrut banyak tenaga kerja asing. Mulai tahun 1940an, jumlah imigran terus meningkat dan kebanyakan dari mereka berasal dari negara Magribi dan eropa selatan. Masalah imigran baru disadari oleh Prancis pada tahun 1980an, pada saat itu François Mitterrand dipilih sebagai Presiden Sosialis yang memerintah Prancis untuk pertama kalinya selama dua periode, karena sebelumnya Prancis dipimpin oleh pemerintah kanan yang cenderung konservatif. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk mengetahui dampak kebijakan migrasi pemerintahan François Mitterrand serta usaha pemerintah Mitterrand dalam proses integrasi imigran di Prancis. Melalui pemaparan tersebut, terlihat bahwa pemerintahan sosialis cenderung menoleransi imigran dibanding pemerintah kanan yang bertindak lebih tegas. Penelitian ini membuktikan bahwa pada masa pemerintahan François Mitterrand, imigran semakin sulit dikontrol sehingga proses integrasi antara kedua pihak sulit dilakukan. Sikap tokoh sosialis justru meningkatkan jumlah imigran ilegal yang masuk ke Prancis, sehingga memicu masalah sosial di Prancis yang terlihat melalui aspek ekonomi, pendidikan dan budaya. Dalam aspek ekonomi, banyak imigran Magribi yang memiliki pendidikan rendah sehingga meningkatkan jumlah pengangguran di Prancis dan dalam aspek budaya terdapat masalah diskriminasi dan islamofobia.

The presence of immigrants began after World War II when economic growth in France was increasing and need to recruit many foreign workers. Early 1940s, the number of immigrants continued to grow and many of them came from Magribi countries and southern Europe. The immigrants problem was recognised by France in the 1980s, when François Mitterrand was elected as the first Socialist President in France who lead for two periods, France was previously led by a right-wing government who is more conservatives. This research used a qualitative method which aims to find out the impact of the migration policy and the governments`s efforts to integrate immigrants in France. This research showed that socialist governments tend to tolerate immigrants compared to the right-wing government which acts more decisively. This research proves that during the reign of François Mitterrand, the
number of immigrants was increasing and difficult to control which made the integration between the two parties was difficult. The socialist politics figures who is actually responsible for the increasing number of illegal immigrants who enter France and later triggering social problems in France that were seen through economic, educational and cultural aspects. In the economic aspect, many Magribi immigrants who have low quality of education which increase the number of unemployed in France and in the cultural aspect there are problems like
discrimination and Islamophobia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alyza Kemala Ramadhani
"ABSTRAK
Adjektiva atau kata sifat menjelaskan kuantitas, kecukupan, urutan, kualitas, maupun penekanan suatu kata. Dengan demikian, pemilihan adjektiva yang tepat harus diawali dengan menemukan kriteria yang sesuai dengan aspek semantisnya. Di dalam bahasa Prancis, adjektiva triste sedih sebagai superordinat juga memiliki berbagai hiponim seperti affligeant dan chagrin. Penelitian ini mengkaji persamaan dan perbedaan kosakata adjektiva berunsur makna triste sedih dalam Bahasa Prancis, agar pembelajar dapat menggunakan kata yang tepat dalam pengungkapannya. Secara kualitatif data diambil dari kamus dwibahasa Prancis Indonesia Lefort dan Fatmawati dengan mengacu pada Le Robert de Poche Plus dan dianalisis dengan teori medan makna Lehrer, analisis komponen makna Nida dan emosi Santangelo. Dari 21 kosakata adjektiva bermakna triste di dalam kamus dwi bahasa, ditemukan keragaman adjektiva sedih yang mengandung sifat dan faktor penyebab yang mengiringi kesedihan masing-masing, seperti kecewa, duka, dan derita. Beberapa kosakata juga digunakan untuk situasi tertentu: faktor ekonomi, suasana hati, kehilangan.

ABSTRACT
Adjectives describe quantity, adequacy, sequence, order, quality, and word emphasis. Thus, selection of the proper adjective must begin by finding the criteria that accords with the semantic aspects. In French, adjectives with triste 'sad' as the superordinate also have various hyponyms such as affligeant and chagrin. This study examines the similarities and differences in the adjective-meaning triste in French, so that learners can use the right words in their expressions of sadness. Qualitatively, the data was taken from Lefort and Fatmawati French Indonesian bilingual dictionary with reference to Le Robert de Poche Plus and analyzed with the theories of Lehrer semantic field, Nida semantic components analysis and Santangelo emotion. From 21 adjectives describing triste in the bilingual dictionary, it was found that there is a great diversity of sad adjectives containing their features and causal factors that accompany a kind of sadness, such as disappointment, sorrow, suffer. Some vocabulary is also used for certain situations, economic factors, moods, loss.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Galang Budi Arcana
"ABSTRAK
Interaksi antarnegara dalam era globalisasi memicu interpenetrasi dan integrasi budaya antarnegara. Akibatnya, proses diplomasi budaya dan soft power menjadi faktor signifikan dalam menjamin eksistensi negara di panggung internasional. Dalam konteks ini, Prancis merupakan negara yang memelopori diplomasi budaya modern melalui institusi pembelajaran bahasa. Buku pengajaran bahasa Prancis Alter Ego A1 yang diterbitkan oleh Hachette FLE pada 2012 mengandung materi yang sesuai dengan tingkatan paling dasar dari standar CECRL (Cadre Européen Commun de Référence pour les Langues) yang berlaku di Eropa. Karena buku ini merupakan salah satu produk konkret dari institusi pembelajaran bahasa Prancis, Penelitian ini berusaha untuk menemukan bagaimana usaha diplomasi budaya Prancis dilaksanakan melalui pengajaran bahasa. Dengan menggunakan pendekatan Analisis Wacana Kritis oleh Fairclough dan teori soft power currencies oleh Vuving, ditemukan berbagai citra positif yang dibangun dalam teks mengenai negara dan masyarakat Prancis. Citra-citra tersebut dibangun melalui elemen visual dan pemilihan topik bahasan yang secara implisit menjadi sarana Prancis untuk mengimplementasikan soft power dalam aspek brilliance dan beauty kepada pembaca.

ABSTRACT
Interaction between countries in the era of globalization trigger cultural interpenetration and integration. As a result, the process of cultural diplomacy and soft power become a significant factor in ensuring the existence of the country on the international stage. In this context, France is the pioneer of modern cultural diplomacy through language learning institutions. The french textbook Alter Ego A1 published by Hachette FLE in 2012 contains learning material that matches the most basic level of the european CECRL standard (Cadre Européen Commun de Référence pour les Langues). Since this book is a concrete product of a french language learning institution, this study seeks to discover how french cultural diplomacy efforts are carried out through language teaching. By using the Critical Discourse Analysis approach by Fairclough and Vuving's Soft Power Currencies theory, this study found various positive images regarding the french state and society. These images are constructed by visual elements and the selection of topics which implicitly become France's tool to implement soft power in the aspects of brilliance and beauty to the reader."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Meuthia
"Lirik lagu merupakan media untuk mengekspresikan pikiran dan emosi sang pencipta karya mengenai permasalahan sosial yang terjadi di masyarakat khususnya yang mengelilingi keberadaan mereka. Dalam hal ini, musik dapat menjadi suatu aksi perlawanan yang disampaikan sang pencipta lagu, yaitu misalnya mengenai kondisi perempuan di masyarakat yang masih kerap dipandang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan resistensi wacana patriarki berdasarkan pemikiran feminisme posmodern melalui metafora yang ditemukan di dalam lirik lagu “La Grenade” karya Clara Luciani. Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan teknik studi literatur. Selanjutnya, lirik lagu dikaji dengan teori analisis komponen makna Leech (1981), teori metafora Ullmann (2007), dan pemikiran feminisme posmodern Tong (2018). Jenis metafora yang ditemukan dari hasil penelitian ini adalah metafora konkret ke abstrak dan metafora kehewanan. Makna metafora yang digunakan merupakan sebagai bentuk ekspresi keluh kesah sang penyanyi menjadi seorang perempuan di dalam masyarakat patriarki sehingga ia berusaha untuk melawannya. Hal ini ia lakukan dengan menggunakan dua kata oposisi metafora dalam kalimat yang sama agar dapat lebih mudah memperlihatkan sisi kelebihan dan kekuatan perempuan yang selama ini tidak terlihat oleh masyarakat. Ditemukan pula bahwa resistensi dirinya terhadap wacana patriarki sejalan dengan pemikiran feminisme posmodern di mana ia berhasil membangun identitas baru bagi dirinya sebagai seorang perempuan yang lepas dari pemikiran masyarakat patriarki atas pendefinisian perempuan.

The lyrics of a song are a medium for expressing the thoughts and emotions of the song’s creator about social issues that occur in society, particularly those surrounding their existence. In this case, music can serve as a form of resistance expressed by the song's creator, for example, regarding the condition of women in society who are still often viewed as inferior. This study aims to show resistance to patriarchal discourse based on postmodern feminist thought through the metaphors found in the lyrics of the song "La Grenade" by Clara Luciani. The research was conducted using a qualitative method and literary study techniques. The lyrics were then analyzed using Leech's (1981) theory of componential analysing of meaning, Ullmann's (2007) theory of metaphor, and Tong's (2018) postmodern feminism thought. The types of metaphor found from the results of this research are concrete to abstract metaphor and animal metaphor. The meaning of the metaphor used serves as a form of expression of the singer's complaints about being a woman in a patriarchal society, leading her to attempt to resist it. She does this by using two opposing metaphorical words in the same sentence in order to more easily show the strengths and powers of women that have not been seen by society. It was also found that her resistance to patriarchal discourse aligns with postmodern feminism thought, in which she successfully builds a new identity for herself as a woman free from patriarchal society's definition of womanhood."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>