Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdul Baktiansyah
"Ruang lingkup dan metodologi.
Telah banyak bukti yang menggambarkan dampak buruk dari kebiasaan merokok. Penelitian ini ingin membuktikan bahwa kebiasan merokok mungkin berhubungan dengan gangguan pendengaran, hal yang umum terjadi pada usia tua. Penelitian ini adalah penelitian retrospektif dengan melibatkan total populasi pekerja di tempat penelitian. Peserta penelitian adalah 118 dari 142 (83.10%) orang pekerja di lokasi kerja dari PT-X, dengan rentang usia 23 - 56 tahun.
Wilayah penelitian ini mempunyai latar belakang bising 60 - 70 dB, masih lebih rendah dari nilai ambang batas bising 85 dB untuk 8 jam kerja. Paparan dialami pekerja selama 24 jam seharinya dalam waktu dua minggu kerja. Ditetapkan bahwa gangguan pendengaran adalah rata-rata nada murni pada frekuensi 500, 1000, 2000 dan 4000 Hz, yaitu lebih besar dari 25 dB pada telinga yang terburuk hasilnya. Data didapatkan dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala tahun 2003, termasuk hasil audiogram, informasi kebiasaan merokok dan faktor risiko lainnya. Regresi log istik digunakan untuk menilai hubungan semua faktor risiko tersebut dengan gangguan pendengaran.
Hasil dan Kesimpulan.
Dari populasi penelitian, 58 orang (49.2%) adalah perokok dari segala klasifikasi berdasarkan indek Brikmann, dan 45 orang (38.1%) mempunyai tingkat pendengaran lebih dari 25 dB. Setelah dilakukan analisis multivariat, perokok dengan klasifikasi sedang-berat mempunyai risiko 5.4 kali lebih besar dibandingkan dengan perokok ringan (95% confidence interval, 1.50 - 19.28 dan p = 0.007). Di samping itu, beberapa faktor risiko lainnya mempunyai hubungan yang berrnakna dengan gangguan pendengaran, yaitu faktor usia (OR=38.808, 95% confidence interval 3,84 - 392.7 dan p = 0.002) dan indek masa tubuh (OR=2.90, 95% confidence interval 1.12 - 7.52 dan p = 0.028). Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa merokok, terutama sedang-berat memainkan peranan panting dalam terjadinya gangguan pendengaran.

Scope and methodology.
Evidence was accumulated concerning the adverse effects of smoking habits. Studies have suggested that cigarette smoking may be associated with hearing loss, a common condition affecting older adults. This study was population-based and retrospective. The selected participants were 118 from 142 (83.10%) workers of PT-X who ranged in age from 23 to 56 years. This area has background noise of 60 - 70 db, lower than 85 dB TLV (8), Exposure to these noise levels was for 24 hours a day during a two-week period. Hearing loss was defined as a pure-tone average (500, 1000, 2000 and 4000 Hz) greater than 25 dB hearing level in worse ear. Data used were derived from periodic health examinations in 2003, including audiometry testing, information on smoking habits, and other risk factors. Logistic regression was used to examine the association among all risk factors and hearing loss.
Results and Conclusion.
We found that 58 workers (49.2 %) were smokers from any classification based on the Brikrnann index, and 45 workers (38.1 %) had a hearing level of more than 25 dB from audiogram. After conducting multivariate analyses, current smokers classified as moderate-severe, were 5.4 times more likely to experience hearing loss than mild smokers (95% confidence interval, 1.50 -19.28 and p = 0.007).
In addition, several risk factors were also directly related to hearing loss, such as age (OR=38.808, 95% confidence interval 3.84 - 392.7 and p = 0.002) and body mass index (OR=2.90, 95% confidence interval 1.12 - 7.52 and p = 0.028). From this study it was concluded that smoking, especially to a moderate-severe degree, may play a significant role in hearing loss.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T13631
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Febriani
"Peningkatan kadar kolesterol dan lemak dalam darah yang menyebabkan penyempitan atau pengapuran pada pembuluh darah arteri merupakan penyebab utama dari penyakit kardiovaskular. Tingkat persaingan hidup yang tinggi kemungkinan berdampak pada munculnya aneka pergeseran gaya hidup, mulai dari perilaku makan, aktivitas fisik, stres, kebiasaan merokok dan konsumsi alkohol. Gaya hidup yang tidak sehat merupakan pencentus hiperkolesterolemia di usia produktif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup terhadap hiperkolesterolemia di Provinsi DKI Jakarta tahun 2015-2016. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel penelitian 1090 orang peserta Posbindu Penyakit Tidak Menular di DKI Jakarta tahun 2015-2016.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh antara kebiasaan merokok dan aktivitas fisik terhadap hiperkolesterolemia, namun tidak untukkonsumsi sayur dan buah. Responden dengan aktivitas fisik kurang memiliki risiko 5,9 kali lebih tinggi (95% CI 4,0-8,4), sedangkan yang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko 1,4 kali lebih tinggi (95% CI 1,3-1,6) menderita hiperkolesterolemia setelah dikontrol oleh tekanan darah dan status gizi. Promosi kesehatan sangat diperlukan untuk menyampaikan informasi tentang hiperkolesterolemia dan msyarakat secara pro aktif melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin sehingga memperkecil risiko terkena penyakit tidak menular.

Increased levels of cholesterol and fat in the blood that cause narrowing or calcification of the arteries are the main cause of cardiovascular disease. High levels of life competition may have an impact on the emergence of various lifestyle, ranging from eating behavior, physical activity, stress, smoking and alcohol consumption. Unhealthy lifestyle is a trigger Hypercholesterolemia in the productive age. The purpose of this study is to know the relationship between smoking habits and physical activity with hypercholesterolaemia in DKI Jakarta Province 2015-2016. The methods of this this study is cross-sectional with 1090 samples of participants of Non-Communicable Disease Posbindu in DKI Jakarta 2015-2016.
The results showed there was an influence between smoking and physical activity on hypercholesterolemia, but not for consumption of vegetables and fruits. Individuals with less physical activity 5.9 times higher (95% CI 4.0-8.8), whereas those with smoking habits 1.4 times higher (95% CI 1.3-1 , 6) suffers from hypercholesterolemia after being controlled by blood pressure and nutritional status. Health promotion is needed to convey information about hypercholesterolemia and the community pro-actively carry out routine health checks thereby minimizing the risk of non-communicable diseases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47703
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Mustika Rahmayunia
"Latar Belakang
Sesuai dengan pernyataan American Heart Association (AHA) pada tahun 2021, bahwa hipertensi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. Di Indonesia pun, angka prevalensi hipertensi mengalami kenaikan yang cukup drastis, yaitu dari angka 25,8% pada tahun 2013 menjadi 34,1% pada tahun 2018 diantara penduduk usia dewasa. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah adalah diet yang tidak sehat, aktivitas fisik, obesitas, kebiasaan merokok, serta genetik dan riwayat keluarga. Pada beberapa tahun terakhir, prevalensi hipertensi pada remaja mengalami peningkatan, hal ini bukanlah hal yang mengejutkan mengingat bahwa hipertensi pada usia dewasa dimulai pada masa kanak-kanak berdasarkan jurnal yangbditerbitkan Kurnianto et al. pada tahun 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi prevalensi prehipertensi dan hipertensi pada remaja dan dewasa muda, serta faktor-faktor-faktor yang berhubungan dengannya untuk dapat direncanakan intervensi dan perbaikan gaya hidup yang menurunkan risiko terjadinya hipertensi pada usia yang masih sangat muda.
Metode
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang analitik data yang diperoleh dan diolah dari hasil pengisian kuesioner yang diberikan kepada Mahasiswa Baru Universitas Indonesia tahun 2022 yang melakukan pemeriksaan kesehatan di Klinik Satelit Makara UI dengan total 9.200 mahasiswa. Prehipertensi dan hipertensi adalah variabel dependen yang merupakan tekanan darah rata-rata sistolik di atas 120 mmHg dan diastolik di atas 80 mmHg baik salah satu maupun keduanya sekaligus. Faktor-faktor risiko adalah berat badan, kebiasaan melakukan aktivitas fisik, Riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok yang merupakan variabel independen. Hubungan akan bermakna secara statistic apabila nilai p<0,05.
Hasil
Dari total yang mengikuti pemeriksaan kesehatan, 8978 mahasiswa memenuhi kriteria inklusi. Sebanyak 3.404 (37,9%) yang mengalami kelebihan berat badan & obesitas (IMT 23), 6.908 (76,7%) yang tidak melakukan & tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur, 2.047 (22,8%) yang memiliki riwayat keluarga hipertensi, dan 543 (6,0%) yang memiliki kebiasaan merokok. Faktor risiko yang terbukti berhubungan dengan terjadinya prehipertensi dan hipertensi adalah berat badan, kebiasaan melakukan aktivitas fisik, Riwayat keluarga, dan kebiasaan merokok.
Kesimpulan
Penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan antara hipertensi dengan kelebihan berat badan & obesitas, Riwayat hipertensi keluarga, kebiasaan merokok, dan aktivitas fisik, sedangkan usia tidak signifikan.

Introduction
In accordance with the statement by the American Heart Association (AHA) in 2021, hypertension is the main cause of morbidity and mortality throughout the world. In Indonesia too, the prevalence rate of hypertension has increased quite drastically, namely from 25.8% in 2013 to 34.1% in 2018 among the adult population. Several factors that can cause an increase in blood pressure are unhealthy diet, physical activity, obesity, smoking habits, as well as genetics and family history. In recent years, the prevalence of hypertension in adolescents has increased, this is not surprising considering that hypertension in adulthood starting in childhood based on a journal published by Kurnianto et al. in 2020. This study aims to identify the prevalence of prehypertension and hypertension in adolescents and young adults, as well as the factors associated with it so that interventions and lifestyle improvements can be planned that reduce the risk of developing hypertension at a very young age.
Method
This research uses an analytical cross-sectional design, data obtained and processed from the results of filling out questionnaires given to New Students at the University of Indonesia in 2022 who underwent health checks at the Makara UI Satellite Clinic with a total of 9,200 students. Prehypertension and hypertension are dependent variables which are average systolic blood pressure above 120 mmHg and diastolic above 80 mmHg either one or both at the same time. Risk factors are body weight, physical activity habits, family history, and smoking habits which are independent variables. The relationship will be statistically significant if the p value <0.05.
Results
Of the total who took part in the health examination, 8978 students met the inclusion criteria. A total of 3,404 (37.9%) were overweight & obese (BMI 23), 6,908 (76.7%) did not do & did not engage in regular physical activity, 2,047 (22.8%) had a family history of hypertension, and 543 (6.0%) had a smoking habit. Risk factors proven to be associated with prehypertension and hypertension are body weight, physical activity habits, family history, and smoking habits.
Conclusion
This research shows a significant relationship between hypertension and overweight & obesity, family history of hypertension, smoking habits, and physical activity, meanwhile ages didn’t show significancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Imron Khazim
"Ruang lingkup dan metodologi: Dislipidemia merupakan faktor risiko utama penyakit jantung koroner, sebagai penyebab kematian utama di Indonesia. Penelitian bertujuan menilai hubungan profil lipid dengan umur. tingkat kerja fisik, asupan nutrisi, kebiasaan olahraga dan merokok, indeks massa tubuh (IMT) dan Rasio lingkar perut - lingkar panggul (LPe-LPa). Studi kros-seksional ini mengikutsertakan seluruh tenaga kerja PTE Plumpang. Jakarta Utara sebagai subyek. Data yang dikumpulkan meliputi sosiodemografi, tingkat kerja fisik, tingkat pengetahuan dan sikap tentang pola makan gizi seimbang, kebiasaan makan, kebiasaan olahraga dan merokok, kualitas pola makan, asupan nutrisi metode tanya ulang 3 X 24 jam, IMT, Rasio LPe-LPa, dan kadar fraksi lipid serum.
Hasil: Rata-rata kadar kolesterol total, kolesterol LDL, kolesterol HDL, trigliserida, dan rasio kolesterol total/HDL serum masing-masing adalah 148.3+23.8 mg/dl, 77.2+24.2 mg/dl, 43.2+9.0 mg/dl, 143.3+97.8 mg/dl dan 3.6+0.96. Dijumpai prevalensi hipertrigliseridemia (>200 mg/dl) 12.6 % dan hipokolesteroleinia HDL (<35 mg/dl) 17.7 %. Rata-rata asupan energi dan protein perhari subyek adalah 1841 (1092.3-4060.0) kkal dan 60.9 (30.4-109.0) g. Sedangkan rata-rata proporsi energi yang berasal dari karbohidrat, protein, lemak, asam lemak tak jenuh tunggal (ALTJM), asam lemak tak jenuh majemuk (ALTJM), dan asam lemak jenuh (AU) serta PS ratio masing-masing adalah 63.3+4.9 %, 13.31.9 %. 23.8+4 2 %. 5.2+1.6 % 3.4+0.8 %, 13.6+2.7 %, dan 0.25+0.06. Subyek memiliki rata-rata IMT dan Rasio LPe-LPa 23.97+2.7 dan 0.89+0.05. Dijumpai prevalensi kegemukan (IMT 25.1-27.0) dan obes (IMT > 27) masing-masing 16.5 % dan Rasio LPe-LPa > 0.90 sebesar 51.9 %. Dijumpai korelasi positif bermakna antara IMT dan Rasio LPe-LPa (p<0.01 dan r = 0.632) dan korelasi negatif bennakna antara Rasio LPe-LPa dengan kadar kolesterol HDL (p<0.01 dan r = - 0.336). Berdasarkan analisis regresi logistik berganda binary, Rasio LPe-LPa dan kebiasaan inerokok mempunyai kontribusi sebagai prediktor kadar kolesterol HDL berdasarkan persamaan regresi kadar kolesterol HDL = 0.775 (kebiasaan merokok) + 1.348 (Rasio LPe-LPa) - 4.263.
Kesimpulan: Asupan energi subyek masih di bawah AKG. Proporsi energi yang berasal dari karbohidrat dan ALJ melebihi proporsi yang dianjurkan diet tahap 1 dan 2 NCEP. Terdapat korelasi positif bermakna antara IMT dengan Rasio LPe-LPa dan korelasi negatif bermakna antara Rasio LPe-LPa dengan kadar kolesterol HDL serum. Rasio LPe-LPa dan kebiasaan merokok mempunyai kontribusi sebagai prediktor kadar kolesterol HDL serum.

Scope and method: Dislipidemia is the main risk factors of coronary heart disease that major cause of death in Indonesia. The objective of study to detennaine the relationships between lipid profiles and age, physical work nutrient intakes, sports and smoking habits, body mass index (BMI), and abdominal to hip circumference ratio (AHR). The subject of this cross-sectional study was all PTE Plumpang workers, North Jakarta. Data collected were socio-demography, physical work, knowledges and attitudes of balance nutrition, sports dan smoking habits, nutrient intakes with 3 X 24 hour daily recalls method, BM1, AHR, and the concentration of serum lipid.
Results: The Mean concentration of serum total cholesterol, LDL cholesterol, HDL cholesterol,. triglycerides, and total cholesterolWHDL cholesterol ratio were : 148.3+23.8 mg/dl, 77.2+24.2 mg/dl, 43.2+9.0 mg/dl, 143.33+97.8 mg/dl dan 3.6. +0.96, respectively. The prevalence of hipertriglyceridemia (>200 mg/dl) and hipo-HDL-cholesterolemia (<35 mg/di) were 17.7 and 12.6 %. The median of energy and protein intakes of the subjects werel 841 (1092.3-4060.0) kcal and 60.9 (30.4-109.0) g. The composition of intakes were : 63.3+4.9 %, 13.3+1.9 %, 23.8+4.2 %, 5.2+1.6 %, 3.4+0.8 %, 13.6+2.7 %, and 0.25+0.06 for carbohydrate, protein, fat, MUFA, PUPA, SFA, and PS ratio, respectively. The Mean of BMI and AHR were 23.97+2.7 and 0.89+0.05. The prevalence of overweight (BMI 25.0-27.0) and obesity (BMI > 27.0) were 16.5 % respectively. The prevalence of AHR > 0.90 was 51.9 %. There were significant positive correlations between BM1 and AHR (p<0.01 and r = 0.632) and significant negative correlations between AHR and serum HDL cholesterol concentration (p<0.01 and r = -0.336). Using binary multiple regression model analysis, the prediction formula for serum HDL cholesterol concentration was : 0,775 (smoking habits) + 1.348 (AHR) - 4.263.
Conclution: Energy intakes of subjects were low compared to the RDA. The composition of carbohydrate and SFA of intake were high compared to stage I and II of the NCEP diet recommendation. There were significant positive correlations between BMI and AHR and siginficant negative correlation between AHR and serum HDL cholesterol concentration. AHR and smoking habit were predictor factor of serum HDL cholesterol concentration.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2000
T3694
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Suryadinata Putra
"Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis adanya hubungan faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung di Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yang bersifat cross sectional. Uji statistik chisquare yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Uji statistik chisquare digunakan untuk melihat variabel independen mana yang berhubungan dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Sampel penelitian berjumlah 87 orang siswa-siswi dari 660 orang siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling yaitu jumlah sampel penelitian yang diambil pada masing-masing kelompok kelas berdasarkan rumus cluster sampling. Instrumen dikembangkan dari teori perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pengetahuan tentang merokok, sikap terhadap merokok, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok, praktek merokok teman sebaya, perilaku merokok dari orang tua dan kontrol guru. Dari hasil penelitian, uji statistik chisquare menghasilkan lima variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan kebiasaan merokok, yaitu ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p = 0,002) < 0,05 (OR = 10,214), pengetahuan tentang merokok (p = 0,042) < 0,05 (OR = 3,122), sikap terhadap merokok (p = 0,000) < 0,05 (OR = 10,074), praktek merokok teman sebaya (p = 0,000) < 0,05 (OR = 7,422) dan perilaku merokok dari orang tua (p = 0,028) < 0,05 (OR = 3,030). Sedangkan variabel umur, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok dan kontrol guru. tidak mempunyai hubungan yang bermakna.

This study aims to prove the hypothesis of an association of predisposing factors, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. The method used was a descriptive analysis cross sectional. Chi-square statistical test used to analyze the relationship between predisposing, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Chi-square statistical test is used to see where the independent variables related to smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sample was 87 students from 660 vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sampling using a cluster sampling method, namely the amount of sample taken at each class group by cluster sampling formula. The instrument was developed from the theory of health related behaviors. The variables examined in this study were age, gender, smoking knowledge, attitudes toward smoking, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes, the practice of smoking peers, behavior smoking from parents and teachers control. From the research, the chi-square statistical test yielded five independent variables that have a significant relationship with smoking behavior, ie there is a significant association between the sexes (p = 0.002) < 0.05 (OR = 10.214), smoking knowledge (p = 0.042) < 0,05 (OR = 3.122), attitudes towards smoking (p = 0.000) < 0.05 (OR = 10.074), the practice of smoking peers (p = 0.000) < 0.05 (OR = 7.422) and smoking behavior of parents (p = 0.028) < 0.05 (OR = 3.030). While the variables of age, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes and teacher control. not have a meaningful relationship."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurrina Riska Amalia
"Stres kerja sebagai salahsatu bagian dari bahaya psikososial telah menjadi perhatian tidak hanya di negara maju namun juga di negara berkembang. Namun belum banyak penelitian yang membahas faktor penyebab stres di industri jasa khsusunya jasa pengujian, inspeksi dan sertifikasi. Penelitian ini berfokus untuk mengungkap hubungan faktor pekerjaan, faktor individu dan lingkungan dengan stres kerja. Faktor pekerjaan meliputi jadwal kerja, beban kerja, gaji/ pendapatan, pengembangan karir, budaya organisasi, kontrol pekerjaan dan hubungan interpersonal. Faktor individu meliputi usia, pendidikan, jabatan, status kepegawaian, status pernikahan dan kebiasaan merokok. Sedangkan faktor lingkungan meliputi dukungan orang terdekat, olahraga/ hoby dan kontak sosial dengan kegiatan . Penelitian dilakukan di perusahaan jasa pengujian, inspeksi, dan sertifikasi di Wilayah Jawa Tengah yang meliputi Cabang Semarang, Unit Pelayanan Kudus, Unit Pelayanan Surakarta, dan Cabang Cilacap, dengan jumlah 123 dari 172 populasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan scross sectional dengan kuesioner yang diadaptasi dari kuesioner Perceived Stress Scale (PSS-10) dan NIOSH Generic Job Stress Questionaire yang dimodifikasi sesuai kebutuhan peneliti. Kuesioner dibagikan kepada responden di Wilayah Jawa Tengah secara daring dan dihasilkan bahwa sebanyak 34,1% pegawai mengalami stres kerja rendah dan 65% mengalami stres kerja sedang-tinggi. Penelitian menjelaskan bahwa beban kerja, kebiasan merokok, dukungan orang terdekat dan kontak dengan kegiatan memiliki hubungan dengan stres kerja di PT X. Sedangkan usia, pendidikan, masa kerja, jabatan, status kepegawaian, status pernikahan, jadwal kerja, gaji/ pendapatan, budaya organisasi, pengembangan karir, kontrol pekerjaan, hubungan interpersonal dan olahraga tidak memiliki hubungan dengan stres kerja. Berdasarkan hasil penelitian ini maka perusahaan perlu melakukan tindakan yang dapat menurunkan risiko stres kerja seperti pengaturan beban kerja dan family gathering

Work stress as a part of psychosocial hazards has become a concern not only in developed countries but also in developing countries. However, there is not much research that discusses the factors that cause stress in the service industry, especially testing, inspection, and certification services. This research focuses on uncovering the relationship between work factors, individual factors, and environmental factors with work stress. Job factors include work schedule, workload, salary/income, career development, organizational culture, job control, and interpersonal relationships. Individual factors include age, education, position, employment status, marital status, and smoking habits. Meanwhile, environmental factors include support from people closest to you, sports/hobbies, and social contact with activities. The research was conducted at testing, inspection, and certification service companies in the Central Java Region which included the Semarang Branch, Kudus Service Unit, Surakarta Service Unit, and Cilacap Branch, with a total of 123 out of 172 populations. This research used a cross-sectional approach with a questionnaire adapted from the Perceived Stress Scale (PSS-10) questionnaire and the NIOSH Generic Job Stress Questionnaire which was modified according to the researcher's needs. Questionnaires were distributed to respondents in the Central Java Region online and it was found that 34.1% of employees experienced low work stress and 65% experienced moderate-high work stress. Research explains that workload, smoking habits, support from those closest to you and contact with activities are related to work stress at PT X. Meanwhile, age, education, length of service, position, employment status, marital status, work schedule, salary/income, organizational culture, career development, job control, interpersonal relationships, and sports have no relationship with work stress. Based on the results of this research, companies need to take actions that can reduce the risk of work stress, such as managing workloads and family gatherings"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library