Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 82 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Ibadurrahman
"Material mesopori SBA-15 adalah material nanopori yang memiliki luas permukaan dan volume pori yang tinggi serta susunan pori yang teratur dengan pola heksagonal dalam skala 2.0?10 nm. Material tersebut disintesis dengan menggunakan prekursor tetraethylorthosilicate (TEOS), surfaktan Pluronik 123, hidrogen klorida (HCl) sebagai katalis asam dan air dengan metode sol?gel. Perubahan variabel proses dan perlakuan yang diberikan dapat mempengaruhi struktur SBA-15 dan kristalinitas yang dihasilkan, yang selanjutnya mempengaruhi performa material tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi HCl dan lama waktu hidrotermal terhadap kristalinitas SBA-15.
Pada penelitian ini, sampel mesopori SBA-15 dibuat dengan menggunakan HCl dengan konsentrasi 0.5, 1, 2 dan 4 M. Sedangkan konsentrasi TEOS, Pluronik 123 dan air dibuat tetap, yaitu 4.25 gr, 2 gr dan 15 ml. Proses sintesis dilakukan pada suhu 35-45°C selama 24 jam. Kemudian dilakukan proses pengeringan selama 24 jam pada suhu 80°C dan hidrotermal selama 2, 6 dan 12 jam pada suhu 100°C. Sampel tersebut lalu dikarakterisasi dengan menggunakan XRD untuk mengetahui ukuran kristalnya, pengujian BET untuk mengetahui luas pori dan pengujian FTIR untuk mengetahui intensitas ikatan Si?OH dan Si?O?Si yang terjadi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan penambahan konsentrasi HCl dan waktu hidrotermal maka tingkat kristalinitas SBA-15 akan meningkat. Hal ini disebabkan oleh terbentuknya ikatan Si?O?Si melalui proses pemutusan Si?OH oleh uap air. Kenaikan konsentrasi HCl dari 0.5 M sampai 2 M pada kondisi hidrotermal 100°C selama 2 jam menyebabkan ukuran kristal meningkat dari 8.92 nm menjadi 9.54 nm. Namun demikian, hal tersebut tidak diikuti pada kondisi hidrotermal selama 6 jam yang disebabkan oleh durasi waktu yang belum cukup untuk proses pemutusan Si?OH dan pembentukan ikatan Si?O?Si. Pada konsentrasi HCl 4 M di bawah kondisi hidrotermal selama 12 jam ukuran Kristal menunjukkan nilai terbesar, yaitu 10.2 nm. Akan tetapi peningkatan ukuran Kristal paling ekstrem diperlihatkan pada sampel dengan konsentrasi HCl 2 M dimana ukuran kristal meningkat dari 9.45 nm menjadi 9.96 nm ketika durasi hidrotermal diperpanjang dari 2 jam menjadi 12 jam.

Mesoporous material SBA-15 is a nanoporous material which has high surface area, high porous volume and an arranged porous structure with hexagonal pattern in 2?10 nm scale. Those materials were synthesized with tetraethylorthosilicate (TEOS), Pluronic 123 surfactant, HCl as acid catalyst and water with sol?gel method. Changes in process variable and the treatment given could affect SBA-15 structure and crystalline produced, which in turn influence material performance. The subject of this research is to study the effect of HCl concentration and hydrothermal treatment time on crystallinity of SBA-15.
On this research, mesoporous SBA-15 sample were produced with HCl 0.5, 1, 2 and 4 M concentration, while TEOS, Pluronic 123 and water concentration were 4.25 gr, 2 gr and 15 ml. The synthesis processes were performed at 35-45°C for 24 hours. The drying process was conducted for 24 hours at 80°C and hydrothermal treatment for 2, 6 and 12 hours at 100°C temperature. These samples were then characterized with XRD to measure the crystallite size, BET to measure the pore size and FTIR test to observe the intensity of Si?OH and Si?O?Si bonding.
The experiment result shows that with the addition of HCl concentration and increase in hydrothermal treatment duration increased the crystallinity level of SBA-15. This is due to formation of Si?O?Si bonding from the breakdown of Si?OH bond by water vapor. An increase in the HCl concentration from 0.5 to 2 M at 100°C for 2 hours increases the crystallite size from 8.92 nm to 9.54 nm. This condition was not followed by the hydrothermal treatment for 6 hours, which is caused by the insufficient time for Si?OH breakdown and Si?O?Si formation. The higest crystallite size was obtained by the hydrothermal treatment for 12 hours on sample derived from 4 M HCl concentration, i.e. 10.2 nm. The most obvious increase in crystallite size was observed on the samples with 2 M HCl concentration, where the crystallite size increased from 9.45 nm to 9.96 nm when the duration of hydrothermal treatment increased from 2 hours to 12 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S41727
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
M. Hilmy Alfaruqi
"Material mesopori silika SBA-15 adalah material yang memiliki pori berukuran nanometer dalam jumlah yang besar sehingga dapat dicirikan dengan luas permukaannya yang tinggi. Material SBA-15 yang diharapkan adalah memiliki karakteristik pori yang baik (tingginya luas pemukaan pori, diameter pori, dan volume permukaan pori) dan juga sifat mekanik serta stabilitas kimia, tekanan, dan termal yang baik. Sifat mekanik, stabilitas kimia, tekanan, dan termal yang baik dipengaruhi oleh tingkat kristalinitas pada material mesopori tersebut. Penelitian ini ditujukan untuk mempelajari pengaruh perbedaan konsentrasi katalis asam HCl dan pengaruh temperatur hidrotermal terhadap tingkat kristalinitas material mesopori silika SBA-15.
Pada penelitian ini dilakukan sintesis material mesopori SBA-15 dengan proses sol?gel yang menggunakan HCl sebagai katalis asam dengan konsentrasi 0.5, 1, 2, dan 4 M yang kemudian diikuti dengan perlakuan hidrotermal pada temperature 100°C, 125°C, 150°C dalam waktu 6 jam. Untuk mengkarakterisasi sampel penelitian dilakukan pengujian BET, XRD, dan spektroskopi FTIR. Pengujian BET bertujuan untuk mengidentifikasi material mesopori silika SBA-15. Pengujian XRD bertujuan untuk menentukan tingkat kristalinitas material tersebut sedangkan pengujian FTIR digunakan untuk melihat tingkat intensitas ikatan Si?OH dan Si?O?Si yang mempengaruhi tingkat kristalinitas material mesopori tersebut.
Meningkatnya kristalinitas SBA-15 disebabkan oleh peningkatan ikatan Si?O?Si pada SBA-15. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi HCl 2 M memberikan nilai optimum terhadap pertumbuhan kristal sebesar 10.60 nm. Untuk konsentrasi 1 dan 4 M terjadi penurunan ukuran kristal menjadi 9.13 nm dan 9.68 nm. Kondisi tersebut terjadi pada setiap temperatur hidrotermal 100, 125, dan 150°C. Peningkatan temperatur hidrotermal dari 100°C menjadi 125°C terjadi peningkatan ukuran kristal dari 9.40 nm menjadi 10.60 nm. Akan tetapi pada saat peningkatan temperatur dari 125°C menjadi 150°C ternyata kristalinitas material tersebut menurun menjadi 10.02 nm. Hal ini disebabkan waktu proses (6 jam) yang belum cukup efektif untuk konversi Si?OH menjadi Si?O?Si sebagai ikatan pembentuk kristal. Semua kondisi tersebut terjadi pada setiap konsentrasi HCl yang digunakan, yaitu 0.5, 1, 2 dan 4 M.

Mesoporous silica material SBA-15 is a material which has pore in nanometer size and high surface area number. An expected SBA-15 is the one which has a good pore characteristics such as high surface area number, high pore diameter size, and high pore volume number. In addition, it should posses good mechanical properties, chemical, pressure, and thermal stabilities. The mechanical properties, chemical, pressure, and thermal stabilities of SBA-15 are affected by its crystallinity level. Therefore, the purpose of this research project was aimed at studying the effects of hydrogen chloride (HCl) concentration as acid catalyst and hydrothermal treatment temperature on crystallinity of mesoporous silica material SBA-15.
In this research project, SBA-15 has been successfully synthesized using sol?gel process. The hydrogen chloride (HCl) was varied into different concentrations, i.e. : 0.5, 1, 2, and 4 M followed by hydrothermal treatment within different temperatures, i.e. : 100, 125, and 150°C for 6 hours. The samples were characterized by BET, XRD, and FTIR spectroscopy. BET was used to measure the surface area and average pore diameter size of the synthesized SBA-15, while XRD was used to determine the level of crystallinity. In addition, FTIR spectroscopy was perform to analyze the intensity of Si?OH and Si?O?Si bond which are responsible for the level of SBA-15 crystallinity.
Based on the investigation, it is known that SBA-15 crystallinity depends on the increase of Si?O?Si bond in the material. The experiment result shows that using 2 M HCl as acid catalyst gave the optimum number for crystal growth, i.e. : 10.60 nm, while in contrast crystallite size was decreased to 9.13 nm and 9.68 nm when the HCl concentration of 1 and 4 M were used, respectively. These apply to all hydrothermal condition with temperature variation from 100?150°C. The increased of hydrothermal temperature from 100°C to 125°C increased the
crystallite size from 9.40 nm to 10.60 nm. However, further increasing hydrothermal temperature to 150°C the crystallite size decreased back to 10.02 nm. This is due to hydrothermal duration of 6 hours which was not sufficiently effective to convert Si?OH bond into Si?O?Si as the crystallite former. The same trend occurred for every condition with HCl concentration variation from 0.5 to 4 M."
2008
S41726
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhli Rizqi
"Lembaga pendidikan tinggi dituntut untuk mengikuti perkembangan global yang terjadi. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi harus memiliki laboratorium yang dapat diberdayakan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satu pemberdayaan di Departemen Metalurgi Dan Material Fakultas Teknik Universitas Indonesia adalah pengaktifan mesin uji Melt Flow Indexer pada Laboratorium Polimer dengan meneliti pengaruh waktu pemanasan awal dan massa sampel terhadap hasil uji MFI Polietilena Densitas Rendah Linier
3120.
Proses pengujian indeks alir lelehan dimulai dari pemasangan bagian-bagian peralatan pada mesin uji, pemasukan data parameter pengujian, pemanasan awal barel, pemasukan sampel dan penekanannya, pemanasan awal sampel, pemotongan ekstrudat, dan penimbangan ekstrudat.
Dalam penelitian ini digunakan 3 variasi waktu pemanasan awal sampel dan 4 variasi massa sampel. Waktu pemanasan awal yang digunakan adalah 4, 5, dan 6 menit, sedangkan massa sampel yang digunakan adalah 2.75, 2.85, 3, dan 4 gram. Pengambilan variasi-variasi tersebut berdasarkan ASTM D1238.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa semakin lama waktu pemanasan awal, maka nilai indeks alir lelehan semakin tinggi karena semakin lama polimer terkena panas, semakin turun nilai viskositasnya. Sedangkan massa sample tidak memiliki pengaruh pada hasil indeks alir lelehan, tetapi mempengaruhi keberhasilan pengujian, karena massa sampel yang masuk ke barel mempengaruhi jumlah gelembung udara pada ekstrudat di samping penekanan sampel.
Waktu pemanasan awal sampel yang optimal dari hasil pengujian adalah 4 menit untuk sampel Polietilena Densitas Rendah Linier 3120 dengan hasil 1.0407 g/10 menit yang paling mendekati nilai MFI spesifikasi material yaitu 1 g/10 menit sesuai dengan literatur, sedangkan massa sampel optimal adalah 3 gram. Massa sampel tidak boleh kurang dari 3 gram agar pengujian memiliki massa tambahan untuk membawa gelembung udara keluar, dan tidak boleh melebihi batas itu agar tidak diperlukan penekanan manual pada piston untuk sampai ke piston support sebelum waktu pemanasan awal berakhir.

Higher educational institution are demanded to follow the nowadays global development. In order to obtain this purpose, they must have functionalized laboratories to increase the educational quality. One of the functionalization in the Department of Metallurgy and Material Faculty of Engineering-University of Indonesia is the activation of Melt Flow Index testing machine in Laboratory of Polymer by investigating the effects of pre-heating time and sample mass to the melt flow index testing result of Linear Low Density Polyethylene 3120.
The melt flow index testing process starts with the attachment of parts to the machine, entering testing parameters, pre-heating barrel, sample feeding, preheating sample, extrudates cutting-off, and extrudates weighing. In this research project, three variables of pre-heating time and four variables of sample mass are investigated. The pre-heat times used are 4, 5, and 6 minutes, and sample masses used are 2.75, 2.85, 3, and 4 grams. These variables are designed based on ASTM D1238.
The testing results show that the higher the pre-heat time, the higher the melt flow index value will be. This is because the longer the polymer is exposed to heat, the lower the viscosity. Meanwhile, the sample mass has no effects to melt flow index value, but it affects the testing process itself. That is because the sample mass fed to the barrel affects the number of bubbles in the extrudates in addition to the sample pressing.
On the basis of the testing results, it is known that the optimal pre-heating time is 4 minutes for Linear Low Density Polyethylene 3120, as it results in the closest value of 1.0407 g/10 mins to the specification of the material which is 1 g/10 mins based on the literature. The optimal sample mass is 3 grams, since it is sufficient to provide the excess polymer to repel bubbles out and to enable the the piston to reach to the piston support in the range of pre-heating time without manual pressing."
2008
S41785
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wulandari Handini
"Penelitian ini adalah studi awal mengenai sel surya tersensitasi berbasis ZnO dengan zat pewarna organik. Tujuannya untuk mengetahui pengaruh dari tingkat pengisian dan besar kristalit TiO2 terhadap voltase DSSC.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa, besar kristalit berbanding terbalik dengan voltase yang dihasilkan. Semakin besar ukuran kristalit semakin kecil voltase yang dihasilkan dan sebaliknya semakin kecil ukuran kristalit semakin besar voltase yang dihasilkan. Sementara tingkat pengisian mempunyai pengaruh berbeda pada kristalit yang besar dan kristalit yang kecil. Selain itu, ukuran kristalit dan tingkat pengisian mempengaruh kestabilan layer oksida dan kemampuannya dalam menyerap molekul zat pewarna.

This research is an initial study about ZnO based dye sensitized solar cell (DSSC) with an organic dye. The purpose is to understand the effect of loading level and crystallite size to DSSC voltages.
The result of this research shows that, crystallite size is a contrary fraction with the voltages that produced by DSSC. The bigger size of crystallite the lower voltages outcome, on contrary the smaller size of crystallite the bigger voltages can be produced by DSSC. While loading level have a different affect in smaller and bigger crystallite. Afterwards, crystallite size and volume level affect the stability of the layer oxide and its ability to absorb dye molecules.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51079
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman
"Sel surya tersensitisasi-pewarna merupakan jenis sel surya yang dapat menjadi alternatif sumber energi yang murah dan mudah dibuat. Prinsip kerjanya relative berbeda dengan sel surya yang sudah dikenal saat ini. Pada penelitian ini, akan dibuat sel surya tersensitisasi-pewarna yang berbasis seng oksida/titanium dioksida (ZnO/TiO2). Diberikan kepada ZnO 0,5 gram TiO2 yang disintesis dari proses sol-gel dengan rasio hidrolisis (Rw) 0,85, 2,2, dan 3,5. TiO2 tersebut sebagian diproses dengan cara hidrotermal. Diamati bahwa dengan Rw: yang meningkat menghasilkan tegangan terbuka (Voc) yang lebih besar; hidrotermal meningkatkan ukuran kristalit, serta meningkatkan tegangan sampai batas tertentu, dan; TiO2 yang diproses hidrotermal mengalami kecenderungan penurunan Voc pada Rw yang meningkat.

Dye-sensitised Solar cell is a solar cell that may become a cheap and easily manufactured alternative energy source. The principle is relatively different with the common solar cells. In this research, the solar cells to be made is based on zinc oxide/titanium dioxide (ZnO/TiO2). The ZnO is loaded with 0.5 grams of TiO2 synthesized from a separate sol-gel reaction with the hydrolysis ratio (Rw) of 0.85, 2.2, and 3.5. Some of those TiO2 is later hydrothermally processed. It is observed that the increase of Rw improves the open circuit voltage (Voc); the hydrothermal process improve the crystallite size, and improve the Voc up to certain extent and; Hydrothermally processed TiO2 undergo a decrease in Voc with the increase in Rw."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S51089
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Saba`at Darojat
"Penelitian ini menganalisis pengaruh variasi waktu pemanasan awal (4, 5, dan 6 menit) dan variasi massa sampel (5, 6.5, dan 8 gram) terhadap hasil indeks alir lelehan polipropilena. Variabel ini ditentukan berdasarkan ASTM D1238. Hasil pengujian menunjukkan semakin lama waktu pemanasan awal, maka nilai indeks alir lelehan semakin tinggi. Karena semakin lama polimer terkena panas, semakin turun nilai viskositasnya. Selain itu semakin besar massa sampel menyebabkan nilai indeks alir lelehan semakin turun, karena butuh semakin banyak transfer panas dalam melelehkan massa sampel di barel."
2008
S51094
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Rahman
"Dalam penelitian ini, pengaruh perlakuan proses pengeringan, anil, dan hidrotermal terhadap kristalinitas nanopartikel TiO2 hasil proses sol-gel dipelajari secara sistematis dengan teknik difraksi sinar-X. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kristalinitas nanopartikel TiO2 dapat diperoleh secara signifikan melalui perlakuan hidrotermal pada temperatur 150 °C selama 24 jam. Perlakuan tersebut mampu memecah jaringan Ti-OH kaku hasil kondensasi selama proses sol-gel, yang bertanggungjawab terhadap tingkat amorfusifitas nanopartikel TiO2. Dengan keikutsertaan uap air bertekanan tinggi dalam proses pemecahan tersebut, jaringan Ti-O-Ti yang flexibel dapat dihasilkan, yang selanjutnya mampu menyusun ulang dan berdensifikasi sempurna membentuk nanokristalin TiO2.

In this research, the influences of drying, annealing, and hidrothermal treatment to the crystalinity of TiO2 nanoparticles were investigated systematically by using xray diffraction technique. The results show that the nanocrystalinity enhancement on TiO2 nanoparticles can be achieved through the hydrotermal treatment at 150°C for 24 hour. This treatment is capable of breaking the stiff Ti-OH networks resulted from condensation stage during sol-gel process which is responsible for the amorphous state of TiO2 phase. With the involvement of highly pressurized water vapour upon the hydrothermal treatment, the flexible Ti-O-Ti netwoks can be generated which further rearrange and densify to form nanocrystalline TiO2."
2008
S51072
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Dharma Putra
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47872
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nico Gunawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S40778
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suhandi
"ABSTRAK
Baja :ahan kéffdf austenilik adalah material reknik yang banya/c digunakan dalam aplikasi modern dimana dibuluhkan sU`ar mekanis dan ketahanan Icorosi yang bailc Secara klzusus, baja fahan karat austenirik AISI 304 dan AISI 316 bargyak dig-unakan dalam sisrem penu/car panas (heal exchanged pada indusrri perminyalcan dan petrokimia yang dalam pengoperasiannya mengalami siklus pemanasan dan pendinginan yang konrinu. Pada bagian-bagian lerrenru duri .vixlem penukar panas sering dilakukan penyambungan antara kedua jenis baja rahan kara! rersebul dengan merode pengelasan. Sedangkan untuk aplikasi yang melibalkan prosex pengelasan dperlukan kualiras .sambungan yang baik_ yang memenuhi persyararan Ieknis Ierlcnlu, bail: dari segi kekuatan mekanis maupun lcerahanan korosinya. Prosedur serla kondisi pengelasan yang lcpa! sangal menenrukan kuaiitax Izasil Iusan, mulai dari .fcomposisi kimia Iogam induk_ pemifihan logam pengisi, kcccpulan penge/asan. hingga pemilihan /sua! arus pengefasan yang berkailan era! dungan jumlah nlusukan panux (hear fnpuU yang akan dihasifkan.
Pada penelftian ini dilakukan fH(£l()dC pc'ngr:la.vun GI/21W (Gas Tungsten Arc Welding) dengan menggurzakan begin :alum kara: AISI 3()-I dan .-1!.?§I 3/6 .vebagai Iogam indufc dan E 3 08 sebagai logam pengisf. Adapun gan: pelindmzg _vang diguna/ran adala/1 gas argon. Arus yang digunakan aclala/z arux berpnlurfrax lurns D( 'SP dcngan bexur arus 125 A dengan variabe! kecepalan pengc/axan I _ 3, 5 mm del.
Dari hasif /Jenelilian diperole/1 ba/:wa clcpaxil lux mcmiliki _/'Ulilftl/I FN f/~`¢:rrfrc Number) scbexar 2-3 dan raxia (frm, Ni", .vehexar L32 deugan nmdc perm?>r:kuun yang Ierjadi adalalz lipe AI-` (Amrerziric I-brrirq; _vang mcrniliki kunmrzgkmrm bu.\'ar fLfi'f]¢!¢fH[l?(l relak dan korosi pada daerah llaxil lasan. Herdaxarkan /ruxi! unalixu .vlruklur mikrn menunjukkan ada/:ya perbedaan Icandungan dan /Jemuk dar: dufra _/ara pada (.f(f[7ll.\'fI /as. Diclapaljuga Izuhungan dengan semakin besar maxukan panux _vang dipero/ul: dari kecepalan paling rendu/1 (I mm del), maka .vemakin harlvak dan kamr de!ru_/éru _rang dihasifkan. Hash' analisa dixrrihuxi ke/:craxan n|c'nmy`ukkau hagran deposit lux _vang paling ringgi, selelah [tu bagian HAZ kemudian baru base metal. Dapar (fi.\`f!1|[7Il/IKUII bahwa nilai lcekerasan xanga( dipengaruhi uleh ukuran bu!ir_ _fwea _vang terhemuk, kcberadaan kandungan fasa karbfda dan maxukan prmas yang diberikan.

"
2000
S41588
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9   >>