Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Panjaitan, Canadian Z.
Bandung: Publishing House, 1993
613.7 PAN t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Shalihah Suriadiredja
"Latar belakang. Cedera olahraga di bagian lutut yang paling sering ditemukan adalah cedera meniscus dan ligamentum cruciatum anterius. Selama cedera terjadi penurunan tingkat kebugaran fisik. Untuk dapat kembali ke olahraga dengan optimal, olahragawan membutuhkan kebugaran fisik yang baik. Ini adalah penelitian pertama melihat gambaran sosiodemografik dan kebugaran fisik terkait kesehatan pada olahragawan pasca reconditioning yang menjalani tindakan rekonstruksi ligamentum cruciatum anterius di Indonesia. Metode. Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan pendekatan deskriptif analitik yang menggunakan sumber data sekunder berupa rekam medis RS di Tangerang Selatan selama periode dua tahun. Hasil. Karakteristik sosiodemografik memperlihatkan sebagian besar subyek mempunyai jenis kelamin laki-laki dengan usia di atas 25 tahun, memiliki tingkat pendidikan dasar-menengah, merupakan olahragawan amatir yang menekuni cabang olahraga kontak, mengalami cedera pada saat latihan dengan mekanisme non kontak, memiliki jenis cedera lutut tunggal, dan tingkat kepatuhan latihan baik. Sebagian besar subyek mencapai hasil kebugaran fisik pasca reconditioning yang baik, meliputi komponen daya tahan kardiorespirasi, kekuatan otot, daya tahan otot, dan fleksibilitas. Tingkat kepatuhan merupakan variabel yang berkontribusi besar terhadap kekuatan otot dan daya tahan otot. Kesimpulan. Program reconditioning di RS X memberikan hasil tingkat kebugaran fisik yang baik dan faktor yang paling berkontribusi adalah tingkat kepatuhan latihan.

Background. Meniscus and anterior cruciate ligament (ACL) are the most common knee sports injuries. During the injury there is a decrease in the level of physical fitness. Athletes need good physical fitness to be able to return to sports optimally. This is the first study to look at sociodemographic and health-related physical fitness post-reconditioning in athletes undergoing ACL reconstruction in Indonesia. Method. This is a cross-sectional study with an analytic descriptive approach using secondary data sources in the form of hospital medical records in South Tangerang for a period of two years. Results. Sociodemographic characteristics show that most of the subjects are male, aged over 25 years, have a primary-secondary level of education, are amateur sportsmen who pursue contact sports, experience injuries during non-contact training, have a single knee injury, and the level of exercise compliance is good. Most of the subjects achieved good post-reconditioning physical fitness, including components of cardiorespiratory endurance, muscle strength, muscle endurance, and flexibility. The level of compliance is a variable that contributes greatly to muscle strength and muscle endurance. Conclusion. The reconditioning program at Hospital X provide a good level of physical fitness and the most contributing factor was the exercise compliance level"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Buku yang ditulis bersama dan saya sunting ini unik dan asli dan penilitian dan pengalaman penulis-penulisnya di bidang pendidikan, industri dan organisasi, kesehatan mental dan fisik, masyarakat, dan kebijakan. Selain dari penelitian dan pengalaman, mereka juga membandingkan dengan bahan acuan yang ada. Bahasa yang digunakan dalam buku ini sederhana dan mengalir sesuai dengan hasil penelitian dan pengalaman mereka, sehingga isinya mudah dibaca."
Jakarta: Erlangga, 2012
155.9 PSI
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Doloksaribu, Rotua S.
"Semua manusia di dunia ini mendambakan untuk tetap sehat dan
tidak ada seorangpun yang menginginkan untuk sakit, terlebih lagi sakit berat. Penelitian-penelitian juga sudah banyak dilakukan untuk
mengetahui faktor-faklor apa yang mempengaruhi kesehatan. Kondisi ini
juga berlaku untuk bidang Psikologi. Cukup banyak penelitian yang
melihat keterkaitan antara kondisi psikologis dan kesehatan tisik. Hanya saja, penelitian ini lebih banyak diarahkan pada faktor psikologis negatif yang dapat menimbulkan penyakit sehingga pendekatan yang dilakukan
juga cenderung kuratif. Penelitian yang melihat keterkaitan faktor
psiko1ogis yang positif dengan kesehatan masih jarang dilakukan. Dengan dasar itulah penelitian ini diarahkan untuk melihat hubungan antara kebahagiaan (yang dikonstruksikan dalam istilah kesejahteraan subyektif) dengan kesehatan fisik. Dengan demikian, paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma sehat. Pertanyaan penalitiannya adalah apakah memang orang yang berbahagia akan lebih sehat Secara teoritis dikatakan bahwa cukup banyak variabel yang
dapat mempengaruhi kesehatan fisik. Berdasarkan tinjauan kepustakaan
akhimya peneliti menentukan tiga variabel Iain sebagai pembanding, yaitu: stres, gayahidup dan efektivitas sosial. Oleh karena itu, selaln melihat hubungan antara kesejahteraan subyektif dan kesehatan fisik, penelitian ini juga ingin mengetahui variabel-variabel mana yang dapat membedakan orang sehat dengan orang sakit
Berkaitan dengan tujuan tersebut, panelitian ini melibatkan 100
orang subyek penelitian yang terdiri dari 50 orangyang sedang menialani perawatan di rumahsakit dan 50 orang lainnya yang tidak sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Kepada mereka diberikan alat ukur yang masing-masing mengukur : kesejahteraan subyektif stres,gayahidup, efektivitas sosial dan kesehatan fisik Data yang diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan penghitungan korelasi dan
analisis diskriminan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa afek positif merupakan
variabel yang dapat membedakan kelompok sehat dan sakit. Mereka
yang jarang mengalami afek positif semakin besar kemungkinannya
terkena sakit. Kombinasi antara banyaknya gangguan dan afek positif
juga menentukan banyaknya simtom yang dikeluhkan. Selain itu,
kombinasi antara rendahnya afek positif, tingginya rasa kesepian dan
tingginya kebiasaan merokok akan menentukan banyaknya hambatan
yang dialami dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Beberapa saran yang diajukan untuk penelitian lanjutan, yaitu 1
melihat hubungan antara faktor psikologis negatif dan gayahidup positif,
perbaikan alat ukur (terutama alat ukur kesehatan fisik), memperbanyak
jumlah sampel dan memperluas variabel bebas dengan memasukkan
faktor psikologis positif lainnya (misalnya : optimisme, harapan, kontrol diri, dan Iain-lain). Dengan demikian, diharapkan akan diperoleh masukan
lain yang berguna untuk meningkatkan kesehatan fisik khususnya melalui
pendekatan psikologi.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
T38383
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahtamal
"Sindrom metabolik adalah masalah kesehatan yang prevalensinya cenderung meningkat pada pekerja. Penelitian ini bertujuan memaparkan prevalensi kasus sindrom metabolik yang terjadi pada pekerja perusahaan. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2014 pada dua perusahaan di Provinsi Riau dengan rancangan potong lintang. Sumber data adalah rekam medis pekerja yang melakukan medical check up periode Oktober 2013 hingga Februari 2014. Populasi adalah pekerja yang menderita sindrom metabolik sebanyak 131 orang. Sampel penelitian dipilih dengan cara total sampling yakni 131 orang. Instrumen adalah kuesioner, international physical activity questionnaire, tabel 24 hours food recall, dan tabel bantu pencatatan komponen sindrom metabolik. Pengelolaan data dilakukan secara kuantitatif menggunakan analisis univariat dan bivariat, dengan uji korelasi Spearman?s Rho dan kai kuadrat.
Hasil penelitian mendapatkan prevalensi sindrom metabolik sebanyak 21,58%, dengan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki, kelompok usia terbanyak adalah > 50 tahun. Sebagian besar kasus sindrom metabolik memiliki tiga komponen, dengan komponen terbanyak adalah lingkar perut dan tekanan darah. Sebanyak 23,50% kasus memiliki riwayat keluarga obesitas dan diabetes melitus. Sebagian besar kategori aktivitas adalah sedang. Jenis asupan makanan dengan kategori tidak sesuai dengan diet adalah serat pangan dan lemak jenuh. Variabel lingkar perut berhubungan bermakna secara statistik dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta kadar kolesterol high density lipoprotein (p < 0,05).

Metabolic syndrome is a health problem that often occurs among workers. The objective of this research was to reveal prevalence of metabolic syndrome in company workers. This research was conducted in 2014 at two Prevalensi Sindrom Metabolik pada Pekerja Perusahaan The Prevalence of Metabolic Syndrome among Company Workers Zahtamal*, Wasilah Rochmah**, Yayi Suryo Prabandari***, Lientje K. Setyawati**** companies in Riau Province with cross sectional design. Data source is the medical records of workers who have been doing medical check up between October 2013 through February 2014. The population is 131 workers who suffer from metabolic syndrome. The study sample is 131 workers, counted by total sampling. The instruments are self-reported questionnaire, international physical activity questionnaire, 24 hours food recall form and recording auxiliary table for components of of metabolic syndrome. Quantitative data management conducted with descriptive analysis and bivariate analysis, by Spearman?s Rho correlation test and chi square.
Prevalence of metabolic syndrome is 21.58%, with the highest gender is male, and the largest age group is > 50 years. Most cases of metabolic syndrome has three components, with the largest component is the abdominal circumference and blood pressure. A total of 23.50% of cases have a family history of obesity and diabetes mellitus. Most categories of activity is moderate. Most types of food intake in the category ?out of dietary guidelines? are dietary fiber and saturated fat. Abdominal circumference variable has a statistically significant relationship with systolic and diastolic blood pressure and high density lipoprotein (p <0.05)."
Riau: Universitas Riau, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat-Kedokteran, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Widya Nandini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi psychological wellbeing seperti job insecurity sebagai job demand dan dukungan supervisor sebagai job resources terhadap kepuasan kerja dan kesehatan fisik pekerja. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah melalui Survey Better Work Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan random sampling dari total populasi 172 pabrik yang telah diambil sampelnya sebanyak 84 perusahaan dengan 1017 buruh pada tahun 2012 dan 2015. Hasil penelitian menunjukkan hasil yang konsisten pada pengaruh kondisi job insecurity dan dukungan supervisor terhadap psikologis wellbeing. Melalui pengaruh psikologis wellbeing ini juga ditemukan pengaruh terhadap kondisi kepuasan kerja dan kesehatan fisik. Pada penelitian ini juga menemukan bahwa gender telah memoderasi hubugan antara psychological wellbeing dan kesehatan fisik buruh.

According to the changes demand in Textile Sector year by year this research aims to investigated the importance of psychological climate in factory like supervisor support and job insecurity to their psychological wellbeing. Furthermore this paper also explore the continual impact of labor rsquo s psychological wellbeing to their job satisfaction and physical health that also an important factors affected their performance at workplace. The data were collected from Better Work Indonesia Survey in 2012 and 2015. This research used quantitative methods from 1017 labors in 84 factory in Indonesia. The result showed significant impact from Supervisor Support and Job Insecurity toward Psychological wellbeing. It is also found that Psychological wellbeing affected to labor rsquo s job satisfaction and physical health. This result contributed to showed the importance of maintaining psychological wellbeing of labors at factory in order to boost and optimatilize their performance. This research also found that gender moderated the relationships between psychological wellbeing and physical health. According to the result it showed that between man and women there is a different way to maintain their health both physical and mental.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T51268
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Jauhar
"Tuberkulosis TB paru masih menjadi masalah kesehatan global dan nasional meskipun obat anti TB dan vaksin BCG telah diberikan. WHO menetapkan TB paru sebagai kedaruratan global bagi kemanusiaan. Angka morbiditas dan mortalitas meningkat setiap tahunnya karena faktor sosial, ekonomi, lingkungan, nutrisi, dan penyakit lain. Dampaknya antara lain kehilangan waktu kerja, stigma negatif, perubahan fisik dan emosional yang tidak hanya dirasakan oleh klien namun juga keluarga dan masyarakat. Hal tersebut akan mempengaruhi efikasi diri dalam berperilaku sehat dan status kesehatan fisik.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bimbingan manajemen diri terhadap efikasi diri dan status kesehatan fisik pada klien TB paru. Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen jenis pretest and posttest with control group. Jumlah masing-masing responden 30 klien pada kelompok intervensi dan kontrol diseleksi dengan purposive sampling. Instrumen yang digunakan Self Efficacy Questionnaire Health Seeking Behavior Treatment Adherence among Tuberculosis Patients dan Functional Assessment of Chronic Illness Therapy-Tuberculosis FACIT-TB. Intervensi ini diberikan sebanyak 4 sesi dalam 2 minggu selama 60-90 menit.
Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh bimbingan manajemen diri terhadap efikasi diri p=0,002 namun tidak berpengaruh terhadap status kesehatan fisik p=0,341.
Penelitian ini merekomendasikan pemberian intervensi keperawatan dalam bentuk bimbingan manajemen diri pada klien TB paru rawat jalan terutama pada tahap awal pengobatan 1-2 bulan terintegrasi dengan program DOTS di fasilitas layanan kesehatan.

Pulmonary tuberculosis TB is still become a global and national health problem even though anti TB drugs and BCG vaccine have been given. WHO establishes pulmonary TB as a global emergency for humanity. Morbidity and mortality rates are increasing every year due to social factor, economic, environmental, nutritional and other diseases. The effects include loss of work time, negative stigma, physical and emotional changes not only perceived by the client but also the family and society. It will affect self efficacy and physical health status.
This study aims to determine the influence of self management counseling on self efficacy and physical health status in pulmonary TB clients. The research design uses quasi experimental pretest and posttest with control group types. The number of each respondent 30 clients in the intervention and control group was selected by purposive sampling. Instruments used Self Efficacy Questionnaire Health Seeking Behavior Treatment Adherence among Tuberculosis Patients and Functional Assessment of Chronic Illness Therapy Tuberculosis FACIT TB. This intervention is given 4 sessions in 2 weeks for 60 90 minutes.
The results showed that there was influence of self management counseling to improve self efficacy p 0,002 and but can rsquo t improve physical health status p 0,341.
This study recommends the provision of nursing interventions in the form of self management counseling on pulmonary TB clients especially in the early stages of treatment 1 2 months integrating with DOTS program in health care services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T49776
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adistikah Aqmarina
"Data Badan Pusat Statistik (2013) menunjukkan bahwa selama tahun 2010 hingga 2013 laju pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia mengalami peningkatan. Hal tersebut mendorong terbukanya keberagaman lapangan pekerjaan, salah satunya industri otomotif. Sektor industi otomotif berperan cukup besar dalam memberikan polusi udara dikarenakan banyaknya exposure yang terdapat di wilayah kerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerja bengkel memiliki risiko untuk terkena berbagai jenis gangguan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko gangguan kesehatan pada pekerja ditinjau dari kondisi fisik lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan di Pusat Bengkel dan Onderdil Margonda Depok. Disain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional dengan metode Sampling Aksidental. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran PM10, suhu, dan kelembaban di 7 titik, observasi kondisi kios serta wawancara dengan kuesioner untuk karakteristik pekerjaan dan jenis gangguan kesehatan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 55,0% pekerja di Pusat Bengkel dan Onderdil Margonda Depok berisiko terhadap gangguan kesehatan dengan jenis gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah gangguan pernafasan (74,2%). Faktor risiko tertinggi yang berhubungan signifikan dengan gangguan kesehatan pekerja yakni konsentrasi PM10 di wilayah kerja (OR = 4,24) dan kondisi kios (OR = 3,77). Perlunya dibuat kebijakan untuk melindungi kesehatan pekerja di Pusat Bengkel dan Onderdil Margonda Depok.

Central Bureau of Statistics (2013) show that during the year 2010 to 2013 the rate of growth of the labor force in Indonesia increased. It encourages diversity job opening, one of the automotive industry. Sectors of the automotive industry, a large enough role in providing air pollution exposure due to the amount contained in the working area. Several studies have shown that the workshop workers are at risk for various types of health problems.
This study aimed to determine the risk factors for health problems in workers seen from Physical Work Environment and Characteristics of Work at Central Workshop and Parts Margonda Depok 2014. The design of the study is Cross-sectional with Accidental Sampling method. The data collection was done by measurement of PM10, temperature, and humidity at 7 points, observation and interviews with stall condition questionnaire for job characteristics and types of health problems.
The analysis showed that 55,0% of workers in Central Workshop and Parts Margonda Depok had risk for health problems with most types of health problems experienced by workers are respiratory problems (74,2%). The highest risk factor significantly associated with the health problems of workers in the region of PM10 concentrations (OR = 4,24) and a stall condition (OR = 3,77). It needs to make a policies to protect the health of workers in Central Workshop and Parts Margonda Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library