Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitriani Annisa Al Mansur
Abstrak :
ABSTRAK
Menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Manajemen untuk mengatasi nyeri saat haid diantaranya adalah dengan mengonsumsi obat pereda nyeri haid. Saat ini masyarakat mulai beralih untuk menggunakan tanaman obat sebagai obat alternatif analgesik, diantaranya tanaman jahe merah merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan cengkeh (Syzigium aromaticum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sediaan krim campuran minyak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan minyak cengkeh (Syzigium aromaticum) terhadap penurunan intensitas nyeri haid primer. Minyak jahe merah dan minyak cengkeh dibuat menjadi sediaan krim dengan konsentrasi berturut-turut 5% dan 3%. Uji stabilitas fisik sediaan krim dilakukan selama 12 minggu. Metode pada uji stabilitas meliputi pengamatan organoleptis (parameternya: pengamatan dan pencatatan pH, Cycling test, dan uji mekanik), dan uji keamanan kepada relawan menggunakan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan pada 30 siswi yang memenuhi kriteria sampel, dilakukan selama 3 jam pada area abdomen bagian bawah. Sediaan krim menunjukkan kestabilan selama 12 minggu dan hasil uji keamanan tidak menimbulkan iritasi sehingga aman digunakan secara topikal. Hasil uji manfaat diukur dengan parameter Visual Analogue Scale, Wong-Baker Faces Pain Rating Scale, frekuensi denyut nadi radialis, frekuensi pernapasan, menunjukkan sediaan krim uji mampu menurunkan intensitas nyeri haid primer. Krim uji memberikan pengaruh penurunan intensitas nyeri yang berbeda nyata dibandingkan krim plasebo, yaitu pada pemakaian krim setelah 3 jam.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
610 JKI 20:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesonna Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Selulit sudah lama dikenal sebagai sejenis kegemukan yang terjadi pada jutaan wanita di seluruh dunia dan berakibat pada penurunan nilai estetik. Berbagai macam media banyak membahas mengenai penyakit ini beserta dengan berbagai metode dan prosedur terapinya yang meliputi bedah, farmakologi, fitoterapi, homeopati, elektromedis, kosmetik, atau mesoterapi fisiologi. Namun semuanya itu memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga hanya tersedia bagi mereka yang mampu membelinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sediaan krim campuran minyak nilam (Pogostemon cablin.L), minyak melati (Jasminum sambac.L), dan minyak jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) untuk mengatasi selulit. Minyak nilam, minyak melati, dan minyak jahe merah dibuat menjadi sediaan krim dengan konsentrasi masing-masing minyak 1.5%. Uji stabilitas fisik sediaan krim uji dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan kepada relawan menggunakan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan selama 28 hari pada area paha sebelah kanan. Sediaan krim uji menunjukkan kestabilan selama 12 minggu dan hasil uji keamanan ada sedikit menimbulkan iritasi pada 1 orang dari total responden 46 orang. Hasil uji manfaat diukur dengan menggunakan parameter fotografi, pengukuran lingkar paha, cutometer, dan corneometer menunjukkan sediaan krim mampu menurunkan derajat selulit. Krim uji terbukti memberikan hasil yang lebih signifikan dibandingkan dengan krim plasebo, yaitu pada pemakaian krim selama 28 hari dan hasil statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna (p < 0,05).
ABSTRACT
Cellulite has been known as kind of obesity that occured in millions of women around the world and resulted in decreasing aesthetic value. Various kinds of media talked much about this disease along with the methods and procedures including surgical therapy, pharmacology, phytotherapy, homeopathy, electromedical, cosmetics, or mesotherapy physiology. But all of them are quite high in cost, so they are only available to those who can afford them. The purpose of this study is to determine the effect of the cream mixture preparation of patchouli oil (Pogostemon cablin.L), jasmine oil (Jasminum sambac.L), and red ginger oil (Zingiber officinale var rubrum) to cure cellulite. Patchouli oil, jasmine oil, and red ginger oil is mixed into a cream preparation with each concentration contains 1.5%. The physical stability of test cream dosage was conducted from over 12 weeks and the safety test was conducted to 46 volunteers on the right thigh using patch test. The test was done in 28 days at the right thigh. Preparation cream showed stability for 12 weeks and there is 1 out of 46 people that had irritation while safety testing were being tested. The benefit results which are measured by using photographic parameters, measurement of thigh circumference, cutometer, and corneometer showed that the cream preparation is capable of lowering the degree of cellulite. The mixture cream is proved to be more significant in test results compared to placebo cream for 28 days therapy (P<0.05).
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahidin
Abstrak :
ABSTRAK
Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit nyeri hebat dan kejang otot pada wajah yang disebabkan peradangan dari Nervus Kranialis. Pada neuralgia trigeminal, penyebab rasa sakitnya adalah iritasi yang terjadi karena tertekannya saraf trigeminal di bagian dasar otak oleh pembuluh darah. Kompresi oleh pembuluh darah tersebut lama kelamaan akan menyebabkan mielin dari saraf trigeminal tersebut robek atau rusak. Imunomodulator merupakan agen yang dapat meningkatkan fungsi sistem imun tubuh manusia untuk mengurangi rasa sakit pada trigeminal neuralgia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kandungan senyawa fenolik dan keberadaan senyawa miristisin yang memiliki fungsi sebagai imunomodulator yang dilakukan pengujian terhadap mencit. Penemuan jamu oleh Rd Soenarto Mertowardojo bahwa Pala (Myristica fragrans), Cengkeh (Syzygium aromaticum), dan Jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) dapat digabungkan dan diramu sebagai jamu penurun ketegangan saraf yang bermanfaat sebagai imunomodulator. Formulasi jamu di ekstrak menggunakan refluks pada suhu 80ºC dengan waktu 90 menit diperoleh hasil total senyawa fenolik yaitu 36,85 mg GAE/g dan ekstrak bahan tunggal pala dengan variasi suhu 60,70,dan 80ºC serta variasi pelarut air dan etanol. Hasil total senyawa fenolik diperoleh pada suhu 80ºC dengan pelarut 50% air-50% etanol yaitu 64,76 mg GAE/g. Jamu penurun ketegangan saraf memiliki senyawa miristisin dengan luas daerah 18,47% dan bahan tunggal pala dengan luas daerah 30,73%. Pengaruh jamu turun tegang saraf terhadap differensiasi leukosit terbukti memiliki pengaruh terhadap aktivitas imunomodulator dengan adanya kenaikan pada limfosit.
ABSTRACT Trigeminal Neuralgia is a severe pain and muscle spasm of the face caused by inflammation of the cranial nerves. In trigeminal neuralgia, the cause of the pain is irritation that occurs because of the stress of the trigeminal nerve in the base of the brain by blood vessels. Compression by these blood vessels will eventually cause myelin from the trigeminal nerve to be torn or damaged. Immunomodulators are agents that can improve the function of the immune system of the human body to reduce pain in trigeminal neuralgia. This study was conducted to determine the content of phenolic compounds and the presence of mirismin compounds which have a function as immunomodulators tested by mice. The discovery of herbal medicine by Rd ​​Soenarto Mertowardojo that Nutmeg (Myristica fragrans), Cloves (Syzygium aromaticum), and Red Ginger (Zingiber officinale var rubrum) can be combined and mixed as a nervous tension-reducing herb that is useful as an immunomodulator. The herbal formulation extracted using reflux at a temperature of 80ºC with a time of 90 minutes, the total phenolic compounds obtained were 36,85 mg GAE / g and extracts of single nutmeg ingredients with temperature variations of 60, 70, and 80ºC and variations in water and ethanol solvents. The total yield of phenolic compounds was obtained at 80ºC with a solvent of 50% water-50% ethanol namely 64,76 mg GAE / g. Nervous tension-reducing herbs have myristicin compounds with an area of ​​18,47% and single nutmeg material with an area of ​​30,73%. The effect of nerve strain down on differentiation of leukocytes has been shown to have an influence on immunomodulatory activity with an increase in lymphocytes.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Vanessa
Abstrak :
Nyeri neuropatik dapat diatasi dengan menggunakan obat farmasi, namun penggunaannya mengandung efek samping yang merugikan tubuh. Terdapat alternatif obat berupa jamu berbahan dasar jahe merah (Zingiber officinale var rubrum), pala (Myristica fragrans), dan cengkeh (Syzygium aromaticum), yang jika digabungkan dapat berfungsi sebagai jamu penurun ketegangan saraf. Beberapa zat aktif yang dimiliki bahan baku jamu penurun ketegangan saraf adalah gingerol, miristisin, dan eugenol, yang terbukti memiliki aktivitas analgesik. Pada penelitian ini dilakukan pengujian aktivitas analgesik pada zat aktif dari jamu penurun ketegangan saraf secara in silicoyang mana hasilnya memperlihatkan adanya interaksi inhibisi zat aktif dari jamu penurun ketegangan saraf dan obat standar terhadap reseptor TRPV-1, dan dari perbandingan koefisien inhibisi didapatkan bahwa zat aktif miristisin aktivitas analgesiknya paling mendekati obat standar terhadap ID/3J9J, dan pada ID/3SUI didapati koefisien inhibisi zat aktif gingerol lebih baik dari obat atandar. Berdasarkan hasil analisis nilai ekonomi simulasi pabrik dengan kapasitas 43,27 kg/hari atau 72.072 kapsul/hari, didapatkan NPV sebesar IDR 27.160.061.376, IRR sebesar 65,05%, serta PBP dalam waktu 1,44 tahun dengan harga produk Rp 200.000/botol berisi 120 kapsul dan massa kapsul 0,6 gram. ......Neuropathic pain can be overcome by using pharmaceutical drugs or surgical therapy, however, some use of pharmaceutical drugs to reduce neuropathic pain can have side effects for the body. There is an alternative in the form of herbal drink consists of nutmeg (Myristica fragrans), cloves (Syzygium aromaticum), and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) which, when combined, can be functioned as a medicine to reduce nerve tension or neuropathic pain. In this research conducted an in silico analysis of analgesic activity on the active substances of herbal drink where the results showed inhibition interaction of active substances from herbal drink and standard medicine against the TRPV-1 receptor, and the inhibitioncoefficient showed that myristicin has analgesic activity closest to the analgesic activity from standard medicine on ID/3J9J, meanwhile on ID/3SUI the result is the inhibition coefficient of the gingerol were better than the standard medicine. Based on the results of economic analysis of the preliminary plant design simulation with a capacity of 43.27 kg/day or 72,072 capsules/day; the NPV is IDR 27.160.061.376, the IRR is 65,05%, and the PBP is on 1.44 years with the price of the product Rp 200.000/ bottle with 120 capsules, and each capsule weighted 0,6 gram.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafa Febrianti Mutia Dewi
Abstrak :

Aktivitas manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya akan berdampak terhadap lingkungan, termasuk dampak negatif seperti turunnya kualitas lingkungan karena pencemaran timbal. Timbal (Pb) merupakan unsur yang tidak esensial bagi tanaman, namun dapat terserap dan meracuni tanaman. Telah dilakukan penelitian mengenai dampak timbal terhadap profil metabolomik tanaman jahe merah (Zingiber officinale var Rubrum.). Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh timbal terhadap pertumbuhan dan profil metabolomik rimpang jahe merah. Perlakuan yang diberikan selama 1 bulan adalah PbCl2 50, 100, dan 150 ppm dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 6 ulangan. Analisis profil metabolomik dilakukan dengan metode HPLC. Analisis statistik menggunakan Principle Component Analysis (PCA) dan Hierarchical Cluster Analysis (HCA). Hasil penelitian menunjukkan pemberian PbCl2 100 ppm dan 150 ppm pada tanaman jahe merah menghasilkan perbedaan yang signifikan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman dan gejala toksisitas. Sedangkan perlakuan 50 ppm tidak memberikan pengaruh. Hal tersebut menunjukkan bahwa jahe merah memiliki toleransi terhadap PbCl2 hingga konsentrasi 50 ppm. Hasil PCA dan HCA berupa scatter plot dan dendrogram telah berhasil mengelompokkan tanaman kontrol dengan tanaman perlakuan 50 ppm ke dalam satu klaster, sementara perlakuan 100 ppm membentuk klaster dengan perlakuan 150 ppm. Pemberian PbCl2 lebih dari 100 ppm menghasilkan perbedaan terhadap profil metabolit jahe merah jika dibandingkan dengan kontrol.


Human activities meeting their daily needs will impact the environment, including negative impacts such as the decline in the quality of the environment due to lead pollution. Lead is an element that is not essential for plants but can be absorbed and poison plants. Research has been conducted on the impact of lead on the metabolomics profile of red ginger (Zingiber officinale var Rubrum.). This study aimed to determine the effect of lead on the growth and metabolism of red ginger. The treatments were PbCl2 50, 100, and 150 ppm with a Completely Randomized Design with six replications. Metabolic profile analysis was performed using HPLC method. Statistic analysis using multivariate Principle Component Analysis (PCA) and Hierarchical Cluster Analysis (HCA). The research showed that the treatment of 100 and 150 ppm PbCl2 in the sample resulted significant differences in plant height growth and toxicity symptoms. These results show that ginger has a tolerance of PbCl2 at a concentration of 50 ppm. PCA and HCA result have separated control with 50 ppm treatment into one cluster, while 100 ppm treatment forms another cluster with 150 ppm treatment. PbCl2 treatment higher than 100 ppm showed a different metabolite profile compared to the control.

Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hasanah
Abstrak :
Antikonvulsan merupakan obat yang digunakan untuk mengobati konvulsi/kejang yang terjadi pada manusia. Antikonvulsan ini menekan aktivitas sistem saraf pusat dan meningkatkan aksi GABA yang menghambat neurotransmitter sehingga mencegah terjadinya kejang. Sebagian tanaman telah diketahui mengandung berbagai senyawa kimia yang memiliki khasiat baik bagi kesehatan manusia. Berdasarkan hal tersebut, ditemukan ramuan herbal yang terdiri dari campuran antara cengkih (Syzygium aromaticum L.), pala (Myristica fragrans L.), dan jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) oleh Raden Soenarto Mertowardojo. Ramuan herbal tersebut dipercaya secara empirik sebagai jamu penurun ketegangan saraf yang mengandung fenolik dengan aktivitas antikonvulsan. Pengujian aktivitas antikonvulsan dilakukan secara in vivo pada mencit jantan galur ddY terinduksi striknin dalam 6 kelompok pengujian, yaitu kontrol negatif (aquades), kontrol positif I (fenobarbital i.p.), kontrol positif II (fenobarbital p.o.) dosis I (jamu 0,325 mL/40 g BB), dosis II (jamu 0,65 mL/40 g BB), dan dosis III (jamu 1,3 mL/40 g BB). Aktivitas antikonvulsan jamu dalam 250 mL pelarut dengan metode refluks diuji berdasarkan kemampuan memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi. Analisis data menunjukkan bahwa jamu dosis III (1,3 mL/40 g BB) paling baik dalam memperpanjang onset kejang, mempercepat durasi kejang dan meningkatkan proteksi secara signifikan. Pengujian total fenolik dilakukan melalui ekstraksi 10 g bahan jamu dalam 250 mL pelarut secara refluks dengan variasi suhu dan komposisi pelarut (Suhu 60oC, 70oC, 80oC dan pelarut air:etanol 100:0; 75:25; 50:50). Total fenol tertinggi diperoleh pada suhu 80oC dan komposisi pelarut air:etanol 50:50. ...... Anticonvulsants are drugs used to treat convulsions that occur in humans. These anticonvulsants suppress the activity of the central nervous system and increase the action of GABA which inhibits neurotransmitters so as to prevent the occurrence of seizures. Some plants have been known to contain various chemical compounds that have good properties for human health. Based on this, herbal concoctions were made consisting of a mixture of cloves (Syzygium aromaticum L.), nutmeg (Myristica fragrans L.), and red ginger (Zingiber officinale var rubrum) by Raden Soenarto Mertowardojo. The herbal ingredients were trusted empiric as a nerve tension-lowering herb containing phenolic with anticonvulsant activity. Testing of anticonvulsant activity was carried out in vivo on striknin-induced male mice with ddY strain in 6 test groups, namely negative control (distilled water), positive control I (phenobarbital ip), positive control II (fenobarbital po) dose I (herbal medicine 0.325 mL / 40 g BB), dose II (herbal medicine 0.65 mL / 40 g BB), and dose III (herbal medicine 1.3 mL / 40 g BB). The anticonvulsant activity of herbs in 250 mL of solvent with the reflux method was tested based on the ability to extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and increase the rate of protection. Data analysis showed that herbal dosage III (1.3 mL / 40 g BB) is best for extend seizure onset, accelerate the duration of seizures and significantly increase the rate of protection. Total phenolic testing was carried out by extracting 10 g of herbal ingredients in 250 mL of solvent by reflux with variations in temperature and solvent composition (Temperature 60oC, 70oC, 80oC and water solvents: ethanol 100: 0; 75:25; 50:50). The highest total phenol was obtained at 80oC and the water solvent composition: 50:50 ethanol.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shilla Shadilla
Abstrak :
Logam berat kadmium bersifat non-esensial bagi tumbuhan, namun dapat terakumulasi di dalam organ tumbuhan. Keberadaan kadmium dalam media tanam dapat menyebabkan efek toksik, salah satunya bagi tanaman obat Zingiber officinale var. Rubrum (jahe merah). Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian perlakuan kadmium terhadap pertumbuhan dan profil metabolit sekunder pada rimpang jahe merah. Penelitian ini bersifat eksperimental, dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL), menggunakan empat perlakuan dalam bentuk larutan CdCl2 dengan konsentrasi 0 ppm (kontrol), 50 ppm, 100 ppm, dan 150 ppm, dengan 6 ulangan pada setiap perlakuan. Parameter yang diteliti berupa laju pertambahan tinggi tanaman dan berat rimpang yang diolah menggunakan uji ANOVA serta dilanjutkan uji Duncan, gejala toksisitas di daun, dan profil metabolit sekunder yang terdeteksi diolah menggunakan Principal Component Analysis (PCA) dan Hierarchical Cluster Analysis (HCA). Hasil penelitian menunjukkan semakin besar konsentrasi kadmium yang diberikan maka laju pertambahan tinggi tanaman dan berat rimpang semakin menurun. Gejala toksisitas mulai muncul pada pekan ke-2 seperti klorosis dan nekrosis di ujung dan tepi daun. Profil metabolit sekunder rimpang yang terdeteksi membentuk tiga pengelompokan, kelompok I memiliki kemiripan antara sampel perlakuan kadmium 100 ppm dan 150 ppm, sedangkan yang menunjukkan perbedaan terdapat di antara sampel kelompok perlakuan kontrol dan kadmium 50 ppm. ......Heavy metal cadmium is non-essential for plants, but it can accumulate in plants. The presence of cadmium in the growing media can cause toxic effects for the medicinal plants, one of which is the red ginger (Zingiber officinale var. Rubrum). The purpose of this study was to determine the effect of cadmium treatment on the growth and profile of secondary metabolites in the red ginger rhizome. This study was experimental, with a completely randomized design, using four treatments in the form of a CdCl2 solution with a concentration of 0 ppm (control), 50 ppm, 100 ppm, and 150 ppm, the samples used are 6 replications for each treatment. The studied parameters were the rate of increase in plant height and rhizome weight which were processed using ANOVA test and continued with Duncan's test, symptoms of toxicity in the leaves, and the profile of the detected secondary metabolites were processed using Principal Component Analysis (PCA) and Hierarchical Cluster Analysis (HCA). The results showed that the increase the concentration of cadmium given, the growth rate of plant height and rhizome weight decreases. Toxicity symptoms begin to appear in the second week, such as chlorosis and necrosis at the tips and edges of the leaves. The secondary metabolite profiles detected formed three groupings, Group 1 had similarities between the 100 ppm and 150 ppm cadmium treatment samples, while those showing differences were between the control and 50 ppm cadmium treatment samples.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library