Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andririni Yaktiningsasi Hermanto
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari jawaban mengenai Makna Bekerja, pola-nya serta bagaimana pengaruh dari pemahaman mengenai hakekat bekerja ini terhadap Pelibatan Kerja seseorang.
Banyaknya perbincangan mengenai kondisi tenaga kerja di Indonesia, baik mengenai kualitas, dan terutama menyangkut segi sikap kerjanya, sejauh ini menimbulkan keprihatinan dari berbagai pihak. Apalagi kalau dikaitkan dengan arah kebijakan pemerintah Indonesia, yang secara perlahan membawa negara Indonesia bergeser dari negara Agraris menjadi negara yang berjati diri Industrialistik. Tulang punggung perekonomian Indonesia tidak lagi sepenuhnya digantungkan pada hasil pertanian, namun secara bertahap akan digantikan dengan produk-produk lain di luar pertanian. Kebijakan semacam ini dalam banyak hal akan mempengaruhi infrastrukturnya. Salah satu sektor yang terkena adalah bidang usaha, baik di sektor swasta maupun perusahaan milik negara. Dalam penelitian ini tidak dibicarakan mengenai impak dari hal-hal tadi pada perusahaan swasta. Penekanannya hanya pada perusahaan Negara. Perusahaan negara tersebut dalam pelaksanaannya harus memperlihatkan dua wajah. Di satu sisi bertindak sebagai Public Enterprise, yang dalam pelaksanaannya akan melayani dan mengelola hajat hidup orang banyak. Sementara di sisi yang lain, ia bertindak sebagai Bussiness Enterprise yang harus memikirkan tentang segi profit. Keadaan yang ambivalen ini dalam banyak sisi akan mempengaruhi sikap dan perilaku pekerjanya. Seperti juga dengan bidang kegiatan yang dikelola sebagai tujuan utama perusahaan. Ragam perusahaan ini pun mempunyai pengaruh tertentu pada karyawannya.
Di dalam ragam pekerjanya, mereka terbagi dalam dua kategori, yakni karyawan di lini manajerial dan lini nonmanajerial. Adanya pembagian atau strata jabatan ini diduga membawa pengaruh tertentu pada pemahaman mereka tentang hakekat bekerja serta perilaku kerja mereka. Seperti juga dengan jenis kelamin karyawannya.
Sementara itu perlu dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan Bekerja disini adalah "suatu kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang bernilai bagi orang lain", dan dalam pelaksanaannya mereka harus berafiliasi dengan organisasi kerja yang formal. Terkait dengan batasan ini maka Makna Bekerja itu sendiri pada prinsipnya berkaitan dengan konsep seseorang mengenai hakekat pemahaman bekerja sebagai aktivitas yang menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Makna Bekerja ini tercermin dalam dimensi-dimensinya yaitu Dimensi Sentralitas Bekerja dalam Kehidupan, Dimensi Norma-Norma Sosial mengenai Bekerja, Dimensi Hasil bekerja yang bernilai, dimensi kepentingan aspek-aspek Bekerja, serta dimensi Peran Bekerja. Sedangkan Pelibatan bekerja sendiri mencerminkan sampai seberapa besar sumber daya psikologis, tenaga dan waktu yang dicurahkan seseorang dalam melaksanakan tugasnya.
Bersumber dari teori mengenai Makna Bekerja yang diperkenalkan oleh The International Research on Meaning of Working (IRMOW), serta teori Pelibatan Kerja dari Kanungo, maka dilakukan penelitian dengan sampel yang berasal dari dua kelompok karyawan yang bekerja pada perusahaan ciri perusahaan negara, atau yang lebih dikenal dengan nama Badan Usaha Milik Negara, yang bergerak di bidang Industri Konstruksi dan Manufaktur.
Dengan menggunakan kuesioner tentang Makna Bekerja dan Pelibatan Kerja, maka penelitian berhasil menjaring 307 responden, dari kedua strata pekerja tadi.
Hasilnya menunjukkan bahwa kedua variabel tadi, yaitu strata jabatan dan Janis kelamin tidak membawa pengaruh tertentu pada pembentukan pola Makna Bekerja di kalangan karyawan BUNN Industri Konstruksi dan Manufaktur. Sementara itu dari segi pola Makna Bekerjanya sendiri, terlihat bahwa ada bentuk-bentuk yang berbeda, meski tidak signifikan. Yang menarik adalah bahwa bagi karyawan di BUMN tersebut, justru dimensi yang mencerminkan bagaimana pemahaman mereka tentang pekerjaan di masa mendatang, ditempatkan sebagai bagian yang kurang penting. Demikian pula halnya dengan dimensi yang memacing tentang 'Work Value' mereka. Meskipun mereka meletakan hasil bekerja sebagai bagian utama dalam urutan prioritas itu, dimana hal ini juga mencerminkan bahwa mereka masih berorientasi pada diri sendiri dan imbalan yang segera, namun agak terlalu pagi untuk mengatakan bagaimana etik bekerja mereka. Sementara itu hasil lain menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari Makna Bekerja ini pada pelibatan kerja seseorang. Hasil penelitian ini akan lebih lengkap jika sampel penelitian diperluas ke beberapa badan usaha yang sejenis."
1994
D434
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susilo Pradoko
"Penelitian ini mengungkap secara mendalam tentang perubahan fungsi Candi Siwa , makna arca chitra Candi Siwa serta makna Relief Ramayana Prambanan dalam empat periode pengaruh kuasa: Hindu, Islam, Kolonial dan Kemerdekaan. Pengungkapan fungsi serta makna dilakukan dengan metode postprosesual dengan pendekatan kontekstual. Objek material candi, arca dan relief diungkap makna primer serta makna sekunder melalui analisis semiotika Roland Barthes, wacana yang muncul dibalik pemaknaan atas pengaruh kuasa dianalisis melalui analisa wacana/kuasa Michel Foucault. Hasil penelitian: (1) Fungsi Candi Siwa Prambanan: pada masa pengaruh kuasa Hindu, candi sebagai Siwagrha, tempat pemujaan kepada Siwa Mahadewa, tempat masyarakatnya memperoleh berkah kesejahteraan; pada masa pengaruh kuasa Islam, candi sebagai makam, cungkup, tempat angker bangunan karya Bandung Bondowoso; pada masa pengaruh kuasa Kolonial candi sebagai temuan arkeologis, tempat penerapan ilmu arkeologi, objek penelitian dan tempat wisata Jawa; masa Kemerdekaan, candi sebagai monument karya besar Bangsa Indonesia, cagar budaya, benda budaya dunia, destinasi wisata, tempat pertunjukan seni dan tempat ibadah hari raya Nyepi bagi umat Hindu. ( 2) Makna Arca Chitra di Bilik Candi Siwa Prambanan: masa kuasa Hindu, arca sebagai ikonik perwujudan dewa/i serta serta dewa/i pemberi kesejahteraan; masa kuasa Islam, arca merupakan berhala, arca buah karya Bandung Bondowoso; masa kuasa Kolonial, arca merupakan temuan eksotis, benda kenang-kenangan dan objek penelitian; masa kemerdekaan, monumen karya besar bangsa, benda gift, perwujudan ikonik dewa-dewi Hindu. (3) Relief Ramayana Candi Prambanan: masa pengaruh kuasa Hindu, ajaran melakukan dharma; masa pengaruh kuasa Islam, tokoh Rama sebagai keturunan nabi Adam; masa pengaruh kuasa Kolonial, alat diplomasi antar negara, objek penelitian; masa kemerdekaan, mewujud pementasan sendratari Ramayana, sebagai gift, kitab ajaran agama Hindu. Implikasi Penelitian: Dalam penelitian ini didapatkan arkeologi pemikiran dibalik masing-masing pengaruh wacana/ kuasa. Pemahaman manusia terhadap arkeologi pemikiran membuat manusia bercakrawala luas dalam menanggapi objek yang sama dengan paradigma yang berbeda. Objek, kebudayaan material berupa candi, arca dan relief merupakan wadah mitos yang dapat mempengaruhi perilaku dalam kehidupan sosialkemasyarakatan manusia.
The research reveals deeply about changing the function of Shiva temple, statues chitra meaning and significance of Shiva temple Prambanan Ramayana Relief in four periods of the influence of power: Hindu, Islamic, colonial and independence. Disclosure functions and meanings carried by the method of post-processual with contextual approach. Material object temples, statues and reliefs revealed primary meaning and secondary meaning through semiotic analysis Roland Barthes, discourse that appears behind the meaning of the influence of power is analyzed through discourse analysis Michel Foucaul). Results of the study: (1) Function Prambanan Shiva Temple: During the influence of Hindu power, as Siwagrha temple, shrine to Shiva Mahadeva, where people obtain a blessing welfare; during the influence of Islamic power, the temple as a tomb, cupola, haunted places, building work of Bondowoso; during the colonial power of the influence of the temple as archaeological finds, where the application of the science of archeology, research objects and sights Java; Independence period, the temple as a major work of the Indonesian Nation monument, heritage, world cultural objects, tourist destination, performing arts venues and places of worship Nyepi day for Hindus. (2) The meaning Arca Chitra Room Shiva temple Prambanan: the power of the Hindu, statues as iconic embodiment of the gods and deities giver and welfare; period of Islamic power, the statues are idols, statues the work of Bondowoso; period colonial power, the statue of the exotic findings, keepsake objects and objects of research; independence, the monument's major work, gift items, iconic embodiment of Hindu deities. (3) Relief Ramayana Prambanan: the influence of Hindu power, do dharma teachings; term influence of Islamic power, Rama figures as descendants of the prophet Adam; Colonial influence future power, diplomacy tool between countries, the object of study; independence, embodied Ramayana ballet performances, as a gift, the book of Hindu religion. Research Implications: In this study, archeology rationale behind each influence discourse / power. Human understanding of the rationale behind the archaeological material culture make people wider in mind so they are able to empathy and tolerance in response to the same object with different paradigms, to realizing the sense of Bhineka Tunggal Ika. Object, material culture in the form of temples, statues and reliefs is a container of stories, myths, which in turn can influence human action."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
D1991
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yaumil Chairiah
"Dalam suatu masyarakat yang sedang membangun, akan tercipta berbagai tantangan dan kebutuhan, termasuk tantangan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kebutuhan akan sumber daya insani yang bermutu. Anak Berbakat (AB) diharapkan dapat menghasilkan produk bermutu, sekaligus dapat diandalkan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kenyataannya tidak semua AB dapat mengaktualisasikan bakatnya secara sempurna, bahkan banyak yang gagal berprestasi, pada matra di mana sebenarnya mereka unggul. Berbagai temuan membuktikan bahwa bakat dapat menciut dan terbuang sia-sia. Alter (1954) menemukan sekitar empat puluh persen AB tidak mampu berprestasi di sekolah, Harland (1972) menemukan persentase yang lebih besar lagi yaitu lima puluh persen. Whitmore {1980) menyebut mereka sebagai Anak Berbakat yang Berprestasi Kurang (ABPK). Bila ini terjadi di Indonesia, maka dapat dianggap bahwa negara mengalami pemborosan atau pensia-siaan sumber daya insani, yang sebetulnya amat dibutuhkan. Undang-undang No. 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional Bab III pasal 8 menyebutkan bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus. Penelitin bertujuan memperoleh gambaran yang objektif tentang AB hingga perhatian khusus terhadap AB yang diinginkan oleh Undang-undang tersebut dapat diselenggarakan dengan tepat guna. dan berhasil guna.
Menurut Renzulli {1981) seorang berbakat berbeda dari orang lain karena mereka memiliki kelebihan yang menonjol dalam tiga kelompok ciri, yaitu (1) kemampuan umum, (2) kreativitas dan (3) pengikatan diri terhadap tugas. Pada kelompok ciri ketiga nampaklah bahwa keberbakatan tidak hanya ditentukan oleh faktor intelektif, tetapi juga oleh faktor non-intelektif. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan, berapa besarkah peran faktor non-intelektif turut menentukan keberhasilan akademis seseorang, setelah dipastikan bahwa ia unggul dalam factor intelektif. Apakah anak berbakat yang berprestasi menunjukkan kelebihan-kelebihan pada faktor non-intelektif dibandingkan dengan anak berbakat yang berprestasi kurang? Penelitian ini ditujukan untuk menguji sembilan hipotesis yang terdiri dari satu Hipotesis Mayor dan delapan Hipotesis Minor.
Metode dan kesimpulan: Melalui prosedur identifikasi anak berbakat (Martinson, 1972; Utami Munandar, 1982) disaringlah 199 anak berbakat dari sejumlah 2809 siswa SMA di Jakarta. Dari 199 sampel Anak Berbakat tersebut ditemukan 61 persen anak berbakat yang berprestasi dan 39 persen anak berbakat yang berprestasi kurang. Kemudian mereka seluruhnya diminta mengisi tiga macam skala, yaitu (1) Skala Pengikatan Diri terhadap tugas skolastik, (2) Skala Konsep Diri dan (3) Skala Persepsi. Sementara itu Para orangtua mengisi skala (4) yaitu Pola Asuh. Data dianalisis dengan teknik Analisis Diskriminan.
Dari hasil Analisis Diskriminan tersebut disimpulkan bahwa Hipotesis Mayor yang berbunyi "Terdapat variabel yang membedakan secara signifikan Kelompok Anak berbakat yang Berprestasi dengan Kelompok Anak Berbakat Berprestasi kurang, yaitu variabel non-intelektif (1) pengikatan diri terhadap tugas, (2) konsep diri, (3) persepsi mengenai sikap orangtua dan (4) pola asuh yang diterapkan orangtua dalam keluarga", diterima untuk variabel konsep diri.
Hipotesis Minor 1, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas, yaitu (1) kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan nyata, (2) kemampuan menetapkan sasaran di atas standar, (3) kemampuan belajar teratur berdasarkan disiplin pribadi, (4) kemandirian, (5) ketangguhan dan (6) sikap kreatif, diterima untuk subvariabel (1) kemampuan mengarahkan perilaku ke tujuan nyata, (2) kemampuan belajar teratur berdasarkan disiplin pribadi.
Hipotesis Minor 2, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variabel Konsep Diri, yaitu (1) Konsep Diri umum dan (2) Konsep Diri Akademis", diterima untuk kedua-duanya yaitu konsep diri umum dan akademis.
Hipotesis Minor 3, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variable Persepsi Mengenai Sikap Orangtua, yaitu (1) persepsi mengenai nilai-nilai intelektual, (2) persepsi mengenai nilai-nilai non-intelektual dan (3) persepsi mengenai cara .pengasuhan yang dipraktekkan dalam keluarga", diterima untuk subvariabel persepsi nilai-nilai non-intelektual.
Hipotesis Minor 4, yang berbunyi "Terdapat subvariabel dari variabel Pola Asuh yang diterapkan orangtua dalam keluarga yaitu (1) nilai-nilai intelektual yang dianut orangtua, (2) nilai-nilai non-intelektual yang dianut orangtua, (3) nilai-nilai kemandirian, (4) nilai keuletan, (5) cara pengasuhan otoriter, (6) cara pengasuhan yang permisif, dan (7) cara pengasuhan yang otoritatif, diterima untuk subvariabel nonintelektual, pola asuh otoriter dan pola asuh permisif.
Hipotesis Minor 5, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas dengan Variabel Konsep Diri AB", diterima.
Hipotesis Minor 6, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas dengan Persepsi AB Mengenai Sikap Orangtua", diterima.
Hipotesis Minor 7, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Pengikatan Diri Terhadap Tugas dengan Variabel Pola Asuh yang "Dipraktekkan Orangtua dalam Keluarga", diterima.
Hipotesis Minor 8, yang berbunyi "Terdapat korelasi signifikan antara Variabel Persepsi AB mengenai orangtuanya dengan Variabel Pola Asuh yang Diterapkan dalam Keluarga", diterima."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1990
D00003
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hartanto Brotoharsojo
"ABSTRAK
Para produsen nasional di Indonesia dalam usahanya untuk memenuhi kebutuhan pasar, selalu dihadapkan pada berbagai ancaman maupun kesempatan yang bersifat dinamis. Masyarakat yang makin meningkat daya belinya merupakan suatu kesempatan bagi produsen. Namun konsumen yang makin meningkat daya belinya juga dapat mengalami perubahan dalam dirinya yang mengakibatkan perubahan dalam pemilihan barang-barang yang dibelinya. Pilihan mereka dapat beralih dari barang-barang 'buatan' dalam negeri ke barang-barang impor walaupun harganya relatif lebih mahal, karena mereka menganggap bahwa mutu barang impor jauh lebih baik. Barang impor dengan demikian dapat merupakan ancaman bagi para produsen nasional.. Keberadaan barang-barang impor di suatu negara sudah merupakan kelaziman bagi negara yang rnenganut sistem perekonomian terbuka seperti halnya Indonesia. Indonesia tidak hanya 'berhak' mengekspor hasil-hasil produksi ke luar negeri, tetapi juga 'wajib' mengimpor berbagai produk dari luar negeri. Demikian pula dalam usaha mengembangkan tingkat industrialisasi, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun untuk meningkatkan pangsa pasar di luar negeri, Indonesia memerlukan bantuan teknologi dari negara-negara yang maju. Masuknya teknologi dan barang-barang impor ke Indonesia tersebut secara langsung maupun tidak langsung membawa pula rangsangan-rangsangan kultural dan sosial-psikologis dari negara bersangkutan yang dapat memberikan dampak perubahan tingkah lakukonsumen di Indonesia. Kecenderungan globalisasi dalam pasar dan harga juga mempunyai pengaruh terhadap perilaku konsumen diberbagai kota besar di dunia, karena yang menjadi pasar sasaran dari barang-barang global adalah konsumen di kota-kota besar.
Pengaruh dari negara-negara maju maupun pengaruh globalisasi tersebut dapat membawa dampak positif maupun negatif terhadap perilaku konsumen di Indonesia maupun para produsen nasional. Untuk memperoleh manfaat yang maksimal dan mencegah dampak negatif dari perubahan yang sedang berlangsung di dunia dewasa ini, maka pihak-pihak yang terkait perlu menyusun strategi produksi dan pemasaran yang sesuai dengan karakteristik perilaku konsumen Indonesia. Tanpa adanya perhatian yang sungguh- sungguh terhadap perilaku konsumen dikhawatirkan akan terjadi pengikisan nilai-nilai budaya Bangsa Indonesia dalam jangka panjang dan dampak perekonomian yang negatif dalam jangka yang relatif pendek.
Penelitian ini merupakan usaha awal untuk mengenali dan meramalkan perilaku konsumen. Mengingat kemajemukan perilaku konsumen dan kesulitan dalam meramalkan perilaku membeli sebagai perilaku nyata dari konsumen, maka penelitian ini membatasi diri pada intensi konsumen untuk membeli produk 'buatan' lokal,'patungan' dan impor sebagai variabe! kriteria. Produk yang dijadikan kasus dalam penelitian ini adalah kosmetik yang merupakan salah satu dari barang konsumsi. Populasinya dibatasi pada konsumen yang tinggal di Wilayah DKI Jaya dan sekitarnya sebagai salah satu kota besar di Indonesia yang dijadikan pasar sasaran (target market) dari barang-barang konsumsi yang diimpor dari luar negeri."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D87
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pulungan, Wazar
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji peranan empat golongan pekerjaan ayah serta pola asuh yang diterapkan orang-tua dalam keluarga terhadap perkembangan kecenderungan tingkah laku prososial remaja. Golongan pekerjaan tersebut adalah yaitu ABRI, Pegawai Negeri Sipil, Guru, dan Pedagang. Konsep Pola asuh dalam penelitian ini mengacu kepada pandangan Baumrind yaitu autoritarian, permisif, dan autoritatif.
Selain pola asuh juga diungkapkan sejauh mana penanaman ciri prososial dalam pola asuh keluarga. Staub mengajukan suatu pandangan tentang pengukuran tingkah laku prososial melalui intensitas prosocial goals yang ada dalam personal goals. Prosocial goals diukur melalui jaringan kognisi yang terdiri dari tiga dimensi yaitu, (1) Orientasi perasaan positif terhadap orang lain, (2) Perhatian terhadap kesejahteraan orang lain, dan (3) Rasa tanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain. Kecenderungan tingkah laku prososial dalam penelitian ini dijabarkan menjadi empat sub tingkah laku yang di dasarkan pada lingkungan serta situasi munculnya tingkah laku yaitu:
(1) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang-tua,
(2) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap tetangga,
(3) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap teman sekelas, dan
(4) Kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang lain yang tidak dikenal.
Pendekatan perkembangan tingkah laku dalam penelitian ini adalah pendekatan konvergen (Staub, 1979) dari tiga macam pendekatan Identifikasi-Internalisasi, Belajar Sosial dan Perkembangan Kognitif. Namun pendekatan utama yang digunakan adalah pendekatan Identifikasi-Internalisasi. Pendekatan ini menitikberatkan bahasannya terhadap peran keluarga dan pola asuh dalam menjelaskan perkembangan tingkah laku.
Ada tiga macam hipotesis mayor yang diuji dalam penelitian ini yaitu:
1. Ada perbedaan yang signifikan kecenderungan tingkah laku prososial remaja yang berasal dari keluarga yang golongan pekerjaan ayahnya berbeda, yaitu ABRI, Pegawai Negeri Sipil, Guru, dan Pedagang.
2. Ada hubungan yang signifikan antara pola asuh keluarga tipe autoritarian, permisif, autoritatif, dan ciri prososial dengan kecenderungan tingkah laku prososial remaja.
3. Ada perbedaan yang signifikan kecenderungan tingkah laku prososial antara remaja pria dengan remaja wanita.
Masing-masing hipotesis ini dirinci menjadi empat macam hipotesis berdasarkan sub tingkah laku prososial. Hipotesis diuji melalui studi perbandingan dan korelasional. Subyek dalam penelitian ini terdiri dari 331 orang siswa kelas I BMA Negeri yang dipilih secara random dari 10 SMA yang terdiri dari dua SMA dari setiap wilayah kota Jakarta yang terdiri dari lima wilayah.
Variabel kecenderungan tingkah laku prososial dan pola asuh diungkap melalui kuesioner, sedangkan golongan pekerjaan ayah dan jenis kelamin diungkap dengan daftar isian. Pengolahan data dilaksanakan secara kuantitatif dengan uji statistik melalui program SPSS.
Hasil pengujian hipotesis mayor 1 beserta hipotesis minornya menunjukkan bahwa golongan pekerjaan ayah turut memegang peran yang berarti terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja. Nampak ada perbedaan kecenderungan tingkah laku prososial yang berarti antara remaja yang berasal dari keluarga ke empat golongan pekerjaan ayah tersebut. Ditemukan urutan.kecenderungan tingkah laku prososial sebagai berikut, pada urutan pertama tertinggi remaja dari keluarga ABRI, pada tempat kedua remaja dari keluarga pedagang, ketiga remaja dari keluarga Pegawai Negeri Sipil. dan terakhir remaja dari keluarga Guru.
Hasil pengujian hipotesis mayor 2 beserta hipotesis minornya menunjukkan bahwa ciri prososial dalam pola asuh memiliki kontribusi positif yang berarti terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja dan terhadap ke tiga sub variabelnya sedangkan terhadap sub variabel kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang lain ternyata tidak memiliki kontribusi. Tipe pola asuh autoritatif memiliki kontribusi positif yang berarti namun terbatas pada sub variabel kecenderungan tingkah laku prososial terhadap orang tua, sedangkan tipe pola asuh permisif dan autoritarian ternyata tidak mempunyai kontribusi terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja maupun terhadap semua sub variabelnya.
Hasil pengujian hipotesis mayor 3 beserta hipotesis minornya menunjukkan bahwa ternyata jenis kelamin tidak mempunyai peran yang berarti terhadap kecenderungan tingkah laku prososial remaja."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D263
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggadewi Moesono
"ABSTRAK
Pengasuhan "nurturant" bukan sekedar berarti mengasuh anak atau " child rearing", meerawat anak atau "care giving", perlindungan anak oleh keluarga atau "protection". Kelekatan ibu-anak juga berkembang menurut tingkatan tahap-tahap. Dalam proses perkembangan ini kualitas strukturnyapun ditentukan oleh bagaimana perlakuan lingkungannya (oleh ibu dalam konteks lingkungannya). Variabel pengasuhan yang diteliti adalah cariable rangsangan "inanimate", variabel lingkungan pengasuhan ibu, rangsangan suasana lingkungan yang dilakukan oleh ibu. Subyek penelitian ini adalah sejumlah 203 bayi berumur antara 6-12 bulan, dari lima wilayah kota DKI, yang diasuh oleh ibunya sendiri dalam keluarga yang utuh (ada ayah). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengenali variable-variabel penentu dalam pengasuhan "nurturant" yang mempengaruhi perkembangan kemampuan kognitif anak berumur 6-12 bulan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D1258
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marthen Pali
"Salah satu indikator meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya faktor psikologis dalam pendidikan dan perusahaan ialah makin banyaknya permintaan akan pengukuran tes psikologi termasuk tes Matriks Progresif dan perangkat tes Bakat Diferensial. Bermacam-macam tes dan alat ukur psikologis telah diadaptasi dan bahkan telah luas digunakan oleh para profesional di bidang ini. Akan tetapi, penelitian terhadap tes Matriks Progresif dan seluruh subtes Bakat Diferensial belum banyak dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah mengadakan studi validitas prediktif tes Matrik Progresif dengan kriteria prestasi belajar siswa SMA dan validitas sintetik tes tersebut pada tiga jenis pekerjaan di perusahaan. Studi validitas prediktif diharapkan dapat memberikan informasi tentang tes/subtes manakah yang memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMA pada Jurusan Al, A2, dan A3, dan Kelas T. Selain itu, juga diharapkan dapat diperoleh informasi tentang tes/subtes yang memberikan sumbangan efektif dalam memprediksikan prestasi belajar siswa SMA baik di Kelas 1 maupun di Jurusan Al, A2, dan A3. Studi validitas sintetik diharapkan dapat memberikan informasi tentang gabungan tes/subtes yang dapat digunakan dalam penyeleksian dan penempatan karyawan di perusahaan.
Sampel penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di tujuh propinsi sebanyak 2804 orang siswa dan 110 orang karyawan pemegang pekerjaan teknisi, wartawan, dan kasir, serta masing-masing lima orang supervisor dari tiga perusahaan yang karyawannya terpilih sebagai subjek penelitian. Instrumen pengumpul data yang digunakan dan sekaligus diteliti ialah tes Matriks Progresif dan delapan subtes Bakat Diferensial. Instrumen lainnya ialah Skala Penilaian Unjuk Kerja Karyawan dan Skala Nilai Kepentingan Aspek-aspek yang Dinilai. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari dokumen-laporan nilai prasemester. Teknik analisis data yang digunakan ialah Product-moment Pearson, Multiple Regression, ANOVA, dan Synthetic Validity.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tes Matriks Progresif dan perangkat tes Bakat Diferensial memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMA. Berdasarkan pembuktian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa tes/subtes Matriks Progresif, Numerikal, Relasi Ruang, Mekanik, dan Berpikir Abstrak merupakan prediktor yang memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa Jurusan Al. Tes/subtes yang sama juga memiliki nilai prediksi yang bermakna pada Jurusan A2, kecuali tes Mekanik.
Untuk Jurusan A3, tes/subtes yang memiliki nilai prediksi yang bermakna ialah tes/subtes Matriks Progresif, Verbal, Kecepatan Ketelitian, Bahasa Asing, dan Bahasa Indonesia. Di kelas I tes/subtes yang memiliki nilai prediksi yang bermakna ialah tes/subtes Matriks Progresif, Verbal, Numerikal, dan Skolastik. Selain itu, juga telah ditemukan tes/subtes yang memberikan sumbangan efektif yang bermakna dalam memprediksikan prestasi belajar siswa di Jurusan Al, A2, A3, dan di kelas I.
Pembuktian hipotesis dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa bakat verbal dan bahasa Indonesia wartawan berbeda secara bermakna dengan bakat verbal dan bahasa Indonesia teknisi dan kasir. Bakat mekanik, relasi ruang, dan berpikir abstrak teknisi tidak berbeda secara bermakna dengan bakat mekanik, relasi ruang dan berpikir abstrak wartawan. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang menolak hipotesis yang diajukan. Berbeda dengan wartawan, bakat mekanik, relasi ruang dan berpikir abstrak berbeda secara bermakna antara teknisi dan kasir.
Bakat numerikal kasir tidak berbeda dengan teknisi. Temuan ini merupakan suatu penolakan terhadap hipotesis penelitian, sedangkan antara kasir dengan wartawan berbeda bakat numerikalnya. Suatu perbedaan yang terjadi kebalikannya ialah bahwa wartawan lebih tinggi daripada kasir.
Berdasarkan analisis validitas sintetik, telah ditemukan tes/subtes tertentu yang dapat dipergunakan untuk penyeleksian dan penempatan yang berkaitan dengan pekerjaan teknisi, wartawan, dan kasir di perusahaan. Untuk pekerjaan teknisi, empat dari sembilan tes/subtes menunjukkan validitas sintetik yang cukup tinggi. Keempat subtes tersebut adalah Mekanik, Relasi Ruang, Numerikal, dan Kecepatan dan Ketelitian Klerikal. Besarnya koefisien validitas sintetik sub-subtes tersebut berkisar antara 0.415 sampai 0.499.
Pada pekerjaan wartawan, enam tes/subtes menunjukkan validitas sintetik cukup tinggi. Keenam subtes tersebut adalah tes Matriks Progresif, Verbal, Mekanik, Kecepatan dan Ketelitian Klerikal, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Asing. Masing-masing subtes tersebut memiliki koefisien validitas sintetik 0.404, 0.418, 0.573, 0.475, 0.421, dan 0.459. Dengan demikian, gabungan keenam subtes di atas dapat digunakan untuk penyeleksian dan penempatan wartawan di perusahaan.
Pada pekerjaan kasir, terdapat tiga tes/subtes yang memliki koefisien validitas sintetik yang cukup tinggi. Tes/subtes tersebut adalah Matriks Progresif, Numerikal, dan Kecepatan dan Ketelitian Kierikal. Koefisien validitas sintetik ketiga tes/subtes masing-masing adalah 0.412, 0.396, dan 0.486. Berdasarkan besarnya koefisien validitas sintetik tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga tessubtes di atas dapat digunakan untuk penyeleksian dan penempatan kasir di perusahaan.
Berbagai temuan yang didiskusikan baik penolakan hipotesis maupun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan tujuan tes yang diteliti dapat ditelusuri pada faktor kriteria, keadaan sampel, dan kemungkinan berpengaruhnya faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Sejumlah saran telah dirumuskan dan ditujukan kepada peneliti lain, Pusat-Pusat Penelitian Perguruan Tinggi dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kepada para Psikolog dan Konselor atau pihak lain yang menggunakan hasil penelitian ini, disarankan agar menggunakannya secara profesional dan selalu mendasarinya dengan etika profesi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D252
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seto Mulyadi
"Penelitian ini bertujuan untuk memberikan rangsangan pengembangan kreativitas kepada anak-anak usia prasekolah (46 tahun) yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Menyadari akan anti penting kreativitas bagi upaya pengembangan sumber daya manusia di Indonesia, khususnya melalui perangsangan sejak usia dini pada anak-anak usia prasekolah, maka peneliti mencoba untuk menyusun suatu paket pelatihan pengembangan kreativitas bagi anak usia prasekolah.
Paket ini terdiri dari dua macam, pertama adalah paket pelatihan pengembangan kreativitas untuk anak; dan kedua adalah Paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak bagi ibu, agar dapat mengupayakan pengembangan kreativitas anaknya di rumah melalui kegiatan bermain.
Dalam pelaksanaannya, kelompok penelitian dibagi empat kelompok yaitu: (1) Kelompok anak memperoleh pelatihan dan ibu juga memperoleh pelatihan (AP-IP), (2) Kelompok anak memperoleh pelatihan tetapi ibu tidak memperoleh pelatihan (AP-ITP), (3) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan tetapi ibu memperoleh pelatihan (ATP-IP), (4) Kelompok anak tidak memperoleh pelatihan dan ibu juga tidak memperoleh pelatihan (ATP-ITP).
Sebelum pelatihan dimulai, kepada semua kelompok diberikan prauji Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT) Figural Form A. Kemudian kelompok (1) dan (2) memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas anak, sementara kelompok (1) dan (3) ibunya memperoleh paket pelatihan cara pengembangan kreativitas anak. Pada kelompok (2), ibunya tidak memperoleh paket pelatihan, pada kelompok (3) anak tidak memperoleh paket pelatihan dan pada kelompok (4) baik anak maupun ibu tidak memperoleh paket pelatihan. Pada akhir masa pelatihan, seluruh kelompok penelitian memperoleh pascauji TTCT Figural Form-A.
Sampel penelitian ini adalah anak usia 4-6 tahun yang mengikuti kegiatan di beberapa Taman Kanak-kanak di Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tiga buah hipotesis kerja ternyata ketiga-tiganya dinyatakan diterima. Hipotesis tersebut adalah :
Hipotesis Kerja I :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang telah memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang tidak memperoleh pelatihan pengembangan kreativitas.
Hipotesis Keria II :
Peningkatan kreativitas pada anak usia prasekolah yang ibunya telah memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak secara bermakna Iebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan kreativitas anak usia prasekolah yang ibunya tidak memperoleh pelatihan cara pengembangan kreativitas anak.
Hipotesis Kerja III :
Ada interaksi yang bermakna antara pemberian pelatihan pengembangan kreativitas anak dan pemberian pelatihan cara pengembangan kreativitas anak terhadap ibu dalam upaya peningkatan kreativitas anak usia prasekolah.
Secara keseluruhan berdasarkan basil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa kreativitas anak usia prasekolah dapat ditingkatkan dengan upaya pengembangan kreativitas melalui kegiatan bermain; apakah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak maupun ibu.
Efek pengembangan kreativitas akan menjadi maksimal apabila upaya pengembangan kreativitas pada anak usia prasekolah dilakukan melalui pendekatan terhadap anak dan ibu sekaligus.
Untuk penelitian lebih lanjut di masa yang akan datang, peneliti menyarankan agar juga dilibatkan anak-anak Taman Kanak-kanak di desa dan di tempat-tempat terpencil, anak-anak usia prasekolah yang tidak sempat mengikuti kegiatan Taman Kanak-kanak, serta melakukan penelitian mengenai potensi ibu dalam upaya pengembangan kreativitas anak di rumah.
Untuk penerapan paket pelatihan pengembangan kreativitas disarankan agar dapat dilaksanakan pada waktu liburan atau sore hari setelah jam sekolah dan dipertimbangkan penyusunan paket pelatihan yang diterapkan dalam waktu yang Iebih singkat namun dengan hasil yang lebih intensif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D220
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Ratna Murti
"ABSTRAK
Penelitian ini adalah mengenai gaya pengambilan keputusan manajerial dengan beberapa faktor yang mempengaruhinya, pada manajer perempuan yang bekerja di bank.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan/bermakna dari emotional intelligence, androginitas dan motif berprestasi terhadap gaya pengambilan keputusan manajerial pada manajer perempuan.
Gaya pengambilan keputusan manajerial adalah orientasi perilaku individu atau cara individu memproses dan mengevaluasi informasi dalam membuat keputusan pada lingkup manajemen. Emotional intelligence mempakan persepsi mengenai kemampuan menggabungkan perasaan, pikiran dan tindakan untuk menghasilkan good relationship, baik dengan diri sendiri maupun orang lain.
Androginitas adalah ciri kepribadian yang memiliki maskulinitas dan feminitas tinggi yang dimanifestasikan dalam perilaku sehari-hari pada situasi dan kondisi yang tepat. Motif berprestasi merupakan motif yang mendorong individu untuk mencapai prestasi dengan kualitas yang sebaik baiknya.
Penelitian ini perlu dilakukan karena gaya pengambilan keputusan manajer di suatu organisasi industri akan mempengaruhi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau direncanakan melalui wadah organisasi.
Hipotesa yang diajukan untuk mengarahkan penelitian ini adalah ada dampak yang signifikan/bermakna dari emotional intelligence, androginitas dan motif berprestasi terhadap gaya pengambilan keputusan.
Sebagai subyek/responden penelitian adalah seluruh manajer perempuan yang bekerja di Bank Mandiri (Persero) Tbk, Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk, Bank Rakyat Indonesia (Persero) dan Bank Danamon (Persero) Tbk berikut seluruh kantor cabangnya yang berlokasi di DKI Jakarta. Jumlah manajer perempuan yang menjadi responden tersebut adalah 345 orang. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara non probability sampling.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala emotional intelligence dari Weisinger (1998), skala Bern Sex Role Inventory (BSRU -dari Bem (1975), skala motif berprestasi dari Jamaludin Ancok dan Fatunochman (1993)
yang merupakan adaptasi dan modifkasi dari Mehrabian Achiveing Tendency dan Decision Style Inventoqy (DSU dari Rowe (1981).
Analisis data dengan menggunakan sojiware/perangkat lunak LISREL versi 8.50 yang dikembangkan oleh Joreskog dan Sorbom (2000)- Hasilnya menunjukkan bahwa ada dampak yang signifikan/bermakna dari emotional intelligence dan androginitas terhadap gaya pengambilan keputusan. Motif berprestasi tidak berkaitan/tidak mempunyai dampak yang bermakna terhadap gaya pengambilan keputusan Hal ini berani bahwa tinggi rendahnya emotional intelligence dan androginitas individu akan diikuti oleh gaya pengambilan keputusan tertentu dan tinggi rendahnya motif berprestasi individu tidak diikuti oleh sesuatu gaya pengambilan keputusan.
Saran secara teoristis adalah diadakan penelitian lanjutan dengan menggunakan alat ukur yang lebih baik, yang memiliki validitas dan reliabilitas lebih. Saran praktis utama yang diajukan kepada Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BRI dan Bank Danamon adalah menyusun program pelatihan untuk mengembangkan/meningkatkan emotional intelligence, androginitas dan motif berprestasi manajer perempuan serta pelatihan penggunaan gaya pengambilan keputusan secara fleksibel (fleksibilitas gaya pengambilan keputusan).

Abstract
This research is concerned with the styles of managerial decision-making by female managers working in banks and factors influencing the styles.
The objectives of the research is to identify whether there is a significant influence of emotional intelligence, androginy, and need for achievement on the styles of managerial decision-making by female managers.
Styles of managerial decision-making are behaviour orientation of an individual or the way by which an individual processes and evaluates information in making a decision on managerial level. Emotional intelligence is a perception regarding the ability of a person to combine emotion, mind, and behaviour to bring about good relationship, with himself/herself and with others. Androginy is a personality characteristic having high masculinity and feminity expressed in daily behavioural an right situation and condition. Need for achievement is a need that drives an individual to attain the highest quality performance.
This research is worth the effort since the styles of managerial decision-making is an industry would influence the organnzation in attaining its predetermined or planned goal cmd objectives.
Hypothesis offered to direct the research is that there is a significant influence of emotional intelligence, androgyny, and need for achievement on the styles of decision-making.
Subjects of the research are all female managers working in the headquarter and in the DKI Jakarta branches of Bank Mandiri (Persero) Ltd Bank Negara Indonesia (Persero) Ltd Bank Rakyat Indonesia (Persero) Ltd and Bank Danamon (Persero) Ltd. The number of female managers as remondents is 345 persons gathered with non-probability sampling technique.
The measurement tools in this research are emotional intelligence scale by Weisinger (1998), Bem Sex Role Inventory (BSRD by Bem (1975), need for achievement scale by Jamaludin Ancok and Faturrochman (1993) as an adaptation and modification of Mehrabian Achieving Tendency and Decision Style Inventory DSU by Rowe (1981).
The data are analyzed with LISREL (Linear Structural Relation) 8.50, program created by Joreskog and Sorbom (2000).
The result shows that there is a significant influence of emotional intelligence and androgyny on the styles of decision-making. Need for achievement has nothing to do or does not have influence an the styles of decision making It implies that the degree of emotional intelligence and androgyny will be followed by certain styles of decision-making and the degree of need for achievement will not be followed by any certain styles of decision-making.
Theoriticaly, the suggestion is to perform subsequent researches with higher validity and reliability measurement tools. The main suggestion to Bank A/Iandiri, Bank BNL Bank BRL and Bank Danamon is to perform training to develop emotional intelligence, androgyny, and need for achievement for female managers and training to enhance the flexibility in applying the styles of decision-making."
2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marthen Pali
"ABSTRAK
Salah satu indikator meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya faktor psikologis dalam pendidikan dan perusahaan ialah makin banyaknya permintaan akan pengukuran tes psikologi termasuk tes Matriks Progresif dan perangkat tes Bakat Diferensial. Bermacam-macam tes dan alat ukur psikologis telah diadaptasi dan bahkan telah luas digunakan oleh para profesional di bidang ini. Akan tetapi, penelitian terhadap tes Matriks Progresif dan seluruh subtes Bakat Diferensial belum banyak dilakukan.
Tujuan penelitian ini adalah mengadakan studi validitas prediktif tes Matrik Progresif dengan kriteria prestasi belajar siswa SMA dan validitas sintetik tes tersebut pada tiga jenis pekerjaan di perusahaan. Studi validitas prediktif diharapkan dapat memberikan informasi tentang tes/subtes manakah yang memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMA pada Jurusan Al, A2, dan A3, dan Kelas T. Selain itu, juga diharapkan dapat diperoleh informasi tentang tes/subtes yang memberikan sumbangan efektif dalam memprediksikan prestasi belajar siswa SMA baik di Kelas 1 maupun di Jurusan Al, A2, dan A3. Studi validitas sintetik diharapkan dapat memberikan informasi tentang gabungan tes/subtes yang dapat digunakan dalam penyeleksian dan penempatan karyawan di perusahaan.
Sampel penelitian ini adalah siswa SMA Negeri di tujuh propinsi sebanyak 2804 orang siswa dan 110 orang karyawan pemegang pekerjaan teknisi, wartawan, dan kasir, serta masing-masing lima orang supervisor dari tiga perusahaan yang karyawannya terpilih sebagai subjek penelitian. Instrumen pengumpul data yang digunakan dan sekaligus diteliti ialah tes Matriks Progresif dan delapan subtes Bakat Diferensial. Instrumen lainnya ialah Skala Penilaian Unjuk Kerja Karyawan dan Skala Nilai Kepentingan Aspek-aspek yang Dinilai. Data prestasi belajar siswa diperoleh dari dokumen-laporan nilai prasemester. Teknik analisis data yang digunakan ialah Product-moment Pearson, Multiple Regression, ANOVA, dan Synthetic Validity.
Secara umum hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tes Matriks Progresif dan perangkat tes Bakat Diferensial memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa SMA. Berdasarkan pembuktian hipotesis, dapat disimpulkan bahwa tes/subtes Matriks Progresif, Numerikal, Relasi Ruang, Mekanik, dan Berpikir Abstrak merupakan prediktor yang memiliki nilai prediksi yang bermakna terhadap prestasi belajar siswa Jurusan Al. Tes/subtes yang sama juga memiliki nilai prediksi yang bermakna pada Jurusan A2, kecuali tes Mekanik.
Untuk Jurusan A3, tes/subtes yang memiliki nilai prediksi yang bermakna ialah tes/subtes Matriks Progresif, Verbal, Kecepatan Ketelitian, Bahasa Asing, dan Bahasa Indonesia. Di kelas I tes/subtes yang memiliki nilai prediksi yang bermakna ialah tes/subtes Matriks Progresif, Verbal, Numerikal, dan Skolastik. Selain itu, juga telah ditemukan tes/subtes yang memberikan sumbangan efektif yang bermakna dalam memprediksikan prestasi belajar siswa di Jurusan Al, A2, A3, dan di kelas I.
Pembuktian hipotesis dengan uji ANOVA menunjukkan bahwa bakat verbal dan bahasa Indonesia wartawan berbeda secara bermakna dengan bakat verbal dan bahasa Indonesia teknisi dan kasir. Bakat mekanik, relasi ruang, dan berpikir abstrak teknisi tidak berbeda secara bermakna dengan bakat mekanik, relasi ruang dan berpikir abstrak wartawan. Temuan ini merupakan hasil penelitian yang menolak hipotesis yang diajukan. Berbeda dengan wartawan, bakat mekanik, relasi ruang dan berpikir abstrak berbeda secara bermakna antara teknisi dan kasir.
Bakat numerikal kasir tidak berbeda dengan teknisi. Temuan ini merupakan suatu penolakan terhadap hipotesis penelitian, sedangkan antara kasir dengan wartawan berbeda bakat numerikalnya. Suatu perbedaan yang terjadi kebalikannya ialah bahwa wartawan lebih tinggi daripada kasir.
Berdasarkan analisis validitas sintetik, telah ditemukan tes/subtes tertentu yang dapat dipergunakan untuk penyeleksian dan penempatan yang berkaitan dengan pekerjaan teknisi, wartawan, dan kasir di perusahaan. Untuk pekerjaan teknisi, empat dari sembilan tes/subtes menunjukkan validitas sintetik yang cukup tinggi. Keempat subtes tersebut adalah Mekanik, Relasi Ruang, Numerikal, dan Kecepatan dan Ketelitian Klerikal. Besarnya koefisien validitas sintetik sub-subtes tersebut berkisar antara 0.415 sampai 0.499.
Pada pekerjaan wartawan, enam tes/subtes menunjukkan validitas sintetik cukup tinggi. Keenam subtes tersebut adalah tes Matriks Progresif, Verbal, Mekanik, Kecepatan dan Ketelitian Klerikal, Bahasa Indonesia, dan Bahasa Asing. Masing-masing subtes tersebut memiliki koefisien validitas sintetik 0.404, 0.418, 0.573, 0.475, 0.421, dan 0.459. Dengan demikian, gabungan keenam subtes di atas dapat digunakan untuk penyeleksian dan penempatan wartawan di perusahaan.
Pada pekerjaan kasir, terdapat tiga tes/subtes yang memliki koefisien validitas sintetik yang cukup tinggi. Tes/subtes tersebut adalah Matriks Progresif, Numerikal, dan Kecepatan dan Ketelitian Kierikal. Koefisien validitas sintetik ketiga tes/subtes masing-masing adalah 0.412, 0.396, dan 0.486. Berdasarkan besarnya koefisien validitas sintetik tersebut, dapat disimpulkan bahwa ketiga tessubtes di atas dapat digunakan untuk penyeleksian dan penempatan kasir di perusahaan.
Berbagai temuan yang didiskusikan baik penolakan hipotesis maupun ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan tujuan tes yang diteliti dapat ditelusuri pada faktor kriteria, keadaan sampel, dan kemungkinan berpengaruhnya faktor-faktor lain yang tidak diteliti.
Sejumlah saran telah dirumuskan dan ditujukan kepada peneliti lain, Pusat-Pusat Penelitian Perguruan Tinggi dan Pusat Penelitian dan Pengembangan Sistem Pengujian Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kepada para Psikolog dan Konselor atau pihak lain yang menggunakan hasil penelitian ini, disarankan agar menggunakannya secara profesional dan selalu mendasarinya dengan etika profesi."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1993
D1784
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>