Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irsalina Nurul Putri
"Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih dari kolesterol, kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Allium schenoprasum L. merupakan tanaman satu genus dari Allium sativum yang sudah teruji efek hiperlipidemianya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek antihiperlipidemia ekstrak etanol 80% kucai (Allium schoenoprasum L.) pada tikus jantan yang diberi diit tinggi kolesterol dan lemak. Sebanyak 36 tikus putih jantan galur Sparague dawley dibagi secara acak ke dalam 6 kelompok perlakuan, yaitu kelompok normal, induksi, simvastatin, dan 3 kelompok dosis. Semua kelompok diberi diit tinggi kolesterol dan lemak kecuali kelompok normal. Kelompok normal hanya diberikan CMC 0,5%. Setelah 1 jam pemberian diit tinggi kolesterol dan lemak, kelompok induksi, simvastatin, dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 secara berturut-turut diberikan larutan CMC 0,5%, simvastatin 1,8 mg/200 g bb, ekstrak kucai 4,79 mg, 9,58 mg, dan 19,16 mg/200 g bb. Setelah 56 hari perlakuan, sampel darah tikus diambil melalui sinus orbital dan dilakukan penetapan kadar kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL pada plasma darah tikus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol 80% umbi kucai memiliki efek antihiperlipidemia pada dosis 9,58 mg/200 g bb dilihat dari penurunan kadar kolesterol total, trigliserida, dan LDL dan memberikan hasil berbeda bermakna dibandingkan dengan kelompok induksi (p <0,05).

Hyperlipidemia is defined as an elevation of one or more of cholesterol, cholesterol esters, phospholipids, or triglycerides. Allium schoenoprasum L. is a plant of the same genus with Allium sativum which had been proven to have effect as antihyperlipidemia. This study aimed to evaluate antihyperlipidemic effects of 80% ethanolic extract of chives (Allium schoenoprasum L.) in male rats induced by high cholesterol and fat diet. Thirty-six male rats of Sprague dawley strain were divided randomly into 6 groups, those were normal group, induction group, simvastatin group, and three dose groups. All groups except the normal group were given high dietary cholesterol and fat. The normal group was given only 0,5 % CMC solution. After one hour of high dietary cholesterol and fat administration, the induction group, simvastatin group, dose I group, dose II group, and dose III group were given 0,5% CMC solution, 1,8 mg/200 g bw simvastatin, 4,79 mg/200 g bw, 9,58 mg/200 g bw, and 19,16 mg/200 g bw chives extract as follows. Blood samples were collected by the orbital sinus after 56 days of treatment to be analysed for total cholesterol, triglycerides, HDL, and LDL. The results showed that 80% ethanolic extract of bulbs chives have antihyperlipidemic effects at dose of 9,58 mg/200 g bw proven by significant (p < 0,05) decreases in total cholesterol, triglycerides, and LDL compared to induction group."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Fajar Wirawan
"ABSTRAK
Kapasan (Abelmoschus moschatus Medik.) merupakan tanaman yang telah digunakan secara turun-menurun di India. Biji kapasan telah digunakan sebagai afrodisiak secara tradisional. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi efek afrodisiak ekstrak etanol 95% biji kapasan terhadap tikus jantan. Tiga puluh tikus jantan galur Sprague Dawley dikelompokkan mengunakan rancangan acak sederhana menjadi 5 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol positif, dan 3 kelompok ekstrak etanol biji kapasan masing-masing dosis 100, 200 dan 400 mg/kg bb. Tikus diberikan bahan uji selama 28 hari kemudian dikawinkan untuk melihat perilaku perkawinannya berupa mount frequency, mount latency, intromission frequency, intromission latency, ejaculatory latency dan post-ejaculatory latency. Pengamatan terhadap waktu keragu-raguan dan ketertarikan terhadap tikus betina juga dilakukan pada hari ke-0, 7, 14, 21, dan 28 setelah pemberian bahan uji. Pemberian ekstrak etanol 95% biji kapasan pada dosis 200 mg/kg BB dapat memberikan efek afrodisiak dilihat dari pengaruhnya terhadap mount latency, intromision latency, waktu keragu-raguandan ketertarikan.

ABSTRACT
Ambrette (Abelmoschus moschatus Medik.) is a plant which hasbeen used for generations in India. The seed can be used as aphrodisiac traditionally.The purpose of this study was to evaluate the aphrodisiac effect of 95% ethanolic extract of ambrette seed against male rats. Using simple randomized design, thirty male rats of Sprague Dawley were divided into five groups: normal control, positive control, ethanol extract of ambrette seed groups (100 mg/kg b.w., 200 mg/kg b.w., and 400 mg/kg b.w.). The rats were administered with test samples for 28 days before paired for mating and the sexual behaviour (mount frequency, mount latency, intromission frequency, intromission latency, ejaculatory latency and post-ejaculatory latency) was observed.Observation of hesitation time and attractiveness towards female rats was being done at day 0, 7, 14, 21, and 28 after administered. Administration of 95% ethanol extract of ambrette seed at dose level of and 200 mg/kg b.w. were able to show aphrodisiac effect in mount latency, intromission latency, hesitation time and attraction."
2015
S59343
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Lestari
"Transdermal drug delivery system (TDDS) adalah sistem penghantaran obat yang digunakan pada permukaan kulit dengan tujuan sistemik. Untuk itu, diperlukan suatu eksipien pembentuk matriks transdermal yang dapat menghantarkan obat masuk ke dalam kulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan eksipien koproses xanthan gum dan amilosa tersambungsilang-6 (Ko-CLA6-XG) sebagai matriks sediaan transdermal, kemudian dilakukan uji penetrasi secara in vitro dan in vivo. Ko-CLA6-XG diformulasikan dalam bentuk hidrogel dengan model obat natrium diklofenak. Uji penetrasi in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz yang kemudian dianalisis dengan spektrofotometer UV. Uji in vivo dilakukan dengan cara mengaplikasikan satu gram hidrogel dengan luas aplikasi 1,13 cm2 di atas kulit tikus bagian abdomen, kemudian sampel darah dikumpulkan melalui sinus orbitalis mata dan dianalisis menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT). Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif obat yang terpenetrasi ke dalam kulit hingga 12 jam sebanyak 1435 ± 180 µg cm-2 dengan fluks total sebesar 118,55 ± 23,01 µg cm-2 jam-1 (r=0,0994) dan waktu tunda selama 48,6 ± 15,6 menit. Profil pelepasan natrium diklofenak selama 12 jam pada uji in vivo mencapai konsentrasi puncak plasma sebesar 2236 ± 398 ng/ml pada 0,86 ± 0,21 jam dengan AUC sebesar 25273 ± 4133 ng ml-1 jam. Kedua hasil uji memberikan gambaran bahwa hidrogel mengandung natrium diklofenak dengan Ko-CLA6-XG sebagai matriks dapat dikembangkan untuk sediaan transdermal.

Transdermal drug delivery system (TDDS) is the administration of therapeutic agents through the skin for systemic effect. Therefore, it requires an excipient for transdermal matrix-forming that can deliver drug across the skin. This present research was intended to develop the utilization of coprocessed excipient of xanthan gum and 6-cross-linked amylose (Co-CLA6-XG) as a matrix for transdermal and then evaluate the in vitro and in vivo penetration. Co-CLA6-XG was formulated as hydrogel with sodium diclofenac as a drug model. In vitro penetration study was evaluated using Franz diffusion cell analysed with spectrophotometre UV. The in vivo experiment was performed by applied one gram of hydrogel spread over 1,13 cm2 to the rat abdoment skin, then the blood samples were obtained from sinus orbitalis and analysed with high-performance liquid chromatography (HPLC). In vitro study records the cumulative drug permeated across the skin for 12 hours ranged 1435 ± 180 µg cm-2 and shows the transdermal flux 118,55 ± 23,01 µg cm-2 hours-1 (r = 0,994) with the lag time value ranged 48,6 ± 15,6 min. The release profile of sodium diclofenac for 12 hours in vivo reached a maximum peak of 2236 ± 398 ng/ml at 0,86 ± 0,21 hours with the AUC value was 25273 ± 4133 ng ml-1 hour. Thus diclofenaccontaining hydrogel using Co-CLA6-XG as a matrix could be developed as transdermal drug delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Grace Elsa Yosephine
"ABSTRAK
Luka adalah disrupsi dari struktur anatomi dan fungsi normal kulit. Luka seringkali terjadi, namun masyarakat terkadang mengabaikan upaya untuk menyembuhkan luka tersebut. Bawang merah merupakan tanaman yang telah digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan dan diketahui memiliki aktivitas antimikroba, antiinflamasi juga antioksidan yang dapat mempercepat proses penyembuhan luka. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek ekstrak etanol 70% umbi bawang merah per oral sebagai penyembuh luka terbuka. Tiga puluh ekor tikus jantan galur Sprague-Dawley dibagi menjadi lima kelompok, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, dan tiga kelompok dosis ekstrak masing-masing 30; 60; 120 mg/200 g bb. Tikus dianestesi dengan uretan melalui rute intraperitoneal, kemudian dibuat luka dengan diameter 2 cm dan kedalaman 0,2 cm. Perlakuan diberikan selama 21 hari dan pengamatan diameter luka dilakukan setiap 2 hari untuk penentuan persentase kontraksi luka. Tikus dikorbankan pada hari ke-22 untuk diambil kulitnya dan dibuat preparat untuk analisis histopatologi menggunakan pewarnaan hematoksilin-eosin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang merah peroral dosis 30 mg/200 g bb dapat mempercepat penyembuhan luka dibandingkan kontrol negatif pada hari ke-5. Hal ini didukung oleh analisis histopatologi yang menunjukkan bahwa pada kelompok dosis 30 mg/200 g bb terjadi reepitelisasi secara sempurna, sedikitnya sel inflamasi, dan jumlah fibroblas yang banyak.

ABSTRACT
Wound is defined as disruption to the normal anatomical structure and function. Wounds often occur, but sometimes people overlook an attempt to heal the wound. Shallot (Allium ascalonicum Linn.) has been used as a treatment and known to have anti-microbial, anti-inflammatory and anti-oxidant activity that can accelerate wound healing process. The object of study was to determine the effect of the 70% ethanolic extract of Allium ascalonicum Linn. by oral administration as open wound healer. Thirty Sprague-Dawley male rats were divided into five groups: negative control, positive control, and three extract groups (30; 60; 120 mg/ 200 g bw). Open wound (diameter = 2 cm, thickness = 0,2 cm) created after the rats anesthetized with uretan via intraperitoneal. Treatment was given for 21 days and wound’s diameter measurements performed every 2 days to determine wound contraction (%). At the twenty-second day, the rats were sacrificed and the skin was taken for histopatological analysis using hematoxylin-eosin. The results showed that the 70% ethanolic extract of Allium ascalonicum L. with optimum dose 30 mg/200 g bw can accelerate wound healing than negative control at the 5th day. Besides, the histopathological analysis of group of dose 30 mg/200 g bw showed that reepithelialisation was completed, inflammatory cells are in low amount, and fibroblasts found in high amount.
"
2015
S61208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Epiphania
"Bawang merah diketahui memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, antioksidan dan antimikroba. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efektivitas ekstrak etanol 70% umbi bawang merah yang diberikan secara topikal sebagai penyembuh luka terbuka pada tikus putih jantan. Bahan uji yang digunakan adalah umbi bawang merah yang diekstrak dengan pelarut etanol 70%. Tikus dilukai dengan ukuran diameter luka sebesar 2 cm. Parameter yang diamati adalah %kontraksi luka yang diukur setiap 2 hari dan pengamatan histopatologi menggunakan pewarna hematoksilin & eosin. Perlakuan dilakukan selama 21 hari terhadap 30 ekor tikus jantan Sprague dawley. Tikus terbagi kedalam 5 kelompok, yaitu kelompok negatif, kelompok positif, dan tiga kelompok dosis ekstrak etanol 70% umbi bawang merah (11mg; 33mg; 99mg per 200g bb tikus). Pengamatan histopatologi dilakukan pada hari ke-22. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% umbi bawang merah secara topikal tidak memiliki efek penyembuhan luka terbuka jika ditinjau dari diameter dan persentase kontraksi luka.

One of medicinal plants that has been used by Indonesian people as wound care is red onion (Allium ascalonicum L.). Red onion is known for the anti- inflammation, antioxidant and antimicrobial activities. This study was aimed to determine the effect of 70% ethanolic extract of Allium ascalonicum L. that applied topically as open wound care. Tested substance was red onion bulbs that were extracted in 70% ethanol. Rats were wounded with diameter was 2 centimeters. The parameters evaluated were % wound contraction measured every two days and skin histopathology stained with hematoxylin and eosin. Treathment done for 21 days toward 30 male white Sprague dawley rats. Rats were divided into 5 groups: negative control, positive control, and three extract groups (11mg; 33mg; 99mg/ 200 g bw). Skin histopathology were performed on day-22. The results showed that the 70% ethanolic extract of red onion didn’t have the effect as wound care based on diameter and % wound contraction data."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ufairah Hanifah Indriatin
"ABSTRAK
Rute penghantaran obat transdermal membutuhkan eksipien khusus untuk menghantarkan obat melalui kulit menuju sistemik. Tujuan penelitian ini adalah membuat dan menganalisis kemampuan penetrasi hidrogel transdermal yang dibuat dari eksipien koproses amilosa tersambungsilang6 – xanthan gum (Ko-CLA6-XG) pada perbandingan 1:2 sebagai pembentuk matriks dan natrium diklofenak sebagai model obat. Uji penetrasi in vitro dilakukan menggunakan sel difusi Franz dan dianalisis dengan spektrofotometer UV. Uji penetrasi in vivo dilakukan dengan mengaplikasikan hidrogel transdermal berukuran 1 x 1 cm pada bagian abdomen tikus jantan galur Sprague-Dawley. Analisis hasil uji penetrasi in vivo dilakukan menggunakan kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) dengan detektor photodiode array (PDA). Hasil uji penetrasi in vitro menunjukkan jumlah kumulatif obat yang terpenetrasi selama 12 jam sebesar 7629 ± 2711 µg.cm-2 dengan fluks sebesar 655,23 ± 216,43 µg.cm-2.jam-1. Profil pelepasan natrium diklofenak dari hasil uji penetrasi in vivo memberikan konsentrasi puncak plasma (Cmax) sebesar 4,35 ± 0,94 µg.ml-1 pada 1 jam dengan nilai area di bawah kurva (AUC 0-∞) 54,35 ± 7,55 µg.ml-1.jam. Berdasarkan hasil tersebut, hidrogel transdermal dengan eksipien Ko-CLA6-XG (1:2) mampu mempenetrasikan dan mengendalikan pelepasan natrium diklofenak selama 12 jam.

ABSTRACT
Transdermal drug delivery needs specific excipient to deliver drug through the skin. The goals of this research were produced and analyzed penetration ability of transdermal hydrogel based on co-processed excipient of xanthan gum and 6-cross-linked amylose (Co-CLA6-XG) in 1:2 composition as matrix-forming and diclofenac sodium as a drug model. In vitro penetration study was evaluated using Franz diffusion cell and analyzed by UV-spectrophotometre. In vivo penetration study was performed by applying a transdermal hydrogel in size of 1 x 1 cm on the abdomen of Sprague-Dawley rats. Plasma concentration of diclofenac was analyzed by high-performance liquid chromatography (HPLC) with photodiode array (PDA) detector. In vitro penetration study showed that the cumulative drug permeated across the skin for 12 hours was 7629 ± 2711 µg.cm-2 with flux 655.23 ± 216.43 µg.cm-2.hours-1. The results of in vivo study showed that maximum plasma concentration (Cmax) was 4.35 ± 0.94 µg.ml-1 during 1 hour and area under curve (AUC 0-∞) was 54.35 ± 7.55 µg.ml-1.hour. According to the results, it can be concluded that transdermal hydrogel based on Co-CLA6-XG (1:2) excipient is able to deliver and penetrate diclofenac sodium release during 12 hours."
2015
S59610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library