Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lisa Dea Plasenta
"Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit demam akut dengan pendarahan minor atau mayor, trombositopenia, dan kebocoran plasma yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. WHO mencatat sejak tahun 1968-2009, Indonesia menjadi negara urutan pertama di Asia Tenggara dengan kasus DBD terbanyak dan urutan kedua di dunia. Di tahun 2015, Kemenkes RI telah mencatat peningkatan jumlah Kabupaten/Kota yang terjangkit DBD di Indonesia. Dari 384 Kabupaten dan Kota meningkat menjadi 446 Kabupaten dan Kota. Salah satu Kabupaten/Kota dengan kasus DBD yang tinggi adalah Kota Tangerang Selatan. Bahkan, pada tahun 2014, Kota Tangerang Selatan menjadi penyumbang kasus DBD terbanyak di Provinsi Banten dengan 768 kasus. Terdapat faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya kasus DBD, yaitu faktor iklim, kepadatan penduduk, dan populasi nyamuk. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor iklim, kepadatan penduduk, dan Angka Bebas Jentik (ABJ) dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021. Penelitian ini menggunakan desain studi ecological time series dengan metode kuantitatif dan analisis korelasi dan regresi linear ganda. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan; Badan Pusat Statistik Kota Tangerang Selatan; dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hasil dari penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara suhu, kelembaban, dan ABJ dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,016; r = -0,282) (p = 0,000; r = 0,506) (p = 0,000; r = -0,558), sementara untuk curah hujan dan kepadatan penduduk menunjukkan hasil tidak signifikan dengan kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 (p = 0,064; r = 0,220) (p = 0,759; r = -0,037). Dari hasil regresi linear ganda, didapatkan hasil bahwa variabel yang masuk model akhir adalah variabel kelembaban dan ABJ dan dapat menjelaskan 39,9% variasi variabel dependen kejadian DBD (R square = 0,399). Variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian DBD di Kota Tangerang Selatan tahun 2016-2021 adalah variabel kelembaban.

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease with minor or major bleeding, thrombocytopenia, and plasma leakage caused by the dengue virus and transmitted by the Aedes aegypti mosquito vector. WHO noted that from 1968-2009, Indonesia became the first country in Southeast Asia with the most dengue cases and the second in the world. In 2015, the Indonesian Ministry of Health has recorded an increase in the number of districts/cities infected with dengue fever in Indonesia. From 384 regencies and cities, it increased to 446 regencies and cities. One of the districts/cities with high dengue cases is South Tangerang City. In 2014, South Tangerang City became the largest contributor to DHF cases in Banten Province with 768 cases. There are factors that can be the cause of high dengue cases, namely climate factors, population density, and mosquito populations. The purpose of this study was to determine the relationship between climatic factors, population density, and larval free rate (LFR) with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021. This research uses an ecological time series design study with quantitative methods and correlation analysis and multiple linear regression. This study uses secondary data from the South Tangerang City Health Office; Central Bureau of Statistics of South Tangerang City; and the Meteorology, Climatology and Geophysics Agency (BMKG). The results of this study are that there is a significant relationship between temperature, humidity, and LFR with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.016; r = -0.282) (p = 0.000; r = 0.506) (p = 0.000 ; r = -0.558), while rainfall and population density showed insignificant results with the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016-2021 (p = 0.064; r = 0.220) (p = 0.759; r = -0.037). From the results of multiple linear regression, it was found that the variables that entered the final model were humidity and LFR variables and could explain 39.9% of the variation in the dependent variable of DHF incidence (R square = 0.399). The most influential variable on the incidence of DHF in South Tangerang City in 2016- 2021 is the humidity variable."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaneu Nuraineu
"ABSTRAK
Puskesmas Cigemblong adalah salah satu Puskesmas yang ada di
Kabupaten Lebak, dari data awal diketahui di Puskesmas ini sampai dengan
bulan Nopember 2010 bahwa angka persalinan oleh tenaga kesehatan masih
rendah yakni 30%, merupakan cakupan terendah dibandingkan dengan Puskesmas
lain yang ada di kabupaten Lebak. Sosialisasi kemitraan bidan dengan dukun di
kabupaten Lebak telah dilaksanakan sejak tahun 2007 bersamaan dengan Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui kemitraan bidan dengan dukun di
Puskesmas Cigemblong. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan data
yang diperoleh dari hasil wawancara mendalam (indepth interview), diskusi
kelompok terarah/fokus grup diskusi ( FGD ) dan observasi, dengan analisis
sistem mulai dari aspek masukan yang meliputi SDM, sarana, dana, dan metode,
aspek proses meliputi 8 langkah kemitraan bidan dengan dukun sampai pada
aspek keluaran yaitu jumlah bidan dan dukun bermitra dan cakupan program KIA.
Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2011.
Hasil penelitian menggambarkan pelaksanaan kemitraan di Puskesmas
Cigemblong belum sesuai dengan harapan,belum ada peningkatan jumlah dukun
yang bermitra dan belum terjadi peningkatan yang signifikan terhadap cakupan
program KIA, khususnya pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Peran serta masyarakat belum mendukung pelaksanaan kemitraan, belum ada
kesepakatan tertulis mengenai uraian tugas dan tanggung jawab antara bidan
dengan dukun yang disetujui bersama, baik oleh bidan dan dukun, oleh tokoh
masyarakat, oleh tokoh agama maupun oleh kepala desa sebagai pemegang
kebijakan dan masyarakat masih banyak menggunakan jasa dukun untuk
melakukan pertolongan persalinan. Dengan demikian kemitraan bidan dengan
dukun/paraji perlu pengelolaan yang lebih baik lagi dalam penerapannya sehingga
pertolongan persalinan oleh dukun beralih ke bidan dan dapat menjadi solusi
untuk meningkatkan persalinan oleh tenaga kesehatan

ABSTRACT
Puskesmas Cigemblong is one of Puskesmas what do be at Lebak's Regency, of
startup data is known at Puskesmas this until with November moon 2010 that number
about copy by health energy is still contemn namely 30%, constituting bottommost
range to be compared with Puskesmas any other that is at Lebak's regency. Midwife
partnership socialization with soothsayer at regency Lebak was performed since year
2007 coincides by planning Program about copy and Complication Preventions.
To the effect this research is know midwife partnership with soothsayer at
Puskesmas Cigemblong. Research utilizes to methodic kualitatif with acquired data of
yielding visceral interview( indepth interview ), directed group discussion / in focus
discussion group( FGD) and observation, with analisis system begins from entry aspect
that covers SDM, medium, fund, and method, aspect processes to cover 8 midwife
partnership stages with soothsayer comes up output aspect which is soothsayer midwife
amount get partner and KIA'S program range. Research is done on month of February
2011.
Result observationaling to figure partnership performing at Puskesmas
Cigemblong has corresponded to expectation,haven't available step-up totals soothsayer
that gets partner and be become step-up that signifikan for range to program KIA,
notably on favor about copy by health energy. Role and society has backed up
partnership performing, haven't available deal is written about task and accountability
description among midwife with agreed soothsayer with, well by soothsayer midwife,
by society figure, by religion figure and also by carries the wind village as holding as
policy and society be still a lot of utilize soothsayer service to do favor about copy.
Midwife partnership thus with soothsayer / paraji needs the better management again in
its implement so favor about copy by soothsayer changes over to go to midwife cans be
solution to increase about copy by health energy"
2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simbolon, Denny Marianty
"status gizi yang baik dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak untuk mencapai kematangan yang optimal. status gizi merupakan indikator ketiga dalam menentukan derajat kesehatan anak. tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara Optimal nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI), Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok) dan Optimal Health Care (imunisasi lengkap sesuai jadwal dan pelayanan pediatrik sesuai pada saat sakit ke pelayanan kesehatan) dengan status gizi balita 0-59 bulan menggunakan data riskesdas 2007.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara indikator BB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MP-ASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator TB/U dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI) dan Optimal Environment (kebiasaan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok), indikator BB/TB dengan Optimal Nutrition (pemberian ASI Eksklusif 6 bulan, pemberian ASI sampai 2 tahun dan pemberian MPASI), Optimal Environment (kebiasan mencuci tangan, tidak ada kontaminasi dari lingkungan dan kebiasaan merokok.

A good nutritional status can help the process of growth and development of children to achieve optimal maturity. nutritional status is the third indicator in determining the health status of children. research purposes to determine the relationship between optimal nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits) and Optimal Health Care (complete immunization on schedule and pediatric services at the hospital according to healthcare) with the nutritional status of children 0-59 months of using the data Riskesdas 2007.
The results showed an association between indicators of BW/U with Optimal Nutrition (6 months exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator TB/U with Optimal Nutrition (exclusive breastfeeding, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI) and Optimal Environment (hand washing, there is no contamination of the environment and smoking habits), the indicator BB/TB with Optimal Nutrition (breast-feeding Exclusive 6 months, breastfeeding to 2 years and giving MP-ASI), Optimal Environment (hand-washing habits, there is no contamination of the environment and smokinghabits.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zainal Abidin
"Latar Belakang: Untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, Pemerintah Kota Tangerang Selatan mengimplementasikan transaksi nontunai pada penerimaan dan pengeluaran keuangan daerah termasuk pembayaran honor surveyor jentik DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan transaksi nontunai pada pembayaran honor surveyor jentik DBD di Kota Tangerang Selatan pada tahun 2018.
Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Data diperoleh melalui telaah dokumen yang diperkuat dengan wawancara mendalam dan diskusi kelompok terarah. Didapatkan informan sebanyak 20 orang dari latar belakang peran yang berbeda. Teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode digunakan untuk cross check data informan. Analisis disajikan dalam bentuk empirical problem tree.
Hasil: Evaluasi transaksi nontunai pada pembayaran honor surveyor jentik DBD mengalami keterlambatan hingga 6 bulan. Penelusuran lebih lanjut ditemukan adanya hambatan komunikasi pada un-fully information, sehingga terjadi panic disorder dan denial mechanism. Pada aspek birokrasi ditemukan perubahan SOP pola dan cara pembayaran berdampak berkas-berkas SPJ in-complete, data penerima invalid, dan nomor rekening inactive, serta multi-level verification yang lama. Aspek sumber daya ditemukan kuantitas dan kualitas SDM tidak memadai, sehingga terjadi high workload. Adanya fasilitas internet banking corporate (IBC) dapat mempercepat proses pembayaran, namun masih kekurangan fitur saving, verification, dan validation, serta jumlah ATM yang kurang. Aspek disposisi ditemukan kecenderungan kebijakan Pemkot tanpa tahapan atau zero cashless transaction dan honor surveyor DBD yang rendah. Aspek kondisi lingkungan ditemukan dukungan infrastruktur teknologi, kondisi geografis, dan bank BJB, namun menghadapi hambatan pada poor banking habits. Pada capaian program penanggulangan DBD diketahui terjadi incidence rate penyakit DBD secara signifikan, meskipun capaian Angka Bebas Jentik (ABJ) telah diraih dengan baik.
Kesimpulan: Transaksi nontunai pada pembayaran honor surveyor jentik DBD belum berjalan secara efektif yang berakibat terjadinya keterlambatan pembayaran. Disarankan kepada Pemerintah Kota Tangerang Selatan untuk menggunakan aplikasi berbasis android atau financial technology (fintech) agar transaksi dapat berjalan lebih cepat dan mudah digunakan, serta menyiapkan support system-nya.

Background: To realize good governance, the Government of South Tangerang City implements cashless transaction in revenues and expenditures of regional finance including honorarium payments of dengue larvae surveyor. This study aims to evaluate the implementation of cashless transaction on honorarium payments of dengue larva surveyors in South Tangerang City in 2018.
Method: This study use a qualitative approach. Data was obtained through document review which was strengthened by in-depth interviews and focus group discussion. It was found 20 informants from different backgrounds. It use the techniques of source and method triangulations to cross check the informants data. The analysis was presented by form of empirical problem tree.
Result: The evaluation of cashless transaction on honorarium payments of dengue larvae surveyors has been delayed for 6 months. The advanced searching was found communication problem un-fully information, inducing the panic disorder and denial mechanism. Bureaucratic aspects were found procedure changes of pattern and method payment affecting in-complete SPJ files, invalid recipient data, inactive account numbers, and long-time of multi-level verification. Resource aspects were found inadequate on the quantity and quality of human resources, resulting in high workload. The facility of internet banking corporate (IBC) can speed up the payment process, but lacks of saving, verification, and validation features, and less number of automated machine teller (ATM). Disposition aspects were found Government tendency on zero cashless transaction and low of honorarium of dengue larvae surveyor honorariums. Environmental aspects were found the supports of technology infrastructure, geographical conditions, and BJB bank, but faced obstacles up in poor banking habits. The DHF prevention program were achieve a significant incidence rates of dengue disease, even though larva free amount (ABJ) has been achieved well.

Conclusion: Cashless transactions on honorarium payments of dengue larvae surveyors have not implemented yet effectively which happen delay payments. The recommendation for Government of South Tangerang City to use an Android-based application or financial technology, so that the transactions can be implemented faster and easier to use, and prepare the support system."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library