Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dimas Ardiansyah S.
Abstrak :
Jahe (Zingiber 0fficinale Rosc) merupakan salah satu tanaman Indonesia yang banyak digunakan secara luas dalam pengobatan tradisional. Bagian dari jahe yang digunakan adalah rimpangnya. Berdasarkan ukuran, bentuk dan warna rimpangya jahe dibedakan menjadi tiga varietas, yaitu; Jahe emprit (Zingiber officinale Rosc var amarum), jahe gajah (Zingiber officinale Rosc var sp) dan jahe merah (Zingiber officinale Rosc var rubrum). Ketiga jahe tersebut mengandung senyawa-senyawa aktif yang sama, seperti; shogaol, gingerol dan zingeron yang bersifat sebagai antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek hepatoprotektif pemberian jus ketiga varietas jahe tersebut, pada tikus putih jantan yang diberi karbon tetraklorida melalui pengamatan aktivitas GPT dan histologi jaringan hati. Tikus dibagi menjadi enam kelompok yaitu; kelompok kontrol normal, kelompok kontrol karbon tetraklorida, kelompok kontrol positif dan tiga kelompok uji dengan pemberian jus jahe dengan dosis 2,25g/200g bb. Pemberian jus jahe dilakukan selama delapan hari dan pada hari ke delapan seluruh kelompok, kecuali kelompok kontrol normal diberi larutan karbon tetraklorida dengan dosis 0,45 mg/200g bb. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa ketiga jus jahe tersebut memberikan efek hepatoprotektif. Efektifitas hepatoprotektif tertinggi dimiliki oleh jahe merah dengan persentase sebesar 62,88 %, sedangkan jahe emprit sebesar 41,96 % dan jahe gajah sebesar 22,76 %.
Ginger (Zingiber officinale Rosc) has been widely used as traditional medicine in Indonesia. Part of ginger has been usually is used is rhizome. Based on the size, shape and colour of rhizome, ginger was classified into three varieties. I.e: zingiber officinale Rosc var amarum, Zingiber officinale Rosc var sp and Zingiber officinale Rosc var rubrum. Those gingers have same active components such as shogaol, gingerol and gingerone which have antioxidant activity. The aim of this researchis to find out the hepatoprotective effect of those gingers juice treatments,of male white rats which treatened by carbon tetrachloride through observation of GPT activity and heart tissue histology. The male white rats were divided into six groups. I.e; normal control group, carbon tetrachloride kontrol group, positive control group and three groups which treatened by three kinds of ginger juices with dose 2,25g/200g body weight for eight days. In the 8th day, all groups except positive control group treatened with carbon tetrachloride of dose 0,45 mg/g body weight. The result showed that those gingers juices had hepatoprotective effect. The highest efect gained by zingiber officinale Rosc var rubrum with hepatoprotective activity 62,88 %, zingiber officinale Rosc var amarum 41,96 % and zingiber officinale Rosc var sp 22,76 %.
Depok: Universitas Indonesia, 2005
S32827
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ema Viaza
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian efek anti jamur dari Zingiber Of ficinale Roscoe terhadap jamur Trichophyton men tagrophy tes, Trichophyton rubrum dan microsporum canis, dengan menentukan zona hambatan pertumbuhan jamur secara cakram dan kadar hambat minimal secara pengenceran tabung. Dari hasil penelitian diperoleh jamur Trichophyton mentagrophytes, Trichophyton rubrum dan microsporum canis memberikan kadar hambat minimum sebaqai berikut 6,25 mg/ml, 12,5 mg/ml dan 6,25 mg/ml. Berdasarkan zona hambatan yang diperoleh, efek anti jamur tertinggi diberikan terhadap jamur Trichophyton mentagrophytes kemudian disusul Trichophyton rubrum dan Nicrosporum canis ABSTRACT
It ha been carried out to study the effct of anti fungi of Zingiber officinale Roscoe against the dermatophyta fungi such as, Trichophyton nien tagrophytes. Trichophytori rubrum and Microsporum canis, determined the growth inhibitation zone by the dies inethode and determined the minimum inhibitation concentration b y the dilution tube method. The result of this study shows that Tnichophyton inentagrophytes. Trichophyton rubrum and Microsporum canis give the minimum inhibitation concentration respectively 6.25 mg/ml, 12.5 mg/ml and 6.25 mg/ml. According to the growth inhibitation zone, Tnichophyton inentagrophytes gives the highest diameter of the growth inhibitation zone compares to the other two fungsi.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Medisya Yasmine
Abstrak :
Latar Belakang: Demam Berdarah Dengue ditransmisikan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti yang sudah resisten terhadap insektisida sintetik. Tujuan penelitian ini mengevaluasi aktivitas insektisida (larvasida dan adultisida) ekstrak rimpang (Zingiber officinale) yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 terhadap A. aegypti. Metode: Penelitian eksperimen terbagi dua kelompok. Pertama, larva A. aegypti dipaparkan dengan ekstrak jahe (konsentrasi 500, 1000, 1500, 2000, dan 2500 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 (konsentrasi 1, 3, 6, 9, dan 12 ppm), dan campuran ekstrak jahe dan nanokomposit (12 ppm) dengan lima pengulangan. Kedua, nyamuk dewasa betina A. aegypti dipaparkan dengan ekstrak jahe (konsentrasi 2500, 5000, 10 000, dan 20 000 ppm), nanokomposit Ag-TiO2 (konsentrasi 5, 10, 20, dan 30 ppm), dan ekstrak jahe yang mengandung nanokomposit (30 ppm) dengan tiga pengulangan. Hasil: Mortalitas 100% larva ditemukan pada ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (LC50 = 704,1 ppm, LC90 = 1868,5 ppm) dan ekstrak jahe (LC50 = 765,7 ppm, LC90 = 1945,1 ppm). Terdapat perbedaan persentase mortalitas larva (p < 0,05) dengan korelasi positif bermakna dengan konsentrasi ekstrak jahe (r = 0,6), Ag-TiO2 (r = 0,8), dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (r= 0,7). Sebesar 100% mortalitas nyamuk ditemukan pada Ag-TiO2 (LC50 = 15,5 ppm, LC90 = 99,0 ppm) dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (LC50 = 744,4 ppm, LC90 = 5078,9 ppm). Terdapat perbedaan persentase mortalitas nyamuk (p < 0,05) diikuti korelasi positif kuat antara konsentrasi Ag-TiO2 (r = 0,9) dan ekstrak jahe yang mengandung Ag-TiO2 (r = 0,9 p). Kesimpulan: Ekstrak rimpang Z. officinale yang mengandung nanokomposit Ag-TiO2 merupakan insektisida yang efektif untuk mengontrol populasi A. aegypti. ......Background: Dengue hemorrhagic fever is transmitted by mosquito vector Aedes aegypti which has been reported resistant to synthetic insecticides. The aim of this study was to evaluate insecticide activities (larvacidal and adulticidal) of Zingiber officinale rhizome extract and Ag-TiO2 nanocomposite against A. aegypti. Method: This experimental study consists of two groups. First, the larvae of A. aegypti exposed to ginger extract (concentrations 500, 1000, 1500, 2000, and 2500 ppm), Ag-TiO2 nanocomposite (concentrations 1, 3, 6, 9, and 12 ppm), and mixture of Z. officinale rhizome extract and Ag-TiO2 (12 ppm) in 5 replicates. Second, adult female A. aegypti mosquitoes exposed with ginger extract (consentrations 2500, 5000, 10000, and 20000 ppm), Ag-TiO2 nanocomposite (consentrations 5, 10, 20, 30 ppm), and ginger extract containing nanocomposite (30 ppm) in 3 replicates. Result: A. aegypti larvae 100% mortality was found on the ginger extract containing Ag-TiO2 (LC50 = 704,1 ppm, LC90 = 1868,5 ppm) and ginger extract (LC50 = 765,7 ppm, LC90 = 1945,1 ppm). There was a significant difference (p < 0,05) and a significant positive correlation between larvae mortality and the concentration of ginger extract (r = 0,6), Ag-TiO2 (r = 0,8), and ginger extract containing Ag-TiO2 (r= 0,7). Mosquitoes 100% mortality was found on the Ag-TiO2 (LC50 = 15,5 ppm, LC90 = 99,0 ppm) and ginger extract containing Ag-TiO2 (LC50 = 744,4 ppm, LC90 = 5078,9 ppm). Percentage difference (p < 0,05) and strong positive correlation was found between the mortality of mosquitoes and the Ag-TiO2 (r = 0,9) and ginger extract containing Ag-TiO2 (r = 0,9) concentrations. Conclusion: Zingiber officinale rhizome extract containing Ag-TiO2 nanocomposite is an effective insecticide to control A. aegypti population.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriani Annisa Al Mansur
Abstrak :
ABSTRAK
Menstruasi yang menimbulkan nyeri merupakan salah satu masalah ginekologi yang paling umum dialami wanita dari berbagai tingkat usia. Manajemen untuk mengatasi nyeri saat haid diantaranya adalah dengan mengonsumsi obat pereda nyeri haid. Saat ini masyarakat mulai beralih untuk menggunakan tanaman obat sebagai obat alternatif analgesik, diantaranya tanaman jahe merah merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan cengkeh (Syzigium aromaticum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sediaan krim campuran minyak jahe merah (Zingiber officinale var. Rubrum) dan minyak cengkeh (Syzigium aromaticum) terhadap penurunan intensitas nyeri haid primer. Minyak jahe merah dan minyak cengkeh dibuat menjadi sediaan krim dengan konsentrasi berturut-turut 5% dan 3%. Uji stabilitas fisik sediaan krim dilakukan selama 12 minggu. Metode pada uji stabilitas meliputi pengamatan organoleptis (parameternya: pengamatan dan pencatatan pH, Cycling test, dan uji mekanik), dan uji keamanan kepada relawan menggunakan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan pada 30 siswi yang memenuhi kriteria sampel, dilakukan selama 3 jam pada area abdomen bagian bawah. Sediaan krim menunjukkan kestabilan selama 12 minggu dan hasil uji keamanan tidak menimbulkan iritasi sehingga aman digunakan secara topikal. Hasil uji manfaat diukur dengan parameter Visual Analogue Scale, Wong-Baker Faces Pain Rating Scale, frekuensi denyut nadi radialis, frekuensi pernapasan, menunjukkan sediaan krim uji mampu menurunkan intensitas nyeri haid primer. Krim uji memberikan pengaruh penurunan intensitas nyeri yang berbeda nyata dibandingkan krim plasebo, yaitu pada pemakaian krim setelah 3 jam.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
610 JKI 20:3 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marosta Widigarka
Abstrak :
Neuropati adalah kerusakan saraf. Pada penelitian ini akan membahas neuropati kranial trigeminal neuralgia dan neuropati diabetik. Penderita neuropati banyak yang tidak puas dengan pengobatan pada umumnya karena kontrol nyeri yang tidak komplit dan menimbulkan efek samping seperti pusing, mual, dan muntah. Karena itu dibutuhkan penanganan alternatif yang tidak memiliki efek samping berupa jamu turun tegang saraf yang mengandung cengkeh (Syzygium aromaticum), jahe (Zingiber officinale), dan pala (Myristica fragrans). Nyeri neuropati berhubungan dengan kerusakan jaringan dan menghasilkan proses inflamasi, demikian juga cedera saraf dapat menyebabkan reaksi inflamasi. Pada penelitian ini jamu turun tegang saraf akan diuji secara in silico dengan metode docking yang menghasilkan interaksi inhibisi 6-gingerol, myristicin, dan eugenol terhadap enzim COX-1 dengan afinitas energi ikatan sebesar -6,86 kcal/mol, -5,70 kcal/mol, dan -6,10 kcal/mol dan koefisien inhibisi sebesar 9,40 μM, 66,49 μM, dan 33,61 μM; terhadap enzim COX-2 dengan afinitas energi ikatan sebesar -6,77 kcal/mol, -5,51 kcal/mol, dan -5,75 kcal/mol dan koefisien inhibisi sebesar 10,82 μM, 92 μM, dan 60,96 μM. Pra perancangan pabrik jamu turun tegang saraf yang menghasilkan pabrik yang layak investasi dengan PBP sebesar 1,42 tahun. Pemodelan reaksi enzimatik inhibisi non kompetitif pada jamu turun tegang saraf menghasilkan kemampuan inhibisi yang mendekati flurbiprofen dan berpotensi sebagai anti inflamasi.
Neuropathy is nerve damage. This research will discuss trigeminal neuralgia and diabetic neuropathy. Many neuropathy sufferers are dissatisfied with medication in general due to incomplete pain control and side effects. Because of that, alternative handling is needed that does not have side effects in the form of neural tension-reducing herb consists of ginger (Zingiber officinale), cloves (Syzygium aromaticum), and nutmeg (Myristica fragrans). Neuropathic pain is related to tissue damage and produces an inflammatory process, as well as nerve damage, which can cause inflammation. In this study, in-silico test is done by the docking method that tested 6-gingerol, myristicin, and eugenol against the COX-1 enzyme with the results of affinity energy bond of -6.86 kcal/mol, -5,70 kcal/mol, and -6.10 kcal/mol and inhibition coefficient of 9.40 μM, 66.49 μM, and 33.61 μM; against COX-2 enzymes with the results of affinity energy bond of -6.77 kcal/mol, -5.51 kcal/mol, and -5.75 kcal/mol and inhibition coefficient of 10.82 μM, 92 μM, and 60 .96 μM. The preliminary design of the neural tension-reducing herb factory resulted in an investment-worthy factory with PBP of 1.42 years. Modeling of non-competitive enzymatic reactions on the active substances of neural tension-reducing herb resulted the ability to inhibit inflammation similar to flurbiprofen and could be used as an anti inflammatory.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisyah Hanifah
Abstrak :
Nyeri Neuropatik merupakan salah satu bentuk nyeri kronik dengan prevalensi berkisar antara 7-10% populasi dinegara maju. Obat farmasi yang umum digunakan dalam upaya penanganan nyeri neuropatik adalah antidepresan. Beberapa herbal seperti pala (Myristica fragrans), cengkeh (Syzygium aromaticum) dan jahe (Zingiber officinale) secara empiris dapat dijadikan sebagai jamu penurun ketegangan saraf dengan efek samping lebih rendah. Oleh karena itu, Jamu sebagai alternatif obat farmasi dapat digunakan untuk penyakit ini dengan data saintifik yang akurat. Suhu dan waktu terbaik pada ekstraksi Jamu Penurun Nyeri Saraf Tegang bedasarkan total fenolik dan efisiensi waktu ekstraksi adalah 80℃ selama 90 menit dengan total fenolik 1343,06 ppm. Bedasarkan ekstraksi tunggal bahan baku jamu cengkeh memiliki total fenolik terbesar dengan nilai koefisien perpindahan massa (KC) senyawa fenolik pada ekstrak cengkeh dengan variasi suhu 60, 80 dan 100℃ adalah 0,1018 cm/s., 0,1408 cm/s. dan 0,1861 cm/s. UPLCMS analisis ekstrak aquadest jamu menunjukan adanya senyawa seperti adenine, asam chlorogenic, miquelianin, quercitrin, 6-Shogaol, myristicin, dan eugenol. Sedangkan hasil analisis GC-MS, 4 senyawa utama bedasarkan kelimpahan hasil analysis adalah asam 9-Octadecenoic (Z), 2,3-dihydroxypropyl ester ( 22.028 %), n-Hexadecanoic acid (21.764 %), asam cis-Vaccenic (20.291 %) dan asam Hexadecanoic, 2hydroxy1(hydroxymethyl) ethyl ester (13.360 %). Senyawasenyawa tersebut tersebut memiliki khasiat sebagai antidepresan, antioksidan, antiinflamasi, dan analgesik yang secara empirik mempunyai khasiat mengurangi rasa nyeri pada saraf. Penurunan nilai pH pada penyimpanan jamu di suhu ruang cenderung signifikan sementara pada penyimpanan jamu di suhu refrigerator, nilai pH cenderung stabil. Ekstrak jamu pada berbagai dosis secara signifikan mengurangi durasi imobilitas pengurangan durasi imobilitas menunjukan adanya aktivitas antidepresan. Pengurangan waktu imobilitas adalah 8,3%, 36,4% dan 30,1% untuk dosis 16,25 mL/kg, 32,5 mL/kg dan 65 mL/kg dengan kelompok kontrol positif dan dosis II memiliki aktivitas anti-depresant setara. ......Neuropathic pain is one form of chronic pain that is very difficult to manage with prevalence ranges from 7-10% of the population in developed countries. Pharmaceutical drugs that commonly used to treat neuropathic pain is antidepressants. Empirically use some herbs such as nutmeg (Myristica fragrans), cloves (Syzygium aromaticum) and ginger (Zingiber officinale) to reduce nervous tension with lower side effects. Therefore, Jamu as an alternative medicine can be used for this disease with accurate scientific data. The best temperature and time for extraction of Tension Pain Reducing Herbs based on the total phenolic and extraction time efficiency was 80 ℃ for 90 minutes with a total phenolic value of 1343.06 ppm. Based on a single extraction of raw materials for jamu, clove had the largest total phenolic with a mass equilibrium value (KC) of phenolic total in clove extract with a temperature variation of 60, 80 and 100 ℃ are 0.1018 cm / s, 0.1408 cm / s. and 0.1861 cm / s. UPLC-MS analysis revealed the presence of compounds such as adenine, chlorogenic acid, miquelianin, quercitrin, 6-gingerol, myristicin, and eugenol and for GC-MS analysis revealed Octadecenoic acid (Z)-, 2,3 dihydroxypropyl ester ( 22.028 %), n-Hexadecanoic acid (21.764 %), cis-Vaccenic acid (20.291 %) and Hexadecanoic acid, 2-hydroxy-1- (hydroxymethyl) ethyl ester (13.360 %). These compounds have efficacy as an antidepressant, antioxidant, antiinflammatory, and analgesic, which empirically has the effect of reducing nerve tension. Decreasing the pH value of herbal medicine storage at room temperature tends to be significant while at refrigerator temperature the pH value tends to be stable. Herbal extracts at various doses significantly reduce the duration of immobility, reducing the duration of immobility shows antidepressant activity. Reduction in immobility time was 8.3%, 36.4% and 30.1% for doses of 16.25 mL/kg,32.5 mL/kg and 65 mL/kg with positive control groups and dose II had antidepressant activity equivalent.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
T53188
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salina Febriany
Abstrak :
Diabetes adalah penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang untuk dapat mencegah efek komplikasi. Salah satu cara adalah dengan pengobatan tradisional. Sebagai negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar, Indonesia juga memiliki obat tradisional yang disebut JAMU. Pengkajian secara bioinformatik dengan aplikasi berbasis web diperoleh kandidat formula antihiperglikemik terkuat yaitu brotowali, jahe, sembung, dan pare. Untuk membuktikan bahwa formula jamu berdasarkan bioinformatika dengan komposisi tersebut dilakukan pencarian komposisi terbaik jamu antihiperglikemik pada Zebrafish serta tikus jantan albino galur Sprague Dawley. Induksi pada Zebrafish dilakukan menggunakan larutan glukosa 111 mM selama 14 hari sedangkan pada tikus jantan albino galur SD digunakan streptozotosin pada dosis 45 mg/kgBB dengan penambahan larutan fruktosa 10%. Dari hasil diperoleh kombinasi pare dan sembung dengan perbandingan 1:1 merupakan formula dengan penurunan kadar glukosa darah tertinggi pada Zebrafish (57.36%), dan dosis 400 mg/kgBB merupakan dosis terbaik dalam menurunankan kadar glukosa darah tikus (66,56±7,93 %) yang tidak berbeda bermakna terhadap kadar glukosa darah tikus yang diberikan glibenklamid 5 mg/kgBB (p>0,05). Hasil histologi pankreas menggunakan pewarnaan HE menunjukan bahwa pada pankreas dengan pemberian jamu 800 dan 400 mg/kgBB tidak mengalami kelainan yang spesifik, namun sel yang terdapat pada pulau langerhans tidak sebanyak seperti pada kelompok kontrol normal.
Diabetes is a chronic disease that requires long-term treatment to prevent complications effects. Some people in some countries use traditional medicine. Indonesia is a country with enormous biodiversity, therefore Indonesia has a traditional medicine is called Jamu. With is a web-based bioinformatics applications assessment, it is obtained the antihyperglycemic formula for diabetes which strongest candidate is brotowali (Tinospora crispa), ginger (Zingiber officinale), sembung (Blumea balsamifera), and pare (Momordica charantia). In order to get the best composition of herbs antihyperglycemic formula based in bioinformatics the research have performed test in zebrafish and Sprague Dawley strain albino male rats. Induction in zebrafish carried out using a solution of 111 mM glucose for 14 days and the male albino rats used streptozotosin at 45 mg/kg dose with the addition of 10% fructose solution. The result shows that sembung (Blumea balsamifera) and pare (Momordica charantia) combination with a ratio of 1: 1 is the formula with the highest decrease in blood glucose levels in Zebrafish (57.36%), and a dose of 400 mg / kg was the best dose decrease blood glucose levels in rats (66.56 ± 7.93%) which did not differ significantly on blood glucose levels of mice were given glibenclamide 5 mg/kg (p> 0.05). Pancreatic histology results using HE staining showed that the pancreas which is given 800 and 400 mg/kg herbs has no specific abnormalities, but the cells contained Langerhans island is not as much as in the normal control group.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
T45433
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariesonna Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Selulit sudah lama dikenal sebagai sejenis kegemukan yang terjadi pada jutaan wanita di seluruh dunia dan berakibat pada penurunan nilai estetik. Berbagai macam media banyak membahas mengenai penyakit ini beserta dengan berbagai metode dan prosedur terapinya yang meliputi bedah, farmakologi, fitoterapi, homeopati, elektromedis, kosmetik, atau mesoterapi fisiologi. Namun semuanya itu memerlukan biaya yang cukup tinggi sehingga hanya tersedia bagi mereka yang mampu membelinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sediaan krim campuran minyak nilam (Pogostemon cablin.L), minyak melati (Jasminum sambac.L), dan minyak jahe merah (Zingiber officinale var rubrum) untuk mengatasi selulit. Minyak nilam, minyak melati, dan minyak jahe merah dibuat menjadi sediaan krim dengan konsentrasi masing-masing minyak 1.5%. Uji stabilitas fisik sediaan krim uji dilakukan selama 12 minggu dan uji keamanan kepada relawan menggunakan metode uji tempel. Uji manfaat dilakukan selama 28 hari pada area paha sebelah kanan. Sediaan krim uji menunjukkan kestabilan selama 12 minggu dan hasil uji keamanan ada sedikit menimbulkan iritasi pada 1 orang dari total responden 46 orang. Hasil uji manfaat diukur dengan menggunakan parameter fotografi, pengukuran lingkar paha, cutometer, dan corneometer menunjukkan sediaan krim mampu menurunkan derajat selulit. Krim uji terbukti memberikan hasil yang lebih signifikan dibandingkan dengan krim plasebo, yaitu pada pemakaian krim selama 28 hari dan hasil statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna (p < 0,05).
ABSTRACT
Cellulite has been known as kind of obesity that occured in millions of women around the world and resulted in decreasing aesthetic value. Various kinds of media talked much about this disease along with the methods and procedures including surgical therapy, pharmacology, phytotherapy, homeopathy, electromedical, cosmetics, or mesotherapy physiology. But all of them are quite high in cost, so they are only available to those who can afford them. The purpose of this study is to determine the effect of the cream mixture preparation of patchouli oil (Pogostemon cablin.L), jasmine oil (Jasminum sambac.L), and red ginger oil (Zingiber officinale var rubrum) to cure cellulite. Patchouli oil, jasmine oil, and red ginger oil is mixed into a cream preparation with each concentration contains 1.5%. The physical stability of test cream dosage was conducted from over 12 weeks and the safety test was conducted to 46 volunteers on the right thigh using patch test. The test was done in 28 days at the right thigh. Preparation cream showed stability for 12 weeks and there is 1 out of 46 people that had irritation while safety testing were being tested. The benefit results which are measured by using photographic parameters, measurement of thigh circumference, cutometer, and corneometer showed that the cream preparation is capable of lowering the degree of cellulite. The mixture cream is proved to be more significant in test results compared to placebo cream for 28 days therapy (P<0.05).
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Debora E. Gondokusumo
Abstrak :
Brazilin dan 6-gingerol, senyawa bioaktif dalam ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.) dan rimpang jahe (Zingiber officinale Rosc.), memiliki berbagai potensi manfaat farmakologis. Kombinasi ekstrak ini telah menunjukkan sifat antitrombotik dan antihiperlipidemia, sehingga menunjukkan potensi penggunaan kombinasi ini dalam produk herbal. Analisis kuantitatif diperlukan untuk memastikan kontrol kualitas produk herbal. Namun, kuantifikasi simultan Brazilin dan 6-gingerol menggunakan metode HPLC saat ini tidak tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi metode kuantifikasi simultan untuk Brazilin dan 6-gingerol dalam ekstrak gabungan kayu secang dan jahe menggunakan KCKT- fase terbalik. Analisis kromatografi dilakukan menggunakan kolom C18 Inertsil ODS3 fase terbalik (4,5x250mm; ukuran partikel 5μm) pada suhu kamar, dengan deteksi pada 282nm menggunakan detektor UV. Fase gerak terdiri dari asetonitril (A) dan air yang mengandung 0,1% asam asetat (B), dengan elusi gradien yang dioptimalkan sebagai berikut: 0-12 menit 15% A: 85% B; 12-16 menit 30% A: 70% B; 16-21 menit 45% A: 55% B; 21-35 menit 60% A: 40% B, dengan laju aliran 1mL/menit dengan volume injeksi 20 μL. Metode yang dikembangkan menunjukkan kesesuaian sistem yang dapat diterima (resolusi puncak, faktor tailing, nomor plat teoritis, selektivitas), dan parameter yang divalidasi. Baik Brazilin dan 6-gingerol menampilkan kurva kalibrasi linier (R2 > 0,999), presisi intraday dan interday tinggi (%RSD <2%), dan akurasi (93-106%). Studi ini berhasil mengembangkan dan memvalidasi metode KCKT yang cepat dan akurat untuk mengkuantifikasi Brazilin dan 6-gingerol secara simultan dalam ekstrak gabungan kayu secang dan rimpang jahe. Metode ini dapat digunakan unuk pengendalian mutu dan dapat memfasilitasi pengembangan produk herbal yang menggunakan kombinasi senyawa bioaktif ini. ......Brazilin and 6-gingerol, bioactive compounds found in sappan wood (Caesalpinia sappan L.) and ginger rhizome (Zingiber officinale Rosc.) extracts, offer various potential pharmacological benefits. The combination of these extracts has shown promising antithrombotic and antihyperlipidemic properties, suggesting the potential use of this combination in herbal products. Quantitative analysis is required to ensure the quality control of herbal products. However, the simultaneous quantification of Brazilin and 6-gingerol using an HPLC method is currently unavailable. To address this gap, this study aimed to develop and validate a simultaneous quantification method for Brazilin and 6-gingerol in combined extracts of sappan wood and ginger using RP-HPLC. Chromatographic analysis was performed using a reverse-phase C18 Inertsil ODS3 column (4.5x250mm; particle size 5μm) at room temperature, with detection at 282nm using a UV detector. The mobile phase consisted of acetonitrile (A) and water containing 0.1% acetic acid (B), with gradient elution optimized as follows: 0-12 min 15% A: 85% B; 12-16 min 30% A: 70% B; 16-21 min 45% A: 55% B; 21- 35 min 60% A: 40% B, at a flow rate of 1mL/min with an injected volume of 20 μL. The developed method demonstrated acceptable system suitability (peak resolution, tailing factor, theoretical plate number, selectivity), and validated parameters. Both Brazilin and 6-gingerol displayed linear calibration curves (R2 > 0.999), high intraday and interday precision (%RSD < 2%), and accuracy (93-106%). This study successfully developed and validated a rapid RP- HPLC method for simultaneous quantifying Brazilin and 6-gingerol in combined extracts of sappan wood and ginger rhizome. This method provides a reliable means for quality control analysis and could facilitate the development of herbal products incorporating these bioactive compounds.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>